Sembah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gunkarta (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Gunkarta (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(5 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
'''''Sembah''''' adalah ucapan dan gestur dari Indonesia sebagai cara untuk menunjukkan rasa hormat. Saat melakukan sembah, seseorang menempelkan kedua telapak tangan nya secara khidmat seperti sedang berdoa yang bernama ''suhun'' atau ''susuhun'' dalam [[Bahasa Jawa]]; atau menyusun sepuluh jari, dan menempatkan nya di depan dada, lalu meletakkan formasi tangan itu ke dagu, atau sampai ibu jari nya menyentuh ujung hidung, sambil sedikit membungkuk.<ref name="KBBI">{{cite web|url=http://kbbi.web.id/sembah|title=Sembah|publisher=Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)|language=Indonesian|accessdate=28 May 2015}}</ref>
 
''Sembah'' adalah gestur yang endemik dan lazim dalam kebudayaan daerah Indonesia yang mengandung unsur warisan budaya [[dharma]] seperti di [[Suku Bali|Bali]], [[Budaya Jawa|Jawa]], dan [[Suku Sunda|Sunda]], sesuaisebagai denganbukti perjanjianwarisan [[Sejarah Indonesia|Indonesiapengaruh budaya Hindu-Buddha masadi lampauIndonesia]] pada masa lampau. Sembah ini serumpun dengan ''sampeah'' [[Kamboja]] dan ''sampeahwai'' dan [[Budaya Thailand|Thailand]] ''wai''. Semua macam salam ini berasal dari ''[[Anjali Mudra|Añjali Mudra]]'' dari [[India]] yang digunakan dalam ''[[namaste]]''.
 
== Etimologi ==
Dalam [[bahasa Indonesia]], istilah ''sembah'' berarti untuk menghormati, hormat, penghormatan atau penyembahan. Hal ini juga sinonim dengan bahasa jawa, ''suhun''. Menurut [[Abdul Malik Karim Amrullah|Hamka]] dalam bukunya ''Dari Perbendaharaan Lama'' kata ini berasal dari bahasa jawa untuk posisi (''susunan'') tangan dalam pemujaan, dilakukan dengan tangan digenggam bersama-sama, telapak tangan bersentuhan dan jari-jari mengarah ke atas, lalu membungkuk. Pengaturan ini yang memiliki beberapa kesamaan dengan ''[[namaste]]'' dalam India disebut "''sembah''", yang digunakan untuk menghormati dan memuji. Dengan demikian "susuhunan" dapat merujuk kepada seseorang untuk memberikan "susunan" atau "sembah", orang. Kata lain untuk "''susuhunan''" adalah "''sesembahan''".<ref>HAMKA, Prof. Dr., ''Dari Perbendaharaan Lama'', Page 244, Cet. II, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1982</ref> Namun, istilah sembah anehnya terdengar mirip dan serumpun dengan Bahasa Kamboja ''sampeah'', yang menunjukkan asal-usul atau koneksi yang sama.
 
Kata ''sembah yangsembahyang'' dalam bahasa [[Bahasa Indonesia|Indonesia]] yang saat ini [[sinonim]] dengan ''[[Salat|shalat]]'' dalam Islam, yang berarti doa atau ibadah.<!--<ref name="KBBI2">{{cite web|url=http://kbbi.web.id/sembahyang|title=Sembahyang|publisher=Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)|language=Indonesian|accessdate=28 May 2015}}</ref> Sebenarnya kata itu berasal dari gabungan dua kata, ''sembah dan hyang'' yang berarti "menyembah ''[[hyang]]''" ([[dewa]] atau roh kudus).-->
 
== Asal ==
[[Berkas:Borobudur_-_Divyavadana_-_033_S,_The_King_goes_to_Protect_the_Hermits_(detail_3)_(11701405255).jpg|jmpl|''Gerakan Sembah'' yang digambarkan di [[Borobudur|candi Borobudur]]]]
Pranāma atau [[Namaste]], bagian dari budaya India kuno telah menyebar ke [[Asia Tenggara|Asia tenggara]], yang merupakan bagian dari indospherezona daripengaruh Pinggiranperadaban India, melalui [[Agama Hindu di Asia Tenggara|penyebaran agama Hindu]] dan [[Penyebaran agama Buddha di sepanjang Jalur Sutra|Buddha]] dari India. Sembah berasal dari ucapan penghormatan kuno yang dilakukan untuk menunjukkan antara [[Sujud (Buddhisme)|sujud]], atau menempelkan kedua tangan telapak tangan bersama-sama dan membungkuk ke tanah. Gerakan ini pertama kali muncul 4000 tahun yang lalu pada segel tanah liat dari [[Peradaban Lembah Sungai Indus|Peradaban Lembah Indus]].<ref>{{cite web | title = Economics of the Indus Valley Civilization | url = http://www.csuchico.edu/~cheinz/syllabi/asst001/fall97/2chd.htm | author = Chad Greenwood | deadurl = yes | archiveurl = https://web.archive.org/web/20071226125638/http://www.csuchico.edu/~cheinz/syllabi/asst001/fall97/2chd.htm | archivedate = 2007-12-26 | df = }}</ref> Hal ini kemudian dinamakan sebagai ''[[Anjali Mudra|Añjali Mudra]]'', dan budaya dharma endemik dari peradaban [[Umat Hindu|Hindu]]-[[Agama Buddha|Buddha]] di [[Subbenua India|benua India]].
 
Pada awal abad pertama, peradaban Hindu-Buddha mulai menyebar pengaruh mereka di Indonesia, dan pada awal abad ke-4 pemerintahan Hindu telah mendirikan kekuasaan mereka di Jawa, Sumatra dan Kalimantan, contoh nya seperti kerajaan [[Tarumanagara]] dan [[Kerajaan Kutai|Kutai]]. Pada abad ke-6 sampai ke-9, peradaban Hindu-Buddha berdiri kokoh di pulau Jawa, Bali dan Sumatra, bersamaan dengan naiknya kerajaan [[Sriwijaya]] dan [[Kerajaan Medang|Medang Mataram]]. Gambar ''sembah'' atau ''añjali mudra'' muncul dalam bas-relief ''[[Candi|candi-candi tua]]'' di Jawa, seperti di candi [[Borobudur]] dan [[Candi Prambanan|Prambanan]] pada abad ke-9. Dari itulah, gerakan sembah ini menjadi endemik di wilayah tersebut, terutama di Jawa dan Bali.
Baris 22:
 
Dalam tradisi Sunda dari Jawa Barat, ''sembah'' sering mengganti jabat tangan modern yang dilakukan secara timbal balik; dengan hampir menyentuhkan ujung jari satu sama lain, kemudian mengangkatnya ke depan wajah sampai ibu jari menyentuh ujung dari hidung sendiri.
[[Berkas:Tor-Tor Pose.jpg|jmpl|Gerakan sembah dalam [[Tari Tortor]]]]
 
Dalam budaya Jawa dan Sunda, biasanya tidak ada kata-kata yang diucapkan selama melakukan ''sembah''. Namun, dalam budaya Bali kata yang sering diucapkan dengan ''sembah'' saat menyapa seseorang adalah ''om swastiastu'',<ref>{{Cite web|url=http://www.baliadvertiser.biz/articles/kulturekid/2007/greet_balinese.html|title=How should I greet a Balinese?|archive-url=https://web.archive.org/web/20150923181743/http://www.baliadvertiser.biz/articles/kulturekid/2007/greet_balinese.html|archive-date=2015-09-23|dead-url=yes}}</ref> yang seasal dengan kata ''sawatdee'' dalam bahasa [[Bahasa Thai|Thailand]], yang berasal dari [[Bahasa Sanskerta|bahasa Sansekerta]]. Dalam bahasa Sansekerta, kata ''svasti'' bermakna yang aman, bahagia dan sejahtera, dan ''astu'' yang bermakna berarti mudah-mudahan. Dengan demikian, ''[[Om Swastiastu]]'' berarti: "Oh Tuhan, aku berharap semua kebaikan (keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan) datang dari segala arah."<ref>{{Cite web|url=https://baliround.wordpress.com/2012/01/08/om-swastyastu/|title=Om Swastyastu}}</ref> Namun, pada zaman Indonesia kuno, tampaknya bahwa kata "swasti" adalah kata yang diucapkan ''saat sembah'', dengan bukti yang tertulis dalam beberapa prasasti batu yang ditemukan di Jawa dan Sumatra yang dimulai dengan rumus ''svasti'' di awal; seperti abad ke-7 [[Prasasti Kedukan Bukit|Prasasti kedukan Bukit]] yang mulai dengan: ''svasti! kesalehan kuat sri śakavaŕşātīta 605 ekādaśī śuklapakşa vulan vaiśākha.''
 
Baris 39:
== Referensi ==
{{reflist}}
{{gestur}}
 
[[Kategori:Budaya Indonesia]]
[[Kategori:Gestur hormat]]