Angulimala: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20240109)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(169 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{About|tokoh Buddhis||Angulimala (disambiguasi)}}
{{periksaterjemahan}}
{{short description|Tokoh penting dalam Buddhisme awal}}
{{About|figur Buddhis||Angulimala (disambiguasi)}}
{{short description|Figur penting dalam Buddhisme awal}}
{{Infobox religious biography
|religion = [[Agama Buddha|Buddhisme]]
|name = AṅgulimālaAngulimala
|image = 015The AngulimalaBuddha (9140566999)teaches Angulimala.jpg
|caption = Ilustrasi Angulimala memergokisedang mencoba mengejar [[Buddha Gautama]].
|alias = Ahiṃsaka, Gagga Mantānīputta
|dharma name =
Baris 13 ⟶ 12:
|death_date =
|death_place =
|nationality = [[bangsa India|India]]
|school =
|lineage =
Baris 19 ⟶ 18:
|location =
|education = [[Taxila]]
|teacher = [[Buddha Gautama]]
|reincarnation of =
|predecessor =
Baris 31 ⟶ 30:
 
{{ Infobox Buddhist term
| title = AṅgulimālaAngulimala
| en = Finger Necklace
| en = artinya 'kalung jari' ('ia yang mengenakan jari sebagai kalung')
| pi = Aṅgulimāla
| sa = Aṅgulimāliya, Aṅgulimālya<ref name="{{sfn|Buswell |Lopez|2013" />}}
| bn =
| my = အင်္ဂုလိမာလ
Baris 57 ⟶ 56:
| bo-Latn = Sor mo phreng ba
| vi =
| id = [[arti harfiah]]: "Untaian Jari"
| id =
}}
'''Angulimala''' ([[Bahasa Pāli]]; <small>artinya</small> 'untaian jari'){{sfn|Buswell|Lopez|2013}}{{sfn|Gombrich|2006|p=135 n.1}} adalah salah satu tokoh penting dalam [[agama Buddha]], terutama dalam tradisi [[Theravada|Theravāda]]. Ia digambarkan sebagai perampok bengis yang sepenuhnya bertobat setelah mengikuti ajaran [[Buddha Gautama|Sang Buddha]]. Kisahnya menjadi contoh terkemuka dalam hal pertobatan dan contoh kecakapan Sang Buddha sebagai guru. Angulimala dipandang oleh umat Buddha sebagai pelindung bagi wanita yang sedang melahirkan, dan dikaitkan dengan kesuburan di [[Asia Selatan]] dan [[Asia Tenggara|Tenggara]].
{{Buddhisme}}
 
Cerita Angulimala dapat ditemukan pada sejumlah pustaka berbahasa [[Pāli]], [[Sanskerta]], [[bahasa Tibet|Tibet]], dan [[bahasa Tionghoa|Tionghoa]]. Angulimala lahir dengan nama Ahiṃsaka. Ia tumbuh sebagai pemuda cerdas di [[Sawati]], dan saat bersekolah, ia menjadi murid kesayangan guru. Karena teman-temannya iri, ia dijebak agar diusir gurunya. Dalam upaya menyingkirkan Angulimala, sang guru memberinya misi berbahaya, yaitu mengumpulkan seribu jari manusia sebagai syarat menamatkan pendidikan. Dalam upaya menuntaskan misi tersebut, Angulimala akhirnya menjadi perampok keji, membunuh banyak orang, dan menyebabkan seluruh warga desa mengungsi. Peristiwa tersebut menyebabkan [[Pasenadi|Raja Pasenadi]] dari [[Kosala]] mengirim tentara untuk menangkapnya. Sementara itu, ibu Angulimala berniat turun tangan, yang membuatnya nyaris dibunuh oleh Angulimala. Sang Buddha mencegah hal itu terjadi dengan memakai kesaktian dan ajarannya untuk membawa Angulimala ke jalan yang benar. Angulimala kemudian menjadi pengikut Buddha, dan menjadi seorang [[biksu|bhikkhu]] di bawah bimbingan Sang Buddha, sehingga mengejutkan raja dan masyarakat. Meskipun telah bertobat, para penduduk desa masih marah dengan apa yang telah dilakukan oleh Angulimala, tetapi keadaan membaik saat Angulimala menolong seorang ibu yang sedang melahirkan dengan sebuah [[sacca-kiriya|tindak kebajikan]].
'''Aṅgulimāla''' ([[Bahasa Pāli]]; <small>artinya</small> 'kalung jari')<ref name="Buswell 2013">{{cite book|last1=Buswell|first1=Robert E. Jr.|author1-link=Robert Buswell Jr.|last2=Lopez|first2=Donald S. Jr.|author2-link=Donald S. Lopez Jr.|title=Princeton Dictionary of Buddhism|date=2013|publisher=[[Princeton University Press]]|isbn=978-0-691-15786-3|url=http://www.daophatngaynay.com/vn/files/file-nen/Princeton_Dictionary_of_Buddhism_890707662.pdf|chapter=Aṅgulimāla}}</ref>{{sfn|Gombrich|2006|p=135 n.1}} adalah salah satu tokoh penting dalam agama Buddha, terutama dalam tradisi [[Theravada|Buddha Theravāda]]. Digambarkan sebagai perampok bengis yang sepenuhnya bertobat setelah mengikuti ajaran sang Buddha, ia menjadi contoh terkemuka dalam hal penebusan kesalahan dan menunjukkan kecakapan Buddha sebagai guru. Aṅgulimāla dipandang oleh umat Buddha sebagai pelindung bagi wanita yang sedang melahirkan, dan diasosiasikan dengan fertilitas di Asia Selatan dan Tenggara.
 
Para cendekiawan berteori bahwa Angulimala adalah bagian dari kultus kekerasan sebelum ia bertobat. [[Indologi|Indolog]] Richard Gombrich menyatakan bahwa ia adalah pengikut bentuk awal ajaran [[Tantra]], tetapi klaim tersebut telah dibantah. Umat Buddha menganggap Angulimala sebagai lambang transformasi spiritual, dan ceritanya adalah sebuah pelajaran bahwa kehidupan setiap orang dapat menjadi lebih baik, bahkan bagi orang-orang yang tampaknya tidak memiliki kemungkinan begitu. Selain itu, cerita Angulimala menjadi bahan diskusi tentang keadilan dan [[rehabilitasi (penologi)|rehabilitasi]] di kalangan cendekiawan, dan dipandang oleh teolog John Thompson sebagai contoh bagus dalam mengatasi [[luka moral]], serta [[etika kepedulian]]. Angulimala menjadi subjek [[film]] dan [[sastra]], seperti [[film Thailand]] yang berjudul [[Angulimala (film 2003)|''Angulimala'' (2003)]]. Sementara itu, buku ''The Buddha and the Terrorist'' karya [[Satish Kumar]] mengadaptasi cerita tersebut sebagai tanggapan [[ahimsa|tanpa kekerasan]] terhadap [[perang melawan terorisme]].
Cerita Aṅgulimāla dapat ditemukan pada sejumlah pustaka berbahasa [[Pāli]], [[Sanskerta]], Tibet dan Tionghoa. Aṅgulimāla lahir dengan nama Ahiṃsaka. Ia tumbuh sebagai pemuda cerdik di [[Sawati]], dan saat bersekolah, ia menjadi murid kesayangan guru. Karena teman-temannya iri, ia dijebak agar diusir gurunya. Dalam upaya menyingkirkan Aṅgūlimāla, sang guru memberinya misi berbahaya, yaitu mengumpulkan seribu jari manusia sebagai syarat menamatkan pendidikan. Dalam upaya menuntaskan misi tersebut, akhirnya Aṅgulimāla menjadi perampok keji, membunuh banyak orang, dan menyebabkan seluruh warga desa mengungsi. Peristiwa tersebut menyebabkan [[Pasenadi|sang raja]] mengirim tentara untuk menangkapnya. Sementara itu, ibu Aṅgulimāla berniat untuk turun tangan, yang membuatnya nyaris dibunuh oleh Aṅgulimāla. Namun, sang Buddha mencegah hal itu terjadi, dan memakai kesaktian dan ajarannya untuk membawa Aṅgulimāla ke jalan yang benar. Aṅgulimāla kemudian menjadi pengikut Buddha, dan menjadi seorang [[biksu|bhikkhu] di bawah bimbingan sang [[Buddha]], sehingga mengejutkan raja dan masyarakat. Meskipun telah bertobat, para penduduk desa masih marah dengan apa yang telah dilakukan oleh Aṅgulimāla, tetapi keadaan membaik saat Aṅgulimāla menolong seorang ibu yang sedang melahirkan dengan sebuah [[:en:sacca-kiriya|tindak kebajikan]].
 
== Sumber pustaka dan epigrafi ==
Para cendekiawan berteori bahwa Aṅgulimāla adalah bagian dari kultus kekerasan sebelum ia bertobat. Indolog, Richard Gombrich, menyatakan bahwa ia adalah pengikut dari bentuk awal aliran [[Tantra]], namun klaim tersebut telah dibantah. Umat Buddha menganggap Aṅgulimāla sebagai lambang transformasi spiritual, dan ceritanya adalah sebuah pelajaran bahwa kehidupan setiap orang dapat menjadi lebih baik, bahkan bagi orang-orang yang tampaknya tidak memiliki kemungkinan begitu. Selain itu, cerita Aṅgulimāla menjadi bahan diskusi keadilan dan [[rehabilitasi (penologi)|rehabilitasi]] di kalangan cendekiawan, dan dipandang oleh teolog John Thompson sebagai contoh yang baik untuk ditiru mengenai bagaimana menumbuhkan kepedulian terhadap sesama serta mengatasi kerusakan moral. Aṅgulimāla menjadi subjek film dan sastra, seperti film Thailand yang berjudul [[:en:Angulimala (2003 film)|Angulimala (2003)]], dan buku ''The Buddha and the Terrorist'' karya Satish Kumar mengadaptasi cerita tersebut sebagai tanggapan [[ahimsa|non-kekerasan]] terhadap [[Perang melawan terorisme]].
[[Berkas:Buddhaghosa with three copies of Visuddhimagga.jpg|jmpl|[[Buddhaghoṣa]], salah satu pengulas kisah Angulimala dari abad ke-5 M; ia digambarkan di bagian kanan]]
 
Cerita Angulimala sangat dikenal dalam tradisi Buddhis, terutama [[Theravada|Theravāda]].{{sfn|Thompson|2015|p=161}} Dua naskah dalam [[kanon Pali|pustaka Buddhis]] ber[[bahasa Pali]] mencatat kisah Angulimala dengan Sang Buddha dari pertemuan pertama mereka hingga pertobatan Angulimala, dan diyakini merupakan versi tertua dari cerita tersebut.{{sfn|Gombrich|2006|p=137}}{{sfn|Thompson|2015|p=162}}{{refn|group=note|Sebagai perbandingan, {{As of|1994|post=, |lc=yes}} para cendekiawan memperkirakan Sang Buddha hidup antara abad ke-5 dan ke-4 SM.{{sfn|Norman|1994|p=39}}}} Naskah pertama adalah [[Theragatha|Theragathā]] (kemungkinan merupakan karya yang tertua),{{sfn|Thompson|2015|p=161}} dan yang kedua adalah [[Sutta Angulimala|Sutta Aṅgulimāla]] dalam [[Majjhima Nikaya|Majjhima Nikāya]].{{sfn|Wilson|2016|p=285}} Kedua naskah tersebut memberikan uraian singkat tentang pertemuan Angulimala dengan Sang Buddha, dan tak mencatat berbagai kisah latar belakang yang kemudian digabungkan ke dalam cerita tersebut (seperti Angulimala menyatakan sumpah kepada gurunya).{{sfn|Wilson|2016|p=288}}{{sfn|Thompson|2015|p=161}} Selain naskah-naskah Pāli, kehidupan Angulimala juga disebutkan dalam naskah ber[[bahasa Tibet]] dan [[bahasa Tionghoa|Tionghoa]], yang bermula dari [[Sanskerta]].{{sfn|Wilson|2016|p=288}}{{sfn|Thompson|2015|p=162}} Kumpulan cerita Sanskerta berjudul [[Āgama (Buddhisme)#Saṃyukta Āgama|Saṃyuktāgama]] dari mazhab [[Mulasarwastiwada|Mūlasārwastiwāda]] kuno telah [[Taishō Shinshū Daizōkyō|diterjemahkan ke dalam dua naskah Tionghoa]] (pada abad ke-4 sampai ke-5 Masehi) oleh mazhab [[Sarwāstiwāda]] dan [[Kāśyapīya]] kuno, dan juga memuat berbagai versi dari cerita tersebut.{{sfn|Zin|2005|page=707}}{{sfn|Thompson|2015|p=162}}{{sfn|Analayo|2008|p=135}} Sebuah naskah yang diterjemahkan ke bahasa Tionghoa dari naskah Sanskerta [[Ekottara Agama|Ekottara Agāma]] oleh mazhab [[Mahasamghika|Mahāsaṃghika]] juga diketahui. Selain itu, tiga naskah Tionghoa lainnya yang berkisah tentang Angulimala juga ditemukan, yang tak diketahui asal usulnya tetapi berbeda dengan tiga naskah Tionghoa pertama.{{sfn |Bareau |1986 |page=655 }}
== Sumber tekstual dan temuan epigrafi ==
[[Berkas:Buddhaghosa with three copies of Visuddhimagga.jpg|jmpl|[[Buddhaghoṣa]] (komentator dari abad ke-5 M; digambarkan di bagian kanan)]]
{{Buddhisme Theravada}}
 
Selain naskah-naskah kuno tersebut, ada juga kisah tambahan berikutnya, yang muncul dalam ulasan tentang [[Majjhima Nikāya]] yang diatribusikan kepada [[Buddhaghosa]] (abad ke-5 M), dan ulasan tentang Theragathā yang diatribusikan kepada [[Dhammapala|Dhammapāla]] (abad ke-6 M).{{sfn|Wilson|2016|p=288}} Dua ulasan tersebut tampaknya tidak dibuat sendiri-sendiri: Dhammapāla tampaknya telah menyalin atau hampir menafsirkan tulisan Buddhaghosa, meskipun menambahkan penjelasan tentang sejumlah inkonsistensi.{{sfn|Gombrich|2006|p=137}}{{sfn|Thompson|2015|p=162}} Kisah terawal tentang kehidupan Angulimala menekankan sifat kejamnya dan menyandingkannya dengan sifat damai Sang Buddha. Kisah-kisah berikutnya dimaksudkan untuk menambahkan detail dan mengklarifikasi hal-hal yang tak sesuai dengan ajaran Buddha.{{sfn|Thompson|2017|page=176}}
Cerita Aṅgulimāla sangat dikenal dalam tradisi [[Theravada|Theravāda]].{{sfn|Thompson|2015|p=161}} Dua teks dalam [[kanon Pali|sumber-sumber awal]] dalam [[bahasa Pali]] mengisahkan tentang pertemuan awal Aṅgulimāla dengan sang Buddha dan pertobatannya, dan diyakini menjabarkan versi tertua dari cerita tersebut.{{sfn|Gombrich|2006|p=137}}{{sfn|Thompson|2015|p=162}}{{refn|group=note|Sebagai perbandingan, {{As of|1994|post=, |lc=yes}} para cendekiawan menanggalkan kehidupan sang Buddha antara abad ke-5 dan ke-4 SM.<ref>{{cite book|last=Norman |first=K.R. |author-link=K.R. Norman |title=A Philological Approach to Buddhism: The Bukkyō Dendō Kyōkai Lectures |url=https://ahandfulofleaves.files.wordpress.com/2011/11/a-philological-approach-to-buddhism_norman_tbf_1997.pdf |year=1994 |publisher=[[School of Oriental and African Studies]], [[University of London]] |page=39 }}</ref>}} Karya pertama adalah [[Theragatha|Theragathā]], yang mungkin merupakan karya tertua di antara keduanya,{{sfn|Thompson|2015|p=161}} dan karya kedua adalah [[Sutta Angulimala|Sutta Aṅgulimāla]] dalam [[Majjhima Nikaya|Majjhima Nikāya]].{{sfn|Wilson|2016|p=285}} Kedua karya tersebut memberikan deskripsi pendek dari pertemuan Aṅgulimāla dengan sang Buddha, dan tak menyebut banyak informasi latar belakang yang kemudian dicantumkan dalam cerita tersebut (seperti Aṅgulimāla menyatakan sumpah kepada guru).{{sfn|Wilson|2016|p=288}}{{sfn|Thompson|2015|p=161}} Selain dari teks-teks Pāli, kehidupan Aṅgulimāla juga disebutkan dalam teks Tibetan dan Tionghoa yang bermula dari Sanskerta.{{sfn|Wilson|2016|p=288}}{{sfn|Thompson|2015|p=162}} Kumpulan cerita Sanskerta berjudul [[Āgama (Buddhisme)#Saṃyukta Āgama|Saṃyuktāgama]] dari aliran [[Mulasarwastiwada|Mūlasārwastiwāda]] awal, telah [[Taishō Shinshū Daizōkyō|diterjemahkan dalam dua teks Tionghoa]] (pada abad ke-4 sampai ke-5 Masehi) dari aliran [[Sarwāstiwāda]] dan [[Kāśyapīya]] awal dan juga berisi versi-versi dari cerita tersebut.{{sfn|Zin|2005|page=707}}{{sfn|Thompson|2015|p=162}}{{sfn|Analayo|2008|p=135}} Sebuah teks yang diterjemahkan dari Sanskerta ke Tionghoa [[Ekottara Agama|Ekottara Agāma]] oleh aliran [[Mahasamghika|Mahāsaṃghika]] juga diketahui. Selain itu, tiga teks Tionghoa lainnya yang berkisah tentang Aṅgulimāla juga ditemukan, yang tak diketahui asal usulnya namun berbeda dari tiga teks Tionghoa pertama.{{sfn |Bareau |1986 |page=655 }}
 
Selain tiga teks awal, terdapat juga pengisahan pada masa berikutnya, yang muncul dalam komentar kepada [[Majjhima Nikāya]] yang diatributkan kepada [[Buddhaghosa]] (abad ke-5 M) dan komentar Theragathā yang diatributkan kepada [[Dhammapala|Dhammapāla]] (abad ke-6 M).{{sfn|Wilson|2016|p=288}} Dua komentar tersebut tak muncul secara independen satu sama lain: Dhammapāla tampaknya telah menyalin atau sangat meniru Buddhaghosa, meskipun menambahkan penjelasan dari beberapa ketidakkonsistenan.{{sfn|Gombrich|2006|p=137}}{{sfn|Thompson|2015|p=162}} Catatan terawal dari kehidupan Aṅgulimāla menyebut kekerasan tanpa rasa takut dari Aṅgulimāla dan, sebaliknya, sikap damai sang Buddha. Catatan-catatan pada masa berikutnya berniat untuk mencantumkan penjelasan lain dan mengklarifikasi hal apapun yang tak sejalan dengan ajaran Buddha.{{sfn|Thompson|2017|page=176}}Sebagai Contohnyacontoh, suatu masalah yang tampakmungkin menimbulkan pertanyaan adalah transformasiperubahan mendadak dari seorang pembunuh menjadi murid tercerahkan{{em; dash}}catatankisah-catatan pada masakisah berikutnya berniatmencoba untuk menjelaskannyamenjelaskan hal tersebut.{{sfn |Bareau |1986 |page=654 }} Namun, catatankisah-catatan pada masakisah berikutnya juga mencantumkan mukjizat-berbagai mukjizat lainnyadengan dansejumlah bersamadetail denganperistiwa beberapayang penjelasancenderung naratifmengalihkan menjelaskan poin-poinmaksud utama dari cerita tersebut.{{sfn|Analayo|2008|p=147}} SumberPustaka-sumberpustaka [[Pāli]] awalkuno ({{lang-pi|sutta|italic=yes}}) tak menyebutmenjelaskan motifalasan apapun untukatas tindakan AṅgulimālaAngulimala, selain kekejaman ulungbelaka.{{sfn|Gombrich|2006|p=136}} Teks-teksSejumlah naskah pada masa berikutnya mewakilimenunjukkan upaya dariusaha para komentator pada masa berikutnyacendekiawan untuk "merehabilitasimemperbaiki" karakter AṅgulimālaAngulimala, menjadikannya tampak sebagai manusia baikyang secarapada fundamentaldasarnya yangbaik tetapi terjebak oleh keadaan, ketimbangdaripada sebagaisekadar pembunuh tulenkeji semata.{{sfn|Gombrich|2006|p=141}}{{sfn|Kosuta|2017|p=36}} Selain sumber-sumber''sutta'' dan ayat-ayat tersebut''paritta'', terdapatada jugapula kisah-kisah [[Jātaka]], [[Milindapanha|Milindapañhā]], dan bagian-bagian darisebagian [[vinaya Pitaka|disiplinperaturan bagi biksu dan monastikbiksuni]] yang berkaitan dengan AṅgulimālaAngulimala, serta kronik [[Mahawamsa|Mahāwaṃsa]] pada masa berikutnya.{{sfn|Thompson|2015|pp=161–2}}
 
TeksNaskah-teksnaskah pada masa berikutnya daridalam berbagai bahasa-bahasa lainnya yang berkaitan dengan kehidupan AṅgulimālaAngulimala meliputi teksnaskah [[Awadāna]] berjudul Sataka,{{sfn|Malalasekera|1960}} serta kumpulan cerita pada masa berikutnya yang berjudul ''Kisah tentang KebijaksanaanOrang Bijaksana dan LeluconOrang Dungu'', yang adatersedia dalam [[bahasa TibetanTibet]] dan [[bahasa Tionghoa|Tionghoa]].{{sfn|Analayo|2008|p=140}} TerdapatAda jugapula catatan perjalanan para peziarah Tionghoa yang menyebut AṅgulimālaAngulimala secara singkat.{{sfn|Brancaccio|1999|page=105}} Selain deskripsiuraian kehidupan AṅgulimālaAngulimala, terdapat sumberpustaka [[Mahāyāna]] berjudul [[Sūtra Aṅgulimālīya]], yang berisi ceramah-ceramah Buddha Gautama kepada AṅgulimālaAngulimala. Ini adalah salah satu [[Sūtra Tathāgatagarbha]], sekelompok sumberpustaka yang menjelaskan tentang [[Alamsifat Buddhakebuddhaan]].<ref name="{{sfn|Buswell |Lopez|2013" />}}{{sfn|Thompson|2015|p=164}} Terdapat ''[[sūtra]]'' lainnyalain dengan namajudul yang sama, yang merujukdisebut-sebut kedalam teks-teksberbagai naskah Tionghoa, yang dipakai untuk membelamendukung pendirianpantangan umat Buddha melawandalam mengkonsumsi minuman beralkohol. Namun, teksnaskah tersebut tak ditemukan.<ref>{{cite journal sfn|last1=Wang-Toutain |first1=Françoise |title=Pas de boissons alcoolisées, pas de viande : une particularité du bouddhisme chinois vue à travers les manuscrits de Dunhuang |trans-title=No alcoholic beverages, no meat: one particular characteristic of Chinese Buddhism, seen through the manuscripts of Dunhuang |journal=[[Cahiers d'Extrême-Asie]] |date=1999 |volume=11 |issue=1 |pagesp=101{{en dash}}2, 105, 112{{en dash}}5 |doi=10.3406/asie.1999.1151 |url=https://www.persee.fr/doc/asie_0766-1177_1999_num_11_1_1151 |language=fr}}</ref> Selain bukti tekstual, bukti [[epigrafi]] awalkuno juga ditemukan. Salah satu relief terawalkuno yang menggambarkan Aṅgulimāla berasalAngulimala daridibuat sekitar abad ke-3 SM.{{sfn|Zin|2005|p=709}}
 
== Cerita ==
=== InkarnasiKelahiran sebelumnya ===
Teks-teksBerbagai tersebutpustaka mengisahkan inkarnasikehidupan masa lampau sebelum AṅgulimālaAngulimala lahir dan bertemu Buddha Gautama. Pada [[Kelahiran kembali (Buddha)|kehidupan sebelumnya]], ia lahir sebagai raja pemakan manusia yang berubah menjadi ''[[yakshayaksa]]'' (sejenis siluman; {{lang-pi|yakkha|italic=yes}}, sebuah perwujudan iblis; {{lang-sa|yakṣa|italic=yes}}),{{sfn|Wilson|2016|p=286}}{{sfn|Barrett|2004|page=180}} yang tercatat dalam beberapasejumlah tekspustaka disebutdengan nama [[Saudasa|Saudāsa]].{{sfn|Zin |2005|page=706}} Saudāsa mengembangkanmulai minat dalamgemar menyantap daging manusia saatsetelah ia disajikandihidangkan daging bayijenazah matibayi. SaatSetelah ia meminta lagiketagihan, orang-orang di sekitarnyarakyatnya mulai mengkhawatirkan keselamatan anak-anak mereka dansehingga ia dikeluarkandiusir dari kerajaannya sendiri.{{sfn|Barrett|2004|page=181}}{{refn|group=note|Kisah tentang penyantapan bayijenazah matibayi hanya dapati ditemukan dalam satu kisah versi Tionghoa dari cerita tersebut, dan ditambahkanditulis untuk mengkritik praktekpraktik semacam itu yang terjadi di Tiongkok pada abad ke-5.{{sfn|Barrett|2004|page=181}}}} BerubahSetelah berubah menjadi monstersiluman, Saudāsa bertemu seorang dewa yang berjanji dapat memulihkan status Saudāsa sebagai raja jika ia berhasil mengurbankan seratus raja lainnya.{{sfn|Barrett|2004|page=180}} MembunuhKetika 99 raja, seorangtelah dikurbankan, raja ke-100 yang bernama Sutasoma berhasil mengubah pikiran Saudāsa dan, menjadikannya priaorang relijius,yang religius dan memberikannyamembuatnya semuaberhenti melakukan tindak kekerasan. Dalam pustaka, Sutasoma diidentifiksikandiidentifikasikan sebagai [[bodhisatwa#Buddhisme|bakal awalBuddha dan Theravāda|inkarnasi sebelumnyaGautama]] dari sang Buddha,{{sfn|Barrett|2004|page=180}}{{sfn|Zin |2005|page=706}} dan Saudāsa sebagai inkarnasi sebelumnyabakal dari AṅgulimālaAngulimala.<ref>{{cite journalsfn|last1=Wilkens|first1=Jens|title=Studien Zur Alttürkischen Daśakarmapathāvadānamālā (2): Die Legende Vom Menschenfresser Kalmāṣapāda|trans-title=Studies of the Old Turkish Daśakarmapathāvadānamālā (2): The Legend of the Man-eater Kalmāṣapāda|language=de|journal=[[Acta Orientalia Academiae Scientiarum Hungaricae]]|date=2004|volume=57|issue=2|pagep=169|jstor=23658630}}</ref>
 
Namun, menurut Ekottara Agāma, inkarnasipada sebelumnyakehidupan darisebelumnya AṅgulimālaAngulimala adalah seorang putra mahkota, yang bersifat baik dan bijak yangsehingga membuat iri para musuhnya. SaatSebelum menghembuskan nafas terakhir di tangan musuh-musuhnya membunuhnya, ia bersumpah bahwa sebelum ia meninggal, ia akan membalas kematiannyadendam, dan memasukimencapai [[Nirwana (Buddha)|Nirwana]] di kehidupanbawah mendatangbimbingan diseorang bawahguru, panduanpada seorangkehidupan masterberikutnya. Versi tersebut tampakkesannya menyatakanmemberikan bahwapembenaran atas tindak pembunuhan Aṅgulimālayang dilakukan dibenarkanAngulimala.{{sfn |Bareau |1986 |pp=656{{en dash}}7}}
 
=== Masa muda ===
[[Berkas:Taxila2.jpg|Reruntuhan [[Taxila]], sekarang di Pakistan. Taxila adalah tempat Angulimala berguru.|jmpl]]
DalamMenurut kebanyakansebagian teksbesar pustaka, AṅgulimālaAngulimala lahir di [[Sawati|Sāwatī]] (sekarang di [[Uttar Pradesh]], [[India]]),{{sfn|Zin |2005|page=706}}{{refn|group=note|DalamMenurut dua teks Tionghoa awalkuno, AṅgulimālaAngulimala lahir di [[Magadha]] atau [[Anga|Aṅga]], dan Raja Pasenadi taksama membuatsekali penampilantak apapundisebutkan.{{sfn|Zin|2005|page=707}}{{sfn |Bareau |1986 |page=655 }}}} dalam kastakeluarga [[brahmin|brahmana]] (pendetaagamawan) dari klan [[Garga|Gagga]],. ayahnyaAyahnya bernama Bhaggava, merupakanseorang bawahanpendeta dariyang mengabdi pada [[Pasenadi|rajaRaja KosalaPasenadi]], dan[[penguasa monarki|penguasa]] [[Kosala]] sedangkan ibunya bernama Mantānī.{{sfn|Malalasekera|1960}} Menurut [[atthakatha|tekskitab-tekskitab komentarialulasan]], sejumlah pertanda-pertanda yang mengiringi pada masa kelahiran anak tersebut (senjata-senjata bergerakmengeluarkan cahaya dan kemunculan "rasi bintang anehmaling" di langit){{sfn|Malalasekera|1960}} mengindikasikanmemberi isyarat bahwa anakia tersebut ditakdirkanakan menjadi perampokpenjahat.{{sfn|Wilson|2016|p=286}}{{sfn|Gombrich|2006|p=138}} Saat ayahnya menafsirkan pertanda-pertanda tersebut, kepada raja,sang raja bertanya apakah anak tersebut akan menjadi perampok tunggal atau pemimpinmemimpin kelompok penjahat. SaatSetelah Bhaggava menyawabmenjawab bahwa ia akan menjadi perampok tunggal, raja memutuskan untuk membiarkannya hidup.{{sfn|Gombrich|2006|p=138}}
 
[[Buddhaghosa]] menyatakan bahwa ayahsang tersebutayah menamai anaknya Ahiṃsaka, yang artinya 'orang tak berbahaya'.{{sfn|Malalasekera|1960}} Ini berasal dari kata ''[[Ahimsa|ahiṃsa]]'' (non-tanpa kekerasan), karena tak ada orang yang tersakiti pada masa kelahirannya, disampingmeskipun ada pertanda-pertanda buruk tersebut.<ref name="{{sfn|Buswell |Lopez|2013"}} />Menurut Komentarulasan dari [[Dhammapāla]], menyatakan bahwaawalnya ia awalnya dinamai Hiṃsaka ('orang berbahaya') karenaoleh kekhawatiransang raja yang khawatir, namuntetapi nama tersebut kemudian diganti.{{sfn|Malalasekera|1960}}
 
Saat dewasa, Ahiṃsaka menjadi orang yang tampan, cerdas, dan berperilaku baik.{{sfn|Wilson|2016|p=286}}{{sfn|Zin |2005|page=707}} OrangtuanyaSebagai mengirimkannyapengakuan atas prestasi akademiknya yang luar biasa dan latar belakang keluarganya dari [[Brahmana]] yang terhormat, ia terpilih masuk ke [[Taxila|Universitas Taxila]] untrukyang tersohor. Selain itu, ia diberi hak istimewa untuk belajar di bawah bimbingan seorang guru terkenalterkemuka, Acariya Disapamuk.{{sfn|Kumarasiri|2004|p=8}} DisanaDi sana, ia menguasapiunggul pembelajaran-pembelajarannyadalam pelajaran dan menjadi murid kesayangan dari gurunya, serta mendapatkan hak-hak khusus di rumah gurunya. Namun, murid-murid yang lain menjadi iri dengan kemampuan cepat Ahiṃsaka dan berniatberusaha membuatnyaagar ia dimusuhi gurunyaguru.{{sfn|Malalasekera|1960}} Pada akhirnyaAkhirnya, mereka menuduh Ahiṃsaka menggoda istri gurunya.{{sfn|Wilson|2016|p=286}} TakKarena tak berniat atau tak dapat menyerang Ahiṃsaka secara langsung,{{refn|group=note|[[Dhammapala|Dhammapāla]] menyatakan bahwa Ahiṃsaka "sekuat tujuh gajah", sementara tekspustaka lainnyalain menyatakan bahwa gurunyasang guru khawatir reputasinya akan terkena getahnyajatuh jika ia diketahui membunuhbahwa seorangia membunuh murid.{{sfn|Zin |2005|page=708}}{{sfn|Gombrich|2006|pp=138–9}}}} gurusang tersebutguru berkata bahwa pelatihanpendidikan Ahiṃsaka sebagai brahman sebenarnya nyarishampir rampungselesai, namuntetapi ia harus menyediakanmemberikan hadiahtanda terakhirterima tradisionalkasih untukkepada ditawarkangurunya, kepadasebelum seorangsang guru danmenyatakan kemudian ia akan menerima kesepakatannyakelulusannya. Sebagai bayarannyapembayaran, gurunyasang guru meminta seribu jari manusia, masing-masing diambil dari orang-orang yang berbeda, karena berpikir bahwa AṅgulimālaAngulimala akan melakukanpasti pembunuhanterbunuh dalam rangkaupaya meraihmemenuhi penghargaanpermintaan tersebutyang mengerikan itu.{{sfn|Malalasekera|1960}}{{sfn|Zin |2005|page=707}}{{refn|group=note|Beberapa versi cerita menyebut ratusan jari, sementara sumber lainnyalain menyebut ribuan.{{sfn|Zin |2005|page=708}}{{sfn|Analayo|2008|p=141}} Dhammapāla menyatakan bahwa AṅgulimālaAngulimala diwajibkan untuk mengambil seribu jari dari tangan kanan saja,{{sfn|Gombrich|2006|p=139}} tampaknya tak menyadari bahwa iniitu dapat dicapai dengan membunuh 200 orang,{{sfn|Gombrich|2006|p=139}} atau dengan mengambil jari-jari dari orang yang sebelumnya telah meninggaljenazah.{{sfn|Thompson|2017|p=176}} Di sisi lain, [[Buddhaghosa]] menyatakan bahwa AngulimālaAngulimala dikisahkan "membunuh seribu kakukaki," dan hanya mengumpulkan jari-jari sebagai bantuanalat untuk menjagabantu sebuahagar penghitunganhitungannya lengkapakurat.{{sfn|Gombrich|2006|p=142}}}} Menurut Buddhaghosa, Ahiṃsaka menentangnya, dengan berkata bahwa ia beraslaberasal dari keluarga baik-baik, namuntetapi kemudiansang gurunyaguru membujuknya.{{sfn|Gombrich|2006|p=139}} Namun, menurut sumber-sumber lain, Ahiṃsaka tak memprotesmenentang perintah gurunya.{{sfn|Wilson|2016|p=286}}
 
Dalam versi kainlain daridiceritakan cerita tersebut,bahwa istri gurunya berniat untuk menggoda Ahiṃsaka. SaatKarena Ahiṃsaka menolak tarawannya, ia menjadi tak senang dan berkata kepada suaminya bahwa Ahiṃsaka telah berniatberusaha untuk menggodanya. CeritaKemudian tersebutkisah kemudiantersebut berlanjut denganke jalan cerita yang sama.<ref name="{{sfn|Buswell |Lopez|2013" />}}{{sfn|Zin |2005|page=707}}
 
=== Hidup sebagai perampok ===
[[Berkas:015 Angulimala (9140566999).jpg|jmpl|ka|200px|Relief Angulimala sedang mengejar sang Buddha, dari kuil [[Wat Maisuwankiri]] di [[Distrik Tumpat|Tumpat]], [[Malaysia]].]]
Setelah diperintahkan oleh gurunya, Aṅgulimāla menjadi seorang pencegat, tinggal di sebuah jurang dalam sebuah hutan bernama Jālinī dimana ia dapat melihat orang-orang berlalu lalang dan membunuh atau menyakiti para penjelajah tersebut.<ref>{{cite book|last1=Lamotte|first1=Etienne|authorlink1=Etienne Lamotte|title=History of Indian Buddhism: From the Origins to the Saka Era|date=1988|publisher=[[Université catholique de Louvain]], Institut orientaliste|isbn=906831100X|page=22}}</ref>{{sfn|Malalasekera|1960}}{{sfn|Wilson|2016|p=286}} Ia menjadi dikenal karena kemampuannya dalam menyerang para korbannya.{{sfn|Wiltshire |1984|page=91}} Saat orang-orang mulai menghindari jalan tersebut, ia memasuki desa-desa dan membawa orang-orang dari rumah-rumah mereka untuk membunuh mereka. Seluruh dewa menjadi ditinggalkan.{{sfn|Malalasekera|1960}}{{sfn|Gombrich|2006|p=139}} Ia tak pernah membawa baju atau perhiasan dari para korbannya, hanya jari-jarinya saja.{{sfn|Gombrich|2006|p=139}} Untuk menjaga hitungan jumlah korban yang ia dapatkan, ia menalinya pada sebuah benang dan menggantungnya di pohon. Namun, karena burung-burung mulai memakan daging dari jari-jari tersebut, ia mulai mengenakkannya sebagai [[Yagnopaveetham|kalung jimat]]. Kemudian, ia menjadi dikenal sebagai ''Aṅgulimāla'', yang artinya 'kalung jari'.<ref name="Buswell 2013" />{{sfn|Gombrich|2006|p=139}} Dalam beberapa relief, ia digambarkan mengenakan hiasan kepala jari ketimbang sebuah kalung.{{sfn|Brancaccio|1999|pp=108–12}}
Setelah diperintahkan oleh gurunya, akhirnya Angulimala menjadi seorang penyamun, berdiam di ngarai di tengah hutan bernama Jālinī, untuk mengintai orang-orang berlalu lalang, lalu membunuh atau melukai mereka.{{sfn|Lamotte|1988|p=22}}{{sfn|Malalasekera|1960}}{{sfn|Wilson|2016|p=286}} Ia masyhur akan kecakapannya dalam membegal para korbannya.{{sfn|Wiltshire |1984|page=91}} Setelah orang-orang menghindari jalur tersebut, ia memasuki pemukiman dan menyeret warga dari rumah mereka untuk dibunuh. Akhirnya seluruh warga mengungsi.{{sfn|Malalasekera|1960}}{{sfn|Gombrich|2006|p=139}} Ia tak pernah merampas baju atau perhiasan dari para korbannya, melainkan hanya jari-jari mereka saja.{{sfn|Gombrich|2006|p=139}} Sebagai pengingat berapa jumlah korban yang didapatkan, ia menguntai jari-jari tersebut lalu menggantungnya di pohon. Namun, karena sisa daging pada jari-jari tersebut menjadi incaran burung-burung, ia mengenakannya seperti sebuah [[upawita|"kalung"]]. Akhirnya ia dikenal sebagai ''Angulimala'', yang artinya 'kalung jari' atau 'untaian jari'.{{sfn|Buswell|Lopez|2013}}{{sfn|Gombrich|2006|p=139}} Dalam beberapa relief, ia digambarkan mengenakan hiasan kepala dari jari, bukan kalung.{{sfn|Brancaccio|1999|pp=108–12}}
 
=== Bertemu Sang Buddha ===
[[Berkas:054 Angulimala cannot Catch up with Buddha who ordains him and he becomes an Arahant (9270708415).jpg|kiri|jmpl|Lukisan di Wiharasebuah Chediwihara Traiphopdi Traimongkhon[[Sravasti]], [[Hat Yai|HatyaiIndia]], Thailand|upright=0yang menggambarkan Angulimala sedang mencoba mengejar Buddha Gautama.9]]
Para penduduk desa yang masih hidup berpindahakhirnya mengungsi dari wilayah tersebut, dan mengeluh kepada [[Pasenadi]], raja [[Kosala]].{{sfn|Wilson|2016|pp=293–4}}{{sfn|Gombrich|2006|p=140}} Pasenadi menanggapinya dengan mengirim 500 prajurit untuk memburu AṅgulimālaAngulimala.{{sfn|Loy|2009|p=1246}} Sementara itu, orang tua AṅgulimālaAngulimala mendengar kabar bahwa Pasenadi memburu seorang penjahat. SejakKarena AṅgulimālaAngulimala lahir dengan pertanda-pertanda buruk, mereka menyatakanberpikir bahwa iniyang harusdiburu terjadipasti kepadanyadia. MeskipunKendati ayahnya memutuskantidak untuk takmau ikut campur,{{refn|group=note|Buddhaghosa berkata bahwa ia tak peduli, sementara Dhammapāla berkata bahwa ia meyakini bahwa ia "tak berguna untuk putra semacam itu".{{sfn|Gombrich|2006|p=140}}}} ibunya taktetap setujucemas.{{sfn|Wilson|2016|pp=293–4}}{{sfn|Gombrich|2006|p=140}}{{refn|group=note|BuddhologisAhli agama Buddha [[André Bareau]] dan teolog John Thompson berpendapat bahwa pasal darikisah ibunya yang berniat untuk ikut campur telahmerupakan ditambahkantambahan pada cerita asli pada masa berikutnyaaslinya, namuntetapi cendekiawan Kajiankajian Asia Monika Zin menyatakan bahwa ibunya telah muncul dalam [[seni rupa Buddhis]] awal.{{sfn|Zin |2005|page=708}}{{sfn|Thompson|2015|p=163}}}} MengkhawatirkanKarena nyawamengkhawatirkan keselamatan putranya, ia memutuskan untuk menemukan putranyaAngulimala, memperingatinyaagar dapat memberi tahu niat rajasang tersebutraja, danserta mengambilmengajak pengasuhannyaputranya pulang.{{sfn|Thompson|2015|p=163}}{{sfn|Wilson|2016|p=286}} MelaluiMenurut [[abhinna|penglihatanBuddhaghosa, meditatif]]dengan menggunakan mata batin ({{lang-pi|abhiñña|italic=yes}}), Sang Buddha mengetahui bahwa AṅgulimālaAngulimala telah menjagal 999 korbanorang, dan tampaknyabersusah akanpayah mencapaimendapatkan jumlahyang seribuke-1000.{{sfn|Wilson|2016|p=298 n.30}}{{refn|Namun, menurut beberapa versi, Sang Buddha mendengar tentang AṅgulimālaAngulimala dari para biarawan, yang datang untuk mengumpulkan [[amal]] dan melihat para penduduk desa yang berkeluh kesah di istana [[Pasenadi]].{{sfn |Bareau |1986 |p=656 }}|group=note}} Jika Sang Buddha mendatangi AṅgulimālaAngulimala pada hari tersebutitu, AṅgulimālaAngulimala akan menjadi [[biksu]], dan kemudianlalu meraih ''abhiñña''.{{sfn|Wilson|2016|p=298 n.30}} Namun, jika AṅgulimālaAngulimala malah membunuh ibunya, iasang ibu akan menjadi korban keseribunyake-1000, dansementara iaAngulimala tak akan terselamatkan,<ref name="{{sfn|Buswell |Lopez|2013" />}}{{sfn|Gombrich|2006|p=140}} karena matrisidamenurut dalam agamaajaran Buddha, pembunuhan terhadap ibu sendiri dianggapdiyakini sebagai salah satu dari [[Anantarikaanantarika-karma|lima tindakanmacam karma terburuk]] yang dapat dilakukan seseorang]].{{sfn|Kosuta|2017|pp=40–1}}{{sfn|Analayo|2008|p=146}}
 
Sang Buddha memutuskan untuk mendatangi AṅgulimālaAngulimala,{{sfn|Malalasekera|1960}} meskipun diperingati oleh para warga desa lokalagar untuk takmengurungkan mendatanginyaniatnya.{{sfn|Gombrich|2006|p=136}}{{sfn|van Oosten |2008 |page=251 }} SaatDi berjalantengah menujujalan yang menembus hutan Kosala, Aṅgulimāla mula-mula Angulimala melihat ibunya.<ref name="{{sfn|Buswell |Lopez|2013" />}} Menurut beberapa versi cerita, ia kemudianjadi terkenangteringat dengankembali akan ibunya saatyang ibunyadulu senantiasa menyediakan makanan untuknya.{{sfn|Thompson|2017|p=183}} Namun, setelah melakukan pertimbangan, ia memutuskan untuk menjadikannyamenjadikan ibunya sebagai korban keseribunyake-1000. Namun saat sangSang Buddha juga datang, ia memilih untukSang membunuhnyaBuddha sebagai gantinyapengganti ibunya. IaSetelah mengeluarkanmenghunus pedangnyapedang, dan mulaiia berlari ke arah Sang Buddha. NamunBerdasarkan kepercayaan Buddhisme, meskipun AṅgulimālaAngulimala berlari secepat yang ia bisamungkin, ia tak dapatkunjung berhasil menghampirimenggapai Sang Buddha yang berjalan tenang.<ref name="{{sfn|Buswell |Lopez|2013"}} />Diyakini Sangpenyebabnya Buddha memakaiadalah sejumlah [[Ṛddhi|kemampuan supranatural]]kesaktian ({{lang-pi|iddhi|italic=yes}}; {{lang-sa|ṛddhi|italic=yes}}) yang dipakai Buddha untuk menghadapi AṅgulimālaAngulimala:{{sfn|Wiltshire |1984|page=91}}{{sfn|Thompson|2015|p=162}} satudalam suatu tekspustaka menyatakandinyatakan bahwa Sang Buddha memakai kekuatan tersebut untuk mengendalikan dan meluaskanmeregangkan wilayahruang dimanadi merekaantara berdirimereka, sehingga tetapdapat menjauhkanmenjaga dirijarak daridengan AṅgulimālaAngulimala.{{sfn|Analayo|2008|p=142}} IniAkhirnya membuatAngulimala Aṅgulimālaputus memutuskanasa agarsehingga ia meminta Sang Buddha untuk berhenti. Sang Buddha kemudian berkata bahwa ia sendiri telah berhenti, dan saatseharusnya menyatakan bahwa AṅgulimālaAngulimala-lah yang seharusnya berhenti:<ref name="{{sfn|Buswell |Lopez|2013" />}}{{sfn|Mathers|2013|page=127}}
{{blockquote|Aku, Angulimala, masihaku telah berhenti berdiriselamanya ({{lang-pi|ṭhita|italic=yes}}), karenaaku beberapabebas semuadari halkekerasan yangterhadap dilakukan tongkatmakhluk inihidup ({{lang-pi|daṇḍa|italic=yes}}); namuntetapi kauengkau taktidak berkutikpunya pengendalian diri ({{lang-pi|asaññato|italic=yes}}) terhadap makhluk-makhluk hidup; sehingga,itulah sebabnya aku masih berdiri,telah kauberhenti tetapdan takengkau berdiribelum.{{sfn|Wiltshire |1984|page=91}}{{sfn|Cintiawati|Anggawati|2008}}
}}
Aṅgulimāla bertanya untuk penjelasan lebih lanjut, setelah Sang Buddha berkata bahwa seorang biksu baik harus mengendalikan keinginannya.{{sfn|Thompson|2015|pp=162–3}} Aṅgulimāla terkesima oleh perkataan Sang Buddha,{{sfn|Analayo|2008|p=145}} dan bertanya soal kesalahan apa yang telah ia lakukan.{{sfn|Thompson|2017|p=177}} Setelah mengetahuinya dari Sang Buddha, Aṅgulimāla menyatakan bahwa ia bertobat, bersumpa untuk menghentikan kehidupannya sebagai seorang perampok dan bergabung dengan [[sangha]] Buddha.{{sfn|Gombrich|2006|p=135}}{{sfn|Analayo|2008|pp=142–3}}{{sfn|van Oosten |2008 |page=252 }} Ia [[upasampada|ditahbiskan]] di biara [[Jetawana]].{{sfn|Thompson|2015|p=163}}
Angulimala bertanya untuk penjelasan lebih lanjut, dan akhirnya Sang Buddha berkata bahwa seorang biksu yang baik harus mengendalikan keinginannya.{{sfn|Thompson|2015|pp=162–3}} Angulimala terkesima oleh keberanian Sang Buddha,{{sfn|Analayo|2008|p=145}} dan menyadari kesalahan yang telah dilakukannya.{{sfn|Thompson|2017|p=177}} Setelah mendengarkan khotbah Buddha, akhirnya Angulimala bertobat, lalu bersumpah untuk meletakkan senjata dan bergabung dengan [[Sangha]] Buddha.{{sfn|Gombrich|2006|p=135}}{{sfn|Analayo|2008|pp=142–3}}{{sfn|van Oosten |2008 |page=252 }} Ia [[upasampada|ditahbiskan]] di biara [[Jetawana]].{{sfn|Thompson|2015|p=163}}
 
=== Hidup sebagai biksuPertobatan dan kematian ===
[[Berkas:Wat060 PanglaBlessings -of 041Success 4, Psychic Power overcomes Angulimala (106848043249273467508).jpg|jmpl|AṅgulimālaIlustrasi dudukAngulimala secarameletakkan hormatsenjata di depanhadapan Sang Buddha, menunjukkan pertobatannya. Lukisan di Watsebuah wihara di Pangla,[[ProvinsiHat Songkhla|SonghklaYai]], Thailand Selatan|upright=0.5]]
Sementara itu, Raja Pasenadi masih berniat untuk membunuh AṅgulimālaAngulimala. Ia mulaMula-mula ia mengunjungi Sang Buddha dan para pengikutnya di Jetavana.{{sfn |Bareau |1986 |p=655 }} Ia menjelaskan keperluannya kepada Sang Buddha, dan Sang Buddha menanyakan bagaimana rajatanggapan akansang menjawabraja jikaapabila ia menemukanmendapati bahwa AṅgulimālaAngulimala membiarkan seorangtelah penghadap hidupbertobat dan menjadi biksu. RajaSang raja berkata bahwa ia akan menghormatinyamenghormati Angulimala dan menyediakannyamenanggung pekerjaankehidupannya di monastiknyawihara. Lalu Sang Buddha kemudian menyatakan bahwa AṅgulimālaAngulimala hanyadengan dudukrambut padadan jarakjenggot beberapayang kali,telah rambutdipotong dansedang jenggotnyaduduk telahdengan dipotong,jarak danbeberapa menjadi[[kaki (satuan)|kaki]] darinya sebagai anggota sanghaSangha Buddha. TerkejutDengan namunperasaan jugatakjub takbercampur percayasenang, sang raja berkata kepadamemanggil AṅgulimālaAngulimala dengan nama klan dan ibunya ({{lang-pi|Gagga Mantānīputta|italic=yes}}) dan menyumbangkan bahan-bahan jubah kepada Aṅgulimālakepadanya. Namun, AṅgulimālaAngulimala taktidak mau menerima hadiah tersebut, karena ia sedang melakukanmenjalankan [[dhutanga|pelatihanpengendalian asketikdiri]].{{sfn|Malalasekera|1960}}{{sfn|Zin |2005|page=707}}
 
Pada akhirnya, sang raja memilih untuk tidak menganiayamengampuni AṅgulimālaAngulimala. PasalPernyataan tersebut disepakatidiakui denganoleh pengamatanahli Buddhologisagama Buddha [[André Bareau]] yang mengamati bahwa terdapat kesepakatan tak tertulis non-interfensiuntuk tidak saling menguntungkanturut campur antara Sang Buddha dandengan para raja dan penguasa pada masa itu.{{sfn|Thompson|2015|pp=166–7}} Kemudian, Angulimala melihat seorang wanita muda yang mengalami kesulitan saat melahirkan.{{refn|group=note|Penggalan kisah ini tak muncul dalam seluruh versi [[Tripitaka]].{{sfn|Zin |2005|page=707}}}} Angulimala merasa tergerak, dan memahami rasa sakit serta belas kasihan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya saat masih menjadi perampok.{{sfn|Langenberg|2013|p=351}}{{sfn|van Oosten |2008 |page=252 }}{{sfn |Bareau |1986 |p=656 }} Ia mendatangi Sang Buddha dan menanyakan apakah ia dapat mengurangi penderitaan wanita tersebut. Sang Buddha menganjurkan Angulimala untuk pergi mendatangi wanita tersebut dan berkata:
 
{{blockquote|Saudari, sejak saya terlahir, saya tidak ingat pernah dengan sengaja membunuh makhluk hidup. Dengan kebenaran ini, semoga Anda sejahtera dan bayi Anda sejahtera!{{sfn|Cintiawati|Anggawati|2008}}}}
Kemudian, Aṅgulimāla mendatangi seorang wanita muda yang mengalami kesulitan saat melahirkan anak.{{refn|group=note|Pasal tersebut tak munvul dalam seluruh versi [[Tripitaka]].{{sfn|Zin |2005|page=707}}}} Aṇgulimāla kemudian tergerak, dan memahami luka dan perasaan yang timbul yang tidak ia ketahui saat ia masih menjadi perampok.<ref name="Langenberg" />{{sfn|van Oosten |2008 |page=252 }}{{sfn |Bareau |1986 |p=656 }} Ia mendatangi Sang Buddha dan menyanyakan apakah ia dapat mempermudah rasa sakitnya. Sang Buddha membujuk Aṅgulimāla untuk pergi mendatangi wanita tersebut dan berkata:
 
Angulimala menekankan bahwa ini akan menjadi ketidakbenaran baginya untuk berkata demikian, sehingga Sang Buddha menanggapinya dengan kalimat berbeda:
{{blockquote|Saudari, sejak aku lahir, aku tak menyatakan bahwa aku banyak memahami makhluk hidup dari kehidupan secara intensional. Pada kenyataannya, kau dan bayimu juga demikian.}}
 
{{blockquote|Saudari, sejak saya terlahir ''dengan kelahiran mulia'', saya tidak ingat pernah dengan sengaja membunuh makhluk hidup. Dengan kebenaran ini, semoga Anda sejahtera dan bayi Anda sejahtera!.{{sfn|Cintiawati|Anggawati|2008}}{{sfn|Buswell|Lopez|2013}}}}
Aṅgulimāla menekankan bahwa ini akan menjadi ketidakbenaran baginya untuk berkata demikian, sehingga Sang Buddha menanggapinya dengan kalimat berbeda:
 
Di sini Sang Buddha menekankan tekad Angulimala yang memilih untuk menjadi seorang biksu,{{sfn|Buswell|Lopez|2013}} menyatakannya sebagai kelahiran kedua yang bertolak belakang dengan kehidupan sebelumnya sebagai perampok.<!--Gombrich-->{{sfn|Wilson|2016|p=293}}{{sfn|Gombrich|2006|p=136}} ''Jāti'' artinya kelahiran, tetapi kata tersebut juga diberi keterangan dalam ulasan pustaka berbahasa Pāli sebagai [[gotra|klan atau garis keturunan]] ({{lang-pi|gotta|italic=yes}}). Oleh sebab itu, kata ''jāti'' disini juga merujuk kepada garis perguruan [[Daftar Buddha|para Buddha]], yaitu komunitas Sangha.{{sfn|Wilson|2016|pp=297–8 n.24}}
{{blockquote|Saudari, sejak aku lahir {{em|sebagai bangsawan}}, aku tak memahami makhluk hidup dari kehidupan secara intensional. Pada kenyataannnya, kau dan bayimu juga demikian.<ref name="Buswell 2013" /> [penjelasan ditambahkan]}}
 
Setelah Angulimala melakukan [[sacca-kiriya|"tindak kebajikan"]] tersebut, sang wanita melahirkan anaknya dengan selamat. ''Paritta'' tersebut kemudian menjadi salah satu [[paritta|''paritta'' perlindungan]], yang umumnya disebut ''paritta Aṅgulimāla''.{{sfn|Swearer|2010|p=253}}{{sfn|Buswell|Lopez|2013}} Sejumlah anggota Sangha senantiasa membacakan ''paritta'' tersebut saat memberkati wanita hamil di negara-negara berpenganut [[Theravāda]],{{sfn|Appleton|2013|p=141}}{{sfn|Eckel|2001|pp=67–8}} dan kerap menghafalkannya sebagai bagian dari pelatihan Sangha.{{sfn|Thompson|2017|p=183}} Maka, Angulimala sering dipandang sebagai "pelindung" persalinan oleh para pengikut Buddha. Perubahan dari seorang pembunuh menjadi orang yang memberikan perlindungan atas kelahiran merupakan transformasi besar.{{sfn|Wilson|2016|p=285}}
Sang Buddha menggambarkan perhatian Angulimala untuk pilihannya menjadi seorang biksu,<ref name="Buswell 2013" /> mendeskripsikannya sebagai kelahiran kemudia yang kontras dengan kehidupan sebelumnya sebagai perampok.<!--Gombrich-->{{sfn|Wilson|2016|p=293}}{{sfn|Gombrich|2006|p=136}} ''Jāti'' artinya kelahiran, namun kata tersebut juga diartikan dalam komentar-komentar Pāli sebagai [[gotra|klan atau garis keturunan]] ({{lang-pi|gotta|italic=yes}}). Sehingga, kata ''jāti'' disini juga merujuk kepada garis keturunan [[Daftar Buddha|para Buddha]], seperti halnya komunitas sangha.{{sfn|Wilson|2016|pp=297–8 n.24}}
 
Peristiwa tersebut membantu Angulimala menemukan kedamaian.{{sfn|Langenberg|2013|p=351}} Setelah menunjukkan tindak kebajikan, ia dianggap "memberikan kehidupan daripada kematian bagi penduduk"{{sfn|Langenberg|2013|p=351}} dan masyarakat mulai menerimanya serta berderma makanan.{{sfn|Parkum|Stultz|2012}} Namun, beberapa orang masih tak dapat melupakan bahwa ia bertanggung jawab atas kematian orang-orang yang mereka cintai. Dengan tongkat dan batu, mereka menyerangnya saat ia meminta-minta sumbangan. Dalam kondisi kepala berdarah, jubah luar robek, dan ''pata'' (mangkuk amal) pecah, Angulimala berhasil kembali ke wihara. Sang Buddha menasihati Angulimala agar menerima siksaan tersebut dengan ikhlas hati; ia menyatakan bahwa Angulimala sudah merasakan akibat dari [[karma dalam agama Buddha|karma]] yang seharusnya dapat membuatnya terlahir di [[Neraka (Buddha)|neraka]].{{sfn|Malalasekera|1960}}{{sfn|Buswell|Lopez|2013}}{{sfn|Harvey|2010}} Sebagai [[arahant|murid tercerahkan]], batin Angulimala tetap tenang dan tak tergoyahkan.{{sfn|Buswell|Lopez|2013}} Menurut ajaran Buddha, murid-murid tercerahkan tidak dapat membuat karma baru, tetapi masih dapat merasakan akibat dari karma lama yang pernah mereka lakukan.{{sfn|Loy|2008|p=230}}{{sfn|van Oosten |2008 |page=252 }} Hasil karma tak terhindarkan, bahkan Sang Buddha pun tak dapat menghentikannya.{{sfn|Attwood|2014|p=522}}
Setelah Aṅgulimāla melakukan [[sacca-kiriya|"tindak kebenaran"]] tersebut, wanita tersebut melahirkan anaknya dengan selamat. Ayat tersebut kemudian menjadi salah satu [[paritta|ayat-ayat perlindungan]], yang umumnya disebut ''paritta Aṅgulimāla''.<ref>{{cite book|last=Swearer|first=D.K.|year=2010|title=The Buddhist World of Southeast Asia|publisher=[[SUNY Press]]|url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/The%20Buddhist%20World%20of%20Southeast%20Asia_Swearer.pdf|isbn=978-1-4384-3251-9|page=253}}</ref><ref>{{cite encyclopedia|last1=Buswell|first1=Robert E. Jr.|author1-link=Robert Buswell Jr.|last2=Lopez|first2=Donald S. Jr.|author2-link=Donald S. Lopez Jr.|encyclopedia=Princeton Dictionary of Buddhism|date=2013|publisher=[[Princeton University Press]]|isbn=978-0-691-15786-3|url=http://www.daophatngaynay.com/vn/files/file-nen/Princeton_Dictionary_of_Buddhism_890707662.pdf|title=Aṅgulimāla, Paritta, Satyāvacana}}</ref> Sangha-sangha masih mengutip ulang teks tersebut saat pemberkatan wanita hamil di negara-negara Theravāda,<ref>{{cite book|last1=Appleton|first1=Naomi|title=Jataka Stories in Theravada Buddhism: Narrating the Bodhisatta Path|date=2013|publisher=[[Ashgate Publishing]]|isbn=978-1-4094-8131-7|url=https://books.google.com/?id=5f-SW_JUAZMC|p=141}}</ref><ref>{{cite encyclopedia|last1=Eckel|first1=Malcolm David|authorlink1=Malcolm David Eckel|editor1-last=Neville|editor1-first=Robert Cummings|editor1-link=Robert Cummings Neville|encyclopedia=Religious Truth: A Volume in the Comparative Religious Ideas|title=Epistemological Truth|date=2001|publisher=[[SUNY Press]]|location=Albany|isbn=0-7914-4777-4|url=https://books.google.com/?id=LO3ajMpEa5YC|pp=67–8}}</ref> dan seringkali mengingatnya sebagai bagian dari pelatihan sangha.{{sfn|Thompson|2017|p=183}} Sehingga, Aṅgulimāla banyak dipandang sebagai "pelindung" kelahiran anak oleh para pengikut Buddha. Berubah dari pembunuh menjadi orang yang tampak memberikan kelahiran anak yang selamat telah merupakan transformasi besar.{{sfn|Wilson|2016|p=285}}
 
Setelah memperbolehkan Angulimala bergabung dengan Sangha, Sang Buddha mengeluarkan aturan yang berlaku sejak saat itu, yaitu melarang diterimanya penjahat sebagai biksu dalam Sangha. Hal ini dikarenakan protes masyarakat terhadap penahbisan perampok "beruntai jari" tersebut.{{sfn|Malalasekera|1960}}{{sfn|Kosuta|2017|p=42}} [[Buddhaghosa]] menyatakan bahwa Angulimala meninggal tak lama setelah menjadi biksu.{{sfn|Malalasekera|1960}}{{sfn|Kosuta|2017|p=42}} Setelah kematiannya, sebuah diskusi timbul di kalangan biksu tentang [[kosmologi Buddha|alam kehidupan]] apakah yang dicapai oleh Angulimala. Saat Sang Buddha menyatakan bahwa Angulimala telah mencapai Nirwana, hal tersebut mengejutkan beberapa biksu. Mereka terkejut dan bertanya bagaimana mungkin seseorang yang membunuh banyak orang masih bisa mencapai [[pencerahan (Buddha)|pencerahan]]. Sang Buddha menjawab bahwa bahkan setelah melakukan banyak kejahatan, seseorang masih memiliki kemungkinan untuk berubah menjadi lebih baik dan meraih pencerahan.{{sfn|van Oosten |2008 |pages=252{{en dash}}3 }}
Peristiwa tersebut membantu Aṅgulimāla menemukan kedamaian.<ref name="Langenberg">{{cite journal|last1=Langenberg|first1=Amy Paris|title=Pregnant Words: South Asian Buddhist Tales of Fertility and Child Protection|journal=History of Religions|date=2013|volume=52|issue=4|page=351|doi=10.1086/669645|jstor=10.1086/669645}}</ref> Setelah menunjukkan tindak kebenaran, ia dipandang "mengirim kehidupan ketimbang kematian bagi warga kota"<ref name="Langenberg" /> dan masyarakat mulai menerimanya dan menyediakannya dengan sumbangan makanan.<ref>{{cite encyclopedia|last1=Parkum|first1=Virginia Cohn|last2=Stultz|first2=J. Anthony|editor1-last=Queen|editor1-first=Christopher S.|encyclopedia=Engaged Buddhism in the West|date=2012|publisher=[[Wisdom Publications]]|title=The Aṅgulimāla Lineage: Buddhist Prison Ministries|isbn=978-0-86171-841-2|url=https://books.google.com/?id=NzY6AwAAQBAJ}}</ref>
 
Namun, banyak orang yang masih tak dapat melupakan bahwa ia bertanggung jawab atas kematian orang-orang yang mereka cintai. Dengan tongkat dan batu, mereka menyerangnya saat ia berjalan untuk meminta sumbangan. Dengan kepala yang berdarah, jubah luar yang robek dan pata (mangkuk amal) yang pecah, Aṅgulimāla memutuskan untuk kembali ke sangha. Sang Buddha membujuk Aṅgulimāla untuk merenungkan penyiksaannya dengan cara merenung; ia menyatakan bahwa Aṅgulimāla mengalami buah dari karma yang akan membuat orang lain mengutuknya ke [[Neraka (Buddha)|neraka]].{{sfn|Malalasekera|1960}}<ref name="Buswell 2013" /><ref>{{cite encyclopedia|last1=Harvey|first1=Peter|editor1-last=Powers|editor1-first=John|editor2-last=Prebish|editor2-first=Charles S.|editor1-link=John Powers (academic)|encyclopedia=Destroying Mara Forever: Buddhist Ethics Essays in Honor of Damien Keown|date=2010|publisher=[[Snow Lion Publications]]|title=Buddhist Perspectives on Crime and Punishment|isbn=978-1-55939-788-9}}</ref> Menjadi [[arahant|murid tercerahkan]], Aṅgulimāla masih tertegun dan berpikir kosong.<ref name="Buswell 2013" /> Menurut ajaran Buddha, murid-murid tercerahkan tak dapat membuat karma baru apapun, namun mreka masih menjadi suyek dampak karma lama yang sempat mereka lakukan.<ref>{{cite journal|last1=Loy|first1=David R.|authorlink1=David Loy|title=Awareness Bound and Unbound: Realizing the Nature of Attention|journal=Philosophy East and West|date=2008|volume=58|issue=2|page=230|jstor=20109462}}</ref>{{sfn|van Oosten |2008 |page=252 }} Dampak karmanya tak terhindarkan, dan bahkan Sang Buddha tak dapat menghentikannya dari kejadian tersebut.<ref>{{cite journal|last1=Attwood|first1=Jayarava|title=Escaping the Inescapable: Changes in Buddhist Karma|journal=Journal of Buddhist Ethics|date=2014|volume=21|page=522|url=https://www.researchgate.net/profile/Jayarava_Attwood/publication/280568215_Escaping_the_Inescapable_Changes_in_Buddhist_Karma/links/55ba4a8908aed621de0acc62/Escaping-the-Inescapable-Changes-in-Buddhist-Karma.pdf|archive-url=https://perma.cc/4PHN-EYJR|archive-date=7 May 2018|dead-url=no|issn=1076-9005}}</ref>
 
Setelah menasehati Aṅgulimāla di sangha, Sang Buddha mengeluarkan aturan yang berlaku dari saat itu, tak ada penjahat yang harus diterima sebagai biksu dalam sangha.{{sfn|Malalasekera|1960}}{{sfn|Kosuta|2017|p=42}} [[Buddhaghosa]] menyatakan bahwa Aṅgulimāla meninggal tak lama setelah menjadi biksu.{{sfn|Malalasekera|1960}}{{sfn|Kosuta|2017|p=42}} Setelah kematiannya, sebuah diskusi timbul di kalangan biksu tentang apa [[kosmologi Buddha|takdir kehidupan setelah kematian]] dari Aṅgulimāla. Saat Sang Buddha menyatakan bahwa Aṅgulimāla telah mencapai Nirwana, ini mengejutkan beberapa biksu. Mereka terkejut dan bertanya bagaimana mungkin seseorang yang membunuh banyak orang masih mencapai [[pencerahan (Buddha)|pencerahan]]. Sang Buddha menjawab bahwa bahkan setelah melakukan banyak kejahatan, seeorang masih memiliki kemungkinan untuk berubah menjadi lebih baik dan meraih pencerahan.{{sfn|van Oosten |2008 |pages=252{{en dash}}3 }}
 
== Analisis ==
Baris 132 ⟶ 128:
 
=== Sejarah ===
KebiasaanPemberian memberikenang-kenangan hadiahkepada selamatseorang tinggalguru kepadamerupakan guruhal seseorangyang merupakanlazim adatpada istiadat[[sejarah diIndia|zaman India kunoKuno]]. Terdapat contoh dalam "Kitab PauṣyaPauśyaparwa"{{refn|Dalam PausyaparvanPausyaparwa, ''[[Mahabharata|MahābharathaMahābhārata]]'' jilid 1 (''[[Adiparwa]]''), bagian ke-3.|group=note}} dari cerita rakyat Weda[[wiracarita]] ''[[Mahabharata|MahābharathaMahābhārata]]''. Disana,Diceritakan bahwa seorang guru mengirimmenugaskan muridnya Uttankayang bernama [[Utangka]] untuk pergi setelah UttankaUtangka menyatakan bahwa dirinya sendiri layak untuk dipercaya, danserta dalam pendirian dari seluruhmenguasai ajaran [[Weda]] dan [[Dharmashastra|DharmashastrikDharmasastra]]. UttankaUtangka berkata kepada gurunya:
{{blockquote|"ApaApakah yang dapat akusaya lakukan kepadamuuntuk yangmenyenangkan menghormatimuhatimu ({{lang-sa|kiṃ te priyaṃ karavāni|italic=yes}}), karena adapernah tertulisdikatakan: BarangsiapaBarang siapa menjawab tanpa [selaras dengan] [[Dharmadarma]], dan barang siapa yang bertanya tanpa [selaras dengan] Dharmadarma, maka yang terjadi: seseorang mati atau seseorang menarikmemicu permusuhan."}}
Indologis[[Indologi|Indolog]] Friedrich Wilhelm menyatakan bahwa kalimat yang sama tercantum dalam ''[[Manusmriti|Kitab ManuManusmerti]]'' (II,:111) dan dalam ''Institut-institut Wisnu[[Wisnusmerti]]''. DenganMenurut pergiajaran meninggalkanberbasis guru''[[Weda]]'', merekadengan danberpamitan kepada guru serta berjanji untuk melakukan apapun yang guru mereka bujuk kepadanyamau, mengirimdapat memberikan [[pencerahan]] atau halpencapaian serupa,semacam menurutitu. ajaranMaka Weda.dari Sehinggaitu, initidak bukanlahmengherankan merupakanapabila halAngulimala takdiceritakan lazimmau saatmelaksanakan Aṅgulimālaperintah dideskripsikankejam melakukandari tawarangurunya mengerikanmeskipun gurunya—meskipunsebenarnya merupakania orang baik dan murah hati, di dalam hatinya—dalam pengetahuan bahwakarena pada akhirnya, ia akan mencapaimeraih sambutanpencapaian tertinggi.<ref>{{cite booksfn|title=Prüfung und Initiation im Buche Pausya und in der Biographie des NāropaWilhelm|language=de|trans-title=Test and Initiation in the Book Pauṣya and in the Biography of Nāropa|location=Wiesbaden|year=1965|p=11}}</ref>
 
[[Berkas:Xuanzang w.jpg|jmpl|150px|Ilustrasi [[Xuan Zang]], peziarah dari [[Tiongkok]] (602–64 M). Gagasan bahwa Angulimala adalah bagian dari kultus kekerasan dikemukakan olehnya.]]
[[Berkas:Xuanzang w.jpg|jmpl|150px|Gagasan bahwa Aṅgulimāla adalah bagian dari kultus kekerasan disugestikan oleh peziarah Tionghoa [[Xuan Zang]] (digambarkan disini).]]Indologis [[Richard Gombrich]] menyatakan bahwa kisah Aṅgulimāla adalah pertemuan sejarah antara Sang Buddha dan seorang pengikut aliran [[tantra]] [[Siwa]] atau [[Shakti]] awal.{{sfn|Gombrich|2006|p=151}} Gombrich memegang penjelasan tersebut atas dasar sejumlah ketidakkonsistenan dalam teks-teks yang mengindikasikan kemungkinan korupsi,{{sfn|Gombrich|2006|pp=144–51}} dan penjelasan paling adil untuk perilaku Aṅgulimāla yang dijelaskan oleh para komentator.{{sfn|Gombrich|2006|pp=136, 141}}{{sfn|Mudagamuwa|Von Rospatt|1998|p=170}} Ia menyatakan bahwa terdapat beberapa rujukan lain dalam kanon Pāli awal yang tampaknya mengindikasikan keberadaan para pengikut [[Siwa|Śaiwa]], [[Kāli]], dan dewa-dewi lainnya yang diasosiasikan dengan pratek-praktek tantrik [[kekerasan|berdarah]] (kekerasan).{{sfn|Gombrich|2006|pp=155–62}} Ketidakkonsistenan tekstual yang ditemukan dapat dijelaskan melalui teori tersebut.{{sfn|Gombrich|2006|pp=152–4}}
Indolog [[Richard Gombrich]] menyatakan bahwa kisah Angulimala bisa jadi sesungguhnya merupakan pertemuan antara Sang Buddha dan seorang pengikut ajaran [[tantra]] aliran [[Saiwa]] atau [[Sakta]].{{sfn|Gombrich|2006|p=151}} Gombrich menarik kesimpulan tersebut atas dasar sejumlah inkonsistensi dalam manuskrip yang mengindikasikan adanya pengubahan,{{sfn|Gombrich|2006|pp=144–51}} serta penjelasan kurang memuaskan tentang perilaku Angulimala yang diuraikan oleh para penafsir.{{sfn|Gombrich|2006|pp=136, 141}}{{sfn|Mudagamuwa|Von Rospatt|1998|p=170}} Ia menyatakan bahwa terdapat beberapa rujukan lain dalam kanon Pāli yang tampaknya mengindikasikan keberadaan para pengikut [[Siwa]], [[Kāli]], dan dewa-dewi lainnya yang berkaitan dengan ritual berdarah ajaran tantra.{{sfn|Gombrich|2006|pp=155–62}} Inkonsistensi tekstual yang ditemukan dapat dijelaskan melalui teori tersebut.{{sfn|Gombrich|2006|pp=152–4}}
 
Gagasan bahwa AṅgulimālaAngulimala adalah bagian dari kultus kekerasan disugestikandikemukakan oleh peziarah Tionghoa [[Xuan Zang]] (602–64 CEM). Dalam [[Catatan Tang Besar tentang Wilayah Barat|catatan perjalananperjalanannya]], Xuan Zang menyatakan bahwa AṅgulimālaAngulimala diajari oleh gurunya bahwa ia akan lahir di surga[[Brahma (agama Buddha)|alam Brahma]] jika iaberhasil membunuh seorang [[Buddha]]. Sebuah teksmanuskrip Tionghoa awalkuno memberikan penjelasan serupa, menyatakan bahwa guru Aṅgulimāladari mengikutigurunya instruksiAngulimala mengerikamemberikan dariajaran gurunya,kejam tersebut untuk mencapai keabadian.{{sfn|Brancaccio|1999|pp=105–6}} Pernyataan Xuan Zang kemudian dikembangkan oleh para[[Dunia penerjemahBarat|orang-orang EropaBarat]] dariyang menerjemahkan catatan perjalanan Xuan Zang pada awal abad kedua puluhke-20, namuntetapi sebagian berdasarkan pada kesalahan terjemahan.{{sfn|Mudagamuwa|Von Rospatt|1998|p=177 n.25}}{{sfn|Analayo|2008|pp=143–4 n.42}} SementaraTerlepas dari itu, Gombrich menjadimerupakan cendekiawan pertamamodern yang menangguhkanpertama kali mengemukakan gagasan tersebut. Namun, Gombrich mengklaimpernyataannya bahwa praktek-praktekpraktik tantriktantra yangtelah ada sebelum penyelesaianselesainya penyusunan [[Suttapitaka|kanonkitab-kitab sumber BuddhaBuddhis]] (dua sampai tiga abad SM[[Sebelum Masehi]]) berseberanganbertolak belakang dengan pembelajaranpengetahuan umum. [[Konsensus cendekiawanilmiah]] menempatkanmenetapkan kebangkitan kultus-kultus tantriktantra pertamaperdana pada masa sekitar seribu tahun kemudian, dan tak ada bukti menyertaikuat yang ditemukan dari(baik praktek-praktekbukti tantriktertulis berdarahatau padalainnya) masatentang sebelumnya,praktik entahtantra tekstualberdarah ataupada lainnyamasa sebelumnya.{{sfn|Mudagamuwa|Von Rospatt|1998|p=170}}{{sfn|Gombrich|2006|pp=152 n.7, 155}} <!--Meskipun Gombrich berpendapat halbahwa lain,ada praktekpraktik [[antinomianantinomianisme|antinomianis]] serupa (berlawananbertentangan dengan norma moral) lain yang serupa yang hanya disebutkan sekali saja dalam [[Tipitaka|kitab suci Buddha]] dan tak ada bukti yang dapat ditemukan di luar kitab sucitersebut,{{sfn|Gombrich|2006|p=152, 156}} Cendekiawancendekiawan Kajiankajian agama Buddha Mudagamuwa dan Von Rospatt menyangkalnyamenyatakannya sebagai contoh salahyang keliru. Mereka juga memajukanmempermasalahkan argumen metrikal Gomrich, kemudiansehingga taktidak sepakatsependapat dengan hipotesis Gomrich terkait AṅgulimālaAngulimala. NamunMeskipun demikian, mereka menganggap ada kemungkinan bahwa mungkin praktekpraktik kekerasan Angulimālayang adalahdilakukan bagianAngulimala darimerupakan salah banyaksatu jenis kultus sejarahbersejarah.{{sfn|Mudagamuwa|Von Rospatt|1998|pp=172–3}} Cendekiawan Kajian Buddha [[L. S. Cousins]] juga mengekspresikan keraguan terhadap teori Gombrich.<ref>{{cite journal|last1=Cousins|first1=L. S.|authorlink1=L. S. Cousins|title=Review of Richard F. Gombrich: How Buddhism began: the conditioned genesis of the early teachings, 1996|journal=Bulletin of the School of Oriental and African Studies|date=24 December 2009|volume=62|issue=2|page=373|doi=10.1017/S0041977X00017109}}</ref-->
 
Dalam terjemahan [[bahasa Tionghoa|Tionghoa]] dari Damamūkāwadāna karyaoleh [[Hui-chiao]],<ref>{{cite encyclopediasfn|encyclopedia=Encyclopaedia of Buddhism|title=Aṅgulimāla|volume=1|url=|editor1-last=Malalasekera|editor1-first=G.P.|editor1-link=G. P. Malalasekera|editor2-first=W.G.|editor2-last=Weeraratne|year=2003|publisher=[[Pemerintah Sri Lanka]]|oclc=2863845613|pagep=628}}</ref> sertademikian pula dalam temuan-temuan arkeologiarkeologis,{{sfn|Zin |2005|page=706}} AṅgulimālaAngulimala diidentifikasikan dengan raja mitologi HinduRaja [[Kalmasapada]] atau Saudāsa dalam [[mitologi Hindu]], yang dikenal sejak [[zaman Weda]]. Teks-teksManuskrip kuno seringkalisering mendeskripsikankali menceritakan kehidupan Saudāsa sebagai kehidupan Angulimala sebelumnya dari Aṅgulimāla, dan kedua karaktertokoh tersebut menghadapi masalah untuk menjadi seorang ''brahman''[[brahmana]] yang baik.{{sfn|Zin |2005|page=706}}
 
Mengkaji penggambaran seni rupa di wilayah [[Gandhāra]], arkeolog Maurizio Taddei berteori bahwa cerita Aṅgulimāla ditekankan dalam sebuah mitologi India terkait seorang ''yakṣa'' yang hidup di alam liar. Dalam banyakberbagai penggambaran, AṅgulimālaAngulimala mengenakan penutuphiasan kepala, yang Taddei sebutkan sebagai contoh ikonografi mirip [[dionisian]]. Namun, sejarawanSejarawan seni rupa Pia Brancaccio berpendapat bahwa penutuphiasan kepala adalah sebuahpenanda simbolkhas India yang dipakai untuk tokoh-tokohfigur yang diasosiasikanberkaitan dengan alam liar atau perburuan.{{sfn|Brancaccio|1999|pp=108–12}} Ia mendukung anggapan Taddei bahwa gambar-gambar Aṅgulimāla, khususnya di Gandhāra, mewakili sisa-sisa tema dionisian dalam seni rupa mitologi Yunani, dan nampanya sampai terpengaruhi.{{sfn|Brancaccio|1999|pp=112–4}} Namun,juga Brancaccio berpendapatmeyakini bahwa penutuphiasan kepala adalah simbol khas India, yangtersebut dipakai oleh para seniman untuk mengindikasikanmemberi ciri bahwa AṅgulimālaAngulimala berasal dari suku hutan,pedalaman yangdan dikhawatirkanditakuti oleh umat Buddha awal yang sebagian besar beradamerupakan dimasyarakat perkotaan.{{sfn|Brancaccio|1999|pp=115–6}}
 
=== DoktrinalAjaran ===
{{Quote box|border=2px|align=right|bgcolor = Cornsilk|title=Aṅgulimāla Sutta|halign=center|quote=<poem>Dan walaupun aku dulu hidup sebagai bandit
Dengan nama ‘Untaian-Jari,’
Orang yang disapu banjir deras,
Aku telah pergi untuk perlindungan kepada Buddha.
[…] Jadi silakan datang pada pilihanku itu
Dan biarlah hal itu bertahan, karena ia tidak salah dibuat;
Aku telah mencapai tiga pengetahuan
Dan melaksanakan semua yang diajarkan Sang Buddha.</poem>|{{hidden end}}|salign=right|author=—Diterjemahkan dari bahasa Inggris,
oleh: Dra. Wena Cintiawati, Dra. Lanny Anggawati.{{sfn|Cintiawati|Anggawati|2008}}
}}
Di kalangan umat Buddha, Angulimala adalah salah satu cerita paling terkenal.{{sfn|Gombrich|2006|p=135}} Tak hanya pada masa kini: pada zaman kuno, dua peziarah asal Tionghoa yang datang dari India membuat laporan berisi cerita tersebut, serta memberitahukan tempat-tempat yang mereka kunjungi yang berkaitan dengan kehidupan Angulimala.{{sfn|Thompson|2015|p=163}} Dari sudut pandang umat Buddha, cerita Angulimala dijadikan contoh bahwa orang bertabiat buruk sekalipun dapat mengatasi kesalahan mereka dan kembali ke jalan yang benar.{{sfn|Harvey|2013|page=266}} Sejumlah tafsiran memakai cerita tersebut sebagai contoh karma baik dapat mengatasi karma buruk.{{sfn|Malalasekera|1960}} Umat Buddha menganggap Angulimala sebagai simbol transformasi menyeluruh{{sfn|Wilson|2016|p=286}} dan sebagai contoh bahwa ajaran Buddha dapat mengubah orang yang tampaknya tidak memungkinkan.{{sfn|Juergensmeyer|Kitts|Jerryson|2013|p=58}} Umat Buddha mengangkat cerita Angulimala sebagai contoh [[karuṇā|tindakan welas asih]] ({{lang-pi|karuṇa|italic=yes}}) dan kekuatan adikodrati ({{lang-pi|iddhi|italic=yes}}) dari Sang Buddha.{{sfn|Malalasekera|1960}} Pertobatan Angulimala dikutip sebagai pengakuan akan kecakapan Sang Buddha sebagai guru,{{sfn|Analayo|2008|page=135}} dan contoh kemanjuran dari ajaran Buddha ([[Dharma (Buddha)|darma]]).{{sfn|Thompson|2017|p=188}}
 
Melalui jawabannya kepada Angulimala, Sang Buddha menghubungkan sikap ''henti'' dengan gagasan [[ahimsa|'menahan diri dari kekerasan']] ({{lang-pi|avihiṃsa|italic=yes}}). Walaupun seseorang tak dapat menghindari hukum karma yang kekal, setidaknya seseorang dapat memperkecil karma dengan cara berhenti melakukan kekerasan. Pustaka-pustaka menafsirkan hal ini sebagai bentuk "diam".{{sfn|Wiltshire |1984|page=95}} Selain itu, kisah Angulimala mengilustrasikan bahwa terdapat kekuatan spiritual dalam sikap henti, yaitu saat Sang Buddha digambarkan tak mampu dikejar Angulimala yang penuh kekerasan. Meskipun itu dijelaskan sebagai akibat dari pencapaian adikodrati Sang Buddha, makna yang mendalam adalah bahwa "… 'orang yang berhenti secara spiritual' dapat bergerak lebih cepat ketimbang orang yang 'aktif secara konvensional'". Dengan kata lain, pencapaian spiritual hanya memungkinkan melalui tindakan tanpa kekerasan.{{sfn|Wiltshire |1984|page=91}}
Di kalangan umat Buddha, Aṅgulimāla adalah salah satu cerita paling terkenal.{{sfn|Gombrich|2006|p=135}} Tak hanya pada zaman modern: pada zaman kuno, dua peziarah Tionghoa berpengaruh yang datang ke India melaporkan cerita tersebut, dan melaporkan soal tempat-tempat yang mereka kunjungi yang diasosiasikan dengan kehidupan Aṅgulimāla.{{sfn|Thompson|2015|p=163}} Dari sudut pandang Buddha, cerita Aṅgulimāla dijadikan contoh bahwa orang terburuk dapat meninggalkan keburukan mereka dan kembali ke jalan yang benar.{{sfn|Harvey|2013|page=266}} Komentar-komentar menyatakan cerita tersebut sebagai contoh karma baik menghancurkan karma buruk.{{sfn|Malalasekera|1960}} Umat Buddha banyak menganggap Aṅgulimāla sebagai simbol transformasi penuh{{sfn|Wilson|2016|p=286}} dan sebagai penunjukkan bahwa jalan Buddha dapat mentranformasikan bahkan setidaknya inisiasi-inisiasi tampak.<ref>{{cite encyclopedia|editor-last1=Juergensmeyer|editor-first1=Mark|editor-last2=Kitts|editor-first2=Margo|editor-last3=Jerryson|editor-first3=Michael|encyclopedia=The Oxford Handbook of Religion and Violence|date=2013|publisher=[[Oxford University Press]]|isbn=978-0-19-975999-6|page=58|title=Buddhist Traditions and Violence|last=Jerryson|first=Michael}}</ref> Umat Buddha mengembangkan cerita Aṅgulimāla sebagai contoh [[karuṇā|kesalehan]] ({{lang-pi|karuṇa|italic=yes}}) dan ketaatan supranatural ({{lang-pi|iddhi|italic=yes}}) dari sang Buddha.{{sfn|Malalasekera|1960}} Pertobatan Aṅgulimāla dikutip sebagai pernyataan kemampuan Buddha sebagai guru,{{sfn|Analayo|2008|page=135}} dan sebagai contoh pemulihan kualitas ajaran Buddha ([[Dharma (Buddha)|Dharma]]).{{sfn|Thompson|2017|p=188}}
 
=== Perilaku ===
Melalui jawabannya, sang Buddha menghubungkan pernyataan [[ahimsa|'terlepas dari kekerasan']] ({{lang-pi|avihiṃsa|italic=yes}}) dengan ''ketetapan'', yang menyebabkan sebab dan dampak tanpa kekerasan. Selain itu, cerita tersebut mengilustrasikan bahwa terdapat kekuatan spiritual dalam ketetapan semacam itu, saat sang Buddha digambarkan dikejar Aṅgulimāla yang bersifat kekerasan. Meskipun ini dijelaskan sebagai hasil dari ketaatan supranatural dari sang Buddha, pengartian mendalamnya adalah bahwa "... 'orang tetap secara spiritual' dapat bergerak lebih cepat ketimbang orang yang 'aktif secara konvensional'". Dalam kata lain, pencapaian spiritual hanya memungkinkan melalui non-kekerasan.{{sfn|Wiltshire |1984|page=91}} Selain itu, ketetapan tersebut merujuk kepada pernyataan pembebasan Buddhis dari karma: selama seseorang tak dapat lari dari hukum tanpa akhir dari retribusi karma, seseorang dapat setidaknya meredam karma seseorang dengan menerapkan non-kekerasan. Teks tersebut mendeskripsikannya sebagai bentuk ketetapan, berseberangan dengan gerakan berkelanjutan dari retribusi karma.{{sfn|Wiltshire |1984|page=95}}
[[Berkas:Nava Jetavana Temple - Shravasti - 004 King Pasenadi Planting the Ananda Bodhi Tree in Jetavana (9241772739).jpg|jmpl|Raja [[Pasenadi]] menanam sebuah [[Pohon Bodhi]] untuk menghormati Sang Buddha.]]
Cerita Angulimala menggambarkan bagaimana para penjahat dapat terpengaruh oleh lingkungan psikososial dan lingkungan fisik mereka.{{sfn|Kangkanagme|Keerthirathne|2016|p=36}} [[Psikologi analitis|Psikolog analitis]] Dale Mathers berteori bahwa Ahiṃsaka mulai membunuh karena [[pengartian (psikologi)|harga dirinya]] telah runtuh. Ia tak lagi diapresiasi sebagai orang yang bertalenta dalam hal akademik. Sikapnya dapat disimpulkan bahwa "Aku tak memiliki harga diri; maka dari itu aku bisa membunuh. Jika aku membunuh, itu membuktikan bahwa aku tak memiliki harga diri".{{sfn|Mathers|2013|page=127}} Dalam menyimpulkan kehidupan Angulimala, Mathers menulis, {{nowrap|"ia adalah ... seorang figur}} yang menjembatani pemberian dan pencabutan nyawa."{{sfn|Mathers|2013|page=129}} Senada dengan hal tersebut, dengan merujuk kepada konsep psikologi tentang [[luka moral]], teolog John Thompson mendeskripsikan Angulimala sebagai seseorang yang dikhianati oleh seorang sosok berpengaruh, tetapi berhasil memulihkan prinsip moralnya yang terkikis maupun masyarakat yang menjadi korbannya.{{sfn|McDonald|2017|p=29}} Para korban luka moral memerlukan seorang penyembuh dan komunitas yang berjuang bersama-sama tetapi melakukannya dengan cara yang aman; demikian pula Angulimala dapat pulih dari luka moralnya karena Sang Buddha menjadi pemandu spiritualnya, serta komunitas [[biksu]] ([[Sangha]]) yang menuntun hidup dalam kedisiplinan, sabar menghadapi kesukaran.{{sfn|Thompson|2017|p=182}} Thompson kemudian berpendapat bahwa cerita Angulimala dapat dipakai sebagai [[terapi naratif]]{{sfn|McDonald|2017|p=29}} dan menyebut etika yang terdapat dalam cerita ini sebagai pertanggungjawaban yang menginspirasi. Cerita tersebut bukan tentang diselamatkan, tetapi lebih kepada menyelamatkan seseorang dengan bantuan dari orang lain.{{sfn|Thompson|2017|p=189}}
 
Ahli etika [[David Loy]] menulis secara ekstensif tentang cerita Angulimala dan implikasinya terhadap sistem keadilan. Ia meyakini bahwa dalam [[etika Buddhis]], satu-satunya alasan seorang pelanggar/penjahat dihukum adalah untuk memperbaiki tingkah laku mereka. Jika seorang penjahat seperti Angulimala telah sadar untuk mengubah perilakunya sendiri, maka tak ada alasan untuk menghukumnya, bahkan sebagai tindakan pencegahan. Selain itu, Loy berpendapat bahwa cerita Angulimala tak mengandung bentuk [[keadilan restoratif]] maupun [[keadilan transformatif|transformatif]], sehingga cerita tersebut dianggap sebagai contoh keadilan yang "cacat".{{sfn|Loy|2009|p=1247}} Di sisi lain, mantan politikus dan ahli kesehatan masyarakat [[Mathura Shrestha]] menyebut cerita Angulimala "mungkin merupakan konsep pertama dari keadilan transformatif", merujuk kepada pertobatan Angulimala dari kehidupan lamanya sebagai perampok, dan pemaafan yang ia terima dari para kerabat korban.{{sfn|Shrestha|2007}} Dalam tulisannya tentang [[hukuman mati]], cendekiawan Damien Horigan menyatakan bahwa [[rehabilitasi (penologi)|rehabilitasi]] adalah tema utama dari cerita Angulimala, dan rehabilitasi yang telah disaksikan merupakan alasan Raja Pasenadi tidak menghukum Angulimala.{{sfn|Horigan|1996|p=282}}
=== Dalam ilmu perilaku ===
[[Berkas:Nava Jetavana Temple - Shravasti - 004 King Pasenadi Planting the Ananda Bodhi Tree in Jetavana (9241772739).jpg|jmpl|King [[Pasenadi]] menanam sebuah [[Pohon Bodhi]] untuk menghormati sang Buddha.]]
Cerita Aṅgulimāla menggambarkan bagaimana para penjahat terpapar oleh lingkungan fisik dan psiko-sosial mereka.<ref>{{cite journal|last1=Kangkanagme|first1=Wickrama|last2=Keerthirathne|first2=Don|title=A Comparative Study of Punishment in Buddhist and Western Educational Psychology|journal=The International Journal of Indian Psychology|date=27 July 2016|volume=3|issue=4/57|page=36|url=https://books.google.com/?id=b5PADAAAQBAJ}}</ref> [[Analis Jungian]] Dale Mathers berteori bahwa Ahiṃsaka mulai membunuh karena [[pengartian (psikologi)|sistem pengertiannya]] telah rusak. Ia tak lagi diapresiasi sebagai orang yang bertalenta dalam hal akademik. Sikapnya dapat dinyatakan sebagai "Aku tak memiliki nilai; sehingga, aku bisa membunuh. Jika aku membunuh, kemudian menunjang bahwa aku tak memiliki nilai".{{sfn|Mathers|2013|page=127}} Menjelaskan kehidupan Aṅgulimāla, Mathers menulis, {{nowrap|"ia adalah ... seorang figur}} yang menjembatani pemberian dan pengambilan nyawa."{{sfn|Mathers|2013|page=129}} Selain itu, merujuk kepada konsep psikologi [[luka moral]], teolog John Thompson mendeskripsikan Aṅgulimāla sebagai seseorang yang dikhianati oleh figur otoritas namun memutuskan untuk memulihkan kode moralnya yang terkikis dan memperbaiki masyarakat yang menjadi korbannya.<ref name="McDonald 2017" /> Korban-korban selamat dari luka moral memerlukan seorang penyembuh dan masyarakat yang menghadapinya berjuang bersama namun berhadapan dengan hal tersebut dengan cara aman; sehingga, Aṅgulimāla dapat pulih dari luka moralnya karena sang Buddha sebagai pemandu spiritualnya, dan komunitas monastik yang memimpin kehidupan terdisiplinkan, mentoleransikan kerja keras.{{sfn|Thompson|2017|p=182}} Thompson kemudian berpendapat bahwa cerita Aṅgulimāla dapat dipakai sebagai penjelasan dari [[terapi naratif]]<ref name="McDonald 2017">{{cite encyclopedia|last1=McDonald|first1=Joseph|editor1-last=McDonald|editor1-first=Joseph|encyclopedia=Exploring Moral Injury in Sacred Texts|date=2017|publisher=[[Jessica Kingsley Publishers]]|title=Introduction|isbn=978-1-78450-591-2|url=https://books.google.com/?id=2-YpDgAAQBAJ|page=29}}</ref> dan mendeskripsikan etika yang tercantum dalam naratif sebagai pertanggungjawaban yang menginspirasi. Cerita tersebut bukan mengenai keselamatan, namun lebih kepada menyelamatkan diri sendiri dengan bantuan dari orang lain.{{sfn|Thompson|2017|p=189}}
 
Dalam ritual pra-kelahiran di [[Sri Lanka]], saat Sutta Aṅgulimāla dibacakan untuk wanita hamil, merupakan suatu adat istiadat di sana untuk menaruh benda-benda sebagai lambang kesuburan dan reproduksi di sekeliling wanita tersebut, seperti potongan pohon kelapa dan periuk tanah liat.{{sfn|Van Daele|2013|pp=100, 102–3}} Para cendekiawan menekankan bahwa dalam mitologi di Asia Tenggara, terdapat kaitan antara sosok haus darah dengan tema [[kesuburan]].{{sfn|Langenberg|2013|p=351}}{{sfn|Wilson|2016|p=289}} Penumpahan darah dapat ditemukan dalam tindak kekerasan dan juga kelahiran anak, yang menjelaskan mengapa Angulimala digambarkan sebagai pembunuh sekaligus penyembuh yang berkenaan dengan kelahiran.{{sfn|Wilson|2016|p=289}}
Cendekiawan etika [[David Loy]] secara khusus menulis soal cerita Aṅgulimāla dan implikasi bahwa cerita tersebut memiliki sistem keadilan. Ia meyakini bahwa dalam [[etika Buddha]], satu-satunya penentang akal budi harus dihukum untuk mereformasi karakter mereka. Jika seorang penentang, seperti Aṅgulimāla, telah siap mereformasi dirinya sendiri, tak ada alasan untuk menghukumnya, bahkan sebagai petobat. Selain itu, Loy berpendapat bahwa cerita Aṅgulimāla tak mencantumkan bentuk apapuan dari [[keadilan restoratif]] atau [[keadilan transformatif|transformatif]], dan sehingga dianggap cerita "mengambang" sebagai contoh keadilan.{{sfn|Loy|2009|p=1247}} Di sisi lain, mantan politikus dan cendekiawan kesehatan masyarakat [[Mathura Shrestha]] mendeskripsikan cerita Aṅgulimāla sebagai "mungkin konsep pertama dari keadilan transformatif', mengutip pertobatan Aṅgulimāla dan penarikan kehidupan lamanya sebagai perampok, dan sehingga ia kemudian diterima para kerabat korban.<ref>{{cite web|last1=Shrestha|first1=Mathura P.|author-link=Mathura P. Shrestha|title=Human Rights including Economic, Social and Cultural Rights: Theoretical and Philosophical Basis|url=http://cffn.ca/2007/01/human-rights-including-economic-social-and-cultural-rights-theoretical-and-philosophical-basis/|archive-url=https://web.archive.org/web/20180507182406/http://cffn.ca/2007/01/human-rights-including-economic-social-and-cultural-rights-theoretical-and-philosophical-basis/|archive-date=8 May 2018|dead-url=no|website=Canada Foundation for Nepal|accessdate=4 May 2018|date=9 January 2007}}</ref> Menulis soal hukuman mati, cendekiawan Damien Horigan menyatakan bahwa [[rehabilitasi (penologi)|rehabilitasi]] adalah tema utama dari cerita Aṅgulimāla, dan bahwa menyaksikan rehabilitasi semacam itu adalah alasan kenapa Raja Pasenadi tak menganiaya Aṅgulimāla.<ref>{{cite journal|last1=Horigan|first1=D. P.|title=Of Compassion and Capital Punishment: A Buddhist Perspective on the Death Penalty|journal=The American Journal of Jurisprudence|date=1 January 1996|volume=41|issue=1|page=282|doi=10.1093/ajj/41.1.271|url=https://academic.oup.com/ajj/article-abstract/41/1/271/253506}}</ref>
 
Terkait cerita pertemuan Sang Buddha dengan Angulimala, tokoh [[feminisme|feminis]] Liz Wilson menyimpulkan bahwa cerita tersebut adalah contoh kerja sama dan saling ketergantungan antara lawan jenis: Sang Buddha dan ibu Angulimala sama-sama mencoba untuk menghentikannya.{{sfn|Wilson|2016|pp=295–6}} Hal senada diungkapkan Thompson, bahwa kaum ibu memainkan peran penting dalam cerita tersebut, merujuk pada bagian saat sang ibu berusaha untuk menghentikan Angulimala, serta pertolongan Angulimala terhadap seorang ibu yang akan melahirkan. Selain itu, baik Sang Buddha maupun Angulimala mengambil peran keibuan dalam cerita tersebut.{{sfn|Thompson|2017|p=184}} Meskipun banyak cerita India kuno yang menghubungkan kaum wanita dengan sifat-sifat bebal dan lemah, cerita Angulimala mengakui sifat-sifat kewanitaan, dan Sang Buddha bertindak sebagai penasihat bijak untuk menerapkan sifat-sifat tersebut dengan cara yang konstruktif.{{sfn|Thompson|2017|pp=185–6}} Meskipun demikian, Thompson tak menganggap cerita tersebut menganjurkan [[feminisme]], tetapi lebih berpendapat bahwa cerita tersebut mengandung [[etika kepedulian]] yang feminis, yang berakar kepada agama Buddha.{{sfn|Thompson|2017|p=188}}
Dalam ritual pra-kelahiran Sri Lanka, saat Sutta Aṅgulimāla dibacakan untuk wanita hamil, ini adalah kebiasaan untuk mengelilinginya dengan barang-barang yang melambangkan kesuburan dan reproduksi, seperti bagian-bagian dari pohon kelapa dan pot bumi.<ref>{{cite journal|last=Van Daele|first=W.|year=2013|title=Fusing Worlds of Coconuts: The Regenerative Practice in Precarious Life-Sustenance and Fragile Relationality in Sri Lanka|journal=The South Asianist|issn=2050-487X|url=http://www.southasianist.ed.ac.uk/article/view/85/123|archive-url=https://perma.cc/P5FB-BUR3|archive-date=7 May 2018|dead-url=no|volume=2|issue=2|pages=100, 102–3}}</ref> Para cendekiawan menekankan bahwa dalam mitologi Asia Tenggara, terdapat hubungan antara figur-figur haus darah dan morit-motif kesuburan.<ref name="Langenberg" />{{sfn|Wilson|2016|p=289}} Penumpahan darah dapat ditemukan dalam kekerasan dan kelahiran anak, yang menjelaskan kenapa Aṅgulimāla digambarkan sebagai pembunuh sekaligus penyembuh terkait kelahiran anak.{{sfn|Wilson|2016|p=289}}
 
Terkait cerita saat sang Buddha bertemu Aṅgulimāla, cendekiawan feminis Liz Wilson menyatakan bahwa cerita tersebut adalah contoh kerjasama dan saling ketergantungan antar lawan jenis: sang Buddha dan ibu Aṅgulimāla sama-sama menolong untuk menghentikannya.{{sfn|Wilson|2016|pp=295–6}} Selain itu, Thompson berpendapat bahwa kaum ibu memainkan peran penting dalam cerita tersebut, dengan mengutip cerita sang ibu yang berusaha untuk menghentikan Aṅgulimāla, serta pertolongan Aṅgulimāla terhadap seorang ibu yang akan melahirkan anak. Selain itu, sang Buddha dan Aṅgulimāla mengambil peran keibuan dalam cerita tersebut.{{sfn|Thompson|2017|p=184}} Meskipun banyak cerita India kuno yang mengasosiasikan kaum wanita dengan sifat-sifat seperti bodoh dan lemah, cerita Aṅgulimāla menerima sifat-sifat feminim, dan sang Buddha bertindak sebagai penasehat bijak untuk memakai sifat-sifat tersebut dalam cara konstruktif.{{sfn|Thompson|2017|pp=185–6}} Meskipun demikian, Thompson tak menganggap adanya unsur feminis dalam cerita tersebut, namun lebih berpendapat bahwa cerita tersebut berisi jenis feminim dari [[etika kepedulian]], yang berakar dalam agama Buddha.{{sfn|Thompson|2017|p=188}}
 
== Dalam budaya modern ==
[[Berkas:Satish Kumar, 2009 (cropped).jpg|jmpl|[[Satish Kumar]], seorang aktivis yang mengadaptasi cerita Angulimala dalam buku pendeknya ''The Buddha and the Terrorist''.|upright=0.8]]
Sepanjang [[sejarah agama Buddha]], cerita AṅgulimālaAngulimala telah digambarkan ke dalam berbagai bentuk seni rupakesenian,{{sfn|Analayo|2008|p=135}} beberapa diantaranyadi antaranya dapat ditemukan di [[museum-museum]] dan situs-[[Situs bersejarah|situs warisancagar budaya]] Buddha. Dalam budaya modern, AṅgulimālaAngulimala masih memainkan peran penting.{{sfn|Thompson|2015|p=164}} Pada tahun 1985, biksu Theravāda kelahiran [[Inggris]] [[Ajahn Khemadhammo]] mendirikan Angulimala"Aṅgulimāla", sebuah organisasi pelayanan [[Kapelankapelan]] PenjaraBuddhis Buddhadi penjara di Inggris.<ref name="Fernquest">{{cite newssfn|last1=Fernquest|first1=Jon|title=Buddhism in UK prisons|url=https://www.bangkokpost.com/learning/learning-news/230872/buddhism-in-uk-prisons|via=Bangkok Post Learning|archive-url=https://archive.is/ZQtwQ|archive-date=8 May 2018|dead-url=no|accessdate=2 May 2018|work=[[Bangkok Post]]|date=13 April 2011}}</ref>{{sfn|Harvey|2013|p=450}} OrganiasiOrganisasi tersebut diakui oleh pemerintah Inggris sebagai perwakilan resmi dari agama Buddha dalam seluruhsegala materiurusan terkait sistem[[lembaga penjarapemasyarakatan]] di Inggris, dan menyediakan kapelan-kapelan, membimbing layanan-layanan konseling, dan pengarahan dalamajaran agama Buddha, dan meditasi kepada para tahanan di seluruh Inggris, [[Wales]], dan [[Skotlandia]].<ref name="{{sfn|Fernquest" />|2011}} Nama organisasi tersebut merujuk kepada kekuatan transformasi yang digambarkandicontohkan olehdalam cerita AṅgulimālaAngulimala.{{sfn|Wilson|2016|p=286}}{{sfn|Thompson|2015|p=164}} Menurut situs web organisasi tersebut, "Cerita Angulimala mengajarkan kita bahwa peluang meraih pencerahan dapat terjadi dalam keadaan yang sangat ekstrem, bahwa orang-orang mampu dan melakukan perubahan, serta bahwa orang-orang sangat dipengaruhi oleh persuasi dan yang lebih penting ialah percontohan."{{sfn|Khemadhammo|2018}}
Menurut situs web organisasi tersebut, "Cerita Angulimala mengajarkan kita bahwa kemungkinan Pencerahan dapat terjadi dalam keadaan yang sangat ekstrim, bahwa orang-orang dapat dan melakukan perubahan dan bahwa orang-orang sangat dipengaruhi oleh penekanan dan contoh di atas semuanya."<ref>{{cite web|url=https://angulimala.org.uk/the-story-of-angulimala/ |archive-url=https://web.archive.org/web/20180727154909/https://angulimala.org.uk/the-story-of-angulimala/ |archive-date=27 July 2018 |dead-url=no |title=The Story of Angulimala|publisher=Angulimala, the Buddhist Prison Chaplaincy|access-date=3 May 2018}}</ref>
 
Dalam budaya populer, legenda AṅgulimālaAngulimala telah meraih perhatian luas. Cerita tersebut telah menjadi subyeksubjek utama dari setidaknyasekurang-kurangnya tiga film.{{sfn|Thompson|2015|p=164}} Pada tahun 2003, sutradara Thaiasal [[Thailand]], [[Suthep Tannirat]] berupaya merilis film berjudul ''[[Angulimala (film 2003)|Angulimala]]''. Namun, lebih dari 20 organisasi Buddha [[Konservatisme|konservatif]] di Thailand meluncurkanmelayangkan protes karena film tersebut dianggap menyimpang dari ajaran dan sejarah agama Buddha, danserta mengenalkanmenampilkan pengaruh [[Agama Hindu|Hindu]] dan teistik[[teisme]] yang tak ditemukan dalam kitab-kitab BuddhaBuddhis.<ref>{{cite newssfn|first=Alongkorn|last=Parivudhiphongs|date=9Ngamkham April 20031|title=Angulimala awaits fate|work=[[Asia Africa Intelligence Wire]]}}</ref><ref>{{cite news|title=Plea against movie to go to Visanu|date=11 April 2003|work=[[Asia Africa Intelligence Wire]]}}</ref><ref name="Bangkok Post 2003" /> [[Penyensoran di Thailand#Film|Badan penyensoran film Thai]] menolak permintaan untuk mencekal film tersebut, dengan alasan bahwa film tersebut tak menyimpang dari ajaran Buddha. Mereka menyatakan bahwa sutradara telah memotong dua adegan berunsur kekerasan.<ref>{{cite newssfn|title=BuddhistNgamkham groups want King to help impose ban on movie2|date=9 April 2003|work=[[Asia Africa Intelligence Wire]]}}</ref><ref>{{cite news|first=Wassayos|last=Ngamkham|date=10 April 2003|title=Censors allow film to be shown|work=[[Asia Africa Intelligence Wire]]}}</ref> Kelompok-kelompok konservatif ditawarkanmerasa olehtak senang dengan penggambaran AṅgulimālaAngulimala sebagai pembunuh brutal, tanpa mencantumkanmenampilkan cerita yang membuatnyamenjelaskan menjadimengapa perampokia menjadi keraspenjahat semacam itu. Namun, Tannirat membela dirinya sendiri dengan berpendapat bahwa meskipun ia memajukanmengabaikan penafsiran dari komentar-komentarulasan para cendekiawan, ia mengikuti sumber-sumber BuddhaBuddhis awal.<refterdahulu name="Bangkokdengan Post 2003">teliti.{{cite newssfn|title=Movie based on Buddhist character needs new title|url=http://buddhistnews.tv/current/ongkulimal-020403.php|first=Wassayos|last=Ngamkham|work=[[Bangkok Post]]1|archive-url=https://web.archive.org/web/20030404002110/http://buddhistnews.tv/current/ongkulimal-020403.php|archive-date=4 April 2003|dead-url=yes|date=2 April 2003}}</ref> Pilihan Tannirat hanya untuk memakai catatansumber sejarah awal saja, alih-alih cerita populer dari komentar-komentarulasan para cendekiawan, merupakan hal yang menimbulkan protes tersebut.{{sfn|Thompson|2015|p=164}}{{sfn|Thompson|2017|page=175 n.15}}
 
AṅgulimālaAngulimala juga menjadi subyeksubjek karya sastra.{{sfn|Thompson|2015|p=168}} Pada tahun 2006, penggiataktivis perdamaian [[Satish Kumar]] mengisahkanmenulis ulangkembali cerita AṅgulimālaAngulimala dalam buku pendeknya ''The Buddha and the Terrorist''. Buku tersebut berkisahmembahas tentang [[Perangperang melawan terorisme]], membentukdengan mereka ulang dan memadukan berbagai catatancerita daritentang AṅgulimālaAngulimala, yang dideskripsikan sebagai ''teroris''.{{sfn|Thompson|2015|p=168}} Buku tersebut mencantumkanmempertegas cerita saat sangSang Buddha menerima AṅgulimālaAngulimala dalam [[sangha]], yang secaraberakibat efektifterhindarnya menghindarkanhukuman dari Raja Pasenadi dari menghukumnya. Dalam buku Kumar, tindakan tersebut berujung pada kilas balik dari keresahankemarahan masyarakat, yang menuntut penahanan AṅgulimālaAngulimala dan sangSang Buddha. Pasenadi mengadakan pengadilan publikterbuka atasdi permintaanhadapan warga desa dan pihakdewan kerajaan, dimanaagar majelis dapat memutuskan apa yang akansebaiknya dilakukan terhadap keduanyakedua terdakwa. Namun, pada akhirnya, majelis memutuskan untuk membebaskan keduanya, saatsetelah AṅgulimālaAngulimala mengakui kejahatannya dan PasenabiPasenadi memberikanmemberi ceramahpidato yang memberikannyamenegaskan pengampunan alih-alih hukuman.{{sfn|Thompson|2015|p=168}} Bagian dalamPelintiran cerita tersebut memberikan sorotanpemahaman berbeda terhadap AṅgulimālaAngulimala, yang tindakantindak kekerasannya berujung pada pengadilan, danserta non-kekerasanmasyarakat yang lebih lainadil dan tentunyatanpa keadilankekerasan.{{sfn|Thompson|2015|p=169}} MenulisDalam tulisan tentang teks-tekspustaka BuddhaBuddhis dan buku Kumar, Thompson merefleksikanmembayangkan bahwa ''ahiṃsa'' dalam agama Buddha mungkin memiliki bentukpemahaman pengartianyang berbeda dalammenurut konteks yang berbeda, dan seringkalisering kali tak berarti diam secara pasif, mengartikan pendirianatau ''non-tanpa kekerasan'' sepertisebagaimana yangpemahaman biasanyapada dimengertiumumnya.{{sfn|Thompson|2015|pp=172–3}}{{sfn|Thompson|2017|p=188}}
 
== Catatan penjelas ==
{{reflist|group=note}}
 
Baris 176 ⟶ 181:
 
== Daftar pustaka ==
{{refbegin|2}}
* {{Citation|author-link=Bhikkhu Analayo|first=Bhikkhu|last=Analayo|year=2008 |title=The Conversion of Angulimāla in the Saṃyukta-āgama|journal=Buddhist Studies Review|volume=25|issue=2|pages=135–48|doi=10.1558/bsrv.v25i2.135}}
* {{citation |title=Etude du bouddhisme: Aspects du bouddhisme indien décrits par les pèlerins chinois (suite) II. La legende d'Angulimala dans les ancients textes canoniques |trans-title=Study of Buddhism: Aspects of Indian Buddhism as Described by the Chinese Pilgrims (continued), 2. The Legend of Angulimala in the Ancient Canonical Texts |first=André | last=Bareau |author-link=André Bareau |language=fr |journal=Annuaire du Collège de France 1985{{en dash}}86 |year=1986 |issue= 86 |pages=647{{en dash}}58 |issn=0069-5580}}
* {{cite book|last1=Appleton|first1=Naomi|title=Jataka Stories in Theravada Buddhism: Narrating the Bodhisatta Path|date=2013|publisher=[[Ashgate Publishing]]|isbn=978-1-4094-8131-7|url=https://books.google.com/?id=5f-SW_JUAZMC|ref={{sfnref|Appleton|2013}}}}
* {{cite journal|last1=Attwood|first1=Jayarava|title=Escaping the Inescapable: Changes in Buddhist Karma|journal=Journal of Buddhist Ethics|date=2014|volume=21|url=https://www.researchgate.net/profile/Jayarava_Attwood/publication/280568215_Escaping_the_Inescapable_Changes_in_Buddhist_Karma/links/55ba4a8908aed621de0acc62/Escaping-the-Inescapable-Changes-in-Buddhist-Karma.pdf|archive-url=https://web.archive.org/web/20180725153445/https://www.researchgate.net/profile/Jayarava_Attwood/publication/280568215_Escaping_the_Inescapable_Changes_in_Buddhist_Karma/links/55ba4a8908aed621de0acc62/Escaping-the-Inescapable-Changes-in-Buddhist-Karma.pdf|archive-date=2018-07-25|dead-url=yes|issn=1076-9005|ref={{sfnref|Attwood|2014}}|access-date=2018-09-12}}
* {{Citation|last1=Barrett|first1=Timothy H.|title=The Madness of Emperor Wuzong|journal=[[Cahiers d'Extrême-Asie]]|date=2004|volume=14|issue=1|pages=173–86|doi=10.3406/asie.2004.1206|url=https://www.persee.fr/doc/asie_0766-1177_2004_num_14_1_1206}}
* {{Citation|last1=Brancaccio|first1=Pia|title=Aṅgulimāla or the Taming of the Forest|journal=East and West|date=1999|volume=49|issue=1/4|pages=105–18|jstor=29757423}}
* {{citation|last1=Buswell|first1=Robert E. Jr.|author1-link=Robert Buswell Jr.|last2=Lopez|first2=Donald S. Jr.|author2-link=Donald S. Lopez Jr.|title=Princeton Dictionary of Buddhism|year=2013|publisher=[[Princeton University Press]]|isbn=978-0-691-15786-3|url=http://www.daophatngaynay.com/vn/files/file-nen/Princeton_Dictionary_of_Buddhism_890707662.pdf|chapter=Aṅgulimāla|refs=Buswell & Lopez 2013.}}
* {{Citation|url=https://discourse.suttacentral.net/uploads/default/original/2X/a/a0c37f5cdb8e3e2f9857cbe98b96eec29dcde361.pdf|last=Gombrich|first=Richard|author-link=Richard Gombrich|title=How Buddhism Began: The Conditioned Genesis of the Early Teachings|publisher=[[Routledge]]|orig-year=1996|year=2006|isbn=0-415-37123-6|edition=2nd|lay-url=https://tricycle.org/trikedaily/angulimala-and-tantric-buddhism/|lay-date=22 April 2011|lay-source=Angulimala and Tantric Buddhism}}
* {{cite web|url=https://samaggi-phala.or.id/tipitaka/angulimala-sutta/|title=ANGULIMALA SUTTA|last1=Cintiawati|first1=Wena|last2=Anggawati|first2=Lanny|author=|publisher=Vihara Bodhivamsa, Wisma Dhammaguna|year=2008|ref={{sfnref|Cintiawati|Anggawati|2008}}}}
* {{Citation|last1=Harvey|first1=Peter|title=An introduction to Buddhism: teachings, history and practices|date=2013|publisher=[[Cambridge University Press]]|location=New York|isbn=978-0-521-85942-4|edition=2nd|url=https://toleratedindividuality.files.wordpress.com/2015/10/an-introduction-to-buddhism-teachings-history-and-practices.pdf}}
* {{cite encyclopedia|last1=Eckel|first1=Malcolm David|authorlink1=Malcolm David Eckel|editor1-last=Neville|editor1-first=Robert Cummings|editor1-link=Robert Cummings Neville|encyclopedia=Religious Truth: A Volume in the Comparative Religious Ideas|title=Epistemological Truth|date=2001|publisher=[[SUNY Press]]|location=Albany|isbn=0-7914-4777-4|url=https://books.google.com/?id=LO3ajMpEa5YC|ref={{sfnref|Eckel|2001}}}}
* {{cite news|last1=Fernquest|first1=Jon|title=Buddhism in UK prisons|url=https://www.bangkokpost.com/learning/learning-news/230872/buddhism-in-uk-prisons|via=Bangkok Post Learning|archive-url=https://archive.today/20180507183017/https://www.bangkokpost.com/learning/learning-news/230872/buddhism-in-uk-prisons|archive-date=2018-05-07|dead-url=no|accessdate=2 May 2018|work=[[Bangkok Post]]|date=13 April 2011|ref={{sfnref|Fernquest|2011}}}}
* {{cite encyclopedia|editor-last1=Juergensmeyer|editor-first1=Mark|editor-last2=Kitts|editor-first2=Margo|editor-last3=Jerryson|editor-first3=Michael|encyclopedia=The Oxford Handbook of Religion and Violence|date=2013|publisher=[[Oxford University Press]]|isbn=978-0-19-975999-6|page=58|title=Buddhist Traditions and Violence|last=Jerryson|first=Michael|ref={{sfnref|Juergensmeyer|Kitts|Jerryson|2013}}}}
* {{Citation|url=https://discourse.suttacentral.net/uploads/default/original/2X/a/a0c37f5cdb8e3e2f9857cbe98b96eec29dcde361.pdf|last=Gombrich|first=Richard|author-link=Richard Gombrich|title=How Buddhism Began: The Conditioned Genesis of the Early Teachings|publisher=[[Routledge]]|orig-year=1996|year=2006|isbn=0-415-37123-6|edition=2nd|lay-url=https://tricycle.org/trikedaily/angulimala-and-tantric-buddhism/|lay-date=22 April 2011|lay-source=Angulimala and Tantric Buddhism|accessdate=2018-09-10|archive-date=2018-05-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20180501093506/https://discourse.suttacentral.net/uploads/default/original/2X/a/a0c37f5cdb8e3e2f9857cbe98b96eec29dcde361.pdf|dead-url=yes}}
* {{cite encyclopedia|last1=Harvey|first1=Peter|editor1-last=Powers|editor1-first=John|editor2-last=Prebish|editor2-first=Charles S.|editor1-link=John Powers (akademisi)|encyclopedia=Destroying Mara Forever: Buddhist Ethics Essays in Honor of Damien Keown|date=2010|publisher=[[Snow Lion Publications]]|title=Buddhist Perspectives on Crime and Punishment|isbn=978-1-55939-788-9|ref={{sfnref|Harvey|2010}}}}
* {{Citation|last1=Harvey|first1=Peter|title=An introduction to Buddhism: teachings, history and practices|date=2013|publisher=[[Cambridge University Press]]|location=New York|isbn=978-0-521-85942-4|edition=2nd|url=https://toleratedindividuality.files.wordpress.com/2015/10/an-introduction-to-buddhism-teachings-history-and-practices.pdf|ref={{sfnref|Harvey|2013}}}}
* {{cite journal|last1=Horigan|first1=D. P.|title=Of Compassion and Capital Punishment: A Buddhist Perspective on the Death Penalty|journal=The American Journal of Jurisprudence|date=1 January 1996|volume=41|issue=1|doi=10.1093/ajj/41.1.271|url=https://academic.oup.com/ajj/article-abstract/41/1/271/253506|ref={{sfnref|Horigan|1996}}}}
* {{cite journal|last1=Kangkanagme|first1=Wickrama|last2=Keerthirathne|first2=Don|title=A Comparative Study of Punishment in Buddhist and Western Educational Psychology|journal=The International Journal of Indian Psychology|date=27 July 2016|volume=3|issue=4/57|url=https://books.google.com/?id=b5PADAAAQBAJ|ref={{sfnref|Kangkanagme|Keerthirathne|2016}}}}
* {{cite web|url=https://angulimala.org.uk/the-story-of-angulimala/ |archive-url=https://web.archive.org/web/20180727154909/https://angulimala.org.uk/the-story-of-angulimala/ |archive-date=27 July 2018 |dead-url=no |title=The Story of Angulimala|publisher=Angulimala, the Buddhist Prison Chaplaincy|last=Khemadhammo |first=Ajahn |access-date=3 May 2018|ref={{sfnref|Khemadhammo|2018}}}}
* {{Citation|last=Kosuta|first=M.|year=2017|title=The Aṅgulimāla-Sutta: The Power of the Fourth Kamma|journal=Journal of International Buddhist Studies|volume=8|issue=2|pp=35–47 |url=http://www.ojs.mcu.ac.th/index.php/JIBS/article/download/2305/1682}}
* {{citation|url=http://www.buddhanet.net/pdf_file/angulimala6.pdf|title= Angulimāla|last=Kumarasiri|first=G.K. Ananda |publisher=Ambassador Dato' Dr. G. K. Ananda Kumarasiri (Buddha Dharma Education Association Inc.)|year=2004|ISBN=983-40966-1-5}}
* {{cite book|last1=Lamotte|first1=Etienne|authorlink1=Etienne Lamotte|title=History of Indian Buddhism: From the Origins to the Saka Era|url=https://archive.org/details/historyofindianb0000lamo|date=1988|publisher=[[Université catholique de Louvain]], Institut orientaliste|isbn=906831100X|ref={{sfnref|Lamotte|1988}}}}
* {{cite journal|last1=Langenberg|first1=Amy Paris|title=Pregnant Words: South Asian Buddhist Tales of Fertility and Child Protection|url=https://archive.org/details/sim_history-of-religions_2013-05_52_4/page/351|journal=History of Religions|date=2013|volume=52|issue=4|page=351|doi=10.1086/669645|jstor=10.1086/669645|ref={{sfnref|Langenberg|2013}}}}
* {{cite journal|last1=Loy|first1=David R.|authorlink1=David Loy|title=Awareness Bound and Unbound: Realizing the Nature of Attention|url=https://archive.org/details/sim_philosophy-east-and-west_2008-04_58_2/page/230|journal=Philosophy East and West|date=2008|volume=58|issue=2|page=230|jstor=20109462|ref={{sfnref|Loy|2008}}}}
* {{Citation|url=http://law.slu.edu/sites/default/files/Journals/david_loy_article.pdf|archive-url=https://web.archive.org/web/20180507175759/http://law.slu.edu/sites/default/files/Journals/david_loy_article.pdf|archive-date=7 May 2018|dead-url=no|last=Loy|first=D.R.|author-link=David Loy|year=2009|title=A Different Enlightened Jurisprudence?|journal=Saint Louis University Law Journal|pages=1239–56|volume=54|lay-url=http://buddhism.lib.ntu.edu.tw/FULLTEXT/JR-MISC/101786.htm|lay-source=Healing Justice: A Buddhist Perspective, in: The Spiritual Roots of Restorative Justice, pp.81–97|lay-date=2001}}
* {{Citation|last1=Malalasekera|author-link= G P Malalasekera|first1=G.P.|title=Dictionary of Pāli Proper Names|volume=1|year=1960|publisher=[[Pali Text Society]]|location=Delhi|url=http://palikanon.de/english/pali_names/ay/angulimaala.htm|oclc=793535195}}
* {{cite encyclopedia|encyclopedia=Encyclopaedia of Buddhism|title=Aṅgulimāla|volume=1|url=|editor1-last=Malalasekera|editor1-first=G.P.|editor1-link=G. P. Malalasekera|editor2-first=W.G.|editor2-last=Weeraratne|year=2003|publisher=[[Pemerintah Sri Lanka]]|oclc=2863845613|ref={{sfnref|Malalasekera|2003}}}}
* {{Citation|last1=Mathers|first1=Dale|editor1-last=Mathers|editor1-first=Dale|editor2-last=Miller|editor2-first=Melvin E.|editor3-last=Ando|editor3-first=Osamu|encyclopedia=Self and No-Self Continuing the Dialogue Between Buddhism and Psychotherapy|date=2013|publisher=[[Taylor and Francis]]|location=Hoboken|isbn=978-1-317-72386-8|pages=121–131|title=Stop Running|url=https://books.google.com/?id=WVpcAgAAQBAJ}}
* {{cite encyclopedia|last1=McDonald|first1=Joseph|editor1-last=McDonald|editor1-first=Joseph|encyclopedia=Exploring Moral Injury in Sacred Texts|date=2017|publisher=[[Jessica Kingsley Publishers]]|title=Introduction|isbn=978-1-78450-591-2|url=https://books.google.com/?id=2-YpDgAAQBAJ|ref={{sfnref|McDonald|2017}}}}
* {{Citation|last1=Mudagamuwa|first1=Maithrimurthi|last2=Von Rospatt|first2=Alexander|title=Review of How Buddhism Began: The Conditioned Genesis of the Early Teachings|journal=[[Indo-Iranian Journal]]|date=1998|volume=41|issue=2|pages=164–179|jstor=24663383}}
* {{cite journal |last1=Wang-Toutain |first1=Françoise |title=Pas de boissons alcoolisées, pas de viande : une particularité du bouddhisme chinois vue à travers les manuscrits de Dunhuang |trans-title=No alcoholic beverages, no meat: one particular characteristic of Chinese Buddhism, seen through the manuscripts of Dunhuang |journal=[[Cahiers d'Extrême-Asie]] |date=1999 |volume=11 |issue=1 |doi=10.3406/asie.1999.1151 |url=https://www.persee.fr/doc/asie_0766-1177_1999_num_11_1_1151 |language=fr|ref={{sfnref|Wang-Toutain|1999}}}}
* {{cite news|title=Movie based on Buddhist character needs new title|url=http://buddhistnews.tv/current/ongkulimal-020403.php|first=Wassayos|last=Ngamkham|work=[[Bangkok Post]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20030404002110/http://buddhistnews.tv/current/ongkulimal-020403.php|archive-date=4 April 2003|dead-url=yes|date=2 April 2003|ref={{sfnref|Ngamkham 1|2003}}}}
* {{cite news|first=Wassayos|last=Ngamkham|date=10 April 2003|title=Censors allow film to be shown|work=[[Asia Africa Intelligence Wire]]|ref={{sfnref|Ngamkham 2|2003}}}}
* {{cite book|last=Norman |first=K.R. |author-link=K.R. Norman |title=A Philological Approach to Buddhism: The Bukkyō Dendō Kyōkai Lectures |url=https://ahandfulofleaves.files.wordpress.com/2011/11/a-philological-approach-to-buddhism_norman_tbf_1997.pdf |year=1994 |publisher=[[School of Oriental and African Studies]], [[University of London]] |ref={{sfnref|Norman|1994}}}}
* {{cite encyclopedia|last1=Parkum|first1=Virginia Cohn|last2=Stultz|first2=J. Anthony|editor1-last=Queen|editor1-first=Christopher S.|encyclopedia=Engaged Buddhism in the West|date=2012|publisher=[[Wisdom Publications]]|title=The Aṅgulimāla Lineage: Buddhist Prison Ministries|isbn=978-0-86171-841-2|url=https://books.google.com/?id=NzY6AwAAQBAJ|ref={{sfnref|Parkum|Stultz|2012}}}}
* {{cite web|last1=Shrestha|first1=Mathura P.|author-link=Mathura P. Shrestha|title=Human Rights including Economic, Social and Cultural Rights: Theoretical and Philosophical Basis|url=http://cffn.ca/2007/01/human-rights-including-economic-social-and-cultural-rights-theoretical-and-philosophical-basis/|archive-url=https://web.archive.org/web/20180507182406/http://cffn.ca/2007/01/human-rights-including-economic-social-and-cultural-rights-theoretical-and-philosophical-basis/|archive-date=8 May 2018|dead-url=no|website=Canada Foundation for Nepal|accessdate=4 May 2018|date=9 January 2007|ref={{sfnref|Shrestha|2007}}}}
* {{cite book|last=Swearer|first=D.K.|year=2010|title=The Buddhist World of Southeast Asia|publisher=[[SUNY Press]]|url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/The%20Buddhist%20World%20of%20Southeast%20Asia_Swearer.pdf|isbn=978-1-4384-3251-9|ref={{sfnref|Swearer|2010}}|access-date=2018-09-12|archive-date=2018-06-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20180612144423/http://www.ahandfulofleaves.org/documents/The%20Buddhist%20World%20of%20Southeast%20Asia_Swearer.pdf|dead-url=yes}}
* {{Citation|last1=Thompson|first1=John|title=Ahimsā and its Ambiguities: Reading the Story of Buddha and Aṅgulimāla|journal=[[Open Theology]]|date=3 January 2015|volume=1|issue=1|pages=160–74|doi=10.1515/opth-2015-0005}}
* {{Citation|last1=Thompson|first1=John|editor1-last=McDonald|editor1-first=Joseph|encyclopedia=Exploring Moral Injury in Sacred Texts|date=2017|publisher=[[Jessica Kingsley Publishers]]|title=Buddhist Scripture and Moral Injury|isbn=978-1-78450-591-2|url=https://books.google.com/?id=2-YpDgAAQBAJ|pages=169–90}}
* {{cite journal|last=Van Daele|first=W.|year=2013|title=Fusing Worlds of Coconuts: The Regenerative Practice in Precarious Life-Sustenance and Fragile Relationality in Sri Lanka|journal=The South Asianist|issn=2050-487X|url=http://www.southasianist.ed.ac.uk/article/view/85/123|archive-url=https://perma-archives.org/warc/20180507180509/http://www.southasianist.ed.ac.uk/article/view/85/123|archive-date=2018-05-07|dead-url=no|volume=2|issue=2|ref={{sfnref|Van Daele|2013}}|access-date=2018-09-19}}
* {{Citation |last1=van Oosten |first1=Karel |title=Kamma and Forgiveness with some Thoughts on Cambodia |journal=Exchange |date=1 June 2008 |volume=37 |issue=3 |pages=237{{en dash}}62 |doi=10.1163/157254308X311974}}
* {{cite journal|last1=Wilkens|first1=Jens|title=Studien Zur Alttürkischen Daśakarmapathāvadānamālā (2): Die Legende Vom Menschenfresser Kalmāṣapāda|trans-title=Studies of the Old Turkish Daśakarmapathāvadānamālā (2): The Legend of the Man-eater Kalmāṣapāda|language=de|journal=[[Acta Orientalia Academiae Scientiarum Hungaricae]]|date=2004|volume=57|issue=2|jstor=23658630|ref={{sfnref|Wilkens|2004}}}}
* {{Citation|last1=Wilson|first1=Liz|title=Murderer, Saint and Midwife|editor1-last=Holdrege|editor1-first=Barbara A.|editor2-last=Pechilis|editor2-first=Karen|encyclopedia=Refiguring the Body: Embodiment in South Asian Religions|date=2016|publisher=[[SUNY Press]]|isbn=978-1-4384-6315-5|pages=285–300|url=https://books.google.com/?id=--nMDQAAQBAJ}}
* {{cite book|title=Prüfung und Initiation im Buche Pausya und in der Biographie des Nāropa|language=de|trans-title=Test and Initiation in the Book Pauṣya and in the Biography of Nāropa|last=Wilhelm|first=Cf. F.|location=Wiesbaden|year=1965|ref={{sfnref|Wilhelm|1965}}}}
* {{Citation |url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Ascetic%20Figures%20Before%20and%20in%20Early%20Buddhism_Wiltshire.pdf |archive-url=https://perma.cc/7VJ6-CFYH|archive-date=7 May 2018|dead-url=no|last1=Wiltshire |first1=M. G. |title=Ascetic Figures before and in Early Buddhism|date=1984|publisher=[[Mouton de Gruyter]]|isbn=3-11-009896-2}}
* {{Citation|url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Ascetic%20Figures%20Before%20and%20in%20Early%20Buddhism_Wiltshire.pdf|archive-url=https://perma-archives.org/warc/20180507180551/http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Ascetic%20Figures%20Before%20and%20in%20Early%20Buddhism_Wiltshire.pdf|archive-date=2018-05-07|dead-url=no|last1=Wiltshire|first1=M. G.|title=Ascetic Figures before and in Early Buddhism|date=1984|publisher=[[Mouton de Gruyter]]|isbn=3-11-009896-2|accessdate=2018-09-10}}
* {{Citation|last1=Zin|first1=Monika|editor1-last=Jarrige|editor1-first=Catherine|editor2-last=Levèfre|editor2-first=Vincent|title=The Unknown Ajanta Painting of the Aṅgulimāla Story|date=2005|publisher=Éditions Recherche sur les Civilisations|isbn=2865383016|pages=705–13|series=Proceedings of the sixteenth international conference of the European Association of South Asian Archaeologists: held in the Collège de France, Paris, 2–6 July 2001|volume=2|url=https://www.academia.edu/6115591/The_Unknown_Ajanta_Painting_of_the_A%E1%B9%85gulim%C4%81la_Story_in_South_Asian_Archaeology_2001._Proceedings_of_the_Sixteenth_International_Conference_of_the_European_Association_of_South_Asian_Archaeologists_held_in_Coll%C3%A8ge_de_France_Paris_2-6_July_2001_1-2_ed._C._Jarrige_V._Lef%C3%A8vre._Paris_2005_pp..|archive-url=https://perma.cc/DD6B-KZTN|archive-date=30 April 2018|dead-url=no}}
* {{Citation|last1=Zin|first1=Monika|editor1-last=Jarrige|editor1-first=Catherine|editor2-last=Levèfre|editor2-first=Vincent|title=The Unknown Ajanta Painting of the Aṅgulimāla Story|date=2005|publisher=Éditions Recherche sur les Civilisations|isbn=2865383016|pages=705–13|series=Proceedings of the sixteenth international conference of the European Association of South Asian Archaeologists: held in the Collège de France, Paris, 2–6 July 2001|volume=2|url=https://www.academia.edu/6115591/The_Unknown_Ajanta_Painting_of_the_A%E1%B9%85gulim%C4%81la_Story_in_South_Asian_Archaeology_2001._Proceedings_of_the_Sixteenth_International_Conference_of_the_European_Association_of_South_Asian_Archaeologists_held_in_Coll%C3%A8ge_de_France_Paris_2-6_July_2001_1-2_ed._C._Jarrige_V._Lef%C3%A8vre._Paris_2005_pp..|archive-url=https://perma-archives.org/warc/20180507180529/https://www.academia.edu/6115591/The_Unknown_Ajanta_Painting_of_the_A%E1%B9%85gulim%C4%81la_Story_in_South_Asian_Archaeology_2001._Proceedings_of_the_Sixteenth_International_Conference_of_the_European_Association_of_South_Asian_Archaeologists_held_in_Coll%C3%A8ge_de_France_Paris_2-6_July_2001_1-2_ed._C._Jarrige_V._Lef%C3%A8vre._Paris_2005_pp..|archive-date=2018-05-07|dead-url=no|accessdate=2018-09-10}}
{{refend}}
 
== Pranala luar ==
{{commonscat|Angulimala}}
* [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/thag/thag.16.08.than.html Theragāthā], canonical [[Pāli]] verses about Aṅgulimāla, translated by [[Thanissaro Bhikkhu]]
* [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mnkn/mnthag/thag.08616.08.than.html Aṅgulimāla Sutta: About AṅgulimālaTheragāthā], translatedditerjemahkan fromdari the Pālibahasa [[sutra|discoursesPāli]] byoleh [[Thanissaro Bhikkhu]]
* [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.086.than.html Aṅgulimāla Sutta: About Aṅgulimāla], diterjemahkan dari bahasa Pāli oleh [[Thanissaro Bhikkhu]]
* [https://dharma-documentaries.net/angulimala 2003 film about Aṅgulimāla]
* [https://dharma-documentaries.net/angulimala Film tahun 2003 tentang Aṅgulimāla]
* [http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/hecker/wheel312.html Angulimala: A Murderer's Road to Sainthood], written by Hellmuth Hecker, based on Pāli sources
* [http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/hecker/wheel312.html Angulimala: A Murderer's Road to Sainthood], ditulis oleh Hellmuth Hecker, berdasarkan sumber-sumber Pāli
* [http://www.buddhanet.net/pdf_file/angulimala6.pdf Angulimala], written by G.K. Ananda Kumarasiri
* [http://www.buddhanet.net/pdf_file/angulimala6.pdf Angulimala], ditulis oleh G.K. Ananda Kumarasiri
 
{{Buddha-stub}}
 
{{Topik Buddhisme}}
{{artikel pilihan}}
 
{{authority control}}