Kasada: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.3
Desy Cristalia (bicara | kontrib)
#1Lib1Ref #1Lib1RefID
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Hindu}}
'''Hari Raya Yadnya Kasada''' atau Pujan Kasada adalah sebuah hari upacara sesembahan berupa persembahan sesajen kepada [[Sang Hyang Widhi]] dalam manifestasinya sebagai Batara Brahma ([[Brahma]]; dewa api). Istilah yadnya dipopulerkan setelah orang Tengger menganut agama [[Hindu Dharma]]. Sebelumnya upacara ini disebuh Riyaya (Hari Raya) Kasada yang terdiri dari Labuh Kasada (acara di Bromo) dan Pujan Kasada yang dilaksanakan sehari setelah Labuh Kasada. Setiap bulan ke-12 (Kasada) hari-14 dalam [[penanggalan Tengger]] diadakan upacara sesembahan atau sesajen untuk [[Sang Hyang Widhi]] dan para leluhur (Dewa Kusuma), yang diyakini berasal dari kisah [[Rara Anteng]] (Putri Raja Majapahit) dan [[Jaka Seger]] (Putra Brahmana). Begitulah legenda yang populer tertulis di media massa dan internet. Meskipun sebenarnya cerita Rara Anteng dan Jaka Seger yang asli dibacakan tiap acara Kasada oleh Kepala Dukun Tengger tidak menyebutkan mengenai Raja Majapahit atau Putra Brahmana.
 
Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek cerita, pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah denganden gan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api.
 
Raden Kusuma, anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke kawah Bromo, bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib, ''"Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Sang Hyang Widhi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Sang Hyang Widhi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji kepada Sang Hyang Widhi di kawah Gunung Bromo"''. Kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo.
Baris 15:
 
=== Mandala Utama ===
Mandala Utama disebut juga jeroan yaitu tempat pelaksanaan pemujaan persembahyangan.<ref>{{cnCite book|last=Pilang|first=Santo Saba|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/BALI_BUKAN_INDIA/i03rDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Mandala+Utama+disebut+juga+jeroan+yaitu+tempat+pelaksanaan+pemujaan+persembahyangan&pg=PA144&printsec=frontcover|title=Bali Bukan India|isbn=978-602-61844-5-0|pages=144|url-status=live}}</ref> Mandala itu sendiri terdiri dari Padma berfungsi sebagai tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Esa. Padma bentuknya serupa candi yang dikembangkan lengkap dengan pepalihan, tidak memakai atap yang terdiri dari bagian kaki yang disebut tepas, badan/batur dan kepala yang disebut sari dilengkapi dengan Bedawang Nala, Garuda, dan Angsa.
 
Bedawang Nala melukiskan kura-kura raksasa mendukung padmasana, dibelit oleh seekor atau dua ekor naga, garuda dan angsa posisi terbang di belakang badan padma yang masing-masing menurut mitologi melukiskan keagungan bentuk dan fungsi padmasana.