Candi Kidal: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib)
k +pic info, esthetic
Menghapus Arca_Anusapati.jpg karena telah dihapus dari Commons oleh Fitindia; alasan: No permission since 29 December 2023.
 
(36 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Candi Kidal A.JPG|thumbjmpl|rightka|250px|Candi Kidal di Tumpang, [[Kabupaten Malang]], Jawa Timur]]
'''Candi Kidal''' <ref name="Candi Kidal">
'''CandiMarhaen,2023. Kidal'''https://museum-singhasari.site/id/candi-kidal-raja-anusapati-kerajaan-singhasari/, </ref>, adalah salah satu [[candi]] warisan dari [[kerajaan Singasari]]. Candi ini dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar [[Anusapati]], Raja kedua dari Singhasari, yang memerintah selama 20 tahun (1227 - 1248). Menurut ''Pararaton'' Kematian Anusapati dibunuh oleh [[Tohjaya|Panji Tohjaya]] sebagai bagian dari perebutan kekuasaan Singhasari, juga diyakini sebagai bagian dari kutukan [[Mpu Gandring]].
 
Candi Kidal secara arsitektur, kental dengan budaya Jawa Timuran, telah mengalami pemugaran pada tahun 1990. Candi kidal juga memuat cerita [[Garudeya]], cerita mitologi [[Hindu|Hinduistik]], yang berisi pesan moral pembebasan dari perbudakan. Sampai sekarang candi masih terjaga dan terawat.
 
== Sejarah ==
Selain berasal dari nama desa, juga dikarenakan Candi Kidal berada di tengah halaman candi. Candi Kidal bersifat agama [[Agama Hindu|Hindu]], dahulunya di ruangan candi (garbhagrha) merupakan tempat arca Siwa Mahadewa yang saat ini telah disimpan di Royal Tropical Institute di Amsterdam. Terdiri dari, arca perwujudan Raja kedua Kerajaan Singhasari dan raja Anuspati.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/886882212|title=Candi Indonesia|last=Sedyawati, Edi, 1938-|others=Latief, Feri,, Indonesia. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman,|isbn=9786021766934|edition=Cetakan pertama|location=[Jakarta]|oclc=886882212}}</ref>
 
== Anusapati - Sang Garuda Yang Berbakti ==
Baris 9 ⟶ 13:
:''Bathara Anusapati menjadi raja''
:''Selama pemerintahannya tanah Jawa kokoh sentosa''
:''Tahun caka Persian Gunung Sambu (1170 C - 1248 M) beliaudia berpulang ke Siwabudaloka''
:''Cahaya beliaudia diujudkan arca Siwa gemilang di candi Kidal''
::(Nagarakretagama : pupuh 41 / bait 1, Slamet Mulyono)
 
== Lokasi ==
TerletakCandi terletak di desalembah pada lereng barat [[RejokidalPegunungan Tengger]] di ketinggian 520 meter di atas permukaan laut, kecamatantermasuk wilayah administrasi Desa [[Kidal, Tumpang, Kabupaten Malang|Kidal]], Kecamatan [[Tumpang, Malang|Tumpang]], sekitar 20 &nbsp;km sebelah timur kota [[Kabupaten Malang]] - [[Jawa Timur]],. candiCandi Kidal dibangun pada [[1248]] M, bertepatan dengan berakhirnya rangkaian upacara pemakamanpenghormatan jenazah yang disebut Cradhasradha (tahun ke-12 setelah kematian) untuk menghormat rajaRaja [[Anusapati]] yang telah meninggal. Setelah selesai pemugaran kembali pada dekade 1990-an, candi ini sekarang berdiri dengan tegak dan kokoh serta menampakkan keindahannya. Jalan menuju ke Candi Kidal sudah bagus setelah beberapa tahun rusak berat. Di sekitar candi banyak terdapat pohon-pohon besar dan rindang, taman candi juga tertata dengan baik, ditambah lingkungan yang bernuansa pedesaan menambah suasana asri bila berkunjung kesana.
 
Dari daftar buku pengunjung yang ada nampaktampak bahwa Candi Kidal tidak sepopuler “teman”-nya candi [[Candi Singosari|Singosari]], [[Candi Jago|Jago]], atau [[Candi Jawi|Jawi]]. Ini diduga karena Candi Kidal terletak jauh di pedesaan, tidak banyak diulas oleh pakar sejarah, dan jarang ditulis pada buku-buku panduan pariwisata.
 
== Bangunan ==
== Keistimewaan Candi Kidal ==
[[Berkas:Candi Kidal B.JPG|thumbjmpl|rightka|Kepala [[Batara Kala]] di atas gerbang masuk Candi Kidal.]]
Namun demikian candiCandi Kidal sesungguhnya memiliki beberapa kelebihan menarik dibanding dengan candi-candi lainnya tersebutkeunikan. Candi KidalIa terbuat dari batu [[andesit]] dan berdimensi [[geometris]] [[vertikal]]. Candi Kidal memiliki 3 bagian yaitu kaki, tubuh dan atap. Kaki candi nampaktampak agak tinggi dengan tangga masuk keatas kecil-kecil seolah-olah bukan tangga masuk sesungguhnya. Badan candi lebih kecil dibandingkan luas kaki serta atap candi sehingga memberi kesan ramping. Pada kaki dan tubuh candican di terdapat hiasan [[medallion]] serta sabuk melingkar menghiasi badan candi. Atap candi terdiri atas 3 tingkat yang semakin keatas semakin kecil dengan bagian paling atas mempunyai permukaan cukup luas tanpa hiasan atap seperti ratna (ciri khas candi Hindu) atau stupa (ciri khas candi Budha). Masing-masing tingkat disisakan ruang agak luas dan diberi hiasan. Konon tiap pojok tingkatan atap tersebut dulu disungging dengan berlian kecil.
 
Hal menonjol lainnya adalah kepala kala yang dipahatkan di atas pintu masuk dan bilik-bilik candi. Kala, salah satu aspek Dewa [[Siwa]] dan umumnya dikenal sebagai penjaga [[bangunan suci]]. Hiasan kepala kala Candi Kidal nampaktampak menyeramkan dengan matanya melotot, mulutnya terbuka dan nampaktampak dua taringnya yang besar dan bengkok memberi kesan dominan. Adanya taring tersebut juga merupakan ciri khas candi corak Jawa Timuran. Di sudut kiri dan kanannya terdapat jari tangan dengan mudra (sikap) mengancam. Maka sempurnalah tugasnya sebagai penjaga bangunan suci candi.
 
=== Pemugaran ===
Di sekeliling candi terdapat sisa-sisa pondasifondasi dari sebuah tembok keliling yang berhasil digali kembali sebagai hasil pemugaran tahun 1990-an. Terdapat tangga masuk menuju kompleks candi disebelah barat melalui tembok tersebut namun sulit dipastikan apakah memang demikian aslinya. Jika dilihat dari perspektif tanah sekeliling dengan dataran kompleks candi, nampaktampak candi kompleks Kidal agak menjorok kedalam sekitar 1 meter dari permukaan sekarang ini. Apakah dataran candi merupakan permukaan tanah sesungguhnya akibat dari bencana alam seperti banjir atau gunung meletus tidak dapat diketahui dengan pasti.
 
== Relief Garuda dan Kisah Garudeya ==
Dirunut dari usianya, Candi Kidal merupakan candi tertua dari peninggalan candi-candi periode Jawa Timur pasca Jawa Tengah (abad ke-5 – 10 M). Hal ini karena periode [[Mpu Sindok]] (abad X M), [[Airlangga]] (abad XI M) dan Kediri (abad XII M) sebelumnya tidak meninggalkan sebuah candi, kecuali Candi [[Belahan]] (Gempol) dan [[Jolotundo]] (Trawas) yang sesungguhnya bukan merupakan candi melainkan petirtaan. Sesungguhnya ada candi yang lebih tua yakni [[Candi Kagenengan]] yang menurut versi kitab [[Nagarakretagama]] tempat di-dharma-kannya, [[Ken Arok]], ayah tiri Anusapati. Namun sayang candi ini sampai sekarang belum pernah ditemukan.
[[Berkas:Candi Kidal D.JPG|thumbjmpl|rightka|Relief II: Garuda mengambil tirta amerta]]
 
[[Berkas:Candi Kidal E.JPG|thumbjmpl|rightka|Relief III: Garuda menyelamatkan ibunya]]
== Relief Garuda ==
Pada bagian kaki candi terpahatkan 3tiga buahsosok relief indah yang menggambarkan cerita legenda [[Garudeya]] (Garuda). Cerita ini sangat popular dikalangan masyarakat Jawa saat itu sebagai cerita moral tentang pembebasan atau ruwatan. Kesusastraan Jawa kuno berbentuk kakawin tersebut, mengisahkan tentang perjalanan [[Garuda]] dalam membebaskan ibunya dari perbudakan dengan penebusan air suci amerta.
[[Berkas:Candi Kidal C.JPG|thumb|right|Relief I: Garuda melayani para ular]]
[[Berkas:Candi Kidal D.JPG|thumb|right|Relief II: Garuda mengambil tirta amerta]]
[[Berkas:Candi Kidal E.JPG|thumb|right|Relief III: Garuda menyelamatkan ibunya]]
Pada bagian kaki candi terpahatkan 3 buah relief indah yang menggambarkan cerita legenda [[Garudeya]] (Garuda). Cerita ini sangat popular dikalangan masyarakat Jawa saat itu sebagai cerita moral tentang pembebasan atau ruwatan Kesusastraan Jawa kuno berbentuk kakawin tersebut, mengisahkan tentang perjalanan [[Garuda]] dalam membebaskan ibunya dari perbudakan dengan penebusan air suci amerta.
 
Cerita ini juga ada pada candi Jawa Timur yang lain yakni di [[candi Sukuh]] (lereng utara G. Lawu). Cerita Garuda sangat dikenal masyarakat pada waktu berkembang pesat agama Hindu aliran Waisnawa (Wisnu) terutama pada periode kerajaan [[Kahuripan]] dan [[Kediri]]. Sampai-sampai Airlangga, raja Kahuripan, setelah meninggal diujudkan sebagai dewa Wisnu pada candi Belahan dan Jolotundo, dan patung Wisnu di atas Garuda paling indah sekarang masih tersimpan di [[museum Trowulan]] dan diduga berasal dari [[Petirtaan Belahan|candi Belahan]].
Baris 42 ⟶ 43:
 
Ketika Garuda tumbuh besar, dia bertanya kepada ibunya mengapa dia dan ibunya harus menjaga 3 saudara angkatnya sedangkan bibinya tidak. Setelah diceritakan tentang pertaruhan kuda Uraiswara, maka Garuda mengerti. Suatu hari ditanyakanlah kepada 3 ekor ular tersebut bagaimana caranya supaya ibunya dapat terbebas dari perbudakan ini. Dijawab oleh ular "bawakanlah aku air suci amerta yang disimpan di kahyangan serta dijaga para dewa, dan berasal dari lautan susu". Garuda menyanggupi dan segera mohon izin ibunya untuk berangkat ke kahyangan.
Tentu saja para dewa tidak menyetujui keinginan Garuda sehingga terjadilah perkelahian. Namun berkat kesaktian Garuda para dewa dapat dikalahkan. Melihat kekacauan ini Bathara Wisnu turun tangan dan Garuda akhirnya dapat dikalahkan. Setelah mendengar cerita Garuda tentang tujuannya mendapatkan amerta, maka Wisnu memperbolehkan Garuda meminjam amerta untuk membebaskan ibunya dan dengan syarat Garuda juga harus mau menjadi tungganggannya. Garuda menyetujuinya. Sejak saat itu pula Garuda menjadi tunggangan Bathara Wisnu seperti nampaktampak pada patung-patung Wisnu yang umumnya duduk di atas Garuda. Garuda turun kembali ke bumi dengan amerta. (relief kedua).
 
Dengan bekal air suci amerta inilah akhirnya Garuda dapat membebaskan ibunya dari perbudakan atas Kadru. Hal ini digambarkan pada relief ketiga dimana Garuda dengan gagah perkasa menggendong ibunya dan bebas dari perbudakan. (relief ketiga)
 
== Ruwatan ==
Berbeda dengan candi-candi [[Jawa Tengah]], candi Jawa Timuran berfungsi sebagai tempat pen-dharma-an (kuburan) raja, sedangkan candi-candi Jawa Tengah dibangun untuk memuliakan agama yang dianut raja beserta masyarakatnya. Seperti dijelaskan dalam kitab Negarakretagama bahwa raja Wisnuwardhana didharmakan di candi Jago, Kertanegara di candi Jawi dan Singosari, Raden Wijaya di candi Simping, Hayam Wuruk di candi Ngetos, dsb.
 
Dalam filosofi Jawa asli, candi juga berfungsi sebagai tempat ruwatan raja yang telah meninggal supaya kembali suci dan dapat menitis kembali menjadi dewa. Ide ini berkaitan erat dengan konsep "Dewa-Raja"[[Dewaraja]] yang berkembang kuat di Jawa saat itu. Dan untuk menguatkan prinsip ruwatan tersebut sering dipahatkan relief-relief cerita moral dan legenda pada kaki candi, seperti pada candi Jago, Surowono, Tigowangi, Jawi, dan lain lain. Berkaitan dengan prinsip tersebut, dan sesuai dengan kitab [[Negarakretagama]], maka candi Kidal merupakan tempat diruwatnya raja Anusapati dan dimuliakan sebagai [[Siwa]]. Sebuah patung Siwa yang indah dan sekarang masih tersimpan di museum [[Leiden]] - [[Belanda]] diduga kuat berasal dari candi Kidal. Sebuah pertanyaan, mengapa dipahatkan relief Garudeya? Apa hubungannya dengan Anusapati?.
 
Kemungkinan besar sebelum meninggal, Anusapati berpesan kepada keluarganya agar kelak candi yang didirikan untuknya supaya dibuatkan relief Garudeya. Dia sengaja berpesan demikian karena bertujuan meruwat ibunya, Kendedes, yang sangat dicintainya, namuntetapi selalu menderita selama hidupnya dan belum sepenuhnya menjadi wanita utama.
 
Dalam prasati [[Mula Malurung]], dikisahkan bahwa Kendedes adalah putri Mpu Purwa dari pedepokan di daerah Kepanjen – Malang yang cantik jelita tiada tara. Kecantikan Ken Dedes begitu tersohor hingga akuwu [[Tunggul Ametung]], terpaksa menggunakan kekerasan untuk dapat menjadikan dia sebagai istrinya prameswari. Setelah menjadi istri Tunggul Ametung, ternyata Ken Dedes juga menjadi penyebab kematian suaminya yang sekaligus ayah Anusapati karena dibunuh oleh Ken Arok, ayah tirinya.
 
Hal ini terjadi karena Ken Arok, yang secara tak sengaja ditaman Boboji kerajaan Tumapel melihat mengeluarkan sinar kemilau keluar dari aurat Kendedes. Setelah diberitahu oleh pendeta Lohgawe, bahwa wanita mana saja yang mengeluarkan sinar demikian adalah wanita [[ardanareswari]], yakni wanita yang mampu melahirkan raja-raja besar di Jawa. Sesuai dengan ambisi Ken Arok maka diapun membunuh Tunggul Ametung serta memaksa kawin dengan Kendedes. Sementara itu setelah mengawini Kendedes, Ken Arok masih juga mengawini [[Ken Umang]] dan menurut cerita tutur Ken Arok lebih menyayangi istri keduanya dari padadaripada Ken Dedes; Sehingga Ken Dedes diabaikan.
 
Berlandaskan uraian di atas, maka pemberian relief Garudeya pada candi Kidal oleh Anusapati bertujuan untuk meruwat ibunya Ken Dedes yang cantik jelita namun nestapa hidupnya. Anusapati sangat berbakti dan mencintai ibunya. Dia ingin ibunya menjadi suci kembali sebagai wanita sempurna lepas dari penderitaan dan nestapa.
 
== Rujukan ==
<references />
 
== Lihat pula ==
Baris 63 ⟶ 67:
* [[Ken Arok]]
* [[Candi Jago]]
* [[Kategori:Candi Hindu|Kidal]]
 
== Daftar Pustaka ==
Baris 96 ⟶ 101:
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://malangsite.net/wisata-sejarah-malang-candi-kidal/ Situs web tentang candi dan wisata lain di Malang]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{id}} [http://cityguide.kapanlagi.com/malang/wisata/35639-candi-kidal.html Candi Kidal di '''CityGuide.KapanLagi.com'''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110129203740/http://cityguide.kapanlagi.com/malang/wisata/35639-candi-kidal.html |date=2011-01-29 }}
 
{{Candi Hindu Indonesia}}
[[Kategori:Candi Hindu|Kidal]]
[[Kategori:Candi di Jawa Timur|Kidal]]
 
[[enKategori:KidalCandi templeHindu]]
[[frKategori:TempleCandi dedi KidalJawa Timur]]