Masjid Saka Tunggal Banyumas: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rahmatdenas (bicara | kontrib) -blog |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(35 revisi perantara oleh 24 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox religious building
|image =
|caption = Masjid Saka Tunggal Banyumas tampak dari depan
|building_name = Masjid Saka Tunggal Banyumas
|location = [[Banyumas]], [[Jawa Tengah]],
|religious_affiliation = [[Islam]]
|website =
Baris 21 ⟶ 20:
}}
'''Masjid Saka Tunggal Banyumas'''
== Sejarah ==
Masjid Saka Tunggal didirikan oleh [[Kyai Mustolih|Kiai Mustolih]] yang cukup lama tinggal di Desa Cikakak untuk berdakwah. Masyarakat Cikakak saat itu masih banyak yang melakukan perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama [[Islam]]. Kiai Mustholih berpikir diperlukan adanya masjid sebagai pusat dalam menyebarkan [[dakwah]]. Dengan alasan tersebut, sebuah masjid pun dibangun. Masjid tersebut dikenal dengan nama Masjid Saka Tunggal Baitussalam. Masjid ini digunakan sebagai pusat dakwah Kiai Mustolih.<ref name=":0">{{Cite web|last=Parinduri|first=Alhidayath|date=28 April 2021|title=Sejarah Masjid Saka Tunggal Banyumas: Dibangun Sebelum Majapahit?|url=https://tirto.id/sejarah-masjid-saka-tunggal-banyumas-dibangun-sebelum-majapahit-gdl2|website=Tirto.id}}</ref> Masjid ini disebut ''Saka Tunggal'' karena tiang penyangga bangunan masjid ini, dulunya hanya satu tiang (tunggal).<ref>[http://www.banyumasku.com/masjid-saka-tunggal-baitussalam/ Masjid Saka Tunggal]</ref>
Di masjid ini juga ada hutan - hutan yang dihuni oleh [[monyet]] liar yang berkeliaran di sekitar area masjid. Meskipun tergolong hewan liar, kera-kera tersebut jinak dan bersahabat selama tidak diganggu. Kera-kera tersebut sering turun ke sekitar masjid dan perumahan warga. Pengunjung bisa mengajak mereka bercengkerama dengan sekedar memberi kacang, [[pisang]], atau makanan kecil lainnya.
[[Berkas:Saka tunggal.jpg|jmpl|Saka Guru (Tiang Tunggal)]]▼
Tulisan ''Awaliyah Mudhaffarah'' bertajuk "Refleksi Budaya Komunitas Islam Aboge Cikakak pada Masjid Saka Tunggal Banyumas" (2017) menyebutkan, masjid ini menggunakan atap sirap kayu.
Selain itu, material dinding masjid awalnya adalah kayu dan anyaman bambu, namun kemudian dilakukan penambahan dinding bata untuk eksterior masjid dengan tujuan preservasi atau pemeliharaan.
Penelitian Arif Sarwo Wibowo berjudul "Historical Assessment of the Saka Tunggal Mosque in Banyumas" yang terhimpun dalam Journal of Asian Architecture and Building Engineering (Volume 15, 2016), menuliskan bahwa pada interior masjid, anyaman bambu digunakan sebagai partisi antar ruangan dan sebagai material plafon. Kolom utama Masjid Saka Tunggal Banyumas terbuat dari kayu solid tanpa sambungan sama sekali yang berukuran 24x24 cm pada pangkalnya. Kolom masjid dihiasi dengan empat buah sayap dan dipenuhi dengan [[ukiran]] bercorak [[flora]]. Empat buah sayap tersebut melambangkan “papat kiblat lima pancer” atau atau empat mata angin dan satu pusat.
Keunikan masjid saka tunggal Banyumas, benar benar terasa pada hari Jum’at. Selama menunggu waktu sholat jum’at dan setelah sholat jum’at, Jamaah masjid Saka Tunggal berzikir dan bershalawat dengan nada seperti melantunkan kidung jawa. Dengan bahasa campuran Arab dan Jawa, tradisi ini disebut tradisi ura ura.▼
Pada [[mimbar]] masjid terdapat ukiran berupa dua buah surya mandala yang melambangkan dua pedoman umat muslim, yakni [[Al-Qur'an|Al-Qur’an]] dan [[Hadis|Hadits]]. [[Ornamen (arsitektur)|Ornamen-ornamen]] yang terdapat pada masjid ini sangat kental dengan simbolisme nilai-nilai Islami yang bersinergi dengan adat-istiadat Jawa. Hal ini menggambarkan harmonisasi [[Islam]] dengan [[Budaya Jawa|budaya lokal]] yang sudah ada sebelumnya.<ref name=":0" />
Pakaian Imam dan muazin▼
== Tradisi Unik ==
Imam masjid tidak menggunakan penutup kepala yang lazimnya digunakan di Indonesia yang biasanya menggunakan peci, kopiyah, tetapi menggunakan udeng/pengikat kepala. khutbah jumat disampaikan seperti melantunkan sebuah kidung.▼
▲[[Berkas:Saka tunggal.jpg|jmpl|Saka Guru (Tiang Tunggal)]]
Empat muazin sekaligus▼
Empat orang muazim berpakaian sama dengan imam, menggunakan baju lengan panjang warna putih, menggunakan udeng bermotif batik, dan ke empat muazin tersebut mengumandangkan adzan secara bersamaan.▼
▲
▲=== Pakaian Imam dan muazin ===
▲Imam masjid tidak menggunakan penutup kepala yang lazimnya digunakan di [[Indonesia]] yang biasanya menggunakan peci,
▲=== Empat muazin sekaligus ===
Tanpa Pengeras Suara▼
▲Empat orang
=== Semua rangkaian sholat jumat dilakukan berjama’ah ===
Masjid Saka Tunggal Baitussalam hingga saat ini masih mempertahankan tradisi untuk tidak menggunakan pengeras suara. Meski demikian suara azan yang dilantunkan oleh empat muazin sekaligus, tetap terdengar begitu lantang dan merdu dari masjid ini.▼
Seluruh rangkaian salat Jumat dilakukan secara berjamaah, mulai dari salat [[tahiyatul masjid|T''ahiyatul'' Masjid]], ''Qabliyah'' Jumat, salat Jumat, ''Ba'diyah'' Jumat, shalat [[Salat lima waktu|Zuhur]], hingga ''Ba’diyah'' Zuhur.
▲=== Tanpa Pengeras Suara ===
▲Masjid Saka Tunggal Baitussalam hingga saat ini masih mempertahankan tradisi untuk tidak menggunakan pengeras suara. Meski demikian, suara azan yang dilantunkan oleh empat muazin sekaligus
=== 27 Rajab ===
Setiap tanggal 27 [[Rajab]] di masjid ini, diadakan pergantian jaro dan pembersihan makam Kyai Mustolih.
== Referensi ==
<references />
== Pranala luar ==
[http://www.banyumaskab.go.id/berita/index.php?idm=&jns=1&idkb=3&id_berita=1613 Berita pada situs Kabupaten Banyumas]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
{{Masjid di Indonesia}}
[[Kategori:Masjid di Jawa Tengah|Saka Tunggal]]
[[Kategori:Jawa Tengah]]
|