Anu Beta Tubat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
→Kondisi Hari Ini: Kalimat ga nyambung Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(23 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
== Asal Usul ==
Sejak masa lalu, masyarakat Maybrat telah mengenal semboyan adat Anu Beta Tubat untuk menjaga kohesi sosial budaya. Leluhur orang Maybrat sejak berabad-abad silam harus berjuang keras untuk dapat bertahan hidup di alam pegunungan karst yang kurang subur. Kondisi hujan yang turun tidak menentu membuat tanaman mati kekeringan. Disitulah manusia harus bertahan dengan binatang buruan, buah-buahan hutan, serta ikan-ikan yang ada di danau. Sehingga, kebersamaan dalam menaklukan ganasnya alam menjadi penting untuk dilakukan oleh orang Maybrat.<ref>{{Cite web|url=http://www.arkam.id/2013/11/memahami-maybrat-dalam-cara-pandang-lain_17.html|title=Memahami Maybrat Dalam Cara Pandang Lain|access-date=2019-02-22|archive-date=2019-02-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20190222204355/http://www.arkam.id/2013/11/memahami-maybrat-dalam-cara-pandang-lain_17.html|dead-url=yes}}</ref>
Ganasnya alam membuat masyarakat Maybrat sejak puluhan tahun silam menyadari pentingnya budaya saling membantu untuk mewujudkan kesejahteraan dalam kehidupan bermasyarakat. Secara harfiah, Anu Beta Tubat memiliki arti "bersama kami mengangkat".<ref>{{Cite
== Praktik Anu Beta Tubat ==
Praktik budaya Anu Beta Tubat berlandaskan gotong royong, ''self support'', dimana beban satu orang untuk bersama-sama dipikul oleh seluruh masyarakat Maybrat di Provinsi Papua Barat. Anu Beta Tubat yang berarti bersama kita semua mengangkat suatu beban. Adapun praktik kebersamaan Anu Beta Tubat berlaku pada kegiatan sebagai berikut:<ref>{{Cite web|url=http://www.salampapua.com/2016/07/yayasan-yabt-timika-terus-lakukan.html|title=Yayasan YABT Timika Terus Lakukan Pembenahan Sekolah Secara Bertahap|website=SALAM PAPUA|access-date=2019-02-22}}</ref>
# Pembukaan kebun atau ladang;
# Pembiayaan sekolah anak;
# Pembangunan asrama bagi anak yang sekola di kota;
# Pembayaran biaya skripsi;
# Pembayaran biaya wisuda;
# Pembayaran
# Pembayaran denda adat;
# Pembangunan rumah permanen.
Pembayaran maskawin dan denda adat umumnya menggunakan "Kain Timor" yang memiliki harga ratusan juta rupiah. Dengan melakukan praktik kebersamaan Anu Beta Tubat, pemenuhan kebutuhan terhadap hal ini dapat terasa ringan karena ditanggung secara bersama.<ref>{{Cite web|url=https://kabarpapua.co/harga-ratusan-juta-kain-timor-jadi-simbol-adat-masyarakat-maybrat-di-papua/|title=Harga Ratusan Juta, Kain Timor Jadi Simbol Adat Masyarakat Maybrat di Papua|last=Redaksi|date=2016-12-08|website=KabarPapua.co|language=id-ID|access-date=2019-02-22}}</ref>
== Kondisi Karya Budaya ==▼
Saat ini praktik budaya kebersamaan berbasis lokal Anu Beta Tubat masih tumbuh di tengah-tengah masyarakat Maybrat, Papua. Dengan semangat Anu Beta Tubat, masyarakat Maybrat membangun atau memperbaiki gedung sekolah, membeli buku-buku pelajaran, membantu pembiayaan ujian anak-anak mereka. Kemiskinan tidak menjadi penghalang bagi masyarakat Maybrat untuk dapat memperoleh pendidikan yang baik. Masyarakat bergotong royong mengadakan fasilitas untuk sekolah dan membayar gaji guru honorer. Beberapa program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pemeritah telah menyerap praktik budaya Anu Beta Tobat sehingga pelaksanaannya dapat sejalan dengan kehidupan sosial dan budaya dari masyarakat. Masyarakat Maybrat telah membuktikan bahwa praktik "gotong royong" berbasis budaya melalui Anu Beta Tobat dapat membawa mereka untuk menapaki kesejahteraan hidup yang lebih baik dari masa ke masa.<ref>Anu Beta Tubat Sejahterakan Masyarakat<nowiki/>http://kotaku.pu.go.id:8081/wartaarsipdetil.asp?mid=6805&catid=1&</ref>▼
Saat ini praktik budaya kebersamaan berbasis lokal Anu Beta Tubat masih tumbuh di tengah-tengah masyarakat [[Maybrat]], [[Papua Barat Daya]]. Dengan semangat Anu Beta Tubat, masyarakat Maybrat membangun atau memperbaiki gedung sekolah, membeli buku-buku pelajaran, membantu pembiayaan ujian anak-anak mereka. Kemiskinan tidak menjadi penghalang bagi masyarakat Maybrat untuk dapat memperoleh pendidikan yang baik. Masyarakat bergotong royong mengadakan fasilitas untuk sekolah dan membayar gaji guru honorer.<ref>{{Cite web|url=https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4160|title=Budaya Anu Beta Tubat Dukung Keberhasilan George Saa (3) {{!}} Sahabat Keluarga|website=sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id|access-date=2019-02-22|archive-date=2019-02-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20190222152259/https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost%2Fxview&id=4160|dead-url=yes}}</ref>
▲
== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]
|