Pekalongan, Winong, Pati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sejarah Desa Pekalongan Kecamatan Winong Kabupaten Pati
Tag: VisualEditor karakter berulang [ * ] mengosongkan halaman [ * ]
 
(30 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 7:
|kecamatan =Winong
|kode pos =59181
|nama pemimpin =Ukhwatur Roi, S.Pd.I.
[[Berkas:Roi.jpg|jmpl|ka|150px|Ukhwatur Roi, S.Pd.I.]]
|luas =198,970 Ha
|penduduk =2.854870 jiwa (20142015)
|kepadatan =-
}}
'''[http://pekalongan-pati.desa.id Desa Pekalongan]''' merupakan 1salah satu dari 30 desa di
[[Winong, Pati|Kecamatan Winong ]]
[[Kabupaten Pati,]] [[Jawa Tengah|Provinsi Jawa Tengah]], yang berlokasi arahdi sebelah tenggara dari pusat Kota [[Kabupaten Pati]] dengan jarak tempuh sejauh kurang lebih 17 Km.
 
'''Desa Pekalongan''' tidak ada hubungannya dengan [[Kabupaten Pekalongan]] atau [[Kota Pekalongan]]. Secara kebetulan saja namanya yang sama, tetapi mempunyai sejarah yang berbeda- beda.
Secara administratif letak desa [[Pekalongan, Winong, Pati|Pekalongan]] sebagai berikut:
* Sebelah Utara :berbatasan dengan Desa Winong Kecamatan Winong.
* Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Karangkongan dan Desa Pagendisan Kecamatan Winong.
* Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Kebolampang dan Danyangmulyo Kecamatan Winong.
* Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Winong Kecamatan Winong
Desa Pekalongan juga terkenal sebagai desa pendidikan. Desa ini memiliki banyak lembaga pendidikan, seperti:
* SD N Pekalongan
* MI Tarbiyatul Banin
* MTs Negeri Winong ( RSBI )
* MTs Tarbiyatul Banin
* SMP Al-Falah ( sudah tidak ada )
* MA Tarbiyatul Banin
* MA Darul Ma'la
* SMK Al-Falah
* Dan beberapa lembaga pendidikan nonformal seperti PAUD/KB Tarbiyatul Banin, TK, Taman Pendidikan Qur'an (TPQ) As Salam, Majlis Taklim dan Pondok Pesantren.
Pekalongan juga di kenal dengan desa yang maju olah raganya. Desa Pekalongan terkenal dengan masyarakatnya yang terpelajar banyak dari pemuda-pemudi desa ini lulusan dari perguruan tinggi terkenal di tanah air maupun luar negeri. Desa ini juga menjadi salah satu basis agama Islam di kecamatan Winong.
 
== '''Sejarah Desa Pekalongan''' ==
Menurut cerita yang turun-temurun, orang pertama yang membuka '''Desa Pekalongan''' adalah '''Ki Ageng Rante Kencono Wulung''', yang biasa disebut Mbah Rante. Semua tokoh di desa ini sepakat mengenai peranan Mbah Rante tersebut sehingga ia dijuluki ''waliyyul qoryah'' (walinya desa). Karena itu, nama Mbah Rante selalu disebut oleh warga desa ini saat memanjatkan doa hajatan (selamatan). Dan, haulnya selalu diperingati setiap tahun. Salah satu kegiatan haul yang sering dilaksanakan adalah kirab budaya Jawa.<ref>[http://www.pasfmpati.com/radio/index.php/2268-masyarakat-desa-pekalongan-sedekah-bumi-gelar-kirab-budaya pasfmpati.com, 18 September 2015], diakses pada 28 Januari 2017</ref>
Konon pada waktu dahulu menurut ceritera para sesepuh yang telah meninggal dunia, nama Desa Pekalongan tersebut semula adalah Desa “SIDI PURA” Yang diartikan pada waktu itu :
[[Berkas:Makam_Mbah_rante_Kencono_Wulung.jpg|jmpl|ka|250px|Makam Ki Ageng Rante Kencono Wulung.]]
Hanya saja, para tokoh desa tidak satu suara mengenai pertanyaan, apakah Mbah Rante mempunyai keturunan. Sebagian berpendapat bahwa nenek moyang warga desa ini adalah Mbah Rante, sementara sebagian yang lain berpendapat bahwa Mbah Rante tidak mempunyai keturunan.
 
Bagi yang berpendapat mempunyai keturunan, diyakini Mbah Rante mempunyai 4 (empat) anak, yaitu Lambu, Sastro Leksono, Sayyidin dan Sakidin. Keempat orang inilah yang menurunkan generasi hingga sekarang.<ref>H. Sjahruman Djauhar, ''“Buku Keluarga Yunus Brawidjaja Desa Pekalongan Winong Pati Tahun 1835-2002”'', tidak diterbitkan, 2003</ref> Sedangkan bagi yang berpendapat tidak mempunyai keturunan, maka ayah dari Lambu, Sastro Leksono, Sayyidin dan Sakidin bukan Mbah Rante, tetapi orang lain. Namun sampai saat ini belum ada penelitian yang menemukan siapa orang lain itu.
SIDI          : Tempat untuk semedi ( Hindu )
 
Masih menurut cerita yang beredar dari mulut ke mulut, bahwa dulu Mbah Rante selalu menggunakan kalung. Karena kalung itu, wilayah tempat tinggalnya dinamakan '''Desa Pekalongan'''.
PURA        : -  Tempat Ibadah Agama Hindu, tempat terbuka tidak beratap.
 
== Geografi ==
-    Diartikan pula tempat untuk minta "ngapura" ampunan dari Yang Mahn Esa.
'''Desa Pekalongan''' terletak di posisi yang sangat strategis, yaitu di jantung Kecamatan Winong. Letaknya berdekatan dengan pusat Pemerintahan [[Winong, Pati|Kecamatan Winong]], berdekatan dengan pusat bisnis di [[Winong, Pati|Kecamatan Winong]], dan berada di titik penghubung 4 (empat) kecamatan, yaitu [[Winong, Pati|Kecamatan Winong]], [[Gabus, Pati|Kecamatan Gabus]], [[Pucakwangi, Pati|Kecamatan Pucakwangi]] dan [[Jakenan, Pati|Kecamatan Jakenan]].
 
Desa-desa yang berbatasan dengan '''Desa Pekalongan''' adalah sebagai berikut:
SIDIPURA : Tempat untuk semedi, untuk minta ampunan kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar tujuan yang dimaksudkan dapat dikabulkan.
* Sebelah Utara: berbatasan dengan Desa Winong [[Winong, Pati|Kecamatan Winong]].
* Sebelah Timur: berbatasan dengan Desa Karangkongan dan Desa Pagendisan [[Winong, Pati|Kecamatan Winong]].
* Sebelah Selatan: berbatasan dengan Desa Kebolampang dan Danyangmulyo [[Winong, Pati|Kecamatan Winong]].
* Sebelah Barat: berbatasan dengan Desa Winong [[Winong, Pati|Kecamatan Winong]].
 
Luas wilayah 198,970 Ha yang dimiliki '''Desa Pekalongan''', terbagi menjagi kawasan hunian seluas 61,340 Ha, lahan pertanian 134,630 Ha, lapangan olahraga 1 Ha, kuburan 1 Ha, dan lahan lainnya 3 Ha.<ref name="ReferenceA">Pemerintah Desa Pekalongan Kecamatan Winong Kabupaten Pati, ''“Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Tahun 2015”'', tidak diterbitkan, 2015</ref>
RANTE KENC0N0 WULUNG
 
== Silsilah ==
Konon menurut ceritera turun temurun di Daerah Pati – Jepara terdapat 5 (lima) orang bersaudara berasal dari Jawa Timur yang berjuang menentang Penjajahan Belanda dan menegakkan Ajaran Agama Islam, adapun lima bersaudara itu adalah :
Di atas telah disebutkan, bahwa 4 (empat) orang yang menjadi leluhur atau sesepuh dari warga '''Desa Pekalongan''' adalah Lambu, Sastro Leksono, Sayyidin dan Sakidin. Hampir semua warga '''Desa Pekalongan''' keturunan dari empat bersaudara itu.
Sejarawan Desa Pekalongan, H. Sjahruman Djauhar, telah menulis silsilah warga desa ini dalam buku berjudul ''“Buku Keluarga Yunus Brawidjaja Desa Pekalongan Winong Pati Tahun 1835-2002”''. Berikut ini kutipan garis besarnya:
{| border="1" class="wikitable"
|- style="background-color:#cfc;"
||'''Generasi I'''||'''Generasi II'''||'''Generasi III'''
|-
||Lambu||Setronyono||Ruminah
|-
||-||-||Kaminten
|-
||-||-||Sakinah
|-
||-||-||Khotijah
|-
||-||Zainal Abidin||Sulaiman
|-
||-||-||Ismail
|-
||-||-||Siyam
|-
||-||-||Radimah
|-
||-||Hasan Mujarrod||Syamsuri
|-
||-||-||Marzuki
|-
||-||-||Yusuf
|-
||-||-||Shofwan
|-
||-||-||Sarisih
|-
||-||-||Rupiah
|-
||-||-||Maryam
|-
||-||-||Bajuri
|-
||-||Musthofa||Rusban
|-
||-||-||Rabiyah
|-
||-||-||Mualip
|-
||-||-||Maimunah
|-
||-||Tawi||Sarkam
|-
||-||-||Sujak
|-
||-||-||Amini
|-
||-||-||Wainah
|-
||-||-||Painah
|-
||-||-||Khotijah
|-
||Sastro Leksono||Dunak||Ali
|-
||-||-||Sukirah
|-
||-||Dunuk||Asral
|-
||-||-||Aspari
|-
||-||-||Asrun
|-
||-||-||Asy’ari
|-
||-||Umar||Legiman
|-
||-||-||Suwalip
|-
||-||-||Senen
|-
||-||Tahir||Idris
|-
||-||Asih||Muhammad
|-
||-||-||Ja’far
|-
||-||-||Umar
|-
||-||-||Suhari
|-
||-||Esri||Aspiyah
|-
||-||-||Jupri
|-
||-||-||Jami
|-
||-||-||Asminah
|-
||-||-||Ridwan
|-
||-||-||Asmirah
|-
||-||Ismail||Rukmi
|-
||-||-||Sukeni
|-
||-||-||Sudirman
|-
||-||-||Rukawi
|-
||-||-||Ruslin
|-
||-||-||Pinah
|-
||Sayyidin||Tirto Senawi||Pidarni
|-
||-||Ngapiyah||Janamin
|-
||-||-||Ruminah
|-
||-||-||Sukar Paini
|-
||-||-||Asnawi
|-
||-||-||Siti Imamah
|-
||Sakidin||Aspiyah||Raminah
|-
||-||-||Sarinah
|-
||-||-||Nurwi
|-
||-||-||Zarkasyi
|-
||-||-||Kalimah
|-
||-||Yahya||Asro
|-
||-||-||Rasiyah
|-
||-||-||Aminah
|-
||-||-||Indasah
|-
||-||Sukimah||Suirman
|-
||-||-||Juremi
|-
||-||-||Juminah
|}
</onlyinclude>
Selain keturunan empat bersaudara itu, masih ada keluarga besar lainnya yang tinggal di Desa Pekalongan. Antara lain, keluarga Yahya yang berasal dari Dukuh Panggang Desa Kepohkencono Kecamatan Pucakwangi. Berikut ini silsilahnya:
{| border="1" class="wikitable"
|- style="background-color:#cfc;"
||'''Generasi I'''||'''Generasi II'''||'''Generasi III'''
|-
||Yahya||Idris||-
|-
||-||Siraj||Sumi
|-
||-||-||Syafi’i
|-
||-||-||Dimyati
|-
||-||-||Rochmatullah
|-
||-||Hasan Irsyad||Munasih
|-
||-||-||Barinten
|-
||-||-||Hasan Muhadi
|-
||-||-||Sirat
|-
||-||-||Kuminah
|-
||-||-||Darsih
|-
||-||Madamin||Sukarni
|-
||-||-||Sumi
|-
||-||-||Shofwan
|-
||-||-||Imam Masatip
|-
||-||-||Asih
|-
||-||-||Sarbani
|}
</onlyinclude>
 
== Pemerintahan ==
1.   KI AGENG TULUNGAGUNG
Tidak diketahui secara tepat kapan pemerintahan '''Desa Pekalongan''' mulai beroperasi. Yang diketahui, bahwa Desa Pekalongan sudah mempunyai 6 (enam) kepala desa. Secara berurutan adalah Sapawi (Abdul Wahab), Abu Thoyib, Samari, Madpur, Ahmad Fahroni dan Ukhwatur Roi, S.Pd.I.
Adapun aparat Desa Pekalongan saat ini adalah sebagai berikut:
 
{| border="1" class="wikitable"
Lokasinya di Puncak Gunung Tulungagung Jawa Timur, terkenal dengan sebutan Pertapan Janoko.
|- style="background-color:#cfc;"
||'''Jabatan'''||'''Pejabat'''
|-
||Kepala Desa||Ukhwatur Roi, S.Pd.I.
|-
||Sekretaris Desa||Sholikhul Huda
|-
||Kaur Keuangan ||-
|-
||Kaur Administrasi/Umum||Faisal Akhyar
|-
|Kaur Perencanaan
| -
|-
||Kasi Kesejahteraan Rakyat||Ah. Basith
|-
||Kasi Pemerintahan||Imam Muttaqin, S.H.
|-
||Kasi Pembangunan||Sabari
|-
||Perangkat Desa Lainnya||Rizaldi Ardiawan
|}
</onlyinclude>
Sementara itu, yang duduk sebagai anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah berikut ini:
{| border="1" class="wikitable"
|- style="background-color:#cfc;"
||'''No.'''||'''Nama'''
|'''Jabatan'''
|-
||1.||Samsurrohman, S.Ag
|Ketua
|-
||4.||Wahono Al Muis
|Wakil Ketua
|-
||3.||Ulin Nuha
|Sekretaris
|-
||2.||Teguh Adi Dwi Briantono
|Anggota
|-
||5.||Khosyiatun
|Anggota
|-
||6.||Indriyati
|Anggota
|-
||7.||Rian Hidayat
|Anggota
|-
|}
</onlyinclude>
Sedangkan yang menjadi pemimpin di level Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) adalah:
{| border="1" class="wikitable"
|- style="background-color:#cfc;"
||'''Ketua RT / RW'''||'''Nama'''
|-
||Ketua RW 01||Suharja
|-
||Ketua RT 01 RW 01||Taufiq M. Nur
|-
||Ketua RT 02 RW 01||H. Dhofir Maqoshid, S.Ag., M.Pd.I.
|-
||Ketua RT 03 RW 01||Sujiono
|-
||Ketua RT 04 RW 01||Ahmad Sholeh
|-
||Ketua RT 05 RW 01||Suhardi
|-
||Ketua RT 06 RW 01||Nur Muhsin
|-
||Ketua RT 07 RW 01||Sufaat
|-
||Ketua RW 02||Sugiharto
|-
||Ketua RT 01 RW 02||Sukirmanto
|-
||Ketua RT 02 RW 02||Moh Masum
|-
||Ketua RT 03 RW 02||Nur Halim
|-
||Ketua RT 04 RW 02||Nurul Huda
|-
||Ketua RT 05 RW 02||Asyhari Amin, S.Pd.I., M.Pd.I.
|-
||Ketua RT 06 RW 02||H. Sunardi
|-
||Ketua RT 07 RW 02||Sawiyo
|-
|}
</onlyinclude>
 
== Kependudukan ==
Menurut keterangan Ki Ageng Tulungagung, hilang murco.
Menurut data statistik tahun 2014, jumlah penduduk '''Desa Pekalongan''' mencapai 2.854 jiwa. Yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 1.442 jiwa (50,53 %) dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 1.412 jiwa (49,47 %).<ref name="ReferenceA"/>
 
Berikut ini data berdasarkan mata pencarian:<ref name="ReferenceA"/>
2.   KI AGENG TUNGGUL WULUNG
 
{| border="1" class="wikitable"
Memilih tempat untuk menyusun kekuatan lahir maupun bathin pada Jaman Perang Serang, bertahan di Gunung Pati Ayam Kec Margorejo Kabupaten Pati.
|- style="background-color:#cfc;"
||'''No||'''Jenis Mata Pencaharian'''||'''Jumlah||'''Prosentase
|-
||1||Belum/Tidak Bekerja||645||22,60
|-
||2||Pelajar/Mahasiswa||536||18,78
|-
||3||Wiraswasta||398||13,95
|-
||4||Karyawan Swasta||99||3,47
|-
||5||Petani/Pekebun||260||9,11
|-
||6||Mengurus Rumah Tangga||265||9,29
|-
||7||Guru||69||2,42
|-
||8||PNS||67||2,35
|-
||9||Buruh Tani||81||2,84
|-
||10||Buruh Harian Lepas||88||3,08
|-
||11||Pedagang||148||5,19
|-
||12||Lain-lain||198||6,92
|-
||||Total||2.854||100
|}
</onlyinclude>
 
=== Pendidikan ===
3.   KI AGENG SUTO BONDO
'''Desa Pekalongan''' terkenal dengan warganya yang terpelajar. Walaupun untuk hidup sehari-hari saja warganya masih ada yang serba kekurangan, tetapi untuk pendidikan tidak boleh berkurang. Kalau perlu, utang pun dilakukan. Hampir sulit mencari pemuda-pemudi desa ini yang tidak melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi. Tidak heran bila pernah berdiri organisasi bernama Forum Komunikasi Mahasiswa dan Pelajar Pekalongan (FKMPP) tahun 1992 yang diketuai pertama kali oleh Drs. KH. Abdul Kafi, M.Ag.
 
Semangat belajar di desa ini dipengaruhi oleh beberapa faktor:
Dikenal dengan sebutan KI AGENG SUTO DJIWO, dengan tugas menghitung kekuatan jiwa / prajurit (CACAH DJIWO) di kawasan Jepara.
* Kuatnya pengaruh yang ditanamkan para pendahulu untuk selalu belajar
Secara formal, pada tahun 1930 telah berdiri lembaga pendidikan di '''Desa Pekalongan''', yaitu Matholi’ul Falah (di kemudian hari berubah nama menjadi [[Tarbiyatul Banin]]) yang didirikan oleh KH. Munji dan KH. Mahfudz Salam (ayahanda [[Sahal Mahfudz|KH. Sahal Mahfudz]]) dari Kajen. Pada masa awal, banyak guru dari Kajen dikirim untuk mengajar di '''Desa Pekalongan''', seperti KH. Sanaji dan KH. Ahmad Fahrurrozi.<ref>H. Sjahruman Djauhar, ''“Mengenal, Mengenang dan Memproduksikan Madrasah Tarbiyatul Banin”'', tidak diterbitkan, 2001</ref> Guru-guru itulah yang menanamkan semangat belajar kepada para pemuda kala itu, sehingga menular ke generasi sekarang.
* Adanya lembaga pendidikan yang jumlahnya cukup banyak untuk skala desa
Ada 2 sekolah tingkat dasar, 2 sekolah tingkat menengah pertama dan 3 sekolah menengah tingkat atas. Tidak ada alasan bagi anak-anak '''Desa Pekalongan''' untuk tidak belajar, karena sekolah ada di depan mata. Sekurang-kurangnya mereka bisa menikmati pendidikan sampai tingkat SLTA.
 
Walaupun sekolah yang ada di '''Desa Pekalongan''' kebanyakan sekolah agama, tetapi dalam kenyataannya para pemuda-pemudi tidak sedikit yang melanjutkan ke jenjang pendidikan umum, seperti [[Universitas Gajah Mada]], [[Universitas Diponegoro]], [[Universitas Muria Kudus]], [[Universitas Negeri Semarang]], [[Universitas Airlangga]] dan [[Sekolah Tinggi Akuntansi Negara]]. Yang membanggakan lagi, banyak dari mereka mendapatkan beasiswa selama pendidikan.
Pusat kekuatan disusun di desa Bondo Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara, menurut keterangan Riwayat Ki Ageng Suto Djiwo hilang murco.
 
Hingga saat ini, sudah ada 3 (tiga) putra kelahiran '''Desa Pekalongan''' yang meraih gelar tertinggi di bidang akademik, yaitu doktor (S-3). Bahkan satu dari tiga itu juga meraih professor. Mereka adalah Prof. DR. Imam Asrori, M.Pd. (guru besar [[Universitas Negeri Malang]]), DR. Munjahid, M.Ag. (dosen [[Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta]]) dan DR. A. Zaenurrosyid, MA. (dosen [[Institut Pesantren Mathali’ul Falah|Institut Pesantren Mathali’ul Falah Kajen]]).
4.   KI AGENG CITRO KUSUMO DIDJOJO
 
=== Keagamaan ===
Dikenal pula dengan KANJENG BUPATI JEPARA.
Selain layak dijuluki “Desa Pendidikan”, '''Desa Pekalongan''' ini juga layak menyandang predikat “Desa Agamis”. Hal itu, karena kultur yang terbentuk menunjukkan semangat keberagamaannya yang kental. Misalnya, dari pagi anak-anak berangkat ke sekolah, lalu sore hari mereka berangkat ke [[Taman Pendidikan Al-Qur'an]] dan malam hari berangkat ke mushola untuk belajar mengaji lagi. Tidak hanya anak-anak. Bapak-bapak biasanya mengadakan pengajian tersendiri. Demikian pula ibu-ibu juga mengadakan pertemuan rutin bulanan.
 
Banyak kyai (ahli ilmu agama) yang tinggal di '''Desa Pekalongan'''. Antara lain K. Ahmad Fadlil, KH. Masyhuri Marzuki, K. Hasyim Syukur, K. Abu Thoyib, KH. Syahri Ismail, KH. Jabir Hasan, KH. Zaini Surahman, KH. Habib Hasan, KH. Nur Yahya K. Lahuri, K. [https://www.mappkpdarma.web.id/2020/02/kisah-perjuangan-kh-sudjono-cholil.html Sudjono Kholil] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200206081654/https://www.mappkpdarma.web.id/2020/02/kisah-perjuangan-kh-sudjono-cholil.html |date=2020-02-06 }} dan K. Alwan Sahlan.
Karena keagungan, keteguhan Citro Kusumo Didjojo, mendapat penghargaan berupa hadiah puteri dari Mataram yang nenjadi isterinya bernama : SEKAR KEDATON yang kemudian diangkat menjadi Senopati, yang berakhir menjadi Bupati Jepara.
 
Banyak pula ditemukan penghafal Al-Quran di '''Desa Pekalongan'''. Mereka adalah K. Hamid Manan, Drs. KH. Abdul Kafi, M.Ag. (sekarang kepala KUA [[Winong, Pati|Kecamatan Winong]]), DR. Munjahid, M.Ag. (sekarang pindah ke [[Yogyakarta]]), Hanifah Rofi’i, Khadrowi, Ahmad Muslih, Musta’in Yasir, Hendri Marwan Anas, Amirotus Saidah, Sikhoh Nur Mukhsin, Mahmudah Arfat, Fariha Izzulmuna Hamid, Lutfiana dan Yun Nafe’.
Citro Kusumo Didjojo, mempunyai anak bernama RADEN BAGUS KLINTING DJUGIL MUDA, yang diberi wewenang dan bertugas sebagai Penguasa Laut Utara (Laut Djawa).
 
=== Kepemudaan ===
5.   KI AGENG RANTE KENCONO WULUNG
Para pemuda '''Desa Pekalongan''' tergolong sangat aktif berorganisasi. Sejak tahun 1985, mereka telah mengenal organisasi karang taruna yang untuk pertama kalinya dipimpin oleh Zamahsari. Organisasi kepemudaan lainnya bernama Ikatan Remaja Masjid Darussalam (IRMADA) yang didirikan tahun 1987 dan ketua pertamanya adalah Ir. Purnomo.
 
Begitu aktifnya berorganisasi, beberapa anggota IRMADA pernah terpilih untuk mengikuti pertukaran pemuda ke provinsi lain. Tahun 1996, Amirul Arifin, Nur Halim, Sholeh dan Supaat berangkat ke [[Ambon]] dan tinggal di sana selama 6 bulan. Tahun berikutnya, 1997, Ibnu Salim Muslih dan Wahono Al-Muis berangkat ke [[Banjarmasin]]. Kegiatan itu bertujuan untuk mengenalkan budaya masyarakat dan sumber daya alam di wilayah provinsi lain, sehingga pemuda di satu provinsi juga mengetahui kondisi di tempat lain, yang sama-sama wilayah [[Indonesia|Negara Kesatuan Republik Indonesia]].
Dalam mengatur strategi pertahanan dan pertempuran dan Da'wah Islamiyah, oleh kakak kakaknya, Rante Kencono Wulung diberi tugas untuk mengatur pertahanan di Wilayah Pati Selatan, tepatnya strategi diatur di Desa Sidipura menyusun kekuatan bersama dan membantu KI AGENG BENOWO yang berlokasi ditengah hutan Marataka Desa Watesadji Kecamatan Pucakwangi.
 
=== Olah Raga ===
Ki Ageng Benowo adalah Prajurit dari Mataram (Pangeran Diponegara) yang berasal dari Tuban Jawa Timur.
Olahraga yang diidolakan warga '''Desa Pekalongan''' adalah sepak bola. Hampir setiap sore para pemuda desa ini bermain sepak bola. Tidak hanya untuk menghadapi kejuaraan. Mereka memang biasa bermain di lapangan. Karena selain untuk menjaga kesehatan, bermain sepak bola juga ajang refreshing dan mempererat hubungan sesama warga desa.
 
Kebiasaan bermain sepak bola itu memudahkan Tim sepak bola '''Desa Pekalongan''' yang bernama Putra Kencana untuk mencari bibit-bibit unggul. Dari generasi ke generasi selalu ditemukan pemain-pemain handal. Berulang kali Putra Kencana menorehkan sejarah sebagai juara turnamen di tingkat [[Winong, Pati|Kecamatan Winong]]. Di antara pemain legendarisnya adalah Halimi, Imas, Dwi, Tiyo, Abdullah, Anshori, Sugiyono, Sugiarto, Budi Hartono, Umang, Sanusi, Suhari Jajuk dan Jundan Humaidillah.
Konon aselinya bernama : DJA'FAR SIDIK ( Wali Dja'far Sidik ).
Selain sepak bola, olahraga lainnya yang dibanggakan di '''Desa Pekalongan''' adalah bola voli. Salah satu pemain andalannya adalah Putut. Pukulan smash-nya membuat penonton berdecak kagum.
 
=== Kesenian ===
Sedangkan Ki Ageng Rante Kencono Wulung adalah saudara seperjuangan Dja’far Sidik, diberi nama paraban : KI AGENG BENAWI.
Kesenian termasuk bidang yang mendapat perhatian warga '''Desa Pekalongan'''. Tercatat pernah terbentuk beberapa grup seni budaya di desa ini, baik yang sampai sekarang masih aktif maupun telah bubar. Di antaranya sebagai berikut:
* Tarian Rodat
Tarian tradisional yang dimainkan oleh para remaja ini mencapai puncak kejayaannya pada tahun 80-an. Biasa diundang untuk mengisi acara hajatan dari rumah ke rumah warga desa.
* Pencak Silat (bahasa Jawa: Pencik)
Pencik merupakan hiburan rakyat yang menarik. Di antara tokohnya adalah Kyai Ma'sum, Surat, Zamzam, Pahing, Sungit, Asbin, Sarbin dan Juhari.
* Orkes Kencana Ria
Pemain grup musik ini antara lain Sali (kendang), Salamun (melodi), Wage (icik icik) dan Bajuri (seruling).
* Kalam Kencana Darussalam (KaKaDe)
Grup teater ini dikomandani oleh Ali Arwan dan beranggotakan Taufik M Nur, Nur Huda, Amirul Arifin dan Rafi.
* Grup Rebana Al-Hidayah
Grup ini seluruh pemainnya perempuan yang dipimpin oleh Shoimah. Biasa tampil di acara pengajian atau pertunjukan di dalam maupun luar desa.
* Grup Sholawatan Qolbun Salim
Grup sholawatan ini masih aktif hingga saat ini. Pernah tampil di Masjid Agung An-Nur Pati dan beberapa kali tampil di luar kota. Bahkan pernah diminta tampil di kediaman Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf di [[Kota Surakarta]].
* Sanggar Seni Kencono Laras
Sanggar seni yang digawangi oleh Sudadi dan Jaswadi ini berdiri pada tahun 2015. Sanggar ini terletak di RT. 03 RW. 01, dan memfokuskan diri pada kegiatan pelestarian seni karawitan/gamelan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan pada anak-anak dan generasi muda desa Pekalongan maupun luar desa Pekalongan.
 
== Sarana dan Prasarana ==
PENYEBAR AGAMA ISLAM
=== Lembaga Pendidikan ===
Sebagaimana disinggung di atas, bahwa di '''Desa Pekalongan''' ditemukan banyak lembaga pendidikan. Yaitu sebagai berikut:
* Pendidikan Anak Usia Dini dan Raudhatul Athfal [[Tarbiyatul Banin]]
* Madrasah Ibtidaiyyah [[Tarbiyatul Banin]]
* Sekolah Dasar Negeri Pekalongan
* Madrasah Tsanawiyyah Negeri 1 Pati
Sekolah yang awalnya bernama MTs Negeri Winong ini berdiri tahun 1980.<ref>[https://jateng.kemenag.go.id/berita/342743/dies-natalis-mtsn-1-winong-pati jateng.kemenag.go.id, 15 Maret 2016] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170202053003/https://jateng.kemenag.go.id/berita/342743/dies-natalis-mtsn-1-winong-pati |date=2017-02-02 }}, diakses pada 28 Januari 2017</ref> Guru-gurunya untuk pertama kali banyak yang berasal dari luar kota. Lalu mereka menikah dengan penduduk setempat dan menetap di sini.
* Madrasah Tsanawiyyah [[Tarbiyatul Banin]]
* [[Madrasah Aliyah Darul Ma'la]]
* Sekolah Menengah Kejuruan Al-Falah
* Madrasah Aliyah [[Tarbiyatul Banin]]
Sekolah ini pada tanggal 27 November 2016 yang lalu mendapat sorotan positif di pentas nasional. Pasalnya, pada peringatan Hari Guru Nasional di Bogor itu, Drs. KH. Ahmad Adib Al Arif, M.Ag. sebagai kepala sekolah menerima penghargaan Satya Lencana Pendidikan yang diberikan langsung oleh [[Joko Widodo|Presiden Joko Widodo]].<ref>[http://www.murianews.com/2016/12/01/102055/kepala-madrasah-berprestasi-di-pati-ini-terima-penghargaan-dari-presiden-jokowi.html murianews.com, 1 Desember 2016], diakses pada 28 Januari 2017</ref>
 
Selain lembaga formal, di '''Desa Pekalongan''' terdapat lembaga non-formal berupa [[Taman Pendidikan Al-Qur'an]] Assalam yang berdiri tahun 1991 dengan ketua pertamanya Drs. H. Abdul Salam.
Menurut Sejarah di Jawa Tengah pemegang kekuasaan Kerajaan yang sekaligus sebagai pelopor penyebar Agama Islam, dimulai sejak Jaman SULTAN AGUNG dengan dikenal Kerajaan MATARAM ISLAM yang diteruskan sampai Jaman Perang PANGERAN DIPONEGARA (Tahun 1825-1835).
 
Lembaga-lembaga pendidikan di atas tidak hanya diisi oleh warga '''Desa Pekalongan'''. Banyak putra-putri desa-desa lain berbondong-bondong datang untuk menuntut ilmu di sini. Bahkan tidak sedikit di antara mereka memilih untuk “mondok” (tinggal di sekitar sekolah).
Di Jawa Timur , pemegang Kekuasaan Kerajaan Hindu Majapahit beralih ke Kerajaan Islam, mulai sejak Jaman BRAWIJAYA V mengangkat RADEN PATAH menjadi Adipati Demak Bintoro yang berakhir dengan berdirinya Kerajaan Islam DEMAK BINTORO dengan Raja RADEN PATAH yang terkenal dengan SULTAN PATAH.
 
=== Tempat Ibadah ===
Mulai Jaman Sultan Patah, Kerajaan Islam Demak Bintoro , memfungsikan kebersamaan antara Umaro' dengan Ulama’ ditandai pula dengan Simbul Lambang Kerajaan Islam Demak memakai Lambang burung RAJA WALI. Yang mempunyai arti kebersamaan antara RAJA (PEMERINTAHAN) dengan WALI (WALI SONGO - ULAMA).
Di '''Desa Pekalongan''' terdapat masjid dan mushola di tiap-tiap RT.
* Masjid Darussalam
[[Berkas:Masjiddarussalampeka.jpg|jmpl|ka|250px|Suasana shalat Idul Fitri di Masjid Darussalam tahun 2015.]]
Masjid Darussalam dibangun di atas tanah wakaf H. Siraj. Didirikan oleh KH. Munji dari Kajen tahun 1935 atau selang 5 tahun setelah berdirinya [[Tarbiyatul Banin|Madrasah Tarbiyatul Banin]]. Masjid ini tergolong masjid pertama di [[Winong, Pati|Kecamatan Winong]]. Saat ini kepengurusan takmir masjid diketuai oleh H. Ali Syafa', S.H. (mantan Kepala KUA [[Winong, Pati|Kecamatan Winong]]).
* Mushola
Selain masjid, di '''Desa Pekalongan''' juga terdapat mushola (bahasa Jawa: langgar) di tiap-tiap RT. Berikut ini daftar nama mushola:
{| border="1" class="wikitable"
|- style="background-color:#cfc;"
||'''Lokasi'''||'''Nama Mushola'''||'''Nama Pengasuh'''
|-
||RT 01 RW 01||Nurul Hikmah||KH. Zaini Surahman
|-
||RT 02 RW 01||Baitul Muttaqin||H. Dhofir Maqoshid, S.Ag., M.Pd.I.
|-
||RT 03 RW 01||Al-Husna||H. Soehoed
|-
||-||Darul Ma'la||H. Parso
|-
||RT 04 RW 01||Al-Masyhur||Roekan
|-
||RT 05 RW 01||Hidayatun Nasirin||Arfaturrohman
|-
||RT 06 RW 01||Al-Ali||H. Sutarwi
|-
||-||Al-Karomah||H. Shofwan
|-
||-||Miftahul Huda||K. Hamid Manan
|-
||RT 07 RW 01||Al-Hasan||H. Supaat
|-
||RT 01 RW 02||Al-Amin||Madpur
|-
||RT 02 RW 02||Baitur Ridho||KH. Ali Zuhdi
|-
||-||Al-Furqon||H. Halimi
|-
||RT 03 RW 02||Al-Hikmah I||Drs. KH. Ahmad Adib Al Arif, M.Ag.
|-
||-||Al-Hikmah II||Jauhar Hilal, S.Pd.I.
|-
||-||Al-Hilal||Wahib
|-
||RT 04 RW 02||Jamiatul Awwam||H. Subakir
|-
||RT 05 RW 02||An-Nur||KH. Nur Yahya
|-
||-||Al-Alawiy||K. Alwan
|-
||RT 06 RW 02||Al-Amin||K. Syamroni
|-
||-||An-Nurdin||H. Hamdan
|-
||-||Al-Muluk||H. Sahli
|-
||RT 07 RW 02||Nurul Hidayah||H. Zarkasyi
|-
|}
</onlyinclude>
 
=== Perbelanjaan ===
Sampai sekarang Rurung Rajawali yang masih ada, khususnya Rajawali Jawa, hanya di Daerah Karimunjawa (Pulau ditengah Laut disebelah Utara Kota Demak, masuk wilayah Kabupaten Jepara ).
Di '''Desa Pekalongan''' terdapat banyak sekali tempat-tempat perbelanjaan. Antara lain:
# Toko Baruna
# Toko Dua Dara
# Toko Kenzuze
# Swalayan Murni
=== Makam ===
'''Desa Pekalongan''' mempunyai 2 (dua) kuburan atau makam, yaitu Makam Toro dan Makam Muris. Selain Mbah Rante, warga Desa Pekalongan yang dimakamkan di Makam Toro adalah H. Hasan Mujarrot, KH. Masyhuri Marzuki dan K. Lahuri. Sedangkan warga Desa yang dimakamkan di Makam Muris adalah K. Umar, H. Ismail dan K. Abu Thoyib.
 
=== Fasilitas Tingkat Kecamatan ===
JAMAN PERANG PANGERAN DIPONEGARA
Selain fasilitas umum yang disebutkan di atas, di '''Desa Pekalongan''' juga dijumpai fasilitas umum tingkat kecamatan:
 
# Kantor Urusan Agama [[Winong, Pati|Kecamatan Winong]]
Pada Jaman Perang Diponegara ( 1825-1835 ) Belanda banyak mengalami kekalahan, termasuk yang terakhir peperangan di Imogiri dan Prambanan.
# Kantor Majelis Wakil Cabang (MWC) [[Nahdlatul 'Ulama]] [[Winong, Pati|Kecamatan Winong]]
 
# Kantor Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) [[Winong, Pati|Kecamatan Winong]]
Untuk mencapai kemenangan dalam Perang Diponegoro, Jenderal De Kock di Magelang minta bantuan kepada Jenderal Vaan Geen di Sulawesi yang terkenal sangat kejam, untuk memperkuat pasukan Belanda dalam menghadapi Pasukan Pangeran Diponegara.
# Pasar [[Winong, Pati|Winong]]
 
== Referensi ==
Berita penggabungan Pasukan Belanda ini sangat membangkitkan perjuangan rakyat untuk melawan Belanda. Kebangkitan perjuangan rakyat ini berkembang sampai di Semarang yang dipimpin oleh Pangeran Serang, terkenal dengan Perang Serang.
{{reflist|2}}
 
{{Winong, Pati}}
Berkembang gerakan ini utamanya di pesisir Utara mulai dari Semarang, Jepara, Rembang, Blora dan Bojonegara. Pasukan Pangeran Serang bergabung dengan Pangeran Kartodirdjo yang memimpin Pasukan Rakyat Sukawati, mengobarkan perang rakyat di daerah Bojonegara, Blora, Pati, Rembang dan sekitarnya.
 
Pesisir Utara mulai dari Seraarang, Jepara, Pati, Rembang, Blora dan Bodjonegara, dikobarkan semangat untuk melawan Penjajahan Belanda.
 
Disamping semangat melawan Penjajahan Belanda, para pejuang pasukan rakyat juga dlbekali dengan keberanian, kekebalan yang dllandasi dengan Ajaran Agama Islam
 
PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI DESA SIDIPURA
 
Sekitar tahun 1835 - 1900, tersirat di Desa Sidipura yang dikenal sekarang dengan Desa Pekalongan, terdapat empat bersaudara seibu seayah yang keturunannya adalah penerus perjuangan menyebarkan Agama Islam yang masih tampak jelas sampai sekarang baik di bidang keberanian, kanuragan, ibadah maupun pemerintahan, kemasyarakatan dan tidak kalah pentingnya dibidang perlawanan terhadap penjajahan Belanda, Komunis maupun musuh-musuh rakyat.
 
Mereka itu adalah :
 
1.     LAMBU, yang mempunyai keturunan dan berkembang sampai anak cucu, anak anaknya adalah :
 
Setronyono, Zaenal Abidin, Kasan Mudjarot, Mushtofa dan Tawi.
 
Sampai sekarang sudah enam keturunan.
 
2.     SASTRO LEKSONO, ( Kamituwa ) yang mempunyai anak :
 
Dunak ( Desa Winong )
 
Dunuk ( Desa Winong )
 
H.Umar ( Desa Tambahmulyo Dukuh Blongkeyan )
 
H.Tahir ( Desa Tawangrejo Winong )
 
Asih ( Desa Pekalongan )
 
Esri ( Desa Pekalongan ) dan
 
Ismail ( Desa Pekalongan )
 
sampai saat sekarang sudah mempunyai enam keturunan.
 
3.    SAYYIDIN, menikah dengan SIMAH dari Dk. Donglo Desa Guyangan Kec Winong, mempunyai anak :
 
Tirto Senawi ( Winong )
 
Ngapiyah ( Winong )
 
berkembang di Desa Winong dan Pekalongan sampai enam keturunan
 
4.  SAKIDIN, mempunyai anak sebanyak :
 
-     Aspiyah ( Desa Pekalongan )
 
-    Yahya ( Desa Pekalongan )
 
-     Sukimah ( Desa Pekalongan )
 
semuanya beranak cucu sampai sekarang enam keturunan
 
Menurut keterangan dan ceritera para sesepuh desa Pekalongan baik yang sekarang sudah meninggal rnaupun yang masih hidup, dari beberapa keterangan disebutkan bahwa;
 
Keempat bersaudara tersebut adalah anak dari PAK LAMBU, menurut istilah kuno, disebutkan karan anak. ( menyebutkan seseorang dengan panggilan anak yang pertama kali : Pak......... ( anak pertama )
 
Keempat bersaudara tersebut adalah anak dari : KEK SONTO, atau dapat dipanggil KEK KASAN SONTO Menurut panggilan kebiasaan kuno, setiap nama diberi tambahan KASAN atau MUHAMMAD atau AHMAD
 
Keempat bersaudara tersebut ada juga yang bercerita bahwa bapaknya bernama : SONTO WIDJOJO, nama Jawa yang di indentikkan dengan nama-nama dari Mataram.
 
Keempat bersaudara tersebut juga ada yang menamakan bapaknya : YUNUS BRAWIDJOJO. Nama ini di temukan dalam Kitab Kuno tulisan Arab dengan tulisan tangan, tertulis pemiliknya adalah : YUNUS BRAWIDJOJO. Kitab tersebut ditumpuk bersama Al Qur'an di sebuah Langgar yang didirikan oleh KASAN MUDJAROT bin LAMBU bin PAK LAMBU yang kemungkinan besar PAK LAMBU adalah YUNUS BRAWIDJOJO, pemilik Kitab yang diwarisi cucunya bernama KASAN MUDJAROT.
 
Siapakah gerangan penyebar Agama Islam yang pertama kali di Desa Sidipuro (Pekalongan), yang juga sekaligus Pasukan Rakyat yang menentang Penjajahan Belanda pada Jaman setelah Perang Diponegara, yang digerakkan oleh Pangeran Serang dan Pangeran Kartodirjo di Daerah Pati :
 
Disamping KI AGENG TUNGGUL WULUNG di Gunung Pati ayam,
 
Kelahiran Jawa Timur ( asal dari Jawa Timur ),
 
Seperjuangan atau saudara seperjuangan dengan Pangeran Benowo (Marataka) yang aselinya bernama KI AGENG DJA'FAR SIDIK juga dari Tuban Jawa Timur,
 
tidak ada yang lain hanya : KI AGENG BENAWI – KI AGENG RANTE KENCONO WULUNG.
 
Setelah dianalisa berdasarkan ceritera lama dari para sesepuh terdahulu dan uraian teraebut diatas, ayah dari empat bersaudara (LAMBU, SASTRO LEKSONO, SAYYIDIN, SAKIDIN) tersebut di atas adalah :
 
KI AGENG RANTE KENCONO WULUNG
 
yang mempunyai nama-nama (alias) :
 
KEK SONTO, KEK KASAN SONTO, SONTO WIJOYO,
 
YUNUS BRAWIDJOJO, KI AGENG BENAWI.
 
adik dari KI AGENG TULUNGAGUNG - Jawa Timur anak dari KI AGENG SA'ID ( WALI SA'ID ) Kediri.
 
Demikianlah uraian singkat tentang Desa Pekalongan sebagai sumber Tokoh Penyebar Agama Islam dan Pejuang Bangsa, apabila tulisan ini mendekati kebenarannya semoga bermanfaat bagi masyarakat Desa Pekalongan dan membawa berkah, dan apabila terdapat kekurangan atau kesalahan informasi, mohon untuk disampaikan saran saran, tambahan demi keutuhan riwayat atau sejarah secara terpadu dan terkait. (sumber : H.Sjahruman Djauhar){{Winong, Pati}}
{{kelurahan-stub}}