Kesultanan Paser: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Alamnirvana (bicara | kontrib) |
||
(7 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het interieur van het paleis van de sultan in Pasir TMnr 60030839.jpg|jmpl|Istana Sultan Paser pada tahun 1910-1925]]
'''Kesultanan Paser Darul Aman''' (sebelumnya bernama '''[[Kerajaan Sadurengas]]''') adalah sebuah kerajaan yang berdiri pada tahun [[1516]]<ref name="Sejarah Paser">{{Cite web |url=http://www.paserkab.go.id/10/1/1/Sejarah-Paser |title=Pemkab Paser - Sejarah Paser |access-date=2010-06-19 |archive-date=2010-08-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20100805032620/http://www.paserkab.go.id/10/1/1/Sejarah-Paser |dead-url=yes }}</ref> dan dipimpin oleh seorang wanita (Ratu I) yang dinamakan [[Ratu Aji Petri Botung/Ratu Aji Putri Petong]]. Wilayah kekuasaan kerajaan Sadurengas meliputi [[Kabupaten Paser]] yang ada sekarang, ditambah dengan [[Kabupaten Penajam Paser Utara]], [[Balikpapan]] dan [[Pamukan
== Sejarah ==
{{artikel|Sejarah Paser}}
=== Kerajaan Sadurengas ===
Tentang terbentuknya awal kerajaan Paser, Haji Aji Abdoel Rasyid dan kawan-kawan yang ditulis oleh M.Irfan lqbal, et.al. Dalam bukunya yang berjudul “[[Budaya dan Sejarah Kerajaan Paser]]” mengatakan terbentuknya [[Kerajaan Paser]] pada tanggal 2 Safar tahun 9 Hijriyah atau tahun [[630]] Masehi. Pada saat [[Putri Petong
Sebelum [[Putri Petong]] menikah dengan [[Abu Mansyur Indra Jaya]]. Putri Petong diyakini menganut kepercayaan [[animisme]] atau suatu kepercayaan yang memuja roh-roh halus dan dewa-dewa. Roh-roh halus atau dewa-dewa diyakini bisa membantu sewaktu-waktu diperlukan, untuk memanggil roh-roh halus tersebut dibutuhkan sebuah bangunan berbentuk rumah yang dinamakan ''[[Panti]]'', di dalam panti tersebut diberi sesajen kue-kue yang dibuat berbentuk patung-patung dari tepung beras menyerupai [[roh]] yang akan dipanggil. Putri Petong setelah bersuamikan Abu Mansyur Indra Jaya, setahun kemudian Putri Petong melahirkan anak yang pertama seorang lelaki yang diberi nama [[Aji Mas Nata Pangeran Berlindung]] bin [[Abu Mansyur Indra Jaya]]. Tiga tahun kemudian Putri Petong melahirkan lagi seorang anak perempuan, yang diberi nama [[Aji Putri Mitir]] binti [[Abu Mansyur Indra Jaya]] dan enam tahun kemudian Putri Petong melahirkan lagi seorang lelaki yang diberi nama [[Aji Mas Pati Indra]] [[bin]] [[Abu Mansyur Indra Jaya]].
Baris 11:
=== Islamisasi ===
Islamisasi di Kerajaan Paser melalui beberapa jalur, antara lain:
* Jalur perkawinan-perkawinan dilakukan oleh [[Abu Mansyur Indra Jaya]] dengan [[Putri Petong]], dari [[Kerajaan Paser]] raja komunitas Paser. Begitu juga perkawinan [[Sayyid Ahmad Khairuddin]] yang kawin dengan [[Aji Mitir]] anak Putri Petong dengan Abu Mansyur Indra Jaya.
* Jalur perdagangan [[sungai Kendilo]] merupakan sungai besar pada zaman mereka, yang selalu dilalui para pedagang dari berbagai daerah [[Nusantara]], termasuk pedagang dari [[Arab]]. Interaksi antara masyarakat Kerajaan Paser dengan para [[pedagang muslim]] menyebabkan sebagian masyarakat penduduk tertarik untuk memeluk agarna Islam.
* Dalam sebuah cerita rakyat, Putri Petong sebelum kawin dengan Abu Mansyur Indra Jaya, sudah beberapa kali kawin, akan tetapi jika akan berhubungan badan dengan lelaki, jika tidak lari dari peraduan atau mati. Hal ini disebabkan [[sari bambu]] yang melekat pada Putri Petong. Kawinlah dengan Abu Mansyur Indra Jaya yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut<ref>Vr, Cilik Riwut. Kalimantan Membangun alam dan kebudayaan, PT. Tiara Wacana Yogya, cetakan pertama 17 Agustus 1993 halaman 119-120</ref>
Daerah Paser saat kedatangan [[Islam]], banyak diketahui dari berbagai tulisan, diantaranya berdasarkan [[kitab]] yang ditulis [[Aji Aqub]] tahun 1350 Hijriyah atau tahun 1920 Masehi yang berjudul "''[[Pelayaran mencari raja tanah Paser]]''" Sumber lain dari tulisan [[A.S Assegaf]] dengan judul "[[Sejarah kerajaan Kutai dan Kesultanan Paser]]" tanpa tahun. Sumber yang lain dapat ditelusuri dari sumber-sumber [[Belanda]], diantaranya oleh S.C Knappert dengan judul "[[Tijdschrift voor ned Indie 1883]]" Sedangkan yang memuat legenda Putri Petong ditulis oleh III Nieuwkuyk dalam Versi R''[[eide opstillen ove Boneo]]'', Velome 9 kerajaan Paser juga disinggung dalam tulisan J.Zwager dengan judul "[[Tijdschrift voor Nederlan Indie]]. Seri 4, [[1866]].
=== Versi Hikayat Banjar ===
* Keberadaan kerajaan Paser yang pertama disebutkan di dalam [[Kakawin Nagarakretagama]] yang ditulis tahun [[1365]], menyatakan Paser adalah salah satu daerah taklukan [[Gajah Mada]] dari [[Majapahit]].<ref>
| authorlink= Anggraini Antemas
| first= Anggraini
Baris 31:
}}</ref>
* Menurut [[Hikayat Banjar]] ([[1663]]), semenjak masa kekuasaan [[Maharaja Suryanata]],
* Penguasa/orang besar Paser,
* Perkawinan seorang puteri dari Aria Manau/Kakah Ukop/Aji Tunggul, bernama Sri Sukma Dewi yang bergelar [http://kesultanan_pasir.tripod.com/sadurangas/id14.html Putri Betung] <ref>'''[[Putri di Dalam Petung]]''' merupakan [[gelar]] [[anumerta]] yang berkaitan dengan mitos putra/putri yang keluar dari buluh betung sebagai [[cikal bakal]] [[dinasti]] raja-raja yang banyak terdapat dalam [[mitos]] [[ Melayu]][.</ref> dengan Abu Mansyur Indra Jaya (pimpinan ekspedisi agama [[Islam]] dari [[Giri Kedaton|Giri]]) yang dikaruniai anak, yaitu:<ref>[http://kesultanan_pasir.tripod.com/sadurangas/id02.html Asal Usul Kerajaan Pasir (Sadurangas)]</ref>
*# [[Adjie Patih]] ([[Raden Aria Mandalika]]), memiliki anak bernama [[Adjie Anum]] ([[Raden Kakatang]])
*# [[Putri Adjie Meter]], memiliki anak bernama [[Imam Mustafa]] dan [[Putri Ratna Berana]]
* Beberapa tahun berlalu setelah pernikahan [[Aji Ratna]] binti [[Aji Tunggul]] dengan [[Dipati Ngganding]] di [[negeri Banjar]], seorang cucu Aji Tunggul<ref>Kemudian lagi tersebut ada seorang anak orang besar Pasir bernama [[Raden Aria Mandalika]]. Asal bapanya itu [[priyayi]] dari [[Giri]] beristerikan anak [[Haji Tunggul]], [[orang Pasir]]. Maka Raden Aria Mandalika datang ke Martapura diperisterikan lawan [[Gusti Limbuk]] itu, saudara [[Raden Kasuma Raga]] itu. Maka pangandika Marhum Panembahan pada Haji Tunggul itu: "Dahulunya anak Haji Tunggul itu menjadi pawaranganku jadi mintuha oleh [[Dipati Anta-Kasuma]] itu, maka sekarang ini Aria Mandalika ini sudah beristeri lawan cucuku Si [[Dayang Limbuk]]. Adapun akan [[upati]] di Pasir itu akan berikan arah cucuku itu. Lamun ada suruhanku meminta atau maambili maka serahkan, lamun tiada itu jangan seperti zaman dahulu kalanya itu." Maka sembah Haji Tunggul itu:"Kaula junjung kaula suhun nugraha sampian itu atas batu kepala kaula." Itulah mulanya Pasir itu maka tiada tiap-tiap tahun menghantarkan [[upati]] ke [[Banjar]], ke [[Martapura]] itu (Cuplikan [[HIKAYAT BANJAR]]).</ref> yaitu [[Raden Aria Mandalika]] ([[Adjie Patih]]) putera dari [[priyayi]] dari [[Giri Kedaton|Giri]] yang menikah dengan puteri dari [[Aji Tunggul]] ([[Aria Manau/Kakah Ukop]]) datang berkunjung ke [[Kesultanan Banjar]] ketika itu [[keraton]] telah dipindah dari [[Batang Banyu]] ke [[Martapura]], kemudian [[Raden Aria Mandalika]] oleh [[Sultan Mustainbillah]] dinikahkan dengan cucunya bernama [[Putri Limbuk/Dayang Limbuk]] binti [[Pangeran Dipati Antasari]]i. Dengan adanya perkawinan ini maka Aji Tunggul tidak lagi diharuskan mengantarkan [[upeti]] tiap-tiap tahun seperti zaman dahulu kala, karena upeti tersebut sudah diberikan kepada Putri Limbuk/Dayang Limbuk, kecuali hanya jika ada suruhan dari [[Marhum Panembahan]] untuk memintanya atau mengambilnya. Dengan demikian, Paser mendapat pembebasan pembayaran upeti, bahkan kemungkinan Raden Aria Mandalika ([[Adjie Patih]]) menjadi [[raja
* [[1636]], Paser kembali ditaklukan atas bantuan [[VOC]] sesuai Perjanjian [[4 September]] [[1635]], antara Sultan Banjar dengan VOC.<ref name="Bandjermasin">
* [[1641]], Sultan Mustain Billah menyuruh '''Kiai Martasura''' ke [[Makassar]] (Tallo-Gowa) untuk menjalin [[hubungan bilateral]] kedua negara pada masa I Mangadacinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingalloang Sultan Mahmud, Raja [[Tallo, Makassar|Tallo]] yang menjabat mangkubumi bagi [[Sultan Malikussaid]] [[Raja Gowa]] 1638-1654, ia meminjam Pasir kepada Marhum Panembahan sebagai [[tempat berdagang]]. Sejak itu Paser dan wilayah ring terluar tidak lagi mengirim upeti ke Banjar.<ref>
* Pada abad ke-18 [[Raja
* [[1736]], Datanglah Utusan dari [[Kerajaan Wajo]] [[La Dalle Arung Taa]], memanggilnya kembali ke Wajo. Dengan [[kekuatan bersenjata]] yang baru dibeli dari [[Inggris]], La Madukkeleng bersama Sultan Aji Muhammad Idris dan [[pasukan]] ([[Kerajaan Kutai]]), pasukan [[Kerajaan Pagatan]], dan beberapa tambahan pasukan [[kerajaan Johor]], berangkat ke [[Sulawesi]] untuk bergabung dengan [[Kerajaan Gowa]], [[Kerajaan Tallo]], dan Kerajaan Wajo, untuk menghadapi [[Kerajaan Bone]] dan [[VOC]] yang [[bersekutu]] dengan [[Ternate]], [[Tidore]], [[Bacan]], [[Butung]], [[Bugis ]]([[Bone]]), [[Soppeng]], [[Luwu]], [[Turatea]], [[Layo]], [[Bajing]], [[Bima]]. Sepeninggal La Maddukelleng, selanjutnya kerajaan Paser dipimpin [[Sultan Sepuh Alamsyah]] (Sultan Paser II) [[1738]]–[[1799]].
* [[1765]], [[VOC]] berjanji membantu [[Sultan Banjar]] [[Tamjidullah I]] yang
* [[1768]]–[[1799]], Pemerintahan Aji Dipati yang bergelar Sultan Dipati Anom Alamsyah, ia menikahi Ratu Intan I binti Daeng Malewa, Ratu [[negeri Cantung]] dan [[Batulicin]].<ref name="tijdschrift 1853">{{cite journal
| url=http://books.google.co.id/books?id=exRJAAAAMAAJ&dq=pangeran%20praboe%20tanah%20boemboe&pg=PA340#v=onepage&q=pangeran%20praboe%20tanah%20boemboe&f=true
| lang= nl
Baris 50:
| year= 1853
}}</ref>
* [[1787]], Paser sebagai salah satu [[vazal]] Banjarmasin yang diserahkan Sultan Banjar [[Sunan Nata Alam]] kepada VOC dalam [[Traktat]] [[13 Agustus]] [[1787]] setelah Pangeran Nata diakui oleh VOC sebagai Sultan Banjarmasin dan berhasil menangkap [[ahli waris]] Kesultanan Banjar yang sah [[Pangeran Amir]] bin [[Sultan Muhammadillah]] yang telah dibantu [[Arung Trawe]] dan [[bangsawan]] Bugis-Paser tetapi gagal. [[Sunan Nata Alam]][ berkuasa atas tanah yang dipinjam dari [[VOC]][ atau sebagai daerah [[protektorat]] VOC.<ref name="Bandjermasin"/>
* [[1797]], Kedaulatan atas Paser dan Pulau Laut diserahkan kembali oleh VOC kepada [[Sultan Banjar]] [[Sunan Nata Alam]]. [[Belanda]] kemudian digantikan oleh [[kolonial]] [[Inggris]].<ref name="Bandjermasin"/>
* [[1799]]–[[1811]], Pemerintahan Aji Panji yang bergelar [[Sultan Sulaiman Alamsyah]], ia menganeksasi negeri-negeri [[Kerajaan Tanah Bumbu]] yang berada di bawah kekuasaan Raja [[Gusti Besar]]
* [[1817]], Paser diserahkan sebagai daerah [[pendudukan Hindia Belanda]] dalam Kontrak Persetujuan [[Karang Intan]] I pada [[1 Januari]] [[1817]] antara Sultan [[Sulaiman dari Banjar]] dengan [[Hindia Belanda]] diwakili [[Residen]] [[Aernout van Boekholzt]]. Hal ini terjadi setelah [[Belanda]] masuk kembali ke [[Kalimantan]] menggantikan [[Inggris]].<ref name="Bandjermasin"/>
* [[1823]], Paser menjadi daerah pendudukan [[Hindia Belanda]] dalam Kontrak [[Persetujuan Karang Intan II]] pada [[13 September]] [[1823]] antara Sultan [[Sulaiman dari Banjar]] dengan [[Hindia Belanda]] diwakili Residen [[Mr. Tobias]].<ref name="Bandjermasin"/>
* [[1826]], Paser ditegaskan kembali menjadi daerah pendudukan Hindia Belanda menurut Perjanjian Sultan [[Adam
* [[1815]]–[[1843]], Pemerintahan [[Sultan Mahmud Han Alamsyah]], ia membuat kontrak politik dengan [[Hindia Belanda]].
* [[1849]], Berdasarkan [[Staatsblad van Nederlandisch Indië]] no. 40 tahun 1849, wilayah Paser termasuk dalam ''[[zuid-ooster-afdeeling]]'' menurut ''Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie'', pada 27 Agustus 1849, No. 8.<ref>{{nl icon}} {{cite journal|url=http://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&dq=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen%2C%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&pg=PA55-IA22#v=onepage&q=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen,%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&f=false |author=Nederlandisch Indië|title=Staatsblad van Nederlandisch Indië|publisher= s.n.|year=1849}}</ref>
* [[1880]]–[[1897]], Pemerintahan [[Sultan Muhammad Ali Alamsyah]], dialah yang pertama kali berani menentang [[Belanda]] sehingga ia dibuang dan mangkat di [[Banjarmasin]]<ref>Seksi Sejarah Perlawanan Terhadap Belanda, Jilid 2 Seksi [[Sejarah Perlawanan Terhadap Belanda]], Proyek [[Inventarisasi]] dan [[Dokumentasi]] Sejarah Nasional ([[Indonesia]]), Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, [[Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional]], [[Departemen Pendidikan dan Kebudayaan]], 1982</ref>
* [[1906]]-[[1918]], masa perjuangan rakyat Paser melawan pemerintahan kolonial [[Hindia Belanda]].
* Hingga [[1959]], Wilayah Paser berstatus [[kawedanan]] di dalam wilayah [[Provinsi]] [[Kalimantan Selatan]].
== Penguasa Pasir ==
Baris 125:
| [[1853]]–[[1875]]
|-
| Aji Timur Balam bin Sultan Adam Alamsyah
| [[Sultan Abdurahman Alamsyah]]
| [[1875]]–[[1890]]
|-
| Aji Tiga bin Mahmud Han Alamsyah
| [[Sultan Muhammad Ali Alamsyah]]
| [[1880]]–[[1897]]
Baris 147:
== Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe ==
Kesultanan Pasir mengadakan [[kontrak
== Referensi ==
Baris 158:
{{Kerajaan di Kalimantan}}
[[Kategori:Kesultanan Paser| ]]
|