Pendidikan jarak jauh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(20 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Student_during_Coronavirus_in_Mexico_(2).jpg|jmpl|Pelajar Meksiko yang mengambil pendidikan jarak jauh selama [[Pandemi COVID-19]].]]
'''Pendidikan jarak jauh''' ([[bahasa Inggris]]: ''distance education'') adalah [[pendidikan]] formal berbasis lembaga yang peserta didik dan instrukturnya berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan sistem [[telekomunikasi]] interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan di dalamnya. [[Pembelajaran elektronik]] ''(e-learning)'' atau pembelajaran [[daring]] ''(online)'' merupakan bagian dari pendidikan jarak jauh yang secara khusus menggabungkan teknologi elektronika dan teknologi berbasis internet.<ref>Simonson, M., Smaldino, S., Albright, M.,& Zvacek, S. (2006). Teaching and learning at a distance: Foundations of distance education (3rd ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson</ref>
 
Kemajuan yang terjadi dalam dunia teknologi komunikasi dan informasi memunculkan peluang maupun tantangan baru dalam dunia pendidikan. Peluang baru yang muncul termasuk akses yang lebih luas terhadap konten [[multimedia]] yang lebih kaya, dan berkembangnya metode pembelajaran baru yang tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Di sisi lain kemajuan teknologi dengan beragam inovasi [[digital]] yang terus berkembang juga menghadirkan tantangan baru bagi penyelenggara pendidikan untuk terus menyesuaikan infrastruktur pendidikan dengan teknologi baru tersebut akan semakin meningkatkan kualitas belajar .<ref>http://edweek.org/ew/issues/technology-in-education/ Diakses 20 September 2015</ref>
 
Pendidikan jarak jauh bukan [[metode]] baru dalam sistem pendidikan. Metode pembelajaran ini telah digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1892 ketika [[Universitas Chicago]] meluncurkan program pembelajaran jarak jauh pertamanya untuk tingkat pendidikan tinggi. Metode pembelajaran jarak jauh terus berkembang dengan menggunakan beragam teknologi komunikasi dan informasi termasuk [[radio]], [[televisi]], [[satelit]], dan [[internet]].<ref name="evolution-of-distance-learning.com">http://evolution-of-distance-learning.com/ {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20151110122540/http://www.evolution-of-distance-learning.com/ |date=2015-11-10 }} Diakses 20 September 2015</ref> Meluasnya penggunaan internet oleh publik di berbagai negara pada tahun 1996 menjadi suatu fenomena yang berkembang dan diikuti oleh kemunculan beragam konten digital di dalamnya.<ref name="Grant, A.E. 2010">Grant, A.E. & Meadows, J.H. (2010). Communication Technology Update and Fundamentals. 12th Edition.Focal Press:</ref> Pada tahun yang sama, John Bourne mengembangkan ''Asychronous Learning Network [[Web]]'' yang merujuk kepada kemampuan untuk memberikan pendidikan kapan saja dan di mana saja melalui internet.<ref name="evolution-of-distance-learning.com"/>
 
Pembelajaran online pada dasarnya adalah pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sistem pembelajaran jarak jauh merupakan sistem yang sudah ada sejak pertengahan abad 18. Sejak awal, pembelajaran jarak jauh selalu menggunakan teknologi untuk pelaksanaan pembelajarannya, mulai dari teknologi paling sederhana hingga yang terkini. Sejarah perkembangan pembelajaran jarak jauh dapat dikelompokkan berdasarkan teknologi dominan yang digunakannya. Menurut Taylor (2000), generasi pembelajaran jarak jauh dikelompokkan menjadi ke dalam lima: model korespondensi, model multimedia, model tele-learning, model pembelajaran fleksibel, dan model pembelajaran fleksibel yang lebih cerdas (''The Intelligent Flexible Learning Model''). Generasi PTJJ keempat dan kelima terdapat istilah yang sangat populer di masyarakat, seperti e-learning, online learning, dan mobile learning yang lebih memasyarakatkan lagi fenomena PJJ.<ref>{{Cite book|last=Belawati|first=Tian|date=30 Desember 2019|url=http://repository.ut.ac.id/8813/|title=Pembelajaran Online|location=Tangerang Selatan|publisher=Universitas Terbuka|isbn=9786023927029|pages=6|url-status=live}}</ref>
 
== Sistem pendidikan konvensional ==
Pendidikan merupakan suatu proses akademis yang bertujuan untuk meningkatkan nilai-nilai moral, sosial, budaya, dan agama sekaligus mempersiapkan peserta didik untuk mampu menghadapi berbagai tantangan dalam proses kehidupan. Dalam pendidikan terjadi proses [[komunikasi]] yang terorganisasi dan berkelanjutan untuk menumbuhkan aktivitas belajar dalam diri pembelajar sehingga pembelajar dapat mengembangkan kemampuannya dalam menemukan, mengolah, dan mengevaluasi berbagai [[informasi]] dan [[pengetahuan]] untuk kemudian berkontribusi dalam pencarian solusi atas masalah yang ada dan berpartisipasi aktif di masyarakat.<ref>Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. (hlm.1)</ref> Dalam sistem pendidikan konvensional, metode yang digunakan adalah melalui pertemuan tatap muka antara pengajar dan peserta didik. Dengan kata lain, pengajar dan pembelajar berada di ruang yang sama pada waktu yang bersamaan juga untuk saling berkomunikasi dan berinteraksi.
 
=== Karakteristik pendidikan konvensional ===
Baris 23 ⟶ 26:
=== Keunggulan dan kelemahan pendidikan konvensional ===
Keunggulan dari metode pendidikan konvensional antara lain:
* Tingginya tingkat interaksi langsung antara pengajar dan peserta didik yang akan mempercepat terbentuknya relasi dan nilai-nilai dalam proses belajar-mengajar.<ref>Rachmat, Edy. (2011). “E-Learning & Sistem Pendidikan Konvensional” [httphttps://waspadamedanmediaibu.comid/index.php?option=com_content&view=article&id=15626:pusatmemaksimalkan-bahasapendidikan-iainanak-adakanlewat-pelatihanpembelajaran-toefl&catid=35:medan&Itemid=104]jarak-jauh/ DiaksesMemaksimalkan 22Pendidikan SeptemberAnak 2015lewat Pembelajaran Jarak Jauh]</ref>
* Pertemuan tatap muka antara pengajar dan peserta didik mendukung terselenggaranya proses belajar-mengajar yang terfokus dan terkontrol sehingga pembelajaran dapat dioptimalkan.<ref>Frey, Thomas. (2007). “The Future of Education” [http://futuristspeaker.com/2007/03/the-future-of-education/] Diakses 20 September 2015</ref>
Baris 36 ⟶ 39:
* Pemerataan yang merujuk kepada asas [[keadilan]] dan persamaan [[hak]] bagi siapa saja untuk mengenyam pendidikan tanpa dibatasi oleh berbagai kendala.
* Kualitas, yaitu berkenaan dengan jaminan standar pengajar, materi bahan ajar dan ujian, dan proses pembelajaran interaktif yang berbasis teknologi komunikasi dan informasi.
Walaupun sistem pendidikan jarak jauh (PJJ) telah mulai sejak pertengahan abad 19, PJJ sebagai sistem implementasi pendidikan terbuka baru mulai dikenalsecara luas pada tahun 1969 setelah pendirian ‘Universitas Terbuka’ pertama di Inggris yang bernama The Open University (awalnya dikenal sebagai The British Open University atau United Kingdom Open University). Model penyelenggaraan The Open University (OU) ini dinilai sukses membuka akses pendidikan tinggi secara massal dan kemudian banyak ditiru oleh negara lain termasuk oleh [[Indonesia]] yang mendirikan [[Universitas Terbuka]] (UT) pada tahun 1984.<ref>{{Cite book|last=Belawati|first=Tian|date=2021|url=https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/TPEN4204-M1.pdf|title=Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh|location=Tangerang Selatan|publisher=Universitas Terbuka|isbn=9786233121279|pages=1.17|url-status=live}}</ref>
 
=== Karakteristik pendidikan jarak jauh ===
Baris 48 ⟶ 52:
Penyelenggaraan pendidikan jarak jauh tidak dapat dilepaskan dari penggunaan teknologi. Hal ini dikarenakan dalam pendidikan jarak jauh tidak terjadi kontak secara langsung antara pengajar dan peserta didik. Proses komunikasi antara keduanya dilakukan melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi. Walau demikian, pertemuan tatap muka tetap dapat dilakukan dengan frekuensi yang terbatas. Teknologi komunikasi dan informasi yang banyak digunakan dalam pendidikan jarak jauh adalah komputer dan internet.
 
Pemanfaatan komputer dan internet memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mengakses materi-materi ajar yang juga sudah dikemas dalam bentuk [[digital]] di mana pun dan kapan pun. Dengan menggunakan komputer dan internet juga, pengajar dan peserta didik dapat melakukan interaksi baik menggunakan aplikasi [[surat elektronik]], video konferensi, atau forum diskusi dalam jaringan.<ref>Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. (hlm.45)</ref> Meski penggunaan berbagai teknologi digital dalam pendidikan jarak jauh membuat batas-batas geografis seakan lenyap, namun proses komunikasi yang dimediasi oleh komputer dan internet memiliki keterbatasan dalam menangkap ekspresi dan gerakan ''(gesture)'' dari pengajar dan peserta didik. Teknologi komunikasi pendukung lainnya yang digunakan untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan jarak jauh antara lain [[buku elektronik]], ''compact disc'' (CD) atau ''digital versatile disc'' (DVD) untuk rekaman audio dan video, dan perangkat pengolah informasi seperti tablet atau laptop.
 
=== Keunggulan dan kelemahan pendidikan jarak jauh ===
Baris 54 ⟶ 58:
* Proses pembelajaran dapat dilakukan tanpa dibatasi oleh keharusan pengajar dan peserta didik untuk berada di ruang dan waktu yang sama.
* Penggunaan teknologi komunikasi dan informasi sebagai media pembelajaran menimbulkan biaya yang lebih rendah baik bagi penyelenggara pendidikan jarak jauh maupun peserta didik.
* Materi ajar dan berbagai interaksi dalam bentuk tulisan yang dikemas secara digital memungkinkan peserta didik untuk dapat [[membaca]] kembali berulang-ulang informasi yang tercatat di dalamnya.
 
Kelemahan dari metode pendidikan jarak jauh antara lain:
Baris 62 ⟶ 66:
 
== Demografi Indonesia ==
Jumlah penduduk Indonesia berkisar 250 juta jiwa dan membuat Indonesia menjadi negara dengan [[kepadatan penduduk]] terbesar keempat di dunia. Menurut estimasi [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] (PBB), populasi penduduk Indonesia akan terus meningkat dan akan mencapai 290 juta jiwa pada tahun 2045. Dengan laju pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berada di angka 2.5 persen juga akan terus menambah jumlah penduduk usia produktif (usia 15-64) di masa mendatang. Struktur usia yang mendominasi komposisi penduduk Indonesia adalah kelompok usia produktif dengan rata-rata usia penduduknya adalah 28.2 tahun pada tahun 2011. Angka tersebut merupakan ''median age'' yang berarti setengah dari populasi Indonesia berada pada usia 28.2 tahun lebih dan separuhnya lagi berusia di bawah 28.2 tahun. Kelompok usia muda akan dapat menjadi pilar kekuatan kerja Indonesia dengan kondisi bahwa kelompok usia tersebut mendapatkan pendidikan yang baik dan kesempatan kerja yang memadai juga.<ref>Gusti. (2014). “Bonus Demografi Belum Diimbangi Pertumbuhan Lapangan Kerja.” [https://ugm.ac.id/id/berita/9612-negara.abaikan.persoalan.pendidikan.dan.bonus.demografi] Diakses 20 September 2015</ref>
== Kondisi geografis Indonesia ==
Baris 71 ⟶ 75:
 
=== Perguruan tinggi di Indonesia ===
Berdasarkan data [[DIKTI]] dan [[Kemendikbud]], jumlah lembaga perguruan tinggi di Indonesia adalah 4.273, sementara jumlah siswa lulusan SMA dan SMK pada tahun 2014 adalah 2.804.664.<ref>Surjono, Herman Dwi. (2015). “Adaptive and Engaging E-Learning: Inovasi Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Pendidikan Jarak Jauh” [http://uny.ac.id/rubrik-tokoh/prof-herman-dwi-surjono-phd.html] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150925133422/http://www.uny.ac.id/rubrik-tokoh/prof-herman-dwi-surjono-phd.html|date=2015-09-25}} Diakses 9 Mei 2015</ref><ref name="edukasi.kompas.com">Kompas. (2015). “Mengapa Perkuliahan Sistem Online Cocok untuk Indonesia?” [http://edukasi.kompas.com/read/2015/05/05/17110131/Mengapa.Perkuliahan.Sistem.Online.Cocok.untuk.Indonesia.?utm_source=news&utm_medium=bp-kompas&utm_campaign=related&] Diakses 9 Mei 2015</ref> Lembaga perguruan tinggi di Indonesia memiliki daya tampung yang terbatas untuk menyerap siswa lulusan SMA dan SMK, yaitu hanya sekitar 50 persen saja. Akumulasi siswa lulusan SMA dan SMK yang tidak terserap akan terus meningkat setiap tahunnya jika daya tampung lembaga perguruan tinggi tidak ditingkatkan dan kendala keterbatasan finansial bagi sebagian penduduk belum teratasi. Berbagai strategi diupayakan untuk meningkatkan daya tampung perguruan tinggi melalui penambahan perguruan tinggi maupun pengembangan sistem pendidikan jarak jauh untuk memperluas akses pendidikan tinggi di Indonesia.
 
=== Angka partisipasi perguruan tinggi ===
Baris 87 ⟶ 91:
* [[Universitas Bina Nusantara]]
* [[London School of Public Relations]]
*[[Universitas Al Azhar Indonesia|Universitas Al-Azhar Indonesia]]
 
=== Masa depan pendidikan jarak jauh ===
Seiring kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang terus berkembang, metode pendidikan bermediasikan komputer dan internet khususnya, tidak lagi dianggap sebagai suatu teknologi eksperimental karena pendidikan tinggi perlu mempertimbangkan pertumbuhan peserta didik di era serba digital dan berbasis pengetahuan yang kompetitif ini. Pendidikan jarak jauh dapat melayani lebih banyak peserta didik sehingga diperkirakan sistem pendidikan ini akan terus berkembang di banyak lembaga pendidikan tinggi. Keberhasilannya akan turut ditentukan bukan hanya oleh ketersediaan teknologi komunikasi dan informasi, melainkan juga oleh kualitas materi ajar, pengajar, peserta didik, metode [[pedagogi]], interaksi yang dapat diakomodir, dan sistem pendukung lainnya yang dibangun oleh penyelenggara pendidikan jarak jauh.<ref>Portugal, Lisa Marie. (2006). “Emerging Leadership Roles in Distance Education: Current State of Affairs and Forecasting Future Trend” dalam Online Journal of Distance Learning Administration, Volume IX, Number III, Fall 2006. University of West Georgia: Distance Education Center. [http://www.westga.edu/~distance/ojdla/fall93/portugal93.htm] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150924094542/http://www.westga.edu/~distance/ojdla/fall93/portugal93.htm|date=2015-09-24}} Diakses 20 September 2015</ref>
 
Terlepas dari teknologi digital dapat mengatasi kendala jarak geografis dalam rangka terselenggaranya proses belajar-mengajar, namun ada komunikasi yang tidak dapat digantikan oleh penggunaan teknologi digital. Ada jenis komunikasi yang tetap mengharuskan [[komunikator]] dan komunikan duduk di ruangan yang sama dan berinteraksi satu sama lain. Bahkan teknologi layar video definisi tinggi atau hologram tiga dimensi tidak akan dapat menggantikan sepenuhnya komunikasi konvensional secara tatap muka. Dengan kata lain, pertemuan langsung tetap diperlukan dalam kondisi-kondisi tertentu, termasuk dalam proses belajar-mengajar. Itulah sebabnya metode pendidikan jarak jauh tidak akan menggantikan pembelajaran maupun komunikasi langsung dan secara pribadi. Pendidikan jarak jauh akan meningkatkan sistem pendidikan konvensional, namun tidak akan menghilangkannya.<ref>Cohen, Steven. (2012). “Distance Learning and the Future of Education.” [http://www.huffingtonpost.com/steven-cohen/distance-learning-and-the_b_1928535.html] Diakses 20 September 2015</ref>
 
==== Ramalan masa depan pendidikan jarak jauh dalam metode Delfi ====
Dalam upaya untuk mengidentifikasi dan memprediksi tren yang akan muncul dalam suatu lingkungan tertentu, para perencana organisasi biasanya melihat sejumlah alat strategi pembangunan termasuk [[metode Delfi]] untuk membantu organisasi dalam memutuskan dan membuat perencanaan. Metode Delfi dipandang baik digunakan sebagai alat peramalan masa depan yang berguna untuk mengetahui masalah yang menjadi fokus riset para ahli di bidangnya, bukan sekadar fokus dari populasi masyarakat pada umumnya. Metode Delfi dibentuk untuk mencari tahu konsensus umum para ahli tentang suatu isu di masa depan. Karena metode Delfi memberikan gambaran yang cukup jelas tentang ke mana organisasi akan mengarah dan apa yang mungkin dilakukan di masa depan, metode ini sangat berguna dalam perencanaan skenario, termasuk dalam bidang pendidikan tinggi dan pendaftaran peserta didik.<ref>Rollins, Lisa L. (2014). “Futuring for Optimum Outcomes in Higher Education: Addressing the Needs of Today’s Adult Learners.” Dalam Journal of Social Sciences (COES&RJ-JSS). ISSN (E):2305-9249 ISSN (P):2305-9494. Centre of Excellence for Scientific & Research Journalism [http://www.centreofexcellence.net/J/JSS/JSS Mainpage.htm] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150925112607/http://www.centreofexcellence.net/J/JSS/JSS |date=2015-09-25 }} Diakses 20 September 2015</ref>
Salah satu hasil penelusuran pandangan dan opini para ahli dalam bidang pendidikan jarak jauh dikemukakan oleh Noa Aharony dan Jenny Bronstein dari [[Universitas Bar-Ilan]]. Dalam tulisannya yang berjudul “Sebuah Investigasi Delfi terkait Masa Depan Pendidikan Jarak Jauh” ''(A Delphi Investigation into the Future of Distance Education)'' diperoleh informasi bahwa dari 35 ahli yang diminta untuk menilai 16 pernyataan sesuai dengan apa yang mereka pikir mungkin akan terjadi (probabilitas) dan apa yang mereka ingin lihat terjadi (keinginan), temuan menunjukkan mayoritas ahli meramalkan bahwa penggunaan teknologi baru akan mengubah teori dan metodologi pendidikan konvensional. Hal ini akan berdampak pada keterampilan dan upaya para pengajar, umpan balik, interaksi dan proses penilaian pembelajaran. Namun terkait masa depan pendidikan jarak jauh, para ahli melihat terlepas dari adanya kecenderungan penyediaan layanan pendidikan jarak jauh formal secara penuh di masa depan, tetapi para ahli ragu bahwa pendidikan jarak jauh akan sepenuhnya menggantikan pendidikan konvensional. Selain itu, para ahli juga melihat peran teknologi seluler dan jejaring sosial sebagai fasilitator dalam proses berbagi informasi dalam sistem pendidikan jarak jauh yang menciptakan suasana kerjasamakerja sama dan interaksi yang mudah di antara pengguna. Para ahli berpandangan bahwa [[asimilasi]] teknologi seluler dan jejaring sosial akan mempengaruhi metode pendidikan jarak jauh dan pedagogi.<ref>Aharony, Noa & Bronstein, Jenny. (2012). “A Delphi Investigation into the Future of Distance Education.” [http://www.openu.ac.il/innovation/chais2012/downloads/b-Aharony-Bronstein-58_eng.pdf] Diakses 20 September 2015</ref>
 
==== Masa depan pendidikan jarak jauh di Indonesia ====
Baris 110 ⟶ 115:
 
== Pranala luar ==
* [http://www.westga.edu/~distance/ojdla/fall93/portugal93.htm Emerging Leadership Roles in Distance Education] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150924094542/http://www.westga.edu/~distance/ojdla/fall93/portugal93.htm |date=2015-09-24 }}
* [http://www.westga.edu/~distance/ojdla/fall33/rockwell33.html Research and Evaluation Needs for Distance Education] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200716224756/https://www.westga.edu/~distance/ojdla/fall33/rockwell33.html |date=2020-07-16 }}
* [http://www.centreofexcellence.net/J/JSS/Vol3/No2/JSSarticle8,3(2)pp367-380.pdf Futuring for Optimum Outcomes in Higher Education] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150925112529/http://www.centreofexcellence.net/J/JSS/Vol3/No2/JSSarticle8,3(2)pp367-380.pdf |date=2015-09-25 }}
* [http://www.uny.ac.id/rubrik-tokoh/prof-herman-dwi-surjono-phd.html Adaptive and Engaging Learning] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150925133422/http://www.uny.ac.id/rubrik-tokoh/prof-herman-dwi-surjono-phd.html |date=2015-09-25 }}
* [https://www.academia.edu/11056576/Trends_in_Distance_Education_Research_A_Content_Analysis_of_Journals_2009-2013 Trends in Distance Education Research]
* [http://www.huffingtonpost.com/steven-cohen/distance-learning-and-the_b_1928535.html Distance Learning and the Future of Education]
Baris 122 ⟶ 127:
 
[[Kategori:Pendidikan]]
[[Kategori:Jenis universitas atau perguruan tinggi]]