Soerjopranoto: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: penggantian teks otomatis (-Walikota, +Wali kota; -walikota, +wali kota) |
|||
(34 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 3:
|image=Suryopranoto.jpg
|birth_date={{birth date|1871|1|11}}
|birth_place=
|death_date={{death date and age|1959|10|15|1871|1|11}}
|death_place=
|known_for=[[Pahlawan Nasional Indonesia]]
}}
'''Raden Mas Soerjapranata''' ([[Ejaan Soewandi]]: ''Suryapranata'', atau sering ditulis '''Soerjopranoto''') ({{lahirmati|[[Kadipaten Pakualaman|Pakualaman]]|11|1|1871|[[Kota Cimahi|Tjimahi]]|15|10|1959}}) adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-3 oleh Presiden RI, [[Soekarno]], pada
Ia dimakamkan di Makam Gambiran, [[Kotagede, Yogyakarta]].
== Latar Belakang dan Pendidikan ==
[[Berkas:Soerjopranoto 1961 Indonesia stamp.jpg|
Soerjopranoto, dengan nama kecil Iskandar, adalah kakak Soewardi Soerjaningrat ([[Ki Hadjar Dewantara]]). Secara genealogis, Soerjopranoto adalah seorang bangsawan. Ia adalah putra sulung dari Kangjeng Pangeran Harya (KPH) Surjaningrat, yang mana sang ayah sendiri adalah putra tertua dari [[Paku Alam III|Pakualam III]]. Ini berarti Surjopranoto adalah anak laki-laki pertama dari seorang [[putra mahkota]]. Namun, hak naik tahta sang ayah menjadi batal karena ia terserang penyakit mata yang mengakibatkan kebutaan.
Baris 34:
Tapi sesudah perang selesai dan Pangeran Mangkubumi memperoleh bagian Barat [[Kerajaan Mataram]] setelah Perjanjian Gijanti (1755) dan ia naik tahta menjadi Sultan Hamengkubuwana I, Sultan alpa akan janjinya, dan memberikan Ranadigdaya pada kedudukannya sebagai prajurit.
Karena sakit hati, maka Ranadigdaya meninggalkan istana tanpa pamit dan kemudian mendirikan perguruan di desa Sewon. Ia kawin dengan gadis desa setempat dan kemudian beranak tiga orang, yaitu
Di kemudian hari, sang putera mahkota, yang nantinya menjadi Sultan Hamengkubuwana II, yang belum tahu menahu asal usul Sedhah Mirah, telah jatuh cinta kepada gadis desa itu. Maka tanpa sengaja setelah mereka menikah, Ranadigdaya terangkat dengan sendirinya kepada kedudukan yang mulia, sebagai besan Sultan Hamengkubuwana I.
Baris 42:
== Asal usul keluarga ==
Soerjopranoto dilahirkan di lingkungan Kadipaten Pakualaman, tanggal 11 Januari 1871, sebagai putra tertua dari KPH Soerjaningrat, putra sulung Sri Pakualam III,
Anak Dan Cucu Soerjopranoto :
1. Yudopranoto ( Memiliki 3 anak ) :
* R.M. Sumitro Kadariman ( Memiliki 2 anak ) :
1. R.M. Agus Sarjono
2. R.M. Dodi Dwi Nugroho, A.Md.Kom., S.H. ( Memiliki 3 anak ) :
1. R.M. Sakabumi Kalimasada
2. R.M. Sapujagat Kalimasada
3. R.M. Asoka Kalimasada
* R.A. Utami Kadarina ( Memiliki 2 anak ) :
# R.M. Oktofian Abidin
# R.M. Yunan Satriawan Abidin
* R.A. Utari Kadarwati ( Memiliki 3 anak ) :
# R.A. Hestrini Wulandari
# R.A. Hanum Puspita Rini
# R.A. Hayu Widi Hapsari
2. Sumaryo
3. R.A Soemarno
4. Sutaryo
5. Sunaryo
6. Sriyono
7. R.A. Soeharyo
8. Imam Soemantri
9. Bambang Soesiloharjo
10. Ny. Dr. Abdullah
Selain disekolahkan, Soerjopranoto mendapat didikan di rumah tentang budi pekerti, dan sesuai dengan adat pusaka kebangsawanan, ia diwajibkan mengerti dan memahami sen itari, ''karawitan'', kesusastraan (membuat puisi Jawa yang dilagukan atau ''tembang''). Menjelang dewasa, mulailah Soerjopranoto mempelajari soal ketatanegaraan, perekonomian, kemasyarakatan, sejarah, keTuhanan dan lain sebagainya. Perpustakaannya meliputi kurang lebih 3500 buku tentang berbagai ilmu pengetahuan. Dia kemudian berhasil mendapat ijasah ''Klein Ambtenaar''.
Baris 50 ⟶ 84:
Karena dipandang terlalu "''lastig''" (membuat onar) di dalam masyarakat Yogyakarta atas usaha asisten residen, ia "dibuang" ke Tuban, Gresik sebagai pegawai di ''Controleurs-Kantoor''. Di sini ia membela teman pegawainya hingga menempeleng atasannya (seorang Belanda). Ia minta berhenti dan segera pulang kembali ke Yogyakarta. Untuk menghindari tindakan hukum pemerintah Hindia Belanda atas dirinya, pamannya, Pangeran Sasraningrat, yang berpangkat ''gusti wakil'', mengangkatnya menjadi ''wedana sentana'' dengan titel ''panji'' di Praja Pakualaman.
Karena masih dianggap sebagai "pengganggu", asisten residen "membuang" ia ke Bogor dengan alasan disekolahkan pada Sekolah Pertanian (''Europesche Afdeling'') dengan surat tugas langsung ditandatangani Gubernur Jenderal sebagai "izin istimewa". Disini ia tinggal di rumah orang Belanda bernama van Hinllopen Laberton yang menganut ajaran teosofi yang membenci penjajahan dan perbedaan hak bangsa-bangsa. Soerjopranoto merasa menemukan sahabat, guru, kawan, dan
Disamping itu ia memahirkan diri dalam bela diri yaitu ''kuntau'' dan ''toya'' dari seorang Tionghoa asal Kanton.
Baris 82 ⟶ 116:
Soerjopranoto tidak tinggal diam, ia memperluas aktivitasnya sendiri langsung dikalangan rakyat jelata dengan mendirikan Arbeidsleger Adhi Dharma (Barisan Kerja A.D) Pada tahun 1915 di Yogyakarta yang organisasinya disusun seperti di dalam ketentaraan ("eenstrijdend leger") sampai kepelosok-pelosok dusun, di lereng-lereng dan di puncak-puncak gunung ada wakil-wakilnya.
Anggotanya diberi pangkat seperti dalam kemiliteran. Adhi Dharma (=kebaktian yang luhur) bergerak di ekonomi. Usaha-usahanya a.l
Selain itu ia juga mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat umum (rakyat kecil pada khususnya) yaitu S.R.-S.M.P.-Sekolah Guru-Schakel-School.
Baris 98 ⟶ 132:
Karena pertumbuhan Adi Dharma pesat dan besar luas pengaruhnya, lagi terang-terangan aksi-aksinya dalam membela keadilan terhadap kesewenang-wenangan alat-alat pemerintah Hindia Belanda sampai mirip suatu aksi politik, maka arbeidsleger Adhi Dharma dilarang, kantor-kantor Markas Besarnya dijaga polisi untuk mencegah dan menakut-nakuti anggota-anggotanya berkunjung, para pengurusnya dibayangi oleh dinas reserse polisi dalam kehidupan sehari-hari.
Pada pokoknya Barisan Kerja Adhi Dharma kena pukulan yang hebat bagi semua badan-badan pendirinya. Akan tetapi B.K.A.D bagaimanapun juga telah berhasil
# menggugah jiwa rakyat kecil akan kesadaran harga dirinya.
# merupakan persiapan penggalangan gerakan rakyat jelata, gerakan buruh dan tani terbukti dalam periode berdirinya Personeel Fabrick Bond (gula) tahun 1917, Perserikatan Pegawai Pegadaian Bumi Putera, Serikat Buruh Pegawai Jawatan Candu dan Garam dll.
baca buku karangan Prof. Pringgodigdo berjudul
=== Partai Sarikat Islam ===
Dalam Kongres SI di Surabaya tahun 1919 Soerjopranoto mengemukakan, bahwa kemenangan klas dan menjadikan alat-alat produksi menjadi milik umum, tidak harus dicapai dengan aksi bersenjata tetapi bisa secara moral, protes-protes, dan jika perlu dengan "pemogokan", kesemua itu harus dilakukan secara serentak.
Pada tahun 1918, Soerjopranoto memimpin aksi [[mogok kerja]] bersama dengan para petani [[tebu]] di Jawa. Para petani ini bekerja di Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dimiliki oleh Handelsvereniging Amsterdam (Asosiasi Pedagang Amsterdam). Mogok kerja ini merupakan yang pertama kalinya dan bertujuan untuk mengadakan agitasi terhadap pemerintah Hindia Belanda.<ref>{{Cite book|last=Fakih, F., dkk.|date=2020|url=https://www.bi.go.id/id/bi-institute/publikasi/Documents/Sejarah_KPwBI_YOGYAKARTA.pdf|title=Bersinergi dalam Keistimewaan: Peran Bank Indonesia dalam Pembangunan Ekonomi Yogyakarta|location=Jakarta|publisher=Bank Indonesia Institute|isbn=978-623-90661-6-1|editor-last=Wahid|editor-first=Abdul|pages=101|url-status=live}}</ref>
Sebagai ide tentang bentuk ketatanegaraan telah dikemukakan pula dalam kongres tersebut. Suatu sentral Serikat Sekerja yang terdiri dari buruh dan buruh tani akan menjadi "Eerste Kamer" dari perwakilan rakyat,sedang "Tweede Kamer"nya merupakan perwakilan partai-partai politik. Kedua Kamer ini yang akan merupakan "Dewan Rakyat" yang sesungguhnya, yang akan dapat mempersatukan tenaga untuk beraksi menentang modal dari penjajah asing.▼
=== Personeel Fabrieks Bond ===
Ketika pada tahun 1908 Dr. E.F.E.Douwes Dekker (1879-1950) seorang indi yang berayah Belanda dan ibu Jawa, berhasil menggeser kedudukan Zaalberg (Hoofd-redakteur yang reaksioner) menjadi pemimpin redaksi dari "Bataviaasch-Nieuwsblad" maka ia segera memasukkan pembantu-pembantu tetapnya, orang-orang pergerakan seperti Soerjopranoto, Tjokrodirdjo, Dr. Tjipto dan Goenawan Mangunkusumo dan lain lain.▼
Personeel Fabrieks Bond dibentuk pada tahun 1917 oleh Soerjopranoto.<ref>{{Cite book|last=Cahyono|first=Edi|date=2003|url=http://www.oocities.org/edicahy/essays/mozaik.pdf|title=Jaman Bergerak di Hindia Belanda: Mosaik Bacaan Kaoem Pergerakan Tempoe Doeloe|location=Jakarta|publisher=Penerbit Yayasan Pancur Siwah|isbn=979-97096-2-8|pages=xix|url-status=live}}</ref> Di kemudian hari, ia memimpin suatu pemogokan umum di di Jawa Tengah dan Jawa Timur bersama dengan para buruh pabrik-pabrik gula yang bergabung dalam serikat ini. Pemogokan ini yang pertama kali pada tanggal 20 Agustus 1920 di pabrik gula madu Kismo. Dengan perbuatan ini Soerjopranoto melaksanakan teori pada praktiknya. Pemogokan ini begitu luas dan hebat sehingga oleh " De Express" ia disebut "De stakings Koning" (=Raja Pemogokan). Yang dihadapi sebagai lawan pada waktu itu adalah P.E.B. (Politiek Economische Bond) dibawah pimpinan Engelenberg dan Brugers (kumpulannya Tuan-Tuan Pabrik).{{Butuh rujukan}}
▲Sebagai ide tentang bentuk ketatanegaraan telah dikemukakan pula dalam kongres tersebut. Suatu sentral Serikat Sekerja yang terdiri dari buruh dan buruh tani akan menjadi "Eerste Kamer" dari perwakilan rakyat,sedang "Tweede Kamer"nya merupakan perwakilan partai-partai politik. Kedua Kamer ini yang akan merupakan "Dewan Rakyat" yang sesungguhnya, yang akan dapat mempersatukan tenaga untuk beraksi menentang modal dari penjajah asing.{{Butuh rujukan}}
Ini dalah suatu infiltrasi yang amat efektif dan merupakan jasa pertama dari Dr. E.F.E. douwes Dekker (alias Danudirdja Setiabudhi), seorang kerabat jauh E. Douwes Dekker (Multatuli).▼
▲Ketika pada tahun 1908 Dr. E.F.E.Douwes Dekker (1879-1950) seorang indi yang berayah Belanda dan ibu Jawa, berhasil menggeser kedudukan Zaalberg (Hoofd-redakteur yang reaksioner) menjadi pemimpin redaksi dari "Bataviaasch-Nieuwsblad" maka ia segera memasukkan pembantu-pembantu tetapnya, orang-orang pergerakan seperti Soerjopranoto, Tjokrodirdjo, Dr. Tjipto dan Goenawan Mangunkusumo dan lain lain.{{Butuh rujukan}}
Sesuai dengan rencana perjuangan SI maka didirikanlah perhimpunan-perhimpunan buruh. Program ini menjadi tanggung jawab Soerjopranoto dan ia pun menjadi pemimpin :▼
▲Ini dalah suatu infiltrasi yang amat efektif dan merupakan jasa pertama dari Dr. E.F.E. douwes Dekker (alias Danudirdja Setiabudhi), seorang kerabat jauh E. Douwes Dekker (Multatuli).{{Butuh rujukan}}
▲Sesuai dengan rencana perjuangan SI maka didirikanlah perhimpunan-perhimpunan buruh. Program ini menjadi tanggung jawab Soerjopranoto dan ia pun menjadi pemimpin
# Opium-regie Bond
Baris 124 ⟶ 163:
# Redaksi "Fajar" kemudian "Mustika" (sesudah H. Agus Salim) kemudian juga Redaksi "Pahlawan", (Kaderblad dari Opium-regie Bond) dan "Suara Berkelahi" (Kaderblad dari P.P.K.B).
Selama menjadi orang partai Sarekat Islam ia pernah masuk penjara sampai tiga kali karena spreek-delict dan tak terhitung lagi pembredelan dan pembeslahan atas hasil tulisan-tulisannya. Sekali ia dipenjarakan di Malang (1923-3 bulan), kedua di Semarang (1926-6 bulan) dan ketiga kalinya di Bandung (Sukamiskin) selama 16 bulan (1933), dengan peringatan untuk keempat kalinya akan diganjar 4 x 16 bulan.{{Butuh rujukan}}
Pada bulan Maret 1933, Soerjopranoto dan Soekiman diberhentikan dari jabatannya di dalam kepemimpinan [[Partai Syarikat Islam Indonesia|Partai Sarekat Islam]] Saat itu, Soerjopranoto menjabat sebagai anggota Dewan Partai sedangkan Soekiman menjabat sebagai Wakil Ketua Pelaksana Partai.<ref>{{Cite book|last=Formichi|first=Chiara|date=2012|url=https://library.oapen.org/bitstream/id/9a878a0a-8957-423a-93c5-a3363de5783b/424363.pdf|title=Islam and the Making of the Nation: Kartosuwiryo and Political Islam in Twentieth-Century Indonesia|location=Leiden|publisher=KITLV Press|isbn=978-90-6718-386-4|pages=56|language=EN|url-status=live}}</ref> Pemberhentian ini ditetapkan oleh Tjokroaminoto dan Salim.{{Butuh rujukan}} Soerjopranoto dan Soekiman mengungkapkan kasus [[korupsi]] yang dilakukan oleh Tjokroaminoto sebagai anggota di Persatuan Pegawai Pegadaian Hindia. Keduanya berada dalam satu tim khusus yang diketuai oleh Soekiman. Karena pengungkapan ini, keduanya dianggap melakukan penghinaan secara tidak langsung kepada Tjokroaminoto yang menjabat sebagai Ketua Partai Sarekat Islam.<ref>{{Cite book|last=Noor|first=Firman|date=2015|url=http://www.penerbit.lipi.go.id/data/naskah1452767204.pdf|title=Perpecahan dan Soliditas Partai Islam di Indonesia: Kasus PKB dan PKS di Dekade Awal Reformasi|location=Jakarta|publisher=LIPI Press|isbn=978-979-799-842-4|pages=57|url-status=live}}</ref>
Tenaga dan pikirannya terutama dicurahkan untuk kemajuan P.P.P.B, Opium Regir Bond, dan sekolah Adhi Dharma Institut (didirikan tahun 1917 di Yogyakarta, dulu cabangnya di Malang, Surabaya, dan Magelang serta Kotaraja). Antara tahun 1933 dan 1935 masuk dipenjara Sukamiskin karena pers delict berhubung dengan tulisan-tulisannya dalam buku ensiklopedia yang ditulis secara jelas sederhana untuk rakyat jelata tetapi sifat isinya mencela pedas dan menggugat kejahatan Kapitalisme dan Kolonialisme dengan maksud supaya cepat meluas menggugah hati rakyat memberikan diri dalam menuntut akan hak-haknya.{{Butuh rujukan}}
Karena kesehatannya banyak sekali terganggu, sepulangdari Sukamiskin dan kekuatannya sudah mengurang kerena tambah tua, maka ia terpaksa membatasi diri dalam lapangan partai Islam Indonesia untuk lebih mencurahkan tenaga-pikirannya duna kemajuan sekolah Adhi Dharma. Institut juga memberi kursus-kursus sore dan malam tentang ilmu pengetahuan umum (ketata-negaraan,sejarah,ekonomi,etnologi,geografi) pada orang-orang tua dan pemuda-pemuda yang kurang mampu membiayai pelajarannya tetapi mempunyai kecerdasan untuk hasrat yang lebih maju. Maksudnya ialah untuk mendapatkan pengalaman guna mendirikan Universitas bagi rakyat lapisan bawah.
Akan tetapi kena rintangan onderwijsverbod (yang dicabut kembali dengan perantara tuan Gobius advisuer van Inlandse zaken).{{Butuh rujukan}}
Pada era 1942 sampai dengan 1945, karena sekolah Adhi Dharma pada zaman Jepang dibubarkan dan partai-partai dilarang maka ia kemudian menjadi guru (sampai 1947) ditaman tani "Taman Siswa" yang didirikan adiknya Ki Hajar Dewantara, juga untuk menhindari tugas-tugas dari pemerintah pendudukan Jepang. Dalam masa ini ia juga menjadi anggota Cuo Sangi In (semacam D.P.A).{{Butuh rujukan}}
== Era setelah Kemerdekaan ==
Di zaman R.I.-Yogyakarta disamping menjadi guru Taman Siswa, ia tidak sedikit memberi kursus-kursus kepada para pemuda, selaku seorang yang partai-loos. Pada waktu itu ia menerbitkan dua buku
Pada era 1949 sampai dengan 1958 ia sudah berhenti sama sekali dari aktivitas dan kesibukan bekerja dan hanya menjadi
# Simpatisan P.S.I.I dan simpatisan aliran politik yang progresif dan cinta tanah air.
# Anggota kehormatan Kongres Rakyat
Baris 144 ⟶ 185:
Pada tanggal [[15 Oktober]] [[1959]] jam 24.00 ia meninggal dunia disebabkan usianya yang sudah 88 tahun di Cimahi, Jawa Barat. Pada tanggal 17 Oktober 1959, jenazah dikebumikan dimakam keluarga "Rachmat Jati" di Kota Gede Yogyakarta dengan upacara pamakaman sebagai Perwira Tinggi.
Dengan keputusan Presiden ia diangkat sebagai
* Pahlawan Kemerdekaan Nasional RI (Kep. Presiden RI No. 310)
* Mahaputra, tingkat II Republik Indonesia (17 Agustus 1960, dianugerahi secara anumerta).
Baris 150 ⟶ 191:
Pada semasa hidupnya ia beristrikan seorang puteri bernama R.A. Djauharin Insijah, puteri seorang Penghulu Agama Islam dari Karanganyar-Banyumas H. Abdussakur yang pada waktu itu menjabat ketua Dewan Agama daerah Banyumas. Ibu Soerjopranoto ini adalah puteri yang sangat saleh dan tebal imannya serta kuat rasa keagamaannya. Dalam hidupnya sebagai Ibu yang banyak anaknya ia tetap setoa dalam kegembiraannya dengan apa adanya. Dalam masa remajanya dilahirkan dalam keluarga yang sangat berada, kini ia harus menjalani kehidupan sebagai istri dari seorang pejuang yang keras, yang tak kenal kompromi itu. Meskipun begitu ia dapat menyesuaikan diri bahkan mendampinginya sedapat-dapatnya dengan "jiwanya" yang penuh iman itu.
Hidup dalam keadaan yang amat sederhana, serta kekurangan boleh dikatakan terpencil (banyak orang yang takut bergaul) karena mudah dituiduh sebagai golongan pemberontak anti Belanda atau komunis karena sangat radikal, suaminya keluar masuk penjara, karena kerap tersangkut perkara-perkara politik (seluruhnya 6 kali - 3 kali dalam perkara-perkara besar) suatu kehidupan yang berketentuan dengan harus memelihara banyak anak, para pemmbaca dapat membayangkan betapa sulitnya baginya ini. Ia dapat mengalami perjalanan sejarah bangsa hingga tahun 1951. Jadi setelah pengunduran tentara Belanda dari Yogyakarta dan keamanan agak pulih kembali, dalam keadaan
Dalam hidupnya ia besar jasanya untuk kepentingan rakyat sekitar kampung tempat tinggalnya. Banyaklah amal yang ditinggalkan sebagai seorang Muslimat yang saleh sebagai manusia biasa, kasih sayang pada sesama. Banyaklah yang mengantar jenazahnya sampai ke Pemakaman Keluarga (Rachmat-Jati" di Gambiran (Kota Gede) Yogyakarta. Banyak yang ditinggalkannya, mengenangkan kesuciannya, kesetiaannya serta keteguhannya, dan sahabat-sahabatnya yang meneteskan air mata karena rasa haru. Ia meninggal dalam usia 67 tahun pada tahun 1951.
[['''Beberapa ucapan dari kawan-kawan seperjuangannya :''']]
Bapak ALIMIN
Soerjopranoto adalah satu-satunya orang dari kalangan Kaum Ningrat yang pertama-tama berjuang di tengah-tengah massa. Kira-kira dalam tahun 1914/1916 ia mengorganisir gerakan-gerakan umum (yang pertama kalinya di Indonesia) pun diseluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga ia mendapat julukan "Raja Pemogokan (De Staking Koning).
Soerjopranoto sangat digemari oleh para warga Sarekat Islam. Soerjopranoto adalah orang yang kedua dalam kalangan SI sesudah H.O.S. Cokroaminoto.
Saya mengenal Soerjopranoto sebagai seorang yang sangat sederhana, seorang yang terhindar daripada watak yang ijdel (congkak-penulis) dan boros.
Semaun
H. Van Kol
"Soerjopranoto.........een intensief, werkzaam en dadenrijk leven". Artinya, "Buku tentang pergerakan vak ini dipersembahkan padamu, oleh seorang yang menaruh simpati dengan perjuanganmu guna meringankan nasib rakyat yang dalam segala0galanya serba kekurangan dalam hidupnya.
Voorschtenwijk 5 Januari 1923.
Soerjopranoto........seorang yang intensif, bekerja keras dan hidupnya penuh dengan tindakan (Terjemahan penyusun).
K.H. Agus Salim
Zaalberg (redaktur Bataviaasch Niewsblad)
Pemerintah Belanda kewalahan menghadapi Soerjopranoto yang telah 3 kali dipenjara belum juga berkurang perlawanannya, akhirnya mereka mencoba menawarkan kedudukan yang tinggi sebagai anggota Volksraad melalui surat dari Meneer Resink. Soerjopranoto tertawa terbahak-bahak dan langsung membalas sebagai berikut
"Waarde Heer Resink"
De strijd gat mij eerst om de harde klappen. Politieke tegenstellingen worden voorlopig nog op straat uitgevochten (Ia menolak duduk sebagai anggota).
Artinya
Sesobek kertas yang isinya kutipan dicatat dari buku "Strijden en worstelen om de overwinning" isi seperti berikut
"In strijd of in Zaken, in alles wat gij doet, gelde een regel, als goud, ja zo gaat het de worsteling om macht wees dat uw motto
Artinya
== Pranala luar ==
|