Arkeologi di Kampung Lamalera: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Jeff van Timor (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(16 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Arkelogi'''<ref>{{Cite web|url=https://kbbi.web.id/arkeologi|title=Kamus Besar Bahasa Indonesia|last=Setiawan|first=Ebta|date=2012-2019|website=Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)|access-date=5/4/2019}}</ref> '''di kampung adat Lamalera''' yaitu peninggalan kehidupan dan kebudayaan zaman Portugis dan Belanda berupa bangunan dan benda-benda peninggalan. Peninggalan itu tetap dibiarkan terpelihara karena bernilai sejarah, yaitu pos jaga [[Belanda]], lonceng, dan [[meriam]]<ref name=":0">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbali/tinggalan-akeologi-di-kampung-adat-lamalera-kabupaten-lembata-nusa-tenggara-timur/|title=tinggalan-akeologi-di-kampung-adat-lamalera-kabupaten-lembata-nusa-tenggara-timur|last=|first=Artanegara|date=1 Februari 2018|website=Indonesiana Platform Kebudayaan|publisher=kebudayaan.kemdikbud.go.id|access-date=27/3/2019}}</ref> serta benda-benda lain.<ref name=":2" />.
 
== Kampung Adat Lamalera ==
'''Lamalera''' sebuah kampung nelayan yang dihuni oleh masyarakat asli yang disebut [[suku Lamalera]]. Kampung ini terletak di kampungdesa [[Lamalera A, Wulandoni, Lembata|Lamalera A]] di [[Wulandoni, Lembata|Kecamatan Wulandoni]], [[Kabupaten Lembata]], [[Nusa Tenggara Timur]]. Kampung ituyang berada di kaki gunung Labalekang itu menghadap ke selatan, ke [[laut Sawu]] yang menjadi sumber penghidupan warga. Kampung itu diapit oleh dua tanjung, yaitu Vovolatu dan Nubivutun.<ref name=":0" />.
 
Kampung adat Lamalera terkenal juga sebagai kampung nelayan pemburu [[Paus (mamalia)|paus]] yang selalu muncul antara bulan April sampai September, saat bumi bagian Selatan mengalami musim dingin.<ref>{{Cite web|url=https://pendidikan.id/main/forum/diskusi-pendidikan/mata-pelajaran/4800-pergantian-dan-pembagian-musim-di-bumi|title=pergantian-dan-pembagian-musim-di-bumi|last=Rahmawati|first=Ita|date=27/12/2016|website=Pergantian dan Pembagian Musim di Bumi|publisher=pendidikan.id|access-date=27/3/2019|archive-date=2019-03-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20190327101328/https://pendidikan.id/main/forum/diskusi-pendidikan/mata-pelajaran/4800-pergantian-dan-pembagian-musim-di-bumi|dead-url=yes}}</ref>. Pemburuan ikan paus di kampung Lamalera dilakukan sejak abad ke-17. Mamalia raksasa yang tidak semua nelayan menangkapnya, tetapi orang Lamalera dapat mengalahkan binatang laut itu secara berkelompok dengan menggunakan peralatan tradisional, yakni ''pelédang'' (berok atau sampan), dan ''tempuling'' yaitu tombak yang berkait dari besi.<ref name=":0" />.
 
Pada awal 'musim berburu paus' mereka terlebih dahulu mengadakan ritual atau seremonial adat, ''Tobo Nama Fata'' (ritus penyelesaian masalah suku dan tuan tanah) yang di adakan di situs ''Ie Gerek'', dipimpin oleh tuan tanah dari ''Suku Lango Wujo''. Upacara itu mereka lakukan pada tanggal 29 April setiap tahun, sedangkan Misa, yaitu ibadat secara agama [[Katolik]] untuk memohon berkat dan perlindungan dari Tuhan dilakukan pada tanggal 1 Mei setiap tahun juga. Dan sesudah mengadakan ritual adat dan keagamaan itu mereka memulai masa perburuan paus yang berlangsung dari bulan April sampai September.<ref name=":0" />.
 
Pemburuan paus memiliki aspek religius di setiap kegiatan mulai dari persiapan, pembuatan ''peledang'', pengangkatan [[Layar lebar|layar]], serta pelemparan tombak yang didahului dengan doa dan sudah membudaya serta dagingnya dinikmati seluruh warga desa. Budaya berburu paus mendapat kritikan dari pemerhati [[lingkungan hidup]], tetapi tetap diakui dunia internasonal, karena merupakan budaya yang langka; hanya ada di [[Kanada]] dan Lamalera - Indonesia. Aspek sosial budaya penangkapan paus juga teratur dan semua warga desa Lamalera mendapat bagian.<ref name=":1">{{Cite webnews|url=https://travel.kompas.com/read/2015/03/30/230444527/Cerita.dari.Lamalera|title=Cerita. dari. Lamalera|last=Yudono|first=Yodhi|date=30 Maret 2015|websitework=Cerita[[Kompas.dari.Lamaleracom]]|publisher=Travel.kompas.com|access-date=27/3/2019|editor-last=Yudono|editor-first=Jodhi}}</ref>.
 
Aturan pembagian hasil daging ikan paus yang sudah mentradisi sebagai berikut: pemilik peledang atau perahu motor, para pemburu yaitu mereka yang turut dalam peledang, ketua suku lango fujo, bagian untuk rumah adat dan ''lamafa'', bagian untuk ''laba ketilo, matros'' dan ''lemauri'', dan juga bagian untuk para janda.<ref name=":1" />.
 
== Peninggalan Arkeologi dari Masa Portugis dan Belanda ==
Bangunan dan benda-benda peninggalan zaman Portugis dan Belanda,<ref name=":2">{{Cite web|url=https://www.oranglembata.com/page/content/5/tak-hanya-legenda-lamalera-juga-memiliki-peninggalan-bersejarah|title=tak-hanya-legenda-lamalera-juga-memiliki-peninggalan-bersejarah|last=Keraf|first=Piter|date=27 Mei 2018|website=Tak Hanya Legenda Lamalera juga Memiliki Peninggalan Bersejarah|publisher=oranglembata.com|access-date=27/3/2019|archive-date=2020-08-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20200812090436/https://oranglembata.com/page/content/5/tak-hanya-legenda-lamalera-juga-memiliki-peninggalan-bersejarah|dead-url=yes}}</ref>, yaitu: lonceng, meriam, bangunan serta benda-benda lain.<ref name=":0" />.
 
<u>Rumah Jaga Belanda</u><ref name=":2" /><u>:</u> rumah persegi delapan dari bahan batu, semen, kayu menggunakan atap  dari alang-alang. Rumah itu menjadi semacam pos jaga, sekaligus juga menjadi kantor ''Hamete'' artinya kantor kecamatan yang didirikan pada masa kolonial [[Belanda]]. Dasar bangunan  persegi delapan dengan atap berbentuk segi empat. Mempunyai sebuah pintu dengan tujuh jendela pada tujuh sisi. Pada zaman penjajahan rumah jaga itu dilengkapi juga dengan telepon, namun masa tidak ada lagi. Rumah  jaga  masih digunakan sampai sekarang bila ada  tamu pemerintah yang datang berkunjung di kampung Lamalera.<ref name=":0" />.
 
Ukuran bangunan:  panjang 6 meter, lebar 6 meter dan terletak sebelah timur rumah kepala desa Lamalera Lama.<ref name=":0" />.
 
<u>Lonceng</u>;<ref name=":2" />; yaitu genta tanpa tangkai dengan dasar bulat diameterberdiameter lebih kecil dari penampangnya. Pada bagian 'tengah atau badan' terdapat huruf dan angka menggunakankode huruf [[Latin Klasik|latin]]produksi, kodeyakni produksi.Ɔ626 Didi bagian dalam lonceng angka Ɔ626, dan angka tahun di bagian luar loncengyakni B.V.G. 1921. danLonceng itu digantungtergantung di halaman depan rumah kepala desa, dan tetap difungsikan padadalam hari-hariurusan tertentu seperti ada  bahaya, adamisalnya pertemuan pentingperteman masyarakat, dankampung atau ada  pembesar atau tamu penting  yang datang berkunjung  di kampung Lamalera .<ref name=":0" />.
 
Ukuran lonceng: tinggi 47 &nbsp;cm, diameter bawah 46 &nbsp;cm, diameter atas 24 &nbsp;cm, tebal 3 &nbsp;cm. DanSedangkan pemukul lonceng panjang 44&nbsp;cm cm,dengan diameter 10&nbsp;cm cm,dan tebal 3 &nbsp;cm.<ref name=":0" />.
 
<u>Meriam 1pertama</u>:<ref name=":2" />: Ada tiga senjata menyerupaipeninggalan bangsa Portugis dan Belanda. Meriam pertama yaitu senjata berbentuk tabung dengan bagian pangkal berukuran lebih besar dari padadaripada ujung. Bagian pangkal terbuka pada bagian atas menyerupai [[palung]] berhiaskan ukir-ukiran bermotif  bunga dan daun. Bagian bawah pangkal  meruncing berhiaskan ukiran bermotif dedaunan. Pada bagian tengah  berhiaskan ukir-ukiran  daun serta bunga. Pada ujung meriam juga berhiaskan motif daun dan bunga. Meriam ini diletakkanterletak di depan rumah kepala desa sebagai benda peninggalan yang wajib dijaga.<ref name=":0" />.
 
Ukuran meriam: panjang 191 &nbsp;cm, lebar 20 &nbsp;cm, diameter mulut 11,5 &nbsp;cm, lebar tempat peluru 10 &nbsp;cm, tempatdan terletak simpandi tangga naik ke rumah kepala desa, kampung Lamalera Lama.<ref name=":0" />.
 
<u>Meriam 2kedua</u>:<ref name=":2" />: senjatabentuknya mirip dengan meriam pertama yang menyerupai tabung,. Pada bagian pangkal berukuran lebih besar dari padadaripada bagian ujung. TerdapatJuga terdapat lubang di bagian atas dengan ukuranberukuran kecil, danserta di bagian belakang adaterdapat tonjolan bulat. Pada  bagian ujung meriam  penampangnya melebar  dengan ukuran lebih besar dari bagian ujung. Meriam ini bentuknya polos tanpa motif hias, dibagian tengah terdapat tonjolan disamping kanan dan kiri badan meriam. Meriam ini sekarangjuga terletak diletakkan  di depan rumah tepatnya di atas tangga menuju rumah kepala desa dansebagai hanyahiasan difungsikan sebagai dekorasibersejarah.<ref name=":0" />.
 
Ukuran meriam kedua: panjang 121 &nbsp;cm, dengan diameter belakang 19 &nbsp;cm, diameter badan 15 &nbsp;cm, diameter mulutmoncong 18 &nbsp;cm. Senjata kuno kedua yangini diletakkanterletak di tangga ke rumah kepala desa [[Lamalera A, Wulandoni, Lembata|Lamalera Lama]].<ref name=":0" />.
 
<u>Meriam 3ketiga</u><ref name=":2" /><u>:</u> senjata ketiga juga berbentuk tabung dengan pangkal lebih besar daridaripada bagian ujung. TerdapatPada senjata kuno ini tonjolan runcing dipada bagian belakang, sedangkan di bagian tengah terdapat lubang menyerupai [[palungan]]. Di bagian atas lubang terdapat hiasan segitiga dengan ukiran. Terdapat tonjolan di bagian kanan dan kiri badan meriam dengan hiasan segitiga yang penuh dengan ukiran.  Sedangkan diDi bagian ujung polos tanpadengan ukiran dengan  penampang yang melebar.  Meriam iniketiga disimpantersimpan di depan rumah penduduk yang difungsikan sebagai dekorasihiasan.<ref name=":0" />.
 
Ukuran: meriam iniketiga panjangnya 191 &nbsp;cm, lebardan 20lebarnys 20&nbsp;cm, diameterserta bagian moncong berdiameter mulut 11,5 &nbsp;cm, dan tempat peluru 10 &nbsp;cm, danSenjata kuno peninggalan bangsa penjajah ini diletakanterletakan di tangga naik menuju rumah kepala desa.<ref name=":0" />.
== Referensi ==
<references />
 
[[Kategori:Situs arkeologi di Indonesia]]
[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]
[[Kategori:Kampung di Indonesia]]