Wajo, Makassar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
merapikan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Merapikan artikel
 
(42 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{kecamatan
|coordinates = {{coord|-5.125228663334599|119.41180009518862| display = title,inline}}
|pushpin_map = Indonesia Makassar#Indonesia Sulawesi#Indonesia
|nama=Wajo
|peta=Peta Kecamatan Wajo, Kota Makassar.jpg
Baris 7 ⟶ 9:
|penduduk=
|kelurahan=8
|nama camat=BenyaminHamna Budianto Turupadang, S.STP, M.Si.Faisal
|kepadatan=
|provinsi=Sulawesi Selatan}}{{kegunaan lain|Wajo}}'''Wajo''' ([[bahasa Makassar|Makassar]]: ᨓᨍᨚ) adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kota Makassar]], [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]. Pada awal abad ke-19 Masehi, wilayah Kecamatan Wajo merupakan sebuah perkampungan yang disebut Kampong Wadjo. Di Kecamatan Wajo terdapat bangunan bersejarah seperti [[Makam Pangeran Diponegoro]] dan [[Masjid Arab, Makassar|Masjid Arab]].
|provinsi=Sulawesi Selatan
}}
{{kegunaan lain|Wajo}}
'''Wajo''' ([[bahasa Makassar|Makassar]]: ᨓᨍᨚ) adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kota Makassar]], [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]].
 
== Sejarah ==
 
=== Benteng Ujung Pandang ===
Ketika berlangsungnya [[Perang Makassar]] (1655–1669) antara Kesultanan Gowa dan Belanda, sebagian Benteng Ujung Pandang yang dimiliki oleh Kesultanan Gowa mengalami kehancuran. Kesultanan Gowa akhirnya mengalami kekalahan dan menandatangani [[Perjanjian Bungaya]] pada tanggal 18 November 1667.{{Sfn|Iswadi|2018, Nilai Penting Benteng|p=25}}
 
Perjanjian Bungaya merupakan perjanjian perdamaian antara Kesultanan Gowa dan Belanda. Salah satu isi dari Perjanjian Bungaya adalah penghancuran semua benteng yang dimiliki oleh Kesultanan Gowa kecuali Benteng Somba Opu dan Benteng Ujung Pandang. Benteng Somba Opu tetap dimiliki oleh Kesultanan Gowa, sedangkan Benteng Ujung Pandang diserahkan kepada Belanda.{{Sfn|Iswadi|2018, Benteng Ujung Pandang|p=72}}
 
Pembentukan Kota Makassar dimulai setelah Benteng Ujung Pandang berganti nama menjadi Benteng Rotterdam.{{Sfn|Iswadi|2018, Nilai Penting Benteng|p=23}} Setelah Benteng Rotterdam dikuasai oleh Belanda, permukiman-permukiman orang asing dan perkampungan-perkampungan orang pribumi mulai terbentuk di sekitarnya. Permukiman orang asing terdiri dari [[bangsa Belanda]], [[bangsa Inggris]], [[bangsa Denmark]] dan bangsa-bangsa dari wilayah [[Asia]] khususnya dari [[Timur Jauh]].{{Sfn|Natsir, Mannan, dan Abubakar|2013|p=9}}
 
Pada awal abad ke-20 Masehi, Pemerintah Hindia Belanda mengadakan penataan kota dengan memperjelas pengelompokan etnis dan [[suku]] bangsa di Kota Makasaar. Pemerintah Hindia Belanda menamai suatu perkampungan berdasarkan kepada kelompok masyarakat dan penempatannya. Salah satunya ialah Kampong Wajo. Perkampungan ini dibedakan dengan perkampungan suku bangsa lain seperti Kampong Balandaia, Kampong Malokoe, Kampong Ende, Kampong Arab, Kampong Cina, Kampong Butung, Kampong Ambon, dan Kampong Melayu.{{Sfn|Natsir, Mannan, dan Abubakar|2013|p=10}}
 
== Geografi dan iklim ==
 
=== Keadaan geografi ===
Kecamatan Wajo merupakan salah satu [[kecamatan]] yang masuk dalam wilayah administratif [[Kota Makassar]].{{Sfn|Nurjanna dan Sahabuddin|2022|p=75}} Wilayah Kecamatan Wajo berbatasan langsung dengan pantai.{{Sfn|Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar|2019|p=6}} Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2020, wilayah Kecamatan Wajo seluas 1,99&nbsp;km<sup>2</sup>. Ibu kota kecamatan untuk Kecamatan Wajo terletak di Kelurahan Melayu Baru.{{Sfn|Nurjanna dan Sahabuddin|2022|p=75}} Persentase luas Kecamatan Wajo terhadap luas Kota Makassar adalah 1,13%.{{Sfn|Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar|2019|p=9}}
 
== Demografi ==
 
=== Kepadatan penduduk ===
Pada tahun 2019, persentase [[penduduk]] di Kecamatan Wajo atas jumlah seluruh penduduk di Kota Makassar sebesar 2,06%. Kepadatan penduduk di Kecamatan Wajo sebesar 15.806 jiwa/km<sup>2</sup> pada tahun 2019.{{Sfn|Nurjanna dan Sahabuddin|2022|p=77}}
 
== Kehidupan sosial dan kesejahteraan ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Passar Boetoeng te Makassar Celebes. TMnr 60013080.jpg|jmpl|Pasar Butung tahun 1924]]
=== Perumahan dan lingkungan ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Tramstation te Passarboetoeng bij de feestelijke opening van de tramlijn Makassar - Takalar op 1 Juli 1922 TMnr 10013977.jpg|jmpl|Stasiun trem Pasar Butung tahun 1922]]
Lingkungan di Kecamatan Wajo berupa [[lorong]]-lorong.<ref>{{Cite book|last=Warsilah, H., dkk.|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/Pembangunan_Inklusif_di_Kota_Pesisir_Lua/BugJEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Kecamatan+Wajo&pg=PA175&printsec=frontcover|title=Pembangunan Inklusif di Kota Pesisir Luar Jawa Berbasis Kearifan Lokal: Studi Kasus Kota Ampenan, Jerowaru, Makassar, dan Padang Pariaman|location=Sleman dan Jakarta|publisher=Penerbit PT Kanisius dan Pusat Penelitian Masyarakat & Budaya LIPI|isbn=978-979-21-6635-4|pages=175|url-status=live}}</ref>
 
=== TempatMata ibadahpencaharian ===
 
[[Masjid Arab, Makassar|Masjid Arab]] terletak di kecamatan ini.<ref>https://ramadan.tempo.co/read/881154/masjid-arab-di-kota-makassar-tanpa-jemaah-wanita</ref>
==== Industri pakaian jadi ====
Dalam catatan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal Kota Makassar, pada tahun 2002–2007 terdapat sebanyak 25 macam jenis industri pakaian jadi dengan metode [[konfeksi]] di Kota Makassar. Pada tahun 2008, Kecamatan Wajo menjadi salah satu kecamatan di Kota Makassar yang memiliki banyak usaha industri pakaian jadi model konfeksi.<ref>{{Cite book|last=Suryani, H., dkk.|date=2017|url=http://eprints.unm.ac.id/7748/1/BUKU%20MODEL%20MIDA.pdf|title=Pelatihan Pengelolaan Limbah Industri Pakaian Jadi|location=Makassar|publisher=Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar|isbn=978-602-6883-49-0|pages=2|url-status=live}}</ref>[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Tramstation te Passarboetoeng bij de feestelijke opening van de tramlijn Makassar - Takalar op 1 Juli 1922 TMnr 10013977.jpg|jmpl|Stasiun trem Pasar Butung tahun 1922]]
 
== Bangunan bersejarah ==
 
=== Makam Pangeran Diponegoro ===
[[Makam Pangeran Diponegoro]] merupakan kompleks pemakaman keluarga [[Diponegoro|Pangeran Diponegoro]]. Pangeran Diponegoro adalah keturunan anggota keluarga [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|Keraton Yogyakarta]] yang memulai [[Perang Diponegoro]]. Perang ini dilakukan untuk melawan Pemerintah Hindia Belanda dan sekutu-sekutunya dari anggota keluarga [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|Keraton Yogyakarta]].{{Sfn|Mardiono|2020|p=145}}
 
Lokasinya terletak di Jalan Pangeran Diponegoro, [[Melayu, Wajo, Makassar|Kelurahan Melayu]], Kecamatan Wajo. Lokasinya berjarak 4&nbsp;km dari pusat Kota Makassar. Di dalam kompleks pemakaman ini terdapat makam dari Pangeran Diponegoro yang meninggal pada tanggal 8 Januari 1855. Selain itu terdapat makam putra pertama Pangeran Diponegoro yang meninggal lebih dahulu dibandingkan dirinya, dan makam istri serta keturunannya. Lahan yang ada di pemakaman ini merupakan peninggalan dari ayah Pangeran Diponegoro. Pemerintah Hindia Belanda membangunkan tempat tinggal bagi istri dan anak-anak Pangeran Diponegoro di sekitar makam.{{Sfn|Mardiono|2020|p=271}}
 
=== Masjid Arab ===
Masjid Arab didirikan pada tahun 1907 dengan nama Masjid As-Said. Nama Masjid Arab disematkan karena para pendiri masjid yang merupakan para pendatang di Kota Makassar dari keturunan [[bangsa Arab]]. Masjid Arab juga dikenali dengan nama Masjid Jalan Lombok karena lokasinya yang terletak di Jalan Lombok.{{Sfn|Duli, dkk.|2013|p=49}} Kawasan tempat pembangunan Masjid Arab termasuk wilayah Kecamatan Wajo yang sebagian besar dihuni oleh penduduk dari [[etnis Tionghoa]].<ref>{{Cite book|date=Maret 2022|url=https://www.google.co.id/books/edition/Memoar_Achjar_Iljas_Dari_Tepi_Danau_Mani/efylEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Masjid+Arab+Makassar&pg=PA503&printsec=frontcover|title=Memoar Achjar Iljas Dari Tepi Danau Maninjau:|location=Jakarta|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=978-623-321-150-5|editor-last=Chaniago|editor-first=Hasril|pages=503|url-status=live}}</ref>
 
Arsitektur Masjid Arab yang asli memiliki konstruksi yang mirip dengan [[Joglo]] dalam [[arsitektur Jawa]]. Hanya saja, bagian atapnya dibuat berbentuk [[limas]]. Namun, atap berbentuk limas ini telah diganti dengan kubah. Bangunan utama pada Masjid Arab berbentuk segi empat yang hampir berbentuk bujur sangkar. Ukuran bangunannya ialah 21 × 23 meter dengan sisi yang paling panjang membujur ke arah kiblat.{{Sfn|Duli, dkk.|2013|p=50}}
 
== Kerawanan bencana ==
Bagian barat Kecamatan Wajo rawan mengalami bencana [[tsunami]] karena merupakan bagian dari pesisir Kota Makassar.{{Sfn|Sabara|2020|p=79}} Letak Kecamatan Wajo juga membuat wilayahnya rawan terkena abrasi pantai.{{Sfn|Sabara|2020|p=78}} Sementara itu, di sebagian wilayah Kecamatan Wajo rawan terjadi bencana banjir.{{Sfn|Sabara|2020|p=78}}
 
== Referensi ==
 
{{Reflist}}
=== Catatan kaki ===
{{Reflist|3}}
 
=== Daftar pustaka ===
 
* {{Cite book|last=Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar|date=September 2019|url=https://www.google.co.id/books/edition/Potret_Kota_Makassar_2019/N5ezDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Kecamatan+Wajo+Makassar&pg=PA6&printsec=frontcover|title=Potret Kota Makassar 2019|location=Makassar|publisher=Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar|ref={{sfnref|Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar|2019}}|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Duli, A., dkk.|date=November 2013|url=https://books.google.co.id/books?id=ZKtrCAAAQBAJ&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false|title=Monumen Islam di Sulawesi Selatan|location=Makassar|publisher=Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar, Penerbit Identitas Universitas Hasanuddin, dan Danarosi Media|editor-last=Effendy|editor-first=Muslimin A. R.|ref={{sfnref|Duli, dkk.|2013}}|url-status=live}}
* {{Cite journal|last=Iswadi|date=November 2018|title=Nilai Penting Benteng Ujungpandang (Fort Rotterdam) Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/sites/32/2019/12/Buletin-Somba-Opu-2018.pdf|journal=Buletin Somba Opu|publisher=Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan|publication-place=Makassar|volume=21|issue=25|pages=23-34|ref={{sfnref|Iswadi|2018, Nilai Penting Benteng}}}}
* {{Cite journal|last=Iswadi|date=November 2018|title=Benteng Ujung Pandang Cikal Bakal Kota Makassar: Sebuah Kajian Lanskap Konflik, Sosial Budaya dan Alam|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/sites/32/2019/12/Buletin-Somba-Opu-2018.pdf|journal=Buletin Somba Opu|publisher=Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan|publication-place=Makassar|volume=21|issue=25|pages=67-81|ref={{sfnref|Iswadi|2018, Benteng Ujung Pandang}}}}
* {{Cite book|last=Mardiono|first=Peri|date=Februari 2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/MELACAK_GERAKAN_PERLAWANAN_DAN_LAKU_SPIR/5Eg_EAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Makam+Pangeran+Diponegoro&pg=PT143&printsec=frontcover|title=Melacak Gerakan Perlawanan dan Laku Spiritualitas Pangeran Diponegoro|location=Bantul|publisher=Araska|isbn=978-623-7537-48-9|editor-last=Malik|editor-first=Abdul|ref={{sfnref|Mardiono|2020}}|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Natsir, M., Mannan, S., dan Abubakar, N.|date=Oktober 2013|url=https://www.google.co.id/books/edition/Bangunan_Bersejarah_di_Kota_Makassar/DdjgCgAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Pasar+butung&pg=PT13&printsec=frontcover|title=Bangunan Bersejarah di Kota Makassar|location=Makassar|publisher=Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar|editor-last=Ramli|editor-first=Muhammad|ref={{sfnref|Natsir, Mannan, dan Abubakar|2013}}|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Nurjanna dan Sahabuddin, R.|date=September 2022|url=https://www.google.co.id/books/edition/Keputusan_Berwirausaha_Kalangan_Wanita_d/mZCJEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Kecamatan+Wajo+Makassar&pg=PA75&printsec=frontcover|title=Keputusan Berwirausaha Kalangan Wanita di Kota Makassar|location=Makassar|publisher=PT. Nas Media Indonesia|isbn=978-623-351-581-8|editor-last=Karim, A., dan Rahman, F. A.|ref={{sfnref|Nurjanna dan Sahabuddin|2022}}|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Sabara H. W.|first=Zakir|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/Pengelolaan_Sumber_Daya_Air_Di_Tengah_Ke/ElAQEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Kecamatan+Wajo&pg=PA78&printsec=frontcover|title=Pengelolaan Sumber Daya Air di Tengah Ketidakpastian dengan Metode Robust Desicion Making|location=Yogyakarta|publisher=Penerbit ANDI|isbn=978-623-01-1052-8|editor-last=Risanto|editor-first=Erang|ref={{sfnref|Sabara|2020}}|url-status=live}}
{{Wajo, Makassar}}
{{Kota Makassar}}
{{Wilayah Metropolitan Mamminasata}}
 
{{Authority control}}
 
{{kecamatan-stub}}
 
[[Kategori:Kecamatan di Kota Makassar]]
[[Kategori:Kecamatan di Sulawesi Selatan]]
[[Kategori:Kecamatan di Indonesia]]