#ALIH [[Mistisisme Kristen]]
'''Spiritualias Kristiani'''
Kerohanian
Banyaknya sudut pandang untuk hal-hal seperti karma, takdir, kehendak bebas, pencerahan, kesadaran, cinta, ketakutan, dan lain-lain, demikian juga halnya dengan kehidupan spiritual.
Etimologi
Kata spiritual berasal dari bahasa Latin spiritus yang berarti nafas, kehidupan, roh. Spiritual berhubungan dengan keseluruhan hidup manusia yang didasari atas realitas yang utama, dan diselaraskan dengan keberadaan dimensi rohani (baik secara fisik juga hal yang terpancar dalam tindakan keseharian). Dalam kekristenan, hal ini diartikan pneumatikos, yang berarti gambaran seseorang yang dipimpin oleh pneuma (Roh) Tuhan.</Glen G. Scorgie, Dictionary of Christian Spirituality (Michigan: Zondervan, 2011)>
Definisi
Spiritualitas kristiani adalah cara hidup kekristenan yang merupakan ibadah dan pengembangan hubungan dengan Yesus sebagai poros kerohanian. Artinya spiritualitas kristiani merupakan hasil relasi antara manusia dengan Tuhan, yang kemudian diwujudkan dalam cara hidup keseharian orang kristen yang meneladani Kristus.
Spiritualitas mencakup roh, jiwa, semangat juga gairah, yang tidak dapat dipungkiri harus dijadikan sebagai prioritas utama. Sebuah organisasi gereja dengan segala kelengkapannya yang bersifat kebutuhan jasmani seperti tempat ibadah, peralatan canggih, pembicara yang hebat, ataupun kegiatan rohani pendukung lainnya, tetapi jika tanpa spiritualitas yaitu roh, jiwa, semangat dan gairah, maka semuanya itu akan terasa sebagai rutinitas aktifitas gerejawi saja.
Hubungan dengan pendidikan agama
Pendidikan agama kristen mengiringi berkembangnya spiritualitas kristiani sebagai salah satu disiplin ilmu yang berkembang bersama dengan bidang-bidang seperti teologi biblika, sistematika juga penelitian institusional lainnya yang mencakup penerapan Alkitab dan teologi. Jadi spiritualitas kristiani adalah sebuah aplikasi teologis yang saling berhubungan dengan teologi itu sendiri.
Pendidikan teologi memungkinkan menjadi pijakan bagi spiritualitas kristiani dan teologi membutuhkan spiritualitas sebagai hasil akhir dari berteologi. Karena pendidikan bukan saja yang sifatnya jasmani bagi pengembangan diri, tetapi juga yang bersifat rohani atau menyangkut kehidupan spiritual, dalam arti pendidikan agama yang mampu mendukung perkembangan keimanan seseorang. Seyogyanya pendidikan tidak hanya berdampak pada kecerdasan atau kemampuan kognitif saja, tetapi juga harus dapat diterapkan pada ranah spiritual. Bowe memposisikan teologi dan spiritualitas sebagai “partner in the dynamic journey of faith”.</Barbara E. Bowe, Biblical Foundations of Spirituality (Maryland: Rowman & Littlefiled Publishers Inc.,2003> Dapat dipastikan diperlukannya keseimbangan antara teologi dan kehidupan spiritual seseorang dalam mengaplikasikan keduanya.
== Referensi ==
* Glen G. Scorgie, Dictionary of Christian Spirituality (Michigan: Zondervan, 2011).
* Barbara E. Bowe, Biblical Foundations of Spirituality (Maryland: Rowman & Littlefiled Publishers Inc.,2003).
|