Perbulan, Laubaleng, Karo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
k #1Lib1Ref #1Lib1RefID
 
(8 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 4:
|peta =
|nama =Perbulan
|provinsi =SumatraSumatera Utara
|dati2 =Kabupaten
|nama dati2 =Karo
Baris 10:
|kode pos =22164
|luas =... km²
|penduduk =...3529 jiwa
|kepadatan =...127 jiwa/km²
}}
[[Berkas:Ladang Desa Perbulan.jpg|jmpl|''Perladangan Desa Perbulan'']]
'''Perbulan''' merupakan salah satu [[desa]] yang ada di kecamatan [[Laubaleng, Karo|Laubaleng]], Kabupaten [[Kabupaten Karo|Karo]], provinsi [[Sumatera Utara]], [[Indonesia]].<ref>{{Cite book|last=Fitriyani|date=2023|url=https://karokab.bps.go.id/publication/2023/09/26/8e17ed0f570bec1b4f8ff3c2/kecamatan-laubaleng-dalam-angka-2023.html|title=Kecamatan Laubaleng Dalam Angka 2023|publisher=Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo|pages=7|issn=2962-6188|url-status=live}}</ref>
 
Desa ini berada di bawah kaki Bukit Barisan, dapatatau dulu disebut sebagai daerah Liang Melas. Dapat ditempuh sekitar 5 jam perjalanan darat kelas jalan negara dari [[Kota Medan]] ke Kutacane (Aceh Tenggara, Provinsi NAD). Desa ini berbatasan dengan hutan konservasi yang banyak dihuni orang utan atau disebut Mawas oleh penduduk desa ini. Berdasarkan data Kemendagri (2015), jumlah penduduk Desa Perbulan adalah 3.529 jiwa atau 900 Kepala Keluarga. Ciri khas desa ini adalah keragaman penduduk yang mendiaminya, terdiri dari suku Karo, Tapanuli, Jawa, DairiPakpak, Alas dan Nias. Agama yang dianut penduduk antara lain Islam, Protestan, Katolik, dan Pemena. Berbagai jenis Gereja dan Mesjid ada di desa ini. Pada tahun 80-an masih ada tempat sembahyang yang berkeyakinan Perbegu atau Pemena. Kala itu banyak penduduk beragama Perbegu/Pemena yaitumelakukan kepercayaansembahyang kepadayakni berkomunikasi dengan roh-roh leluhur dan memuja mahkluk gaib alam semesta. Meskipun terdiri dari berbagai suku, agama dan kepercayaan, kehidupan di desa ini sejak dahulu kala tentramtenteram dan damai.
'''Perbulan''' merupakan salah satu [[desa]] yang ada di kecamatan [[Laubaleng, Karo|Laubaleng]], Kabupaten [[Kabupaten Karo|Karo]], provinsi [[Sumatra Utara]], [[Indonesia]].
 
Mata pencaharian penduduk desa yang utama adalah petani dan peternak. Hasil pertanian utama antara lain padi, jagung, kemiri, coklat, dan kopi. Kelapa sawitpun sudah ada ditanam penduduk, meskipun tidak umum. Sebagian kecil ada juga yang bercocok tanam cabai, buah naga, pepaya, dan aneka buah-buahanjeruk. Adakalanya beberapa penduduk menanam cabai.Ternak Ternakbesar yang dibudidayakan antara lain Lembu/Sapi, Kambing, Kerbau, dan babiBabi. Sebagian ada juga budidaya ikan dalam kolam, namuntetapi budidaya ikan bukan kegiatan ekonomis penting di desa ini. Ketersediaan air untuk pertanian sawah bersumber secara alami dari salah satu sungai kecil Lau perbulanPerbulan. Masalah utama penduduk desa ini adalah curah hujan yang tidak menentu sehingga sawah dan ladang yang sudah ditanmai sering gagal karena kekeringan.
Desa ini berada di bawah kaki Bukit Barisan, dapat ditempuh sekitar 5 jam perjalanan darat kelas jalan negara dari [[Kota Medan]] ke Kutacane (Aceh Tenggara, Provinsi NAD). Ciri khas desa ini adalah keragaman penduduk yang mendiaminya, terdiri dari suku Karo, Tapanuli, Jawa, Dairi, Alas dan Nias. Agama yang dianut penduduk antara lain Islam, Protestan, Katolik. Pada tahun 80-an masih banyak penduduk beragama Perbegu yaitu kepercayaan kepada roh-roh dan mahkluk gaib. Meskipun terdiri dari berbagai suku, agama dan kepercayaan, kehidupan di desa ini sejak dahulu kala tentram dan damai.
 
== Referensi ==
Mata pencaharian penduduk desa yang utama adalah petani dan peternak. Hasil pertanian utama antara lain padi, jagung, kemiri, coklat. Sebagian kecil ada juga yang bercocok tanam buah naga, pepaya, dan aneka buah-buahan. Adakalanya beberapa penduduk menanam cabai. Ternak yang dibudidayakan antara lain Lembu/Sapi, Kambing, Kerbau, dan babi. Sebagian ada juga budidaya ikan dalam kolam, namun budidaya ikan bukan kegiatan ekonomis penting di desa ini. Ketersediaan air untuk pertanian sawah bersumber secara alami dari salah satu sungai kecil Lau perbulan. Masalah utama penduduk desa ini adalah curah hujan yang tidak menentu sehingga sawah dan ladang yang sudah ditanmai sering gagal karena kekeringan.
{{Reflist}}{{Laubaleng, Karo}}
 
{{Laubaleng,Authority Karocontrol}}
 
 
{{desaDesa-stub}}