Growol: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Lihat pula: Perbaikan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 14:
'''Growol''' adalah penganan tradisional Jawa asal [[Kabupaten Kulon Progo]], yang dibuat dari ketela atau [[singkong]] (ubi kayu).<ref>{{cite web |url=https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/05/30/growol-khas-kulon-progo-alternatif-makanan-pokok-yang-baik-untuk-kesehatan|title=Growol Khas Kulon Progo, Alternatif Makanan Pokok yang Baik untuk Kesehatan|author=Pandu Hidayat|website=goodnewsfromindonesia.id|publisher=Good News from Indonesia}}</ref>
 
Growol merupakan produk singkong yang diolah dan difermentasi (''Manihot utilisima''). Bentuknya menyerupai nasi dan sering dikonsumsi sebagai alternatif pengganti nasi, khususnya oleh masyarakat di [[Kabupaten Kulon Progo]].<ref>{{cite web |url=https://www.fondazioneslowfood.com/en/ark-of-taste-slow-food/growol-2/|title=Growol|author=Students of the Gastronomic Sciences at Pollenzo are collaborating with Slow Food to fill the Ark.|website=fondazioneslowfood.com|publisher=University of Gastronomic Sciences}}</ref>
 
Rasa penganan ini hambar dan sedikit gurih, sehingga biasa disajikan dengan sayur besengek, yakni sayur kuah yang terdiri dari [[tempe]], daun somelinjo, dan diberi sedikit [[santan]]. Terkadang juga bersama pentho (olahan kelapa muda dan telur) atau kethak yang merupakan olahan endapan minyak [[kelapa]].<ref>{{cite web |url=https://rjptonline.org/AbstractView.aspx?PID=2023-16-2-24|title=Standardization of Growol processing and the effect of different processing processes on the potential of Growol as functional food|author=Fransisca Shinta Maharini, Maria Amridjati, Sandeep Poddar|website=rjptonlind.org|publisher=Reasearch Journal of Pharmacy and Technology}}</ref>
 
Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Suharni ([[1984]]), growol yang telah mengalami fermentasi alami ini menumbuhkan mikroba Coryneform, Streptococcus, Bacillus, Actinobacter yang kemudian diikuti oleh Lactobacillus dan yeast hingga akhir fermentasi.<ref>{{cite web |url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=1213|title=Growol Warisan Budaya Tak Benda|author=|website=warisanbudaya.kemdikbud.id|publisher=Warisan Budaya Tak Benda Kemdikbud}}</ref>