|dati2=Kabupaten
|nama dati2=Indragiri Hilir
|luas=- km²²
|penduduk=-20.837 Jiwa (2020)
|kelurahan=138/1
|nama camat=-
|kode pos=29280
|kepadatan=- jiwa/km²²
|provinsi=Riau
}}
'''Kuala Indragiri''' adalah sebuah [[Kecamatan]] di [[Kabupaten Indragiri Hilir]], [[Riau]], [[Indonesia]].
'''Sejarah Nama Besar Sapat'''
'''Kuala Indragiri''' adalah sebuah [[Kecamatan]] di [[Kabupaten Indragiri Hilir]], [[Riau]], [[Indonesia]]. Pada masa lalu, Sapat sebagai ibukota dari Kecamatan Kuala Indragiri merupakan Desa yang sangat ramai dengan berbagai macam kegiatan dan aktifitas. Suku bangsa yang terdapat di Sapat terdiri dari sebagian besar Banjar, Melayu, Minang, bugis, Jawa, dan lain-lain. Kuala Indragiri sendiri terkenal dan Identik dengan seorang Tokoh Ulama Syeih Abdurrahman Siddik. Syeikh Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari Mufti Inderagiri
Syeikh Abdur Rahman Shiddiq bin Muhammad 'Afif adalah merupakan ulama besar berketurunan dari Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. Ulama besar ini mendapat pendidikan di tempat asalnya iaitu di Dalam Pagar, Martapura sebelum meneruskan pengajiannya di Makkah. Beliau berangkat ke Makkah untuk mendalami pengajian agama dalam usianya 20-30 tahun antara tahun 1882/1883 Masehi hingga tahun 1889 Masehi. Di Makkah, beliau mempelajari ilmu-ilmu agama Islam dengan ulama-ulama terkemuka seperti Syeikh Sayid Bakri al-Shata', Syeikh Sayid Bahasyil dan Syeikh Nawawi Banten. Setelah belajar di Makkah selama lebih kurang 5 tahun, beliau telah dianugerahkan oleh gurunya, Syeikh Sayid Bakri al-Shata dengan gelaran ash-Shiddiq yang terus lekat pada namanya hingga ke akhir hayatnya. Gelaran itu adalah berdasarkan penguasaannya yang meluas dalam ilmu-ilmu Islam yang ditekuninya disamping kewarakan akhlaknya yang terpuji.
Kemungkinan besar beliau kembali ke Martapura antara tahun 1890/1891 hingga tahun 1897. Tidak berapa lama selepas itu, beliau berhijrah ke Sumatera. Tempat yang ditujunya ialah Bangka. Beliau tinggal di Bangka selama 15 tahun dan kemudian berpindah ke Inderagiri antara tahun 1909 M hingga tahun 1912 M. Beliau mengabdikan dirinya didalam Kerajaan Inderagiri setelah diangkat oleh Sultan Mahmud Shah (Raja Muda) menjadi Mufti Kerajaan Inderagiri dari tahun 1919 M hingga 1939 M yang berkedudukan di Rengat.
Ketika hayatnya, beliau dikenali sebagai Pujangga dan Sasterawan kerana banyak mengarang buku sastra selain mengarang kitab agama. Syeikh Abdurrahman yang dilahirkan pada tahun 1857 M/ 1284 H wafat di Parit Hidayat, Sapat, Kecamatan Kuala Inderagiri pada 10 Maret 1939. Peninggalan Syeikh Abdur Rahman yang terkenal adalah masjid yang dibangunnya sendiri pada tahun 1927. Masjid ini mempunyai arsitektur unik yang tercermin pada atapnya dan berlokasi kira-kira 200 meter dari makamnya.
== Pranala luar ==
{{RefDagri|2022}}
{{Kuala Indragiri, Indragiri Hilir}}
'''Perkembangan Sapat'''
{{Kabupaten Indragiri Hilir}}
Pada Masanya, sapat sangat terkenal oleh Industri Minyak Kelapa yang berasal dari Kopra, sebagai hasil bumi utama dari Kawasan Tersebut. Hampir seua Hasil Olahan kopra tersebut kemudian diproses lebih lanjut di Perusahaan yang Bernama PT. Unas Bahagia. Akan tetapi, pada saat ini, perusahaan tersebut telah tutup, dengan menyisakan banyaknya sumber daya tidak termanfaatkan yang mengakibatkan Sapat mengalami Kemundiran dalam perkembangannya. Hingga Saat ini, Sapat merupakan Kecamatan yang justru nampak seperti Desa tertinggal yang tidak pernah mendapatkan sentuhan perubahan yang signifikan.
{{Authority control}}
'''Seni dan Budaya Sapat'''
Suku banjar sebagai suku Mayoritas di Sapat dan sekitarnya, membuat perkembangan budaya di Sapat adalah Budaya yang memiliki korelasi dan hubungan erat dengan Kebudayaan Banjar yang ada di Kalimantan Selatan. Hal tersebut diantaranya tercermin dari adanya seni Mamandaan dan kebanggaan akan kain Sasirangan.
'''Seni Beladiri'''
Seni Beladiri yang berkembang di Sapat dan Sekitarnya, masih memiliki Korelasi dan Hubungan erat dengan seni Beladiri yang berkembang di Kalimantan Selatan. Diantaranya, dapat di jabarkan sebagai berikut :
{{kecamatan-stub}}
'''1. Seni Beladiri Kuntau'''
Kedatangan orang-orang Belanda yang pada mulanya hanya ingin berniaga dan akhirnya cuba menakluki kepulauan Melayu telah berjaya menggabungkan keturunan Cina dan masyarakat Banjar untuk bekerjasama dan bersatu menentang Belanda dan maka dengan itu wujudlah seni bela diri yang dinamakan Kuntau yaitu gabungan dari perkataan KUN yang bermaksud “jadi” dan TAU yang membawa erti “isyarat”. Apa yang unik tentang seni bela diri ini adalah gabungan langkah dari cara orang-orang Cina dan masyarakat Banjar. Maka ia menjadi satu seni mempertahankan diri yang unik dan berteraskan pertarungan. Ini dapat dilihat dari segi prinsipnya yang mementingkan pertahanan diri serta “buah hantaran tepat”, sehinggakan dapat diceritakan pada masa itu orang-orang Belanda hampir-hampir putus asa dalam penjajahan mereka yang mengambil masa selama tiga puluh tahun untuk menakluki Kalimantan.
'''
2. Sinding
3. Pangean
4. Budi Suci
5. Buah Tujuh'''
'''Seni Beladiri Buah Tujuh''', merupakan suatu jenis beladiri yang dapat dipergunakan untuk Defensive, sekaligus Offensive pada saat yang bersamaan. Buah Tujuh berkembang sejak masa perang kemerdekaan melawan penjajah, dan menjadi salah satu senjata yang sangat efektif untuk membela diri dan menyerang lawan sekaligus. Perkembangan beladiri Buah Tujuh, salah satunya di kembangkan oleh ALmarhum Haji Ajak, yang berasal dari sapat, yang kemudian menurunkannya kepada anak-anak beliau dan murid-muridnya.
Buah Tujuh merupakan suatu jenis beladiri tangan kosong yang hanya terdiri dari 7 gerakan bertahan sekaligus serangan inti yang menyerang 7 titik mematikan dari tubuh manusia. Satu serangan Buah Tujuh yang tepat mengenai sasaran akan membuat musuh lumpuh, dan terluka parah. Buah tujuh dapat dikombinasikan dengan berbagai macam jenis senjata dan tingkat efektifitasnya akan menjadi sangat tinggi jika menggunakan senjata. Senjata yang paling sering dikombinasikan dengan beladiri Buah tujuh adalah Pisau / belati. Seorang pendekar Buah Tujuh dengan sebilah belati akan menjadi senjata yang sangat efektif untuk mematikan atau membunuh lawan.
Dalam perkembangannya, orang-orang yang pernah mempelajari buah tujuh, menjalin ikatan kekerabatan yang memiliki salam, kode, dan ciri tersendiri, sehingga seorang yang pernah mempelajari Buah Tujuh meskipun belum pernah menginjak Tanah Sapat, sepanjang memahami salam dan Kode kekerabatan tersebut, akan diterima dengan tangan terbuka sebagai saudara.
|