Sejarah Banyumas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Yakub Herawan (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Super Hylos (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(16 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Batu_elemen_sebuah_bangunan.jpg|jmpl|Dugaan sebuah batu bagian dari elemen konstruksi bangunan kadipaten pertama Banyumas]]
'''Sejarah Banyumas''' adalah sejarah tentang perkembangan daerah [[kabupaten Banyumas]]''' sebagaidi suatu[[Jawa wilayahTengah]]. Banyumas sebagai pemerintahan, diyakinilokal terbentuksudah padaberdiri abadsejak ke-16;zaman yalah[[Kemaharajaan padaMajapahit|Majapahit]], dengan penguasa yang terkenal yaitu masaAdipati kekuasaanWirasaba [[SultanMarga HadiwijayaUtama]] dari(Kaduhu). Pada zaman [[Kesultanan PajangDemak|Demak]], wilayah Banyumas kemudian dipimpin oleh seorang kepercayaan [[Raden Patah]] yang bernama Adipati Pasirluhur [[Pangeran Senapati Mangkubumi I]]. Merujuk pada cerita-cerita rakyat setempat, yakni ''[[Babad Pasir]]'' (atau ''Babad Pasirluhur'') dan ''[[Babad Banyumas]]'', sebelumnya wilayah ini merupakan bagian dari [[Kadipaten Pasirluhur]] dan juga [[Kadipaten Wirasaba]].
{{Lihat pula|Sejarah Cilacap}}
 
<onlyinclude>
=== Cerita Pasirluhur ===
''Babad Pasir'' pada intinya berisi ceritera mengenai kisah masa muda tiga putera [[Prabu Siliwangi]], yakni [[Raden Banyakcatra]] atau Arya Banyakcatra, [[Raden Banyakblabur]], dan [[Raden Banyakngampar]].<ref>{{aut|Knebel, J.}} 1898. "Babad Pasir, volgens een Banjoemaasch Handschrift". ''Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap der Kunsten en Wetenschappen'', [http://www.biodiversitylibrary.org/item/128095#page/11/mode/1up deel '''LI''']. Batavia:Egbert Heemen, 1779-1922.</ref> Banyakcatra pergi meninggalkan kerajaannya untuk mencari puteri yang diidamkannya, hingga tiba di Kadipaten Pasirluhur (di sebelah barat [[Purwokerto]] sekarang), yang ketika itu berada di bawah pemerintahan Adipati Kandadhaha. Tertarik dengan Dewi Ciptarasa, puteri Adipati Kandadhaha, Arya Banyakcatra kemudian menyamar menjadi orang biasa dengan nama Kamandaka. Namun sang Adipati belakangan tidak menyetujui hubungan yang terjalin antara Kamandaka dengan Dewi Ciptarasa.
{{utama|Babad Pasir}}
''Babad Pasir'' pada intinya berisi ceriteralegenda mengenai kisah masa muda tiga putera [[Prabu Siliwangi]], yakni [[Raden Banyakcatra]] atau Arya Banyakcatra, [[Raden Banyakblabur]], dan [[Raden Banyakngampar]].<ref>{{aut|Knebel, J.}} 1898. "Babad Pasir, volgens een Banjoemaasch Handschrift". ''Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap der Kunsten en Wetenschappen'', [http://www.biodiversitylibrary.org/item/128095#page/11/mode/1up deel '''LI''']. Batavia :Egbert Heemen, 1779-1922.</ref> Banyakcatra pergi meninggalkan kerajaannya untuk mencari puteri yang diidamkannya, hingga tiba di Kadipaten Pasirluhur (di sebelah barat [[Purwokerto]] sekarang), yang ketika itu berada di bawah pemerintahan Adipati Kandadhaha. Tertarik dengan Dewi Ciptarasa, puteri Adipati Kandadhaha, Arya Banyakcatra kemudian menyamar menjadi orang biasa dengan nama Kamandaka. Namun sang Adipati belakangan tidak menyetujui hubungan yang terjalin antara Kamandaka dengan Dewi Ciptarasa.
 
Setelah melalui berbagai petualangan, termasuk menyamar sebagai [[Lutung Kasarung]]; bertarung dengan adiknya, Banyakngampar yang menyamar dengan nama Silihwarni; dan bertempur dengan Raja Pulebahas dari [[Nusa Kambangan]]; pada akhirnya Kamandaka diterima sebagai menantu Adipati Kandadhaha, setelah penyamarannya terbuka dan diketahui jati dirinya sebagai putera raja. Pada saatnya, Arya Banyakcatra mewarisi kedudukan mertuanya sebagai Adipati Pasirluhur. Sementara Arya Banyakngampar menjadi adipati di wilayah Dayeuhluhur ([[Majenang, Cilacap]] sekarang).
 
Berselang beberapa generasi, diceritakan bahwa salah satu keturunan Arya Banyakcatra yang menjadi penguasa Pasirluhur, yakni Banyakbelanak, diislamkan oleh [[Raden Patah]], penguasa [[Demak]], melalui seorang wali yang bergelar Pangeran Makdum.<ref>{{aut|Knebel, J.}} ''op cit.'' [http://www.biodiversitylibrary.org/item/128095#page/134/mode/1up p.114]</ref> Adipati Banyakbelanak kemudian menjadi bawahan Demak yang setia dan banyak melakukan perjalanan untuk mengislamkan wilayah bagi kepentingan Demak, ke barat dan ke timur hingga ke wilayah Gagelang, Pranaraga ([[Ponorogo]]) dan [[Pasuruan]]. Oleh penguasa Demak ia kemudian diberi kekuasaan atas wilayah pedalaman, mulai dari ''Udug-udug Krawang'' hingga ''tugu mengangkang'' ([[Gunung Sindara|Sundoro]]-[[Gunung Sumbing|Sumbing]]), dan digelari Pangeran Senapati Mangkubumi.<ref>{{aut|Knebel, J.}} ''op cit.'' [http://www.biodiversitylibrary.org/item/128095#page/144/mode/1up p.124]</ref><ref name=graaf>{{aut|[[Hermanus Johannes de Graaf|Graaf, H.J. de]] & [[Theodoor Gautier Thomas Pigeaud|Th.G.Th. Pigeaud]]}}. 2001. ''Kerajaan Islam Pertama di Jawa, tinjauan sejarah politik abad XV dan XVI''. (terj., ed.rev.) Jakarta :Pustaka Utama Grafiti & KITLV.</ref>{{rp|47}} Akan tetapi puteranya, yang kemudian naik menjadi penguasa Pasirluhur dan bergelar Adipati Tole, murtad dari agama [[Islam]] sehingga kemudian diserang oleh penguasa Demak yang baru, Pangeran [[Trenggana]], dan kemudian posisinya digantikan oleh salah seorang kerabatnya.<ref name=graaf/>{{rp|64}}<ref>{{aut|Knebel, J.}} ''op cit.'' [http://www.biodiversitylibrary.org/item/128095#page/145/mode/1up p.125].</ref><ref name=graaf/>{{rp|64}}
 
== Lahirnya Banyumas ==
{{utama|Babad Banyumas}}
Menurut ''Babad Banyumas'', wilayah Banyumas sebelumnya termasuk bagian dari wilayah Wirasaba (sekarang terletak di [[Wirasaba, Bukateja, Purbalingga|Purbalingga]]). Adalah pada masa Adipati Wirasaba yang ke-7, yakni Adipati Wargohutomo (atau Adipati Warga Utama) ke-II yang memiliki nama muda R. Joko Kaiman, ketika wilayah Wirasaba dibagi menjadi empat daerah.<ref name=sudar>{{aut|Sudarmo, M.W.R. & B.S. Purwoko}}. 2009. ''Sejarah Banyumas Dari Masa ke Masa''.</ref>{{rp|86}}<ref name=heru>{{aut|Herusatoto, B.}} 2008. ''Banyumas: sejarah, budaya, bahasa, dan watak''. Yogyakarta :LKiS. [https://books.google.co.id/books?id=h-8_if2Cwf8C&pg=PA26#v=onepage&q&f=false hlm.26].</ref> Joko Kaiman adalah putera Arya Banyaksasra dari Pasirluhur.<ref name=sudar/>{{rp|89}}
 
Penguasa Wirasaba sebelumnya, Adipati Wargohutomo I, mati dibunuh oleh utusan [[Sultan Hadiwijaya]] dari [[Pajang]] pada tahun 1578.<ref>{{aut|[[Hermanus Johannes de Graaf|Graaf, H.J. de]]}}. 1954. "De regering van Panembahan Sénapati Ingalaga". ''Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde'' [http://booksandjournals.brillonline.com/content/books/9789004286351?showFullText=pdf deel '''XIII''']. s'Gravenhage - Martinus Nijhoff.</ref>{{rp|foot.p65}}<ref name=graaf/>{{rp|240}} Akan tetapi menantunya, R. DjokoJoko Kaiman, dikukuhkan oleh Sultan Pajang sebagai penggantinya, dengan gelar Adipati Wargohutomo II. Meski demikian wilayahnya kemudian dibagi menjadi empat, yakni:<ref name=sudar/><ref name=heru/>
* Wirasaba (lk. [[Purbalingga]] sekarang)
* Banjar Petambakan ([[Banjarnegara]])
Baris 18 ⟶ 23:
Joko Kaiman berkedudukan di Kejawar, dan menjadi pemuka (''wedana bupati'') bagi ketiga wilayah lainnya. Karena membagi empat wilayahnya, Joko Kaiman juga dikenal sebagai Adipati Mrapat.<ref name=sudar/>{{rp|99}}
 
Pengukuhan Joko Kaiman sebagai Adipati Wirasaba ke-7 oleh Sultan Hadiwijaya diyakini terjadi pada hari bulan 12 Rabi'ul Awwal 990 H atau 6 April 1582 M. Tanggal inilah yang ditetapkan sebagai hari jadi [[Kabupaten Banyumas]].<ref name=sudar/>
Berdasarkan penelitian dan telaah yang mendalam, terdapat sebuah Naskah yang sangat penting dan menentukan dalam kaitannya penelusuran sumber sejarah untuk menentukan kapan hari jadi Kabupaten Banyumas yang sebenarnya, naskah tersebut dikenal dengan nama: “Naskah Kalibening”.
</onlyinclude>
 
== Referensi ==
Naskah Kalibening mencatat suatu peristiwa yang berkaitan dengan penyerahan upeti kepada Sultan Pajang pada tanggal 27 Pasa hari Rabu sore. Memang diakui bahwa teks Kalibening cenderung anonim, artinya tokoh yang diceritakan tidak disebutkan namanya, tetapi jati diri tokoh-tokoh itu bisa diinterpretasikan melalui perbandingan dengan teks-teks yang lain. Teks Kalibening menyebut peristiwa penyerahan upeti itu juga berkaitan dengan “Sang Mertua” (rama), sehingga tanggal tersebut dapat dipakai sebagai patokan hari jadi Kabupaten Banyumas. Sedangkan angka tahun yang dipakai adalah berdasarkan kesaksian teks yang dikandung oleh Naskah Krandji-Kedhungwuluh dan catatan tradisi pada Makam Adipati Mrapat di Astana Redi Bendungan (Dawuhan) yang menyatakan bahwa tahun 1571 adalah awal kekuasaan Adipati Mrapat (R. Joko Kaiman), dan tahun 1571-1582 adalah periode kekuasaan Adipati Mrapat.
Berdasarkan sumber-sumber tersebut, maka tanggal 27 Pasa tahun Masehi 1571 bisa ditetapkan sebagai hari jadi. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa bulan Ramadhan pada tahun 1571 Masehi jatuh pada tahun 978 H. Setelah dihitung, maka ditemukan tanggal 27 Ramadhan 978 H dan setelah dikonversikan dengan tahun Masehi, maka ditemukan tanggal 22 februari 1571 Masehi yang bertepatan dengan Kamis Wage (Rabu sore).
 
Tanggal 27 Ramadhan 978 H atau tanggal 22 februari 1571 Masehi, ditentukan sebagai patokan hari jadi Kabupaten Banyumas berdasarkan perhitungan tanggal dan hari dimana R. Joko Kaiman (Adipati Mrapat) yang bergelar Adipati Warga Utama II diangkat atau ditetapkan oleh Sultan Pajang sebagai Adipati Wirasaba VII menggantikan rama mertuanya yaitu Adipati Warga Utama I (Adipati Wirasaba VI).
 
R. Joko Kaiman yang telah diangkat menjadi Adipati Wirasaba VII, beliau membagi daerah kekuasaannya menjadi empat (sehingga R. Joko Kaiman terkenal dengan nama Adipati Mrapat), yaitu:
a. Banjar Pertambakan diberikan kepada Kiai Ngabehi Wirayudo.
b. Merden diberikan kepada Kiai Ngabehi Wirakusumo.
c. Wirasaba diberikan kepada Kiai Ngabehi Wargawijoyo.
d. Sedangkan beliau merelakan kembali ke Banyumas dengan maksud mulai membangun pusat pemerintahan yang baru.
 
Daerah yang pertama kali dibangun sebagai pusat pemerintahan ialah hutan Tembaga sebelah barat laut daerah Kejawar dan sekarang terletak di pertemuan Sungai Banyumas dan Sungai Pasinggangan di Desa Kalisube dan Desa Pekunden Kecamatan Banyumas.
 
Catatan:
 
Tanggal 27 Pasa (27 Ramadhan) yang tercantum dalam Babab Banyumas Kelibening yang berasal dari Naskah abad ke-16 atau 17 Masehi.
 
Sugeng Priyadi. 1991. “Babad Banyumas Kalibening.”Laporan Penelitian. Purwokerto: IKIP Muhammadiyah Purwokerto.
 
Keterangan: Yang dimaksud Sang Mertua (rama) adalah Adipati Warga Utama I (Adipati Wirasaba VI) atau juga dikenal dengan sebutan Adipati Sedo Bener. Adipati Warga Utama I adalah mertua dari R. Joko Kaiman (Adipati Mrapat) yang bergelar Adipati Warga Utama II. .<ref name=sudar/>{{rp|100}}
 
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
 
[[Kategori:Sejarah kabupaten di Indonesia]]
[[Kategori:Kabupaten Banyumas]]