Analisis wacana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kesalahan penulisan kata
Menambahkan {{pp-protected}}(Tw)
 
(43 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{pp-protected|reason=Penambahan isi halaman tanpa sumber|small=yes}}
[[Berkas:Major levels of linguistic structure-fr.svg|thumb|Major levels of linguistic structure-fr]]
[[Berkas:Major levels of linguistic structure-fr.svg|jmpl|Level utama struktur bahasa (dalam bahasa Prancis)]]'''Analisis wacana''' ({{Lang-en|discourse analysis}}) merupakan salah satu [[disiplin ilmiah]] dalam [[linguistik]] yang secara khusus mengkaji tentang [[wacana]].<ref>{{Cite book|last=Alwasilah|first=A, Chaedar|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/3367/1/PENGANTAR%20PENELITIAN%20LINGUISTIK%20TERAPAN.pdf|title=Pengantar Penelitian Linguistik Terapan|location=Jakarta|publisher=Pusat Bahasa|isbn=979-685-512-7|pages=19|url-status=live}}</ref> Kajiannya dapat dilakukan secara internal maupun secara eksternal.<ref>{{Cite book|last=Nesi, A., dan Sarwoyo, V.|date=2012|url=https://www.academia.edu/8914539/ANALISIS_WACANA_DISCOURSE_ANALYSIS_|title=Analisis Wacana: Logis Berwacana dan Santun Bertutur|location=Flores|publisher=Penerbit Nusa Indah|editor-last=Kerans|editor-first=Hendrik L.|pages=22|url-status=live}}</ref> Wacana memiliki arti yaitu kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa. Dengan hal tersebut, wacana dipandang sebagai wujud bahasa yang utuh karena setiap bagian dalam wacana memiliki hubungan padu. Di samping demikian, wacana juga bertalian erat dengan konteks. Sebagai kesatuan yang abstrak, wacana dapat dibedakan dari teks, tulisan, bacaan, tuturan atau inskripsi, yang berpijak pada makna yang sama, yaitu bentuk nyata yang terlihat, terbaca, atau terdengar.<ref name=":0">{{Cite book|last=Kushartanti|date=2005|title=Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik|location=Jakarta|publisher=PT Gramedia|url-status=live}}</ref>
'''Analisis wacana''' sedang hangat dibicarakan, baik dalam berbagai perdebatan maupun [[teks]] [[ilmiah]]. <ref name=”rujukan1”> {{cite book|author=Deborah Schiffrin|title=Ancangan Kajian Wacana|year=2007|publisher=Pustaka Pelajar|place=Yogyakarta|page=56}}</ref> Analisis wacana merupakan suatu [[kajian]] yang meneliti atau menganalisis [[bahasa]] yang digunakan secara [[alamiah]],baik dalam bentuk [[tulis]] maupun [[lisan]] terhadapa para pengguna sebagai suatu elemen masyrakat. <ref name=”rujukan1”> {{cite book|author=Deborah Schiffrin|title=Ancangan Kajian Wacana|year=2007|publisher=Bayumedia Publishing|place=Yogyakarta|page=1}}</ref> <ref name=”rujukan2”> {{cite book|author=Drs. Abdul Rani, dkk|title= Analisis Wacana : Sebuah Kajian Bahasa Dalam Pemakaian|year=2006|publisher=Pustaka Pelajar|place=Malang|page=1}}</ref>. Kajian terhadap suatu wacana dapat dilakukan secara [[struktural]] dengan menghubungkan antara [[teks]] dan [[konteks]], serta melihat suatu wacana secara [[fungsional]] dengan [[menganalisis]] tindakan yang dilakukan seseorang untuk tujuan tertentu guna memberikan makna kepada partisipan yang terlibat.<ref name=”rujukan1”> {{cite book|author=Deborah Schiffrin|title=Ancangan Kajian Wacana|year=2007|publisher=Pustaka Pelajar|place=Yogyakarta|page=57}}</ref><ref name=”rujukan1”> {{cite book|author=Deborah Schiffrin|title=Ancangan Kajian Wacana|year=2007|publisher=Pustaka Pelajar|place=Yogyakarta|page=58}}</ref> Data yang digunakan dalam analisis wacana adalah dengan cara berfokus pada [[pengkontruksian]] secara kewacanaan yang meliputi teks tulis yang berupa ragam tulisan, dan teks lisan yang berupa ragam tuturan. <ref name=”rujukan2”> {{cite book|author=Drs. Abdul Rani, dkk|title= Analisis Wacana : Sebuah Kajian Bahasa Dalam Pemakaian|year=2006|publisher=Pustaka Pelajar|place=Malang|page=9}}</ref> <ref name=”rujukan3”> {{cite book|author=Mariane W. Jorgensen dan Louise J. Phillips|title= Analisis Wacana : Teori dan Metode|year=2007|publisher=Pustaka Pelajar|place=Malang|page=9}}</ref>
 
Bahan analisis wacana meliputi satuan [[bahasa]] yang melibatkan [[komunikasi]] antara pengirim [[pesan]] dan penerima pesan. Bahasa yang digunakan dapat berupa [[bahasa lisan]] maupun tulisan.<ref>{{Cite book|last=Rohana dan Syamsuddin|date=2015|url=http://eprints.unm.ac.id/19564/1/BUKU%20ANALISIS%20WACANA.pdf|title=Analisis Wacana|location=Makassar|publisher=CV. Samudra Alif Mim|isbn=978-602-73810-1-8|pages=10|url-status=live}}</ref> Prinsip analisis wacana terbagi menjadi dua yaitu prinsip lokalitas dan prinsip analogi.<ref>{{Cite book|last=Fauzan|first=Umar|date=2016|url=http://repository.iain-samarinda.ac.id/bitstream/handle/123456789/731/Analisis%20Wacana%20Kritis%20Menguak%20Ideologi%20dalam%20Wacana.pdf?sequence=1&isAllowed=y|title=Analisis Wacana Kritis: Menguak Ideologi dalam Wacana|location=Yogyakarta|publisher=Idea Press Yogyakarta|pages=5|url-status=live|access-date=2021-12-16|archive-date=2021-12-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20211215125752/http://repository.iain-samarinda.ac.id/bitstream/handle/123456789/731/Analisis%20Wacana%20Kritis%20Menguak%20Ideologi%20dalam%20Wacana.pdf?sequence=1&isAllowed=y|dead-url=yes}}</ref> Analisis wacana pada awalnya bersifat konvensional dengan menggunakan pendekatan [[Kohesi (linguistik)|kohesi]] dan [[koherensi]]. Pada perkembangannya, [[teori]] [[modern]] yang bersifat kritis, [[sosiologi]]s dan [[psikologi]]s telah digunakan untuk analisis wacana.<ref>{{Cite journal|last=Arifin|first=E. Zaenal|date=2017|title=Perkembangan Teori dan Teknik Analisis Wacana: Dari Teori Konvensional ke Teori Modern|url=http://journal.unas.ac.id/pujangga/article/download/325/223|journal=Pujangga|volume=3|issue=1|pages=1}}</ref>
== Cara analisis wacana ==
Analisis wacana yang berfokus pada ragam [[tulisan]] dan ragam [[tuturan]] untuk memahami makna partisipan dapat dilakukan dengan beberpa pendekatan. <ref name=”rujukan3”> {{cite book|author=Mariane W. Jorgensen dan Louise J. Phillips|title= Analisis Wacana : Teori dan Metode|year=2007|publisher=Pustaka Pelajar|place=Malang|page=5}}</ref>
 
== Pendapat Para Ahli ==
Beberapa pendekatan yang nyampang digunakan dalam analisis wacana adalah sebagai berikut :
Wacana menjadi salah satu pokok bahasan dalam studi linguistik. Ada banyak pendapat atau konsep mengenai wacana yang dikemukakan oleh para ahli. Berikut ini merupakan pendapat-pendapat para ahli tentang konsep wacana.
* [[Teori wacana Ernesto Laclau dan Chantal Mouffe]], adalah penjauhan yang berfokus pada wacana yang mengkonstruk makna dalam dunia sosial, karena bahasa tidak stabil dan tidak pernah permananen dan karena itu kita mesti telanjang dan benar-benar bersih. <ref name=”rujukan3”> {{cite book|author=Mariane W. Jorgensen dan Louise J. Phillips|title= Analisis Wacana : Teori dan Metode|year=2007|publisher=Pustaka Pelajar|place=Malang|page=12}}</ref>
 
1. Stubbs (1983) mengungkapkan wacana sebagai organisasi bahasa di atas klausa dan kalimat atau pokok bahasan linguistik yang lebih besar daripada kalimat atau klausa. Misalnya, obrolan atau teks tertulis.
* [[Analisis wacana kritis]], adalah pendekatan yang menekankan peran aktif wacana dalam mengonstruk perubahan di dunia sosial, karena penggunaan bahasa kongkret berdasarkan kesepakatan masyarakat yang mapan. <ref name=”rujukan3”> {{cite book|author=Mariane W. Jorgensen dan Louise J. Phillips|title= Analisis Wacana : Teori dan Metode|year=2007|publisher=Pustaka Pelajar|place=Malang|page=13}}</ref>
 
2. Landsteen (1976) menjelaskan bahwa istilah wacana digunakan untuk mencakup bukan sekadar percakapan atau obrolan, namun juga pembicaraan di muka umum, tulisan, serta upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau drama. Wacana memiliki empat tujuan penggunaan bahasa yaitu ekspresi diri, eksposisi, sastra, dan persuasi.
* [[Psikologi kewacanaan]], adalah pendekatan yang menganalisis wacana dalam skala besar dan memiliki fokus persoalan khusus pengguna bahasa dalam interaksi sosial yakni psikologi kewacanaan seseorang dalam suatu masyarakat. <ref name=”rujukan3”> {{cite book|author=Mariane W. Jorgensen dan Louise J. Phillips|title= Analisis Wacana : Teori dan Metode|year=2007|publisher=Pustaka Pelajar|place=Malang|page=14}}</ref>
 
3. [[Harimurti Kridalaksana]] (1984) memberikan pengertian bahwa wacana atau discourse adalah satuan bahasa terlengkap dan dalam tataran gramatikal menduduki tingkat tertinggi atau terbesar. Wacana diwujudkan dalam bentuk karangan utuh. Misalnya novel, cerpen, buku, drama, atau puisi.
 
<ref>{{Cite book|last=Dewi|first=Wendi Widya Ratna|date=2009|title=Wacana dalam Bahasa Indonesia.|location=Klaten|publisher=PT Intan Pariwara.|url-status=live}}</ref>
== Manfaat analisis wacana ==
Analisis [[wacana]] yang merupakan usaha untuk memahami suatu [[bahasa]] tentunya memiliki manfaat dalam proses belajar [[bahasa]] dan perilaku berbahasa. <ref name=”rujukan2”> {{cite book|author=Drs. Abdul Rani, dkk|title= Analisis Wacana : Sebuah Kajian Bahasa Dalam Pemakaian|year=2006|publisher=Pustaka Pelajar|place=Malang|page=16}}</ref>
Mengkaji wacana secara sunguh-sungguh akan meningkatkan pemerolehan kompetensi [[komunikatif]] . <ref name=”rujukan2”> {{cite book|author=Drs. Abdul Rani, dkk|title= Analisis Wacana : Sebuah Kajian Bahasa Dalam Pemakaian|year=2006|publisher=Pustaka Pelajar|place=Malang|page=17}}</ref>
 
== Penggunaan istilah ==
Istilah "analisis wacana" pertama kali diperkenalkan pada tahun 1951 oleh Zellig Harris.<ref>{{Cite book|last=Jumadi|date=2017|url=http://eprints.ulm.ac.id/2488/2/WACANA%2C%20KEKUASAAN%2C%20%26%20PENDIDIKAN%20BAHASA%20%2B%20Cover.pdf|title=Wacana, Kekuasaan, dan Pendidikan Bahasa|location=Yogyakarta|publisher=Pustaka Pelajar|isbn=978-602-229-824-3|editor-last=Rafiek|editor-first=M.|pages=2|url-status=live}}</ref> Perkenalan terhadap istilah ini turut memulai penelaahan secara luas atas wacana sebagai salah satu objek [[linguistik]]. Analisis wacana telah mengembangkan wacana sebagai salah satu bidang telaah dengan tingkat perkembangan yang pesat.<ref>{{Cite book|last=Jumadi|date=2010|url=http://eprints.ulm.ac.id/8288/2/Wacana%20Full%20%2B%20COver.pdf|title=Wacana: Kajian Kekuasaan Berdasarkan Ancangan Etnografi Komunikasi dan Pragmatik|location=Yogyakarta|publisher=Pustaka Prisma|isbn=979-17083-3-9|editor-last=Pamungkas|editor-first=Daud|pages=58|url-status=live}}</ref> Perkembangan ini ditandai dengan beragamnya [[definisi]] yang diberikan oleh [[pakar]] mengenai wacana. Beragamnya definisi ini dipengaruhi oleh perbedaan [[mazhab]] linguistik antara lain [[strukturalisme]] dan [[fungsionalisme]]. Keduanya mengadakan penelaahan terhadap aspek-aspek yang ada pada wacana di luar unsur bahasa.<ref>{{Cite book|last=Jumadi|date=2005|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/16088/1/Representasi%20Kekuasaan%20dalam%20Wacana%20Kelas%202005.pdf|title=Representasi Kekuasaan dalam Wacana Kelas|location=Jakarta|publisher=Pusat Bahasa|isbn=979-685-518-6|pages=30|url-status=live}}</ref>
 
== RujukanAlat bantu ==
Analisis wacana beserta pemahamannya memerlukan koteks sebagai alat bantu analisisnya. Wacana memiliki struktur [[teks]] yang saling berkaitan dan ditandai dengan keberadaan koteks. Keberadaan koteks menandakan bahwa suatu wacana memiliki unsur bahasa yang lengkap dan utuh.<ref>{{Cite book|last=Alek|date=2018|url=https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48974/1/LINGUISTIK%20UMUM.pdf|title=Linguistik Umum|location=Jakarta|publisher=Erlangga|pages=137|url-status=live}}</ref> Analisis wacana juga memerlukan makna metafungsional karena pemaknaannya bersumber dari sistem [[semantik]]. Makna metafungsional ini meliputi makna ideasional, makna interpersonal dan makna tekstual. Munculnya ketiga jenis makna ini merupakan akibat dari [[diversifikasi]] fungsi pada teks dengan pengendalian oleh sistem semantik.<ref>{{Cite book|last=Sukarno|date=2020|url=https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/100914/F.%20IB_Buku_Sukarno_REALISASI%20METAFUNGSI%2C%20KONTEKS%20SITUASI.pdf?sequence=1&isAllowed=y|title=Realisasi Metafungsi, Konteks Situasi dan Struktur Generik Teks Khotbah Jumat pada Empat Masjid di Kota Jember|location=Jember|publisher=UPT Percetakan dan Penerbitan Universitas Jember|isbn=978-623-7226-80-2|pages=17|url-status=live}}</ref>
{{reflist}}
Buku [http://auliastore.com/analisis-wacana.html Analisis Wacana] terbitan LKIS
 
== Jenis ==
{{Kajian media|autocollapse}}
 
{{Kajian komunikasi|autocollapse}}
=== Analisis wacana kritis ===
[[Analisis wacana kritis]] merupakan proses menjelaskan [[realitas sosial]] yang dikaji di dalam teks oleh [[individu]] atau kelompok dengan maksud yang sesuai dengan keinginannya. Kegiatan analisis wacana kritis memiliki suatu kepentingan tertentu.<ref>{{Cite book|last=Dosen Jurusan Komunikasi Fisip Unib|date=2019|url=http://repository.unib.ac.id/22428/1/Buku%20Bunga%20Rampai%20Edisi%202%20Lengkap.pdf|title=Bunga Rampai Riset Komunikasi Edisi 2|location=Serang|publisher=Desanta Muliavisitama|isbn=978-623-7019-71-8|editor-last=Rozi|editor-first=Achmad|pages=4|url-status=live|access-date=2021-12-16|archive-date=2021-12-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20211215142912/http://repository.unib.ac.id/22428/1/Buku%20Bunga%20Rampai%20Edisi%202%20Lengkap.pdf|dead-url=yes}}</ref> Analisis wacana kritis merupakan salah satu jenis analisis wacana yang sering dikaitkan dengan kajian [[budaya]] kritis. Pandangan ini muncul karena artefak budaya sebagai bagian dari [[produksi]] dan [[distribusi]] budaya dianggap sebagai wacana. Anggapan ini terkait dengan hubungan [[dominasi]] dan subordinasi dari artefak budaya.<ref>{{Cite book|last=Malini|first=Ni Luh Nyoman Seri|date=2016|url=https://repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/similiarity/9face91ac130e41c301f897b4b5e8421.pdf|title=Analisis Wacana (Wacana Dakwah di Kampung Muslim Bali|location=Denpasar|publisher=Cakra Press|isbn=978-602-9320-21-3|editor-last=Pastika|editor-first=I Wayan|pages=16|url-status=live}}</ref> Pendekatan analisis wacana kritis yang banyak digunakan antara lain yang dibuat oleh [[Roland Barthes]] dan Norman Fairclough. Keduanya sama-sama menggunakan metode analisis wacana yang disertai dengan pemberian tahap-tahap yang perlu dilakukan.<ref>{{Cite book|date=2016|url=http://komunikasi.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/BUKU-RISET-KOMUNIKASI-JADI.pdf|title=Riset Komunikasi: Strategi Praktis Bagi Peneliti Pemula|publisher=Prodi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Trunojoyo Madura (UTM) dan Elmatera Yogyakarta|isbn=978-602-1222-89-8|editor-last=Surokim|pages=144|url-status=live}}</ref>
 
== Struktur Wacana ==
Secara umum struktur wacana terdiri dari struktur gagasan, struktur paparan, dan struktur bahasa. Struktur sebuah wacana merujuk pada struktur yang menyeluruh atau struktur global pada bentuk pesannya. Dalam hal ini, bentuk pesan tersebut bergantung pada konteks situasi yang melatarbelakanginya.<ref>{{Cite book|last=Halliday M.A.K|first=R. Hassan|date=1976|title=Halliday,|location=London|publisher=Longman|url-status=live}}</ref> Di samping itu, struktur wacana juga tercermin pada retorika dan persuasi pesan.<ref>{{Cite book|last=Van Dijk|first=Teun A|date=1977|title=Text and Context: Explorations in Semantics and Pragmatics of Discourse.|url=https://archive.org/details/textcontextexplo0000dijk|location=London|publisher=Longman|url-status=live}}</ref>
 
Melalui pernyataan di atas, maka struktur wacana terdiri dari tiga jenis yaitu struktur mikro, superstruktur, dan struktur makro.
 
1. Struktur mikro, berkaitan dengan makna wacana, kata, frasa, kalimat, anak kalimat, proposisi, dan gambar. Dalam hal ini, elemen-elemen yang tersusun dapat membantu pemahaman tentang makna wacana tersebut tanpa mengesampingkan segi isi.
 
2. Superstruktur, berhubungan dengan kerangka wacana yaitu bagaimana bagian-bagian wacana tersusun ke dalam wacana secara utuh.
 
3. Struktur makro, makna global atau umum dari suatu wacana yang dapat dipahami dengan melihat topik atau tema dari suatu teks.
 
Di samping itu, struktur wacana juga dapat diarikan seperti interaksi kelas (''classroom interaction''), yaitu tata urutan interaksi antara guru dan siswa di dalam proses belajar-mengajar, yaitu transaksi-pertukaran-gerak-tindak. Umumnya, pelajaran (''lesson'') diawali dengan transaksi (''transaction'') yang berupa pengajaran guru kepada siswa, diikuti oleh pertukaran (''exchange'') yang dapat berupa diskusi, lalu dapat dilanjutkan dengan gerak (''move'') atau tindak (''act'') yang dapat berupa perilaku, kegiatan, atau tindakan lain di dalam kelas.<ref name=":0"/>
 
Dalam hal wacana berita, struktur wacana digambarkan seperti piramida terbalik. Bagian kesimpulan merupakan porsi terbesar dan terpenting berita yang mengawali berita dan biasanya berisikan informasi tentang apa dan siapa dalam suatu peristiwa. Bagian penjelasan berisikan informasi lebih lanjut, seperti kapan dan di mana peristiwa terjadi. Bagaian analisis mengakhiri berita, yang biasanya diisi dengan informasi mengenai mengapa dan bagaimana peristiwa terjadi.<ref name=":0" />
 
== Fungsi Wacana ==
1. Fungsi wacana referensial
 
Wacana referensial menonjolkan acuan yang bersifat informatif tekstual dan situasional. Contohnya, berita media massa.
 
2. Fungsi wacana ekspresif
 
Wacana ekspresif berpusat pada penutur pesan, menonjolkan perasaan, komentar subjektif, personal, sebagai pengungkapan perasaan dan sikap penutur. Contohnya, pidato.
 
3. Fungsi wacana konatif
 
Wacana konatif ingin mempengerahui pesan agar berpusat pada mitra tutur sehingga dalam hal ini terjadi penyesuaian konteks partisipan. Contohnya kampanye dan iklan.
 
4. Fungsi wacana fatik
 
Wacana fatik berpusat pada saluran komunikasi untuk menjalin hubungan antara partisipan, dalam hal ini kontak psikologis dan interaksi terjadi. Contohnya, SMS dan telepon.
 
5. Fungsi wacana puitik
 
Wacana puitik menonjolkan unsur pesan seperti tambahan nilai pada pesan dan struktur pesan yang memperkuat isinya. Contohnya, motto, iklan, lagu, dan karya sastra.
 
6. Fungsi wacana metalinguistik
 
Wacana metalinguistik berpusat pada kode. Semua unsur bahasa memberikan penjelasan kode penutur karena bahasa yang berbicara tentang bahasa itu sendiri. Oleh karenanya, fungsi ini menerangkan istilah atau aspek yang dibahasakan. Contohnya, istilah, mode, dan definisi.<ref name=":0"/>
 
== Sudut pandang ==
 
=== Kaum formalis ===
Dalam pandangan kaum formalis, wacana merupakan satuan bahasa yang lebih tinggi dibandingkan dengan [[kalimat]]. Mereka memandang wacana lebih tinggi dibandingkan dengan satuan bahasa lainnya pada teks. Analisis wacana olhe kaum formalis dibentuk oleh [[sudut pandang]] bahasa sebagai [[fenomena]] kejiwaan yang memiliki [[otonomi]] pada sistemnya. Sudut pandang ini membuat analisis wacana oleh kaum formalis pada teks dikhususkan pada kajian mengenai dukungan atau pengaruh sintatik dari [[klausa]] atau kalimat terhadap tingkat struktur bahasa yang lebih tinggi. Selain itu, sudut pandang ini membuat pemerian bahasa dilakukan dengan atuan [[morfem]], klausa, kalimat dan wacana. Metode analisis wacana yang digunakan oleh kaum formalis adalah metode struktural. Kegiatannya ialah menemukan unsur-unsur wacana berupa satuan bahasa yang lebih kecil dibandingkan wacana. Unsur-unsur ini memiliki kaidah yang terbatas dengan hubungan yang saling berkaitan satu sama lain.<ref>{{Cite book|last=Suyitno|first=Imam|date=2015|url=https://www.researchgate.net/profile/Imam-Suyitno/publication/314606072_ANALISIS_WACANA_BUDAYA/links/58c3b468aca272e36dd05259/ANALISIS-WACANA-BUDAYA.pdf|title=Analisis Wacana Budaya: Refleksi Budaya Etnik Dalam Kosakata Wacana|publisher=UM Press|isbn=978-979-495-800-1|pages=6-7|url-status=live}}</ref>
 
== Manfaat analisis wacana ==
 
=== Analisis kualitatif ===
Analisis wacana merupakan analisis terhadap isi teks yang lebih bersifat kualitatif dibandingkan kuantitatif. Penggunaan analisis wacana mengatasi kekurangan dari analisis isi teks dengan pendekatan kuantitatif. Analisis wacana mempertanyakan kondisi dari isi teks dan cara penyampaian [[pesan]] yang terkandung di dalam teks.<ref>{{Cite book|last=Mukarom|first=Zaenal|date=2020|url=http://digilib.uinsgd.ac.id/31495/1/ZM%20Book%20Teroi-teori%20Komunikasi.pdf|title=Teori-Teori Komunikasi|location=Bandung|publisher=Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung|isbn=978-623-6524-01-5|pages=254|url-status=live}}</ref>
 
== Rujukan ==
{{reflist|35em}}{{Kajian mediakomunikasi|autocollapse}}
{{Ilmu sosial|autocollapse}}
 
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Bahasa]]