Siauw Giok Tjhan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Zengcdt (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(41 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{noref}}
'''Siauw Giok Tjhan''' (Kapasan-[[Surabaya]], [[23 Maret]] [[1914]] - [[Leiden]], [[Belanda]], [[20 November]] [[1981]]) adalah seorang [[politikus]] [[pejuang]] dan tokoh gerakan [[kemerdekaan]] [[Indonesia]] dari golongan [[Tionghoa-Indonesia]].
[[Berkas:Siauw giok tjhan.jpg|ka|jmpl|Siauw Giok Tjhan]]
'''Siauw Giok Tjhan''' (Kapasan-{{lahirmati|[[Kapasan, Simokerto, Surabaya]], [[23Jawa MaretTimur]] [[|23|3|1914]] - |[[Leiden]], [[Belanda]], [[|20 November]] [[|11|1981]]}}) adalah seorang [[politikus]] [[pejuang]] dan tokoh gerakan [[kemerdekaan]] [[Indonesia]] dari golongan [[Tionghoa-Indonesia]].
 
Ayahnya bernama Siauw Gwan Swie, seorang [[Tionghoa peranakan|peranakan]] dan ibunya Kwan Tjian Nio, seorang [[Tionghoa totok|totok]]. Memiliki adik bernama Siauw Giok Bie. Siauw pernah menjadi ketua umum [[Baperki]], Menteri Negara, anggota BP [[KNIP]], anggota parlemen [[Republik Indonesia Serikat|RIS]], [[parlemen]] RI sementara, [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|anggota DPR hasil [[pemilu]] 1955]]/anggota Majelis Konstituante, anggota [[DPRGR]]/[[MPR-S]], dan anggota [[DPA]]. Salah satu warisan buah karya Siauw ialah [[Universitas Trisakti]] yang dulu didirikan oleh '''Baperki''' dengan nama '''Universitas Res Publika''', <!-- sebelum dirampas oleh Sindhunata dan --> yang kemudian diubah namanya menjadi Universitas Trisakti. Siauw Giok Tjhan wafat di [[Belanda]] pada tanggal 20 November l98l1981, beberapa menit sebelum memberikan ceramah di [[Universitas Leiden]].
 
Siauw sejak kecil sudah mempunyai watak perlawanan atas penghinaan dan ketidakadilan yang menimpa diri dan kelompok etnisnya. Saat itu, ejekan "cina loleng" sering sekali dilayangkan oleh kelompok anti -Tionghoa untuk merendahkan orang-orang Tionghoa. Begitulah, dengan kemahiran [[kung-fu]] yang dipelajari dari kakeknya, memungkinkan Siauw Giok Tjhan untuk berkelahi melawan anak-anak [[Belanda]], indo-Belanda[[Indo]], dan [[Ambon]] yang mengejek dirinya. Istilah "cina- loleng" adalah salah satu penghinaan yang biasa dilontarkan untuk [[etnis]] Tionghoa. Keteguhan dan kekerasan [[jiwa]] dalam memperjuangkan keadilan tumbuh dalam lingkungan hidup yang harus dihadapi. Terutama setelah kedua orang tuanya meninggal dalam usia muda, ia terpaksa melepaskan sekolah begitu selesai [[HBS]], untuk mencari nafkah meneruskan hidupnya bersama adik tunggalnya, Siauw Giok Bie yang masih harus meneruskan sekolah itu.
 
== Riwayat Hidup ==
=='''Orang sederhana'''==
Ada beberapa peristiwa yang memperlihatkan Siauw Giok Tjhan adalah seorang yang sangat sederhana, keras pada diri-sendiri, tapitetapi sabar pada orang lain.
 
Begitu keras dan disiplinnya tidak menggunakan milik umum untuk kepentingan diri sendiri dan keluarganya. Tan Gien Hwa, istrinya ketika di [[Malang]], September 1947 akan melahirkan anak ke-4. Adik satu-satunya, Siauw Giok Bie hendak menggunakan mobil Palang Biru. Ia melarang Siauw Giok Bie untuk mengantar kakak iparnya (Ny. Siauw Giok Tjhan) ke rumah sakit dengan menggunakan fasilitas umum. Palang Biru adalah organisasi '''Angkatan Muda Tionghoa''' untuk memberikan pertolongan pertama kepada prajurit-prajurit yang terluka di garis depan melawan agresi [[militer]] Belanda. Beruntung, sekalipun harus diantar dengan naik [[becak]], Ibu Siauw Giok Tjhan bisa melahirkan Siauw Tiong Hian dalam keadaan selamat.
 
Pada saat ia dilantik menjadi [[menteri negara]] Urusan Minoritas oleh [[Kabinet]] [[Amir Syarifudin]], Siauw yang belum mendapatkan mobil menteri, hanya bisa naik andong ([[kereta]] [[kuda]]) untuk ke ke Istana. Tapi malang, ternyata andong dilarang memasuki halaman [[Istana]], terpaksa ia turun dari andong dan dengan jalan kaki masuk [[Keraton Yogyakarta]]. Pada saat itu ia juga terbentur dengan masalah rumah tinggal. Ternyata tidak ada perumahan pemerintah yang bisa diberikan kepadanya sebagai menteri [[negara]]. Pada saat itu, menteri yang datang dari luar Yogyakarta, boleh tinggal di [[Hotel]] Merdeka. Tapi untuk menghemat pengeluaran uang negara, Siauw memilih tinggal di gedung kementerian negara, di Jalan Jetis, Yogya, dan harus tidur di atas meja tulis.
 
Kesederhanaan hidup sehari-hari, sebagaimana biasa kemanake mana-mana hanya mengenakan baju kemeja-tangan pendek, yang lebih sering terlihat hanya berwarna putih, celana-drill pantalon dan bersepatu sandalet saja itu, beliauia harus berkali-kali dianggap sebagai orang kere yang tidak perlu dilayani oleh noni-noni pejabat administrasi kenegaraan Indonesian pada saat beliauia harus menemui Menteri-Menteri atau [[Presiden]]-[[Direktur]] [[Bank]]. Tapi, itulah pembawaan Siauw yang sangat bersahaja, yang dikagumi oleh kawan-kawan maupun lawan-lawan politiknya.
 
Salah satu warisan buah karya Siauw ialah Universitas Trisakti yang dulu didirikan oleh Baperki dengan nama Universitas Res Publika, yang kemudian diubah namanya menjadi Universitas Trisakti.
=='''Konsep Integrasi'''==
 
Pak Siauw mendirikan universitas yang pertama bernama Universitas Baperki, saya tau persis karena setelah saya lulus dari ITB, dicari professor saya untuk memberikan kuliah Differential dan Intergral, profesor itu adalah panitya pembentukan universitas Baperki, kemudian diubah menjadi Universitas Res Publika di mana saya telah tidak mengajar lagi.
 
==''' Konsep Integrasi''' ==
"Lahir di Indonesia, Besar di Indonesia menjadi Putra-Putri Indonesia" adalah [[semboyan]] yang untuk pertama-kalinya dikumandangkan [[Kwee Hing Tjiat]] melalui '''Harian MATAHARI''' di [[Semarang]] sejak tahun 1933-1934. Dan semboyan ini benar-benar menjadi keyakinan-hidup Siauw Giok Tjhan sejak masa muda, berjuang menjadi putra ter-baik Indonesia yang tidak ada bedanya dengan putra-putra Indonesia bersuku lainnya dalam usaha dan memperjuangkan kemerdekaan dan kebahagiaan hidup bersama.
 
Dalam menghadapi persoalan Tionghoa di Indonesia, Siauw Giok Tjhan menganut konsep '''Integrasi''' yaitu konsep menjadi Warga Negara dan menjadi bagian dari [[masyarakat]] Indonesia yang terdiri dari beragam [[suku]] dan [[budaya]] tanpa menghilangkan identitas budaya dan suku dari masing masing komponen masyarakat termasuk masyarakat Tionghoa. Konsep Integrasi yang diperjuangkan oleh Siauw Giok Tjhan ini sangat identik dengan teori "[[pluralisme]]" atau "[[multikulturalisme]]".
 
Menurut Siauw Giok Tjhan, Indonesian [[Race]] - Ras Indonesia - tidak ada. Yang ada adalah "Nasion" Indonesia, yang terdiri dari banyak suku bangsa. Siauw berpendapat, sejak tahun 50-an, golongan Tionghoa yang sudah bergenerasi di Indonesia, harus memperoleh status suku. Dengan demikian [[suku]] Tionghoa adalah bagian dari "Nasion" Indonesia. Berdasarkan pengertian inilah, Siauw mencanangkan konsep integrasi, sebagai metode yang paling efektif dalam mewujudkan "Nasion" Indonesia - Nasion yang ber-[[Bhineka Tunggal Ika]] - berbeda-beda tetapi bersatu. Setiap suku, termasuk [[suku Tionghoa]], harus mengintegrasikan diri mereka ke dalam tubuh "Nasion" Indonesia melalui kegiatan [[politik]], [[sosial]] dan [[ekonomi]], sehingga aspirasi "Nasion" Indonesia itu menjadi aspirasi setiap suku. Berpijak di atas prinsip ini, Siauw mengemukakan bahwa setiap suku tetap mempertahankan nama, bahasa dan kebudayaannya, tetapi bekerja sama dengan suku-suku lainnya dalam membangun Indonesia.
 
==''' Menentang Asimilasi''' ==
 
Menurut Siauw Giok Tjhan, kecintaaan seseorang terhadap Indonesia, tidak bisa diukur dari [[nama]], [[bahasa]] dan [[kebudayaan]] yang dipertahankannya, melainkan dari tindak tanduk dan kesungguhannya dalam berbakti untuk Indonesia. Konsep ini kemudian diterima oleh [[Bung Karno]] pada tahun 1963, yang secara tegas menyatakan bahwa golongan Tionghoa adalah suku Tionghoa dan orang Tionghoa tidak perlu mengganti namanya, ataupun agamanya, atau menjalankan kawin campuran dengan suku non-Tionghoa untuk berbakti kepada Indonesia.
 
Oleh karena itu Siauw Giok Tjhan menentang konsep asimilasi yang dikembangkan oleh Lembaga Pembina Kesatuan Bangsa (LPKB), dibawah kepemimpinan [[Kristoforus Sindhunata]] pada awal 1960-an. LPKB yang dimotori oleh para politisi katolik seperti [[Harry Tjan Silalahi]], [[Onghokham]] dsb mencanangkan [[asimilasi]] sebagai "[[terapi]]" penyelesaian masalah Tionghoa. Dengan asimilasi mereka bermaksud golongan Tionghoa menghilangkan ke-Tionghoaan-nya dengan menanggalkan semua [[kebudayaan]] Tionghoa, mengganti nama-nama Tionghoa menjadi nama-nama Indonesia dan kawin campur antar ras. Dengan demikian, golongan Tionghoa tidak lagi bereksistensi sebagai golongan terpisah dari golongan mayoritas. Kalau ini dijalankan, LPKB menyatakan, lenyaplah [[diskriminasi rasial]].
 
Siauw tidak menentang proses asimilasi yang berjalan secara suka-rela dan wajar. Yang ia tentang adalah proses pemaksaan untuk menghilangkan identitas sebuah golongan, karena menurutnya usaha ini bisa meluncur ke genosida, seperti yang dialami oleh golongan [[Yahudi]] pada masa [[Perang Dunia]] ke II.
 
Putra bungsu Siauw Giok Tjhan yang bernama [[Siauw Tiong Djin]] menyatakan bahwa efek samping dari penerapan konsep [[Asimilasi]] yang pada awalnya dipercaya mempunyai maksud baik, namun pada saat pelaksanaannya oleh penguasa [[Orde Baru]], kebijakan asimilasi itu dijadikan [[Undang-Undang]] dan peraturan [[pemerintah]] yang bentuknya memaksa, sehingga timbulah larangan yang kita alami selama 32 tahun tersebut. Sejarah membuktikan bahwa akibat dari itu semua akhirnya meledak pada [[tragediKerusuhan Mei '981998]], dimanadi mana terjadi pembunuhan, penjarahan dan pemerkosaan terhadap kelompok [[minoritas]] Tionghoa.
 
== BAPERKI ==
 
Siauw Giok Tjhan adalah ketua umum '''Badan Permusjawaratan Kewarganegaraan Indonesia''' (BAPERKI), sebuah [[organisasi]] [[massa]] yang didirikan pada suatu pertemuan di '''Gedung [[Sin Ming Hui]]''' di [[Jakarta]] pada 13 Maret 1954. Pertemuan ini dihadiri oleh 44 orang [[Tokoh Tionghoa]], kebanyakan dari mereka merupakan wakil dari berbagai organisasi Tionghoa, seperti '''PERWITT''' (Persatuan Warga Indonesia Turunan Tionghoa) yang berpusat di [[Kediri]], '''PERWANIT''' (Persatuan Warga Indonesia Tionghoa) yang berdiri di [[Surabaya]] dan '''PERTIP''' (Perserikatan Tionghoa Peranakan) yang berdiri di [[Makassar]]. Semua peserta adalah peranakan Tionghoa yang umumnya berpendidikan Belanda. Sebagian besar dari mereka berasal dari [[Jawa]], tetapi ada pula sebagian yang berasal dari luar Jawa, seperti [[Padang]], [[Palembang]], dan [[Banjarmasin]].
 
Mereka mewakili semua spektrum politik di Indonesia saat itu, antara lain tokoh-tokoh golongan kanan, seperti [[Khoe Woen Sioe]], [[Tan Po GoanGwan]], [[AuwyongPetrus PengKanisius Ojong|Auw Jong Peng-Koen]], Tan Siang Lian. Tokoh-tokoh golongan kiri, seperti Siauw Giok Tjhan, [[Go Gien Tjwan]] dan [[Ang JangJan Goan]], dan mereka yang bergaris netral, seperti Thio Thiam Tjong, [[Oei Tjoe Tat]], [[Yap Thiam Hien]], Tan Eng Tie, Ong King Djoen, Lim Tjong Hian dan [[Liem Koen Seng]] (adik [[Liem Koen Hian]]).
 
Siauw Giok Tjhan terpilih sebagai Ketua Umum, sementara wakil ketuanya adalah [[Oei Tjoe Tat]], Khoe Woen Sioe, The Pek Siong, dan [[Thio Thiam Tjong]]. Baperki Cabang Jakarta dibentuk pada 14 Maret 1954 dan diketuai oleh Sudarjo Tjokrosisworo (seorang [[pribumi]] Indonesia).
Baris 42 ⟶ 48:
'''Baperki''' ikut serta dalam [[Pemilu 1955]] untuk memilih anggota [[DPR]] (29 September 1955) dan anggota Konstituante (15 Desember 1955). Dalam kedua pemilu ini, '''Baperki''' memperoleh 178.887 untuk [[DPR]] dan 160.456 untuk [[Konstituante]], atau 70% suara dari golongan Tionghoa di Jawa. Dengan jumlah suara sebanyak ini, Baperki berhasil memperoleh satu kursi di DPR dan mendudukkan Siauw Giok Tjhan sebagai wakilnya.
 
Pada tahun 1958 '''Jajasan Pendidikan dan Kebudajaan Baperki''' mulai berpikir untuk mendirikan sebuah perguruan tinggi. Maka pada tahun itu dibukalah Akademi [[Fisika]] dan [[Matematika]] yang tujuan utamanya adalah mendidik guru-guru sekolah menengah. Setelah itu, pada 1959, dibuka pula [[Kedokteran]] [[Gigi]] (September), dan Teknik (November). Pada 1962 dibuka Fakultas [[Kedokteran]] dan [[Sastra]]. [[Rektor]] pertama Universitas Baperki ini adalah [[Ferdinand Lumban Tobing]], seorang [[dokter]] yang pernah menjadi menteri dalam beberapa kabinet dipada masa demokrasi parlementer.
 
Pada 1962, nama Universitas '''Baperki''' diubah menjadi Universitas Res Publica yang biasa disingkat sebagai '''URECA''', dengan cabang-cabang di berbagai kota di Jawa dan [[Sumatra]]. Setelah peristiwa [[G30S]], Universitas Res Publica ditutup, dan gedungnya diambil alih oleh pemerintah. '''URECA''' di Jakarta kemudian dibuka kembali dengan kepengurusan yang baru, dengan nama Universitas Trisakti.
Baris 48 ⟶ 54:
Untuk Konstituante, Baperki diwakili oleh Siauw Giok Tjhan, Oei Tjoe Tat, Yap Thiam Hien, [[Go Gien Tjwan]], Liem Koen Seng, Oei Poo Djiang, Jan Ave dan C.S. Richter. Dua nama terakhir adalah wakil-wakil Baperki untuk golongan Indo.
 
Setelah tragedi [[Gerakan 30 September|Gerakan 30 September 1965]], Baperki dibubarkan oleh pemerintah Orde Baru karena dituduh sebagai onderbouw [[Partai Komunis Indonesia]]. Sejumlah aktivisnya, seperti Siauw Giok Tjhan dan Oei Tjoe Tat dijebloskan ke [[penjara]] tanpa pernah diadili.
 
== Partai Tionghoa Indonesia ==
 
Siauw Giok Tjhan memasuki kancah politik nasional Indonesia melalui proses pembentukan '''Partai Tionghoa Indonesia''' (PTI) yang dipelopori oleh Liem Koen Hian pada tahun [[1932]]. Berusia 18 tahun, Siauw menjadi salah seorang pendiri PTI termuda. PTI berkembang sebagai aliran terbaru di dalam komunitas Tionghoa di zaman Hindia Belanda. Ia mendorong semua Tionghoa di kawasan [[Hindia Belanda]], terutama yang lahir di sana, untuk menerima Indonesia sebagai tanah airnya. Argumentasinya, menurut perspektif masa kini, sangat masuk di akal. Orang Tionghoa pada umumnya lahir, hidup dan meninggal di Indonesia. Setelah hidup bergenerasi, kaitan dengan [[Tiongkok]] semakin berkurang.
 
PTI mendukung berdirinya '''GERINDO''' (Gerakan Rakyat Indonesia) pada tanggal 18 Mei 1937, yang berdasarkan keputusan [[Kongres]] di [[Palembang]], menerima Oei Gee Hwat (Sekretaris Pengurus Besar PTI) menjadi salah seorang pengurus '''GERINDO'''. Ketika itu, [[GERINDO]] dibawah pimpinan [[A.K. Gani]], [[Amir Sjarifoeddin|Amir Syarifudin]], [[Moh.Mohammad Yamin]] dll.dan lain lain melanjutkan usaha perjuangan tokoh-tokoh [[PNI]], [[Partindo]], yang di-[[Digul]]-kan dan masih dalam pembuangan. Jadi, GERINDO menjalankan garis demokrasi yang mengutamakan perlawanan terhadap [[fasisme]] dan tidak mempersoalkan warna-kulit yang berbeda, bisa membuka pintu untuk menerima etnis Tionghoa.
 
== Perkawinan Sosialisme dan Kapitalisme ==
 
Siauw Giok Tjhan dianggap sebagai tokoh yang memperjuangkan hak komunitas Tionghoa. Akan tetapi sebenarnya ia senantiasa bersandar atas prinsip yang dianugrahi PTI sejak tahun 1932, yaitu pemecahan masalah Tionghoa tidak terpisahkan dari masalah [[nasional]] Indonesia. Karena prinsip ini, Siauw Giok Tjhan kerap melontarkan pandangan-pandangan, di dalam bidang politik, sosial dan ekonomi, yang sifatnya membenahkan struktur Indonesia secara keseluruhan.
 
Pada tahun 1950-an, Siauw tekun menyebar-luaskan pandangannya dalam hal pengembangan [[ekonomi domestik]]. Pada hakekatnya, ia menganjurkan dilaksanakannya sebuah kebijakan ekonomi [[pemerintah]] yang menyuburkan pada usaha yang dikelola oleh para pedagang Indonesia tanpa memandang latar belakang ras si [[pedagang]].
 
Argumentasinya, [[modal]] domestik ini sangat dibutuhkan untuk membangun ekonomi Indonesia dan pengkonsolidasian usaha domestik akan mempercepat kemakmuran yang bisa diarahkan kemerataannya.
 
Siauw menentang digalakkannya usaha-usaha raksasa yang dikelola oleh kekuatan [[multi-nasional]] karena menurutnya keuntungan usaha semacam ini, yang diperoleh dari [[exploitasieksploitasi]] kekayaan negara akan ditarik keluar dari Indonesia. Ia beranggapan kebijakan ekonomi yang membunuh usaha domestik dan membangun jaringan multi-nasional akan merugikan Indonesia.
 
Bilamana modal domestik dikembangkan, ia berargumentasi, keuntungan yang diperoleh akan dipergunakan oleh para pengusaha domestik untuk mengembangkan usahanya, sehingga Indonesia secara keseluruhan memperoleh faedahnya.
Pandangan ekonomi digambarkan di atas sebenarnya mencanangkan "perkawinan" antara paham [[sosialisme]] dan [[kapitalisme]]. Ia menginginkan kapitalisme skala domestik berkembang untuk mempercepat proses perwujudan sosialisme ala Indonesia.
 
Pada tahun 1950-an, pandangan ekonomi Siauw cukup banyak ditentang oleh beberapa [[tokoh]] [[PKI]] di parlemen, seperti [[Sakirman]]. Mereka mempromosikan konsep ekonomi sosialisme yang menghendaki kapitalisme dikikis habis.
 
Kedekatan Siauw dengan [[Bung Karno]] dan para tokoh politik di zaman [[Demokrasi Terpimpin]] memungkinkan pandangan ekonomi ini masuk ke dalam kebijakan ekonomi yang tercantum di dalam [[Garis Besar Haluan Negara]] [[(GBHN)]] tahun 1964.
 
Sayangnya kebijakan ini tidak pernah dilaksanakan karena kebijakankekuasaan politik beralih ke tangan [[Soeharto]] lebih diarahkantertarik untukke menyuburkanarah usaha-usaha multi-nasional dan pelaksanaan kebijakan ini dinodai oleh praktek-praktek [[KKN]]Kapitalisme.
 
<!-- diarahkan untuk menyuburkan usaha-usaha multi-nasional dan pelaksanaan kebijakan ini dinodai oleh praktik-praktik [[KKN]].
[[Kebijakan ekonomi]] Indonesia memang tidak bisa dikatakan sepenuhnya searah dengan apa yang pernah dicanangkan Siauw. Pengembangan usaha domestik dianjurkan berkembang dan memperoleh penekanan secara struktural yang cukup menggembirakan.
 
[[Kebijakan ekonomi]] Indonesia memang tidak bisa dikatakan sepenuhnya searah dengan apa yang pernah dicanangkan Siauw. Pengembangan usaha domestik dianjurkan berkembang dan memperoleh penekanan secara struktural yang cukup menggembirakan.
Pelaksanaannya masih jauh dari sempurna dan kepincangan [[export]] dan [[import]] kian menunjukkan bahwa keseriusan dalam bidang ini tidak nampak. Berbeda dengan kebijakan ekonomi yang dirangkul oleh [[Republik Rakyat Tiongkok]]. Perkawinan ekonomi sosialisme dan kapitalisme yang berlangsung di RRT telah memungkinkan ia mempercepat proses kemakmuran di dalam negeri dan ia berkembang sebagai kekuatan ekonomi dunia yang terpandang.
 
Pelaksanaannya masih jauh dari sempurna dan kepincangan [[exportekspor]] dan [[importimpor]] kian menunjukkan bahwa keseriusan dalam bidang ini tidak nampak. Berbeda dengan kebijakan ekonomi yang dirangkul oleh [[Republik Rakyat TiongkokCina]]. Perkawinan ekonomi sosialisme dan kapitalisme yang berlangsung di RRT telah memungkinkan ia mempercepat proses kemakmuran di dalam negeri dan ia berkembang sebagai kekuatan ekonomi dunia yang terpandang.
Siauw Giok Tjhan diingat orang sebagai seorang tokoh yang senantiasa memiliki ke-positif-an di dalam arti sesungguhnya. Akan tetapi, ia pasti kecewa melihat masih belum terwujudnya beberapa impian yang ia perjuangkan. Indonesia yang dicintainya masih belum sepenuhnya berbentuk a [[citizenhip based nation]].
 
Siauw Giok Tjhan diingat orang sebagai seorang tokoh yang senantiasa memiliki ke-positif-an di dalam arti sesungguhnya. Akan tetapi, ia pasti kecewa melihat masih belum terwujudnya beberapa impian yang ia perjuangkan. Indonesia yang dicintainya masih belum sepenuhnya berbentuk a [[citizenhip based nation]].
Praktek-praktek [[diskriminasi]] masih meraja-lela. Pelaksanaan hukum masih menyimpang dari prinsip [[Rule of Law]]. KKN masih tetap meraja-lela sehingga kemakmuran yang merata tidak terwujud. Dan sebagian besar komunitas Tionghoa masih tetap apatis terhadap perjuangan politik untuk memperbaiki Indonesia secara keseluruhan yang sebenarnya menjamin perbaikan nasibnya sendiri.
 
PraktekPraktik-praktekpraktik [[diskriminasi]] masih meraja-lelamerajalela. Pelaksanaan hukum masih menyimpang dari prinsip [[Rule of Law]]. KKN masih tetap meraja-lela sehingga kemakmuran yang merata tidak terwujud. Dan sebagian besar komunitas Tionghoa masih tetap apatis terhadap perjuangan politik untuk memperbaiki Indonesia secara keseluruhan yang sebenarnya menjamin perbaikan nasibnya sendiri. -->
Kiranya kekecewaan yang disinggung merupakan cambuk bagi generasi muda untuk meneruskan perjuangan Siauw.
 
 
 
 
{{DEFAULTSORT:Siauw, Giok Tjhan}}
[[Kategori:Kelahiran 1914]]
[[Kategori:Kematian 1981]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Jawa TimurJakarta]]
[[Kategori:Tokoh dari Surabaya]]
[[Kategori:Tahanan politik Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
[[Kategori:TahananTokoh politiksosialis Indonesia]]
[[Kategori:TokohAnggota SosialisDPR IndonesiaRI 1956–1959]]
[[Kategori:Anggota Konstituante Republik Indonesia]]
[[Kategori:Anggota Dewan Pertimbangan Agung]]