Rambu Solo': Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k pembersihan kosmetika dasar
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Tedong_dan_Tradisi_Toraja.jpg|jmpl|250px|''Tedong'' atau kerbau yang digunakan dalam berbagai acara adat di Tana Toraja]]
'''Rambu Solo'''' adalah sebuah upacara [[pemakaman]] secara [[adat]] yang mewajibkan [[keluarga]] almarhum membuat sebuah [[pesta]] sebagisebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi.{{Sfn|Embon dan Suputra|2018|p=3-4}} Kata Rambu Solo' dalam bahasa [[Toraja]] yang secara harafiah berarti asap yang arahnya ke bawah. [[Asap]] yang arahnya ke bawah artinya ritus-ritus persembahan (asap) untuk orang mati yang dilaksanakan sesudah pukul 12 ketika [[matahari]] mulai bergerak menurun. Rambu solo’ sering juga disebut ''Aluk Rampe Matampu’'', ritus-ritus di sebelah barat, sebab sesudah pukul 12 matahari berada di sebelah barat. Oleh karena itu ritus-ritus persembahan dilaksanakan di sebelah barat [[Tongkonan]], rumah adat Toraja.<ref name="Theodorus Kobong">{{id}}Theodorus Kobong. 2008. ''Injil dan Tongkonan''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 49-52.</ref> Upacara rambu solo di Tana Toraja memerlukan biaya yang sangat besar (mahal).{{Sfn|Tumirin dan Abdurahim|2015|p=179}}
 
Pada pesta kematian (rambu solo’) dilakukan pemotongan ternak [[kerbau]] yang tidak sedikit.{{Sfn|Guntara, Fatchan, dan Ruja|2016|p=155}}