Waruga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambah Kategori:Sarkofagus menggunakan HotCat
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(39 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Waruga grave3.jpg|jmpl|Waruga]]
'''Waruga''' adalah kubur atau [[kuburan|makam]] leluhur [[suku Minahasa|orang Minahasa]] yang terbuat dari [[batu]] dan terdiri dari dua bagian. Bagian atas berbentuk [[segitiga]] seperti bubungan rumah dan bagian bawah berbentuk kotak yang bagian tengahnya ada ruang.
'''Waruga''' adalah kuburan kuno orang [[Suku Minahasa|Minahasa]] yang terbuat dari dua batu berbentuk segitiga dan kotak.{{Sfn|Hein|2019|p=160}} Keberadaannya memberitahukan tentang kebudayaan manusia di [[Minahasa (disambiguasi)|Minahasa]] pada masa lampau serta perkembangan teknologinya.{{Sfn|Hein|2019|p=160}} Waruga awalnya digunakan sebagai tempat penguburan dan pelaksanaan ritual kematian dalam kepercayaan [[animisme]] dan [[dinamisme]] serta sebagai perlambang seni masyarakat Minahasa.{{Sfn|Pangkey dan Gustami|2005|p=265}} Pada masa kini, waruga dijadikan sebagai objek wisata pendidikan dan kebudayaan.{{Sfn|Marzuki|2011|p=86}}
 
== SejarahBentuk ==
Waruga berasal dari [[bahasa Tombulu]] yaitu kata ''wale'' dan ''ruga. Wale'' berarti rumah, sedangkan ''ruga'' berarti hancur atau terbongkar. Penamaan ini didasari oleh bentuk waruga yang menyerupai rumah dan fungsinya adalah sebagai rumah penghancur [[Jenazah|jasad]].{{Sfn|Pangkey dan Gustami|2005|p=264}} Waruga terbuat dari batu yang terbagi menjadi bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas berbentuk segitiga dan menyerupai [[Bubungan Tinggi|bubungan]] rumah, sedangkan bagian bawah berbentuk segi empat. Bagian atas merupakan penutup kubur, sedangkan bagian bawah menjadi tempat penguburan jenazah.{{Sfn|Mangolo, Sukaatmadja, dan Pujaastawa|2017|p=122}} Batu yang dibuat menjadi waruga merupakan jenis batu lava basal yang semakin kuat bila berada di tempat terbuka.{{Sfn|Sopacoly, Lattu, dan Timo|2019|p=227}} Waruga terbagi menjadi ukuran kecil, sedang, dan besar. Ukuran kecilnya adalah 50 [[Sentimeter|cm]] × 50 cm × 100 cm. Ukuran sedangnya adalah 100 cm × 100 cm × 150 cm. Sedangkan ukuran besarnya adalah 150 cm × 100 cm × 145 cm. Batu untuk membuat waruga diperoleh dari letusan [[Gunung Klabat]] dan [[Gunung Lokon]].{{Sfn|Manus|2012|p=372}}
Mula-mula [[Suku Minahasa]] jika mengubur orang meninggal sebelum ditanam terlebih dulu dibungkus dengan daun woka (sejenis janur). Lambat laun, terjadi perubahan dalam kebiasaan menggunakan [[daun]] woka. Kebiasaan dibungkus daun ini berubah dengan mengganti wadah rongga [[pohon]] [[kayu]] atau nibung kemudian orang meninggal dimasukkan ke dalam rongga [[pohon]] lalu ditanam dalam tanah. Baru sekitar abad IX Suku Minahasa mulai menggunakan waruga. Orang yang telah meninggal diletakkan pada posisi menghadap ke [[utara]] dan didudukkan dengan [[tumit]] kaki menempel pada [[pantat]] dan [[kepala]] mencium [[lutut]]. Tujuan dihadapkan ke bagian Utara yang menandakan bahwa nenek moyang Suku Minahasa berasal dari bagian Utara. Sekitar tahun [[1860]] mulai ada larangan dari Pemerintah Belanda menguburkan orang meninggal dalam waruga.
 
== Ornamen ==
Kemudian di tahun [[1870]], Suku Minahasa mulai membuat peti mati sebagai pengganti waruga, karena waktu itu mulai berjangkit berbagai [[penyakit]], di antaranya penyakit [[tipus]] dan [[kolera]]. Dikhawatirkan, si meninggal menularkan [[bibit penyakit]] tipus dan kolera melalui celah yang terdapat di antara badan waruga dan cungkup waruga. Bersamaan dengan itu pula, agama [[Kristen]] mengharuskan mayat dikubur di dalam [[tanah]] mulai menyebar di [[Minahasa]]. Waruga yang memiliki ukiran dan [[relief]] umumnya terdapat di Tonsea. Ukiran dan relief tersebut menggambarkan berapa jasad yang tersimpan di waruga yang bersangkutan sekaligus menggambarkan mata pencarian atau pekerjaan orang tersebut semasa hidup.
Waruga memiliki ornamen yang beragam dengan motif utamanya yaitu manusia, tanaman, hewan, dan bentuk [[geometri]]. Motif berupa manusia diukir dengan berbagai peristiwa kehidupannya, seperti melahirkan, menari dan berpakaian. Motif tanaman menampilkan buah-buahan, pepohonan, dedaunan dan [[bunga matahari]]. Motif hewan menampilkan ukiran berbentuk ular, anjing, [[Celepuk sulawesi|burung manguni]] dan [[anoa]]. Sedangkan motif geometri menampilkan bentuk tumpal, [[pilinan ganda]], [[meander]], dan [[swastika]].{{Sfn|Pangkey dan Gustami|2005|p=265–266}}
 
== Penempatan ==
Di Minahasa bagian utara, pada awalnya waruga-waruga yang ada tersebar yang akhirnya dikumpulkan pada satu tempat. Saat ini waruga yang tersebar tersebut dikumpulkan di Desa Sawangan, Kabupaten Minahasa Utara, yaitu sebuah desa yang terletak di antara [[Tondano]] (ibukota Kabupaten Minahasa) dengan [[Airmadidi]] (ibukota Kabupaten Minahasa Utara). Kini lokasi waruga-waruga di Desa Sawangan tersebut menjadi salah satu tujuan [[wisata]] sejarah di [[Sulawesi Utara]].
Kompleks waruga banyak ditemukan di [[Kabupaten Minahasa Utara]].{{Sfn|Marzuki|2011|p=79}} Pada awalnya, waruga tersebar hampir di seluruh wilayah Minahasa. Pada tahun 1817, waruga disatukan menjadi kompleks di beberapa tempat.{{Sfn|Mangolo, Sukaatmadja, dan Pujaastawa|2017|p=122}} Ada waruga yang masih dalam keadaan utuh dan ada yang telah rusak. Penempatannya ada yang berkelompok pada satu lokasi tertentu dan ada pula yang terpisah di kebun atau halaman rumah penduduk.{{Sfn|Marzuki|2011|p=78–79}} Seluruh bagian waruga berada di atas tanah.{{Sfn|Manus|2012|p=372}} Pada bagian dalam waruga terdapat berbagai barang yang menjadi bekal bagi jenazah yang dikubur. Barang-barang ini merupakan barang milik jenazah semasa hidupnya.{{Sfn|Sopacoly, Lattu, dan Timo|2019|p=227}} Posisi mayat menyerupai posisi jongkok. Mayat didudukkan dengan kepala menyentuh lutut dan tumit menyentuh pantat.{{Sfn|Sopacoly, Lattu, dan Timo|2019|p=228}}
 
== Kegunaan ==
{{kematian-stub}}
Waruga digunakan sebagai tempat penguburan dan pelaksanaan ritual kematian. Keberadaannya mewakili kepercayaan masyarakat Minahasa pada masa lalu, yaitu animisme dan dinamisme. Selain itu, waruga juga menjadi perlambang seni masyarakat Minahasa baik secara sosial maupun secara individu.{{Sfn|Pangkey dan Gustami|2005|p=265}} [[Ornamen (arsitektur)|Ornamen]] yang ada pada tiap waruga digunakan sebagai pengusir roh jahat, simbol kemakmuran atau pekerjaan dari jenazah semasa hidupnya.{{Sfn|Pangkey dan Gustami|2005|p=266–267}}
 
Waruga telah digunakan sejak abad ke-10 Masehi sebagai alat [[Kuburan massal|pekuburan massal]]. Penggunaannya mulai berakhir bersamaan dengan beralihnya kepercayaan sebagian besar masyarakat Minahasa ke agama [[Kekristenan|Kristen]].{{Sfn|Marzuki|2011|p=79}} Penggunaan waruga dimulai dari daerah [[Likupang Timur, Minahasa Utara|Likupang]], kemudian menyebar ke [[Tonsea]]. Setelah itu, waruga digunakan hingga ke [[Kabupaten Minahasa]], [[Kabupaten Minahasa Selatan]], [[Kabupaten Minahasa Tenggara]], dan [[Kota Tomohon]], Pada awal abad ke-20 Masehi, waruga tidak lagi digunakan sebagai alat untuk mengubur jenazah, tetapi dimanfaatkan sebagai objek wisata dan [[cagar budaya]].{{Sfn|Sopacoly, Lattu, dan Timo|2019|p=226}}
[[Kategori:Suku Minahasa]]
 
== Pemaknaan ==
Masyarakat Minahasa meyakini bahwa kematian merupakan awal meuju ke dunia lain. Mereka meyakini bahwa jenazah akan dijemput oleh roh leluhurnya, sehingga memerlukan bekal perjalanan.{{Sfn|Manus|2012|p=389}} Waruga dijadikan sebagai tempat bersemayam sementara untuk para roh leluhurnya. Kualitas ukiran dari waruga ditentukan oleh jasa orang yang dikubur di dalamnya. Semakin berjasa seseorang, maka semakin bagus ukiran yang dibuatkan untuknya.{{Sfn|Sopacoly, Lattu, dan Timo|2019|p=219}} Waruga dijadikan sebagai alat pemersatu orang Minahasa dalam menyembah [[Tuhan]] dan menghormati leluhur serta memberikan kesadaran tentang pentingnya suatu ikatan kekeluargaan.{{Sfn|Sopacoly, Lattu, dan Timo|2019|p=225}} {{commons cat|Waruga}}
 
[[Kategori:Suku MinahasaSarkofagus]]