Amba: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Andhiputra (bicara | kontrib)
k Halaman baru: DEWI AMBA adalah putri sulung dari tiga bersaudara, putri Prabu Darmahumbara, raja negara Giyantipura dengan peramisuri Dewi Swargandini. Kedua adik kandungnya bernama; Dewi Ambika/Amb...
 
Terrible quality AI
 
(38 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{TMH Infobox
DEWI AMBA adalah putri sulung dari tiga bersaudara, putri Prabu Darmahumbara, raja negara Giyantipura dengan peramisuri Dewi Swargandini. Kedua adik kandungnya bernama; Dewi Ambika/Ambalika dan Dewi Ambiki/Ambaliki.
| Nama = Amba
| Devanagari = अम्‍बा
| Ejaan_Sanskerta = Ambā
| Kitab = ''[[Mahabharata]]''
| Tokoh = ''Mahabharata''
| Ayah = Raja Kasi
| Asal = [[Kerajaan Kasi]]
| Kasta = kesatria
| Image =
| Caption =
}}
'''Amba''' {{Sanskerta|अम्‍बा|Ambā}} adalah putri sulung dari Raja [[Kerajaan Kasi|Kasi]] dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Tokoh ini diriwayatkan secara tragis, terutama dalam ''[[Adiparwa]]'' (kitab pertama) dan ''[[Udyogaparwa]]'' (kitab kelima) dari 18 kitab ''[[Mahabharata]]''. Dikisahkan bahwa ia diboyong dari istananya ke [[Hastinapura]] oleh [[Bisma]], pangeran dari [[Kerajaan Kuru]], untuk dinikahkan kepada [[Wicitrawirya]], Raja Kuru. Namun ia menolak untuk menikah dengan Wicitrawirya karena telanjur berjanji untuk menikah dengan Raja Salwa. Sementara itu, Raja Salwa menolak untuk menerima Amba kembali sebagai pengantinnya karena dirinya telanjur dipermalukan oleh Bisma. Akhirnya Amba dendam kepada Bisma, yang ia anggap sebagai sumber kemalangannya, lalu bersumpah untuk menjadi penyebab kematian Bisma. Pada kehidupan selanjutnya, Amba terlahir kembali sebagai [[Srikandi]], putri [[Drupada]] dari [[Kerajaan Panchala]].
 
== Sayembara di Kasi ==
Dewi Amba dan kedua adiknya menjadi putri boyongan [[Resi Bisma]]/Dewabrata, putra Prabu [[Santanu]] dengan Dewi Jahnawi/Dewi Gangga dari negara Astina yang telah berhasil memenangkan sayembara tanding di negara Giyantipura dengan membunuh Wahmuka dan Arimuka. Karena merasa sebelumnya telah dipertunangkan dengan Prabu Citramuka, raja negara Swantipura, Dewi Amba memohon kepada Dewabrata agar dikembalikan kepada Prabu [[Citramuka]].
 
Dalam kitab pertama ''[[Mahabharata]]'', yaitu ''[[Adiparwa]]'', dikisahkan bahwa Amba merupakan putri sulung Raja [[kerajaan Kasi]]. Ia memiliki dua adik bernama [[Ambika]] dan [[Ambalika]].<ref name="Mani">{{cite encyclopaedia| last = Mani | first = Vettam | title = Amba| encyclopaedia = Puranic Encyclopaedia: a Comprehensive Dictionary with Special Reference to the Epic and Puranic Literature | publisher = Motilal Banarsidass Publishers | year = 1975 <!-- | location = Delhi --> | isbn = 978-0-8426-0822-0 | authorlink = Vettam Mani|pages = 27–29}}</ref> Kerajaan Kasi memilih untuk menemukan jodoh putrinya lewat sebuah [[sayembara]]. Kabar perihal sayembara tersebut sampai ke [[Hastinapura]], yang saat itu dipimpin [[Wicitrawirya]], dengan dibantu oleh [[Bisma]], saudara tirinya. Bisma mengikuti sayembara tersebut demi menikahkan Wicitrawirya dengan para putri Kasi. Ia mengalahkan semua peserta yang ada di sana, termasuk Raja Salwa. Bisma memboyong Amba tepat pada saat Amba memilih Salwa sebagai suaminya, tetapi hal itu tidak diketahui oleh Bisma dan Amba terlalu takut untuk mengatakannya.
Persoalan mulai timbul. Dewi Amba yang ditolak oleh Prabu Citramuka karena telah menjadi putri boyongan, keinginannya ikut ke Astina juga ditolak Dewabarata. Karena Dewi Amba terus mendesak dan memaksanya, akhirnya tanpa sengaja ia tewas oleh panah Dewabrata yang semula hanya bermaksud untuk menakut-nakutinya.Sebelum meninggal Dewi Amba mengeluarkan kutukan, akan menuntut balas kematiannya dengan perantaraan seorang prajurit wanita.
 
Bersama dengan dua adiknya yang lain, Amba diboyong ke [[Hastinapura]] oleh [[Bisma]] untuk dinikahkan kepada Wicitrawirya. Kedua adik Amba menikah dengan [[Wicitrawirya]], tetapi hati Amba tertambat kepada Salwa. Setelah Amba menjelaskan bahwa ia telah memilih Salwa sebagai suaminya, Wicitrawirya merasa bahwa tidak baik untuk menikahi wanita yang sudah telanjur mencintai orang lain. Akhirnya Bisma mengizinkan Amba pergi menghadap Salwa.<ref>{{Cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01103.htm|work=The Mahabharata, Book 1: Adi Parva|title=SECTION CII|publisher=[[Sacred-texts.com]]|author=[[Kisari Mohan Ganguli]]}}</ref><ref name="Garrett">{{cite book|author=John Garrett|title=A Classical Dictionary of India Illustrative of the Mythology, Philosophy, Literature, Antiquities, Arts, Manners Customs &c. of the Hindus|url=https://books.google.com/books?id=6paBoEtkUt0C&pg=PA27|date=1989|publisher=Atlantic Publishers & Distri|pages=27–|id=GGKEY:YTLNG1DG7JN}}</ref>
Kutukan Dewi Amba terhadap Dewabrata menjadi kenyataan. Dalam perang [[Bharatayuda]] arwahnya menjelma dalam tubuh [[Dewi Srikandi]] yang berhasil menewaskan [[Resi Bisma]]/Dewabrata.
 
== Pengembaraan ==
[[File:Bhishma and parashurama fight for Amba.jpg|left|thumb|Lukisan karya seniman [[Mughal]], menggambarkan [[Bisma]] dan [[Parasurama]] bertarung karena Amba.]]
Amba ditolak ketika tiba di istana Salwa, sebab Salwa enggan menikahi wanita yang telah direbut darinya. Karena Salwa telah dikalahkan oleh [[Bisma]], maka Salwa merasa bahwa yang pantas menikahi Amba adalah Bisma. Maka Amba kembali ke [[Hastinapura]] untuk menikah dengan Bisma. Namun Bisma yang bersumpah untuk tidak kawin seumur hidup menolak untuk menikah dengan Amba. Akhirnya hidup Amba terkatung-katung di hutan. Ia tidak diterima oleh Salwa, tidak pula oleh Bisma. Dalam hatinya, timbul kebencian terhadap Bisma, orang yang memisahkannya dari Salwa.<ref name=Shikhandi/>
 
Di dalam hutan, Amba bertemu dengan [[Resi]] Hotrawahana, kakeknya. Setelah mengetahui masalah yang dihadapi Amba, sang resi meminta bantuan [[Parasurama|Rama Bargawa]] atau [[Parasurama]], guru Bisma. Parasurama membujuk Bisma agar mau menikahi Amba. Karena Bisma terus-menerus menyatakan penolakan, Parasurama menjadi marah lalu menantang Bisma untuk bertarung. Pertarungan antara Parasurama melawan Bisma berlangsung dengan sengit selama 23 hari dan kedua pihak menunjukkan kekuatan yang seimbang. Pada hari ke-24, Bisma memutuskan untuk menggunakan senjata sakti demi mengakhiri pertarungan tersebut. Sebelum terlaksana, para [[dewa (Hindu)|dewa]] yang dipimpin oleh [[Narada]] turun ke dunia dan menengahi kedua pihak. Pertarungan pun dinyatakan berakhir seri.<ref name="Mani"/><ref>{{Cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m05/m05188.htm|work=The Mahabharata, Book 5: Udyoga Parva|title=SECTION CLXXXVIII|publisher=Sacred-texts.com|author=[[Kisari Mohan Ganguli]]}}</ref>
 
Setelah Parasurama gagal membujuk Bisma, Amba pergi berkelana dan bertapa. Ia memuja para dewa, memohon agar bisa melihat Bisma mati. Dewa perang [[Kartikeya]], putra dewa [[Siwa]], muncul di hadapan Amba sambil memberi kalung bunga [[teratai]] yang tidak akan layu. Ia berkata bahwa orang yang memakai kalung bunga tersebut akan menjadi pembunuh Bisma. Setelah menerima pemberian itu, Amba pergi berkelana untuk mencari [[kesatria]] yang bersedia memakai kalung bunganya. Meski ada peluang keberhasilan karena kalung tersebut diberikan oleh dewa yang dapat dipercaya, tidak ada orang yang bersedia memakainya setelah mengetahui bahwa orang yang harus dihadapi adalah Bisma. Ketika Amba menemui Raja [[Drupada]], permintaannya juga ditolak karena sang raja takut melawan Bisma. Akhirnya Amba melempar karangan bunganya ke tiang balai pertemuan Raja Drupada, setelah itu ia pergi dengan marah. Karangan bunga tersebut dijaga dengan ketat dan tak ada yang berani menyentuhnya.<ref name=Shikhandi>{{Cite web|url=http://www.mahabharataonline.com/rajaji/mahabharata_summary_5.php|title=4. Amba and Bhishma|accessdate=30 April 2013|publisher= Mahabharataonline.com}}</ref><ref name="Pattanaik2002">{{cite book|author=Devdutt Pattanaik|title=The man who was a woman and other queer tales of Hindu lore|url=https://books.google.com/books?id=gVvXAAAAMAAJ|accessdate=18 May 2013|date=8 January 2002|publisher=Harrington Park Press|isbn=978-1-56023-180-6|page=60}}</ref><ref>{{cite book|title=India through the ages|url=https://archive.org/details/indiathroughages00mada|last=Gopal|first=Madan|year= 1990| page= [https://archive.org/details/indiathroughages00mada/page/62 62]|editor=K.S. Gautam|publisher=Publication Division, Ministry of Information and Broadcasting, Government of India}}</ref>
 
== Kematian ==
 
Dengan kebencian terhadap Bisma, Amba melakukan tapa dengan keras. Dalam pikirannya hanya ada keinginan untuk melihat Bisma mati. Karena ketekunannya, Dewa [[Siwa]] muncul dan berkata bahwa Amba akan be[[reinkarnasi]] sebagai pembunuh Bisma. Sang dewa juga berkata bahwa kebencian Amba terhadap Bisma tidak akan hilang setelah bereinkarnasi. Setelah mendengar pemberitahuan dari sang dewa, Amba membuat sebuah api unggun, lalu membakar dirinya sendiri.<ref name="Mani"/><ref name="CXC">{{Cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m05/m05190.htm|work=The Mahabharata, Book 5: Udyoga Parva|title=SECTION CXC|publisher=Sacred-texts.com|author=[[Kisari Mohan Ganguli]]}}</ref><ref name="Garg1992">{{cite book|author=Gaṅgā Rām Garg|title=Encyclopaedia of the Hindu World: Ak-Aq|url=https://books.google.com/books?id=WjDcd0cTFxQC&pg=PA371|accessdate=7 May 2013|year=1992|publisher=Concept Publishing Company|isbn=978-81-7022-375-7|pages=371–}}</ref>
 
Dalam versi lain, ada kisah berbeda mengenai kematian Amba. Diceritakan bahwa [[Bisma]] mengembara untuk menjauhi Amba karena menolak menikah, tetapi Amba selalu mengikutinya. Akhirnya Bisma menodongkan panah ke arah Amba, untuk menakut-nakutinya agar ia segera pergi. Tetapi Amba tidak takut dan berkata, "Dewabrata, saya mendapat kesenangan atau mati, semua karena tanganmu. Saya malu jika harus pulang ke tempat orang tuaku ataupun kembali [[Hastinapura]]. Dimanakah tempat bagiku untuk berlindung?". Bisma terdiam mendengar perkataan Amba. Lama ia merentangkan panahnya sehingga tangannya berkeringat. Panah pun terlepas karena tangannya basah dan licin oleh keringat. Panahnya menembus dada Amba. Dengan segera Bisma membalut lukanya sambil menangis tersedu-sedu. Sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Amba berpesan kepada Bisma, bahwa ia akan menjelma sebagai anak Raja [[Drupada]], yang ikut serta dalam [[perang Kurukshetra|pertempuran akbar]] antara [[Pandawa]] dan [[Korawa]]. Setelah Amba berpesan kepada Bisma untuk yang terakhir kalinya, ia pun menghembuskan napas terakhirnya.
 
== Kelahiran kembali ==
{{main|Srikandi}}
Dalam kehidupan selanjutnya, Amba bereinkarnasi menjadi [[Srikandi]], yang memihak [[Pandawa]] saat [[perang Kurukshetra]]. Srikandi adalah anak Raja [[Drupada]] dari [[kerajaan Panchala]] yang istimewa. Pada saat lahir, ia berkelamin wanita, tetapi setelah dewasa ia berganti kelamin atas bantuan seorang [[yaksa]] (makhluk gaib penghuni hutan). [[Srikandi]]-lah orang yang bersedia memakai kalung Dewa Kartikeya sebagai tanda bahwa ia akan membunuh Bisma.
 
== Pewayangan Jawa ==
[[Berkas:Amba Mahabharata.jpg|thumb|Amba dalam pewayangan Jawa.]]
Kisah hidup Amba antara kitab ''[[Adiparwa]]'' (buku pertama seri ''[[Mahabharata]]'') dan [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] memiliki beberapa perbedaan, seperti misalnya nama-nama tokoh maupun kerajaan di [[India]] yang diubah agar bernuansa [[Jawa]], tetapi perbedaan tersebut tidak terlalu besar karena inti ceritanya sama.
 
Dalam pewayangan Jawa dikisahkan bahwa Dewi Amba adalah putri sulung Prabu Darmahumbara, raja negara Giyantipura dengan permaisuri Dewi Swargandini. Ia memiliki dua adik kandung bernama Dewi [[Ambika]] (Ambalika) dan Dewi [[Ambalika|Ambiki]] (Ambaliki). Amba dan kedua adiknya menjadi putri boyongan [[Bisma]] ([[Bisma|Dewabrata]]), putra Prabu [[Sentanu]] dengan [[Gangga (Hindu)|Dewi Jahnawi]] ([[Dewi Gangga]]) dari Astina (Hastinapura) yang telah berhasil memenangkan [[sayembara]] tanding di negara Giyantipura dengan membunuh Wahmuka dan Arimuka. Karena merasa sebelumnya telah dipertunangkan dengan Prabu Citramuka, raja negara Swantipura, maka Amba memohon kepada [[Dewabrata]] agar dikembalikan kepada Prabu Citramuka. Kemudian persoalan mulai timbul karena Amba ditolak oleh Prabu Citramuka semenjak menjadi putri boyongan Bisma. Keinginan Amba ikut ke Astina juga ditolak oleh Dewabarata. Karena Amba terus mendesak dan memaksanya, akhirnya tanpa sengaja ia tewas oleh panah Dewabrata yang semula hanya bermaksud untuk menakut-nakutinya. Sebelum meninggal Amba mengeluarkan kutukan, akan menuntut balas kematiannya dengan perantara seorang prajurit wanita, yaitu [[Srikandi]]. Kutukan Dewi Amba terhadap Dewabrata menjadi kenyataan. Dalam perang [[Bharatayuddha]], arwahnya menjelma dalam tubuh [[Srikandi]] dan berhasil menewaskan [[Bisma]] (Dewabrata).
 
== Referensi ==
{{reflist|2}}
 
{{Mahabharata}}
 
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]