Malili, Luwu Timur: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Wagino Bot (bicara | kontrib) |
||
(37 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{kecamatan
|nama =Malili
|dati2 =Kabupaten
|nama dati2 =Luwu Timur
|luas =
|penduduk =
|penduduktahun=[[2021]]
|pendudukref =<ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2020|website=www.dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=4 Agustus 2021|format=visual}}</ref>
|kelurahan =14 [[desa]]<br> 1 [[kelurahan]]
|kepadatan=- jiwa/km²▼
|nama camat =Nur Syaifullah Rahman
|provinsi=Sulawesi Selatan▼
▲|provinsi =Sulawesi Selatan
|kodepos =92981
}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De makole van Matana Andi Haloe en het hoofd van Malili (Midden-Celebes) beide met een Zilveren Ster van Verdienste TMnr 10001627.jpg|jmpl|300px|Opu Andi Halu, ''Mokole'' Matano (pemangku adat) dan ''Hoofd'' Maili (kepala daerah). Foto sekitar 1909-1910.]]
'''Malili''' adalah sebuah [[kecamatan]] yang juga merupakan ibu kota dari [[Kabupaten Luwu Timur]], provinsi [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]. Kecamatan Malili terletak sekitar 565 km dari [[Kota Makassar|Makassar]].<ref name="tempo-3746">"Lutim, yang Terus Bersolek", ''[[Majalah Tempo|TEMPO]]'', No. 3746 (26 Januari-1 Februari 2009)</ref> Pada tahun [[2021]], jumlah penduduk kecamatan Malili sebanyak 43.910 [[jiwa]] dengan kepadatan 59 jiwa/km².<ref name="DUKCAPIL"/>
== Sejarah ==
{{Kabupaten Luwu Timur}}▼
Menurut sejarahnya, Malili adalah tempat bertemunya suku Padoe, suku asli penduduk Luwu Timur yang disegani oleh Datu Luwu. Populasi suku Padoe di Luwu Timur menyebar dari daerah Kawata, Malili, Mangkutana, Pakatan, Wasuponda, Wawondula, Tabarano, Lioka, Togo, Balambano, Soroako, Landangi, Matompi, Timampu, Karebbe, dan lain-lain.{{butuh rujukan}}
Suku [[Padoe]] telah mendiami daerah pegunungan dan lembah sejak tahun 1400 Masehi. Banyak ksatria yang hidup pada masa itu dikenal dengan sebutan ''"pongkiari"''. Kehebatan para Pongkiari ini terdengar oleh Datu Luwu, pemimpin Kerajaan Luwu. Saat Kerajaan Luwu di Palopo menghadapi musuh dari selatan, Datu Luwu meminta para Pongkiari untuk membantu dalam peperangan.{{butuh rujukan}}
Bantuan para Pongkiari bagi Kerajaan Luwu dalam menghadapi raja-raja dari Selatan membuat Datu Luwu memberikan penghormatan tersendiri kepada para Pongkiari dan seluruh suku Padoe. Karenanya, Suku Padoe tidak diminta memberikan upeti kepada Datu Luwu.{{butuh rujukan}}
[[Kategori:Kecamatan di Sulawesi Selatan|{{PAGENAME}}]]▼
Beberapa cerita rakyat tentang kehebatan Pongkiari ini menceritakan bahwa konon [[Danau Matano]], [[Danau Mahalona]], dan [[Danau Towuti]] terbentuk karena pertempuran para Pongkiari. Begitu dahsyatnya pertempuran itu, membuat terciptanya kubangan yang sangat luas dan dalam sehingga membentuk danau hingga saat ini. Namun seiring perkembangan zaman, eksistensi Pongkiari berangsur-angsur hilang.{{butuh rujukan}}
== Demografi ==
[[Suku Padoe]] memiliki adat-istiadat, aturan adat, bahasa bahkan pola kepemimpinan yang masih eksis hingga saat ini. Pada era pemberontakan DI/TII Kahar Muzakkar di Sulsel, banyak orang Padoe lari meninggalkan tanah nenek moyang mereka ke arah Sulawesi Tengah seperti Beteleme, Poso, Taliwan, Parigi, juga sulawesi tenggara dan lain-lain. Hal ini menyebabkan sebagian Suku Padoe tersebar dan berdiam di wilayaha Sulawesi Tengah hingga kini.
Sementara dalam agama yang dianut, penduduk Malili beragam kepercayaan. Berdasarkan data [[Kementerian Dalam Negeri]] tahun [[2021]], pemeluk agama [[Islam]] sebanyak 92,84%. Kemudian yang beragama [[Kristen]] sebanyak 5,94%, dimana [[Protestan]] 5,36% dan [[Katolik]] 0,58% dan sebahagian lagi bergama [[Hindu]] yakni 1,22%.<ref name="DUKCAPIL"/>
== Perekenomoian ==
Saat investor tambang [[nikel]] masuk ke wilayah suku Padoe, sebagian besar penduduk asli sudah mengosongkan daerah wilayah mereka. Sekitar 10 tahun kemudian saat kondisi sudah aman, banyak eksodus kembali ke tanah nenek moyang mereka. Namun mereka menghadapi kesulitan baru dalam melanjutkan hidup akibat tanah mereka yang telah berubah fungsi menjadi daerah tambang. Sebagian dari mereka tetap menetap di daerah Padoe .yang sekarang ini bertempat di belakang bumper(bumi perkemahan)soroako.
Kini, setelah daerah Padoe menjadi bagian dari [[Kabupaten Luwu Timur]], beragam kegiatan terus dikembangkan untuk dapat menyejahterakan suku Padoe. Organisasi adat yang berkembang sejak tahun 1970 PASITABE telah beberapa kali menyelenggarakan pesta adat dan rapat dewan adat Padoe. Hingga kini PASITABE tetap aktif dalam rangka konsolidasi dan pendampingan terhadap kasus-kasus yang melibatkan tanah ulayat, tanah nenek moyang suku Padoe.
== Referensi ==
{{reflist}}
▲{{Kabupaten Luwu Timur}}
{{Authority control}}
▲[[jv:Malili, Luwu Timur]]
|