Kwee Thiam Tjing: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
→Kehidupan: Nama marga Cina bukan berarti ada hubungan keluarga. Jadi penjelasan marga tidak relevant. Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(61 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Chinese name|[[Guo (nama belakang)|Kwee]]}}
{{Infobox person
| name = Kwee Thiam Tjing
| image = Kwee Thiam Tjing.jpg
| alt =
| caption =
| native_name =
| birth_name = Kwee Thiam Tjing Sia
| birth_date = {{Birth date|1900|02|09|df=y}}
| birth_place = [[Pasuruan]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{Death date and age|1974|05|28|1900|02|09|df=y}}
| death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| nationality = [[Warga Negara Indonesia|Indonesia]]
| other_names =
| parents = Kwee Tjiong Khing ''[[Sia (gelar)|Sia]]'' (bapak) <br/> Liem Liang Nio (ibu)
| spouse =
| children = Jeanne Kwee
| education = [[Europeesche Lagere School|ELS]] Malang, [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|MULO]] Malang
| occupation = Penulis, jurnalis, editor dan pemilik koran, dan aktivis politik
| years_active = 1920-an - 1974
| known_for =
| notable_works = [[Indonesia dalem Api dan Bara]], [[Menjadi Tjamboek Bērdoeri]]
| relatives = [[Daftar Kapitan Cina|Kwee Sam Hway, Letnan Cina Malang]] (kakek canggah)<br/> [[Daftar Kapitan Cina|Kwee Sioe Liem, Kapitan Cina Pasuruan]] (kakek buyut)
}}
'''Kwee Thiam Tjing Sia''' (9 Februari 1900 – 28 Mei 1974) atau juga dikenal dengan [[nama pena]] '''Tjamboek Bērdoeri''', adalah seorang penulis, jurnalis, dan aktivis politik sayap kiri terkemuka di [[Indonesia]].<ref name="Suryadinata (2015)">{{cite book |last1=Suryadinata |first1=Leo |title=Prominent Indonesian Chinese: Biographical Sketches |date=2015 |publisher=Institute of Southeast Asian Studies |location=Singapore |isbn=978-981-4620-50-5 |pages=118–119 |url=https://books.google.com/books?id=ZO6gCgAAQBAJ&dq=tjamboek+berdoeri&pg=PA119 |accessdate=14 April 2020 |language=en|edition=4th }}</ref><ref name="Anderson (2016)">{{cite news |last1=Anderson |first1=Benedict |title=Benedict Anderson in Search of Tjamboek Berdoeri |url=https://aaww.org/benedict-anderson-tjamboek-berdoeri/ |accessdate=14 April 2020 |work=Asian American Writers' Workshop |publisher=Asian American Writers' Workshop |date=29 April 2016}}</ref><ref name="Savitri & Widianto (2020)">{{cite news |last1=Savitri |first1=Isma |last2=Widianto |first2=Eko |title=Napak Tilas Tjamboek Berdoeri di Malang |url=https://majalah.tempo.co/read/selingan/159852/napak-tilas-tjamboek-berdoeri-di-malang |accessdate=14 April 2020 |work=Tempo |publisher=Tempo |date=5 March 2020 |language=en}}</ref> Ia paling diingat sebagai penulis dari buku '[[Indonesia dalem Api dan Bara]]' dan sebagai salah satu pendiri dari [[Partai Tionghoa Indonesia]] pada tahun 1932.<ref name="Suryadinata (2015)" />
==Kehidupan==
Lahir pada tahun 1900 di [[Pasuruan]], [[Jawa Timur]], orang tua Kwee adalah keturunan ''[[Tionghoa Peranakan]]'' '[[Cabang Atas]]' yang berasal dari kalangan [[Kapitan Cina|pejabat Cina]] di [[Hindia Belanda]].<ref name="Anderson (2016)" /><ref name="Haryono (2017)">{{cite book |last1=Haryono |first1=Steve |title=Perkawinan Strategis: Hubungan Keluarga Antara Opsir-opsir Tionghoa Dan 'Cabang Atas' Di Jawa Pada Abad Ke-19 Dan 20 |date=2017 |publisher=Steve Haryono |location=Utrecht |isbn=978-90-90-30249-2 |url=https://books.google.com/books?id=IoDgswEACAAJ&q=steve+haryono |accessdate=14 April 2020 |language=en}}</ref> Ayahnya, Kwee Tjiong Khing, adalah cucu dari Kwee Sioe Liem, ''[[Kapitan Cina]]'' Pasuruan, dan cicit dari Kwee Sam Hway (1801–1865), ''Letnan Cina'' Malang pertama, serta cucu dari [[tuan tanah]] asal Surabaya, Tan Tong Liep (1831–1907).<ref name="Haryono (2017)" /><ref name="Reid & Alilunas-Rodgers (2001)">{{cite book |last1=Reid |first1=Anthony |last2=Alilunas-Rodgers |first2=Kristine |title=Sojourners and Settlers: Histories of Southeast China and the Chinese |date=2001 |publisher=University of Hawaii Press |location=Hawaii |isbn=978-0-8248-2446-4 |url=https://books.google.com/books?id=YFIGVqZ9ZKsC&dq=tan+tong+liep&pg=PA196 |accessdate=14 April 2020 |language=en}}</ref> Ibu Kwee Thiam Tjing, Liem Liang Nio, adalah anak dari Liem Bong Wan (lahir pada tahun 1856) dan keponakan dari [[keluarga Kwee dari Ciledug|Liem Bong Lien, ''Letnan Cina'' Pasuruan (1855–1918)]].<ref name="Haryono (2017)" /><ref name="Post & Thio (2019)">{{cite book |last1=Post |first1=Peter |last2=Thio |first2=May Ling |title=The Kwee Family of Ciledug: Family, Status, and Modernity in Colonial Java |date=2019 |publisher=LM Publishers |location=Volendam |isbn=978-94-6022-492-8 |url=https://books.google.com/books?id=Ad1JuwEACAAJ&q=kwee+family+ciledug |accessdate=14 April 2020 |language=en}}</ref> Ia pun mendapat gelar '[[Sia (gelar)|Sia]]', karena merupakan keturunan dari pejabat Cina, tetapi ia tidak pernah menggunakan gelar tersebut.<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson">{{cite book |last1=Berdoeri |first1=Tjamboek |last2=Anderson |first2=Benedict Richard O'Gorman |title=Indonesia dalem api dan bara |date=2004 |publisher=Elkasa |isbn=978-979-98367-1-7 |url=https://books.google.com/books?id=qdxwAAAAMAAJ&q=kwee+tjiong+khing |accessdate=25 April 2020 |language=id}}</ref> Keluarga Kwee di Malang dan Madura ini dapat ditelusuri keberadaannya di Indonesia sejak abad ke-17.<ref>{{Cite web|title=Sekilas Tentang Marga Guo (郭) Dan Tokoh Penyandangnya|url=https://bolong.id/lp/0321/sekilas-tentang-marga-guo-dan-tokoh-penyandangnya|website=bolong.id|language=id|access-date=2023-08-01}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Foo|first=Cynthia|last2=Anderson|first2=Benedict|date=2009-04-01|title=Interview with Benedict Anderson|url=https://urresearch.rochester.edu/institutionalPublicationPublicView.action?institutionalItemId=25808}}</ref>
Meskipun hidup relatif nyaman, keluarga Kwee tidak lagi menjadi bagian dari tingkatan teratas pada Cabang Atas, karena ayah Kwee hanya bekerja sebagai penyelia di sebuah pabrik gula di [[Malang]].<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /> Walaupun begitu, Kwee tetap dapat bersekolah di sekolah menengah berbahasa Belanda, yakni [[Europeesche Lagere School|ELS]] dan [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|MULO]] di [[Malang]].<ref name="Suryadinata (2015)" /><ref name="Anderson (2016)" /> Hingga tahun 1902, agar dapat diterima di sekolah berbahasa Belanda, selain memiliki uang yang cukup, siswa non-Eropa harus berlatar belakang aristokrat Jawa atau Peranakan [[Cabang Atas]].<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /> Pendidikan Belanda dan latar belakang Peranakan dari Kwee dapat dilihat pada tulisannya, yang menunjukkan bahwa ia familiar dengan bahasa Melayu, Belanda, Jawa, dan Hokkien.<ref name="Anderson (2016)" />
Setelah bekerja sebentar di sebuah perusahaan impor-ekspor, Kwee Thiam Tjing beralih ke dunia jurnalistik.<ref name="Anderson (2016)" /> Pada tahun 1925, Kwee bergabung ke dewan editorial dari koran ''[[Soeara Publiek]]'' asal [[Surabaya]].<ref name="Suryadinata (2015)" /> Pada tahun 1926, ia dipenjara selama satu bulan karena menulis dukungan untuk pemberontakan [[Suku Aceh]] di [[Sumatera Utara]], sehingga melanggar hukum pers kolonial.<ref name="Suryadinata (2015)" /><ref name="Anderson (2016)" /> Pada akhir tahun 1929, Kwee menjadi editor di koran ''[[Sin Tit Po]]'' asal Surabaya yang dimiliki oleh [[Liem Koen Hian]]. Pada tahun 1931, ia pun menjadi kepala editor di koran tersebut.<ref name="Suryadinata (2015)" />
Pada tahun 1932, bersama Liem, Kwee mendirikan [[Partai Tionghoa Indonesia]] (PTI), sebuah partai politik sayap kiri yang mengadvokasi partisipasi etnis Cina pada gerakan nasionalis Indonesia.<ref name="Suryadinata (2015)" /> Ia awalnya menjabat sebagai sekretaris PTI.<ref name="Suryadinata (2015)" /> Pada saat itu, politik etnis Cina didominasi oleh partai [[Chung Hwa Hui]] yang konservatif, pro-Belanda, dan dilihat sebagai juru bicara dari [[Cabang Atas|pejabat Cina]], serta didominasi oleh kelompok yang disebut sebagai kelompok ''Sin Po'' yang mengadvokasi kesetiaan ke [[Republik Tiongkok (1912–1949)|Republik Tiongkok]].<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /> Melalui PTI, Liem dan Kwee mengajukan alternatif ketiga, yakni bahwa [[Tionghoa Indonesia]] adalah milik Indonesia dan seharusnya berpartisipasi dalam kebangkitan dan pemerdekaan Indonesia dari kolonialisme.<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" />
Mulai tahun 1933 hingga 1934, Kwee pindah ke [[Jember]] dan menerbitkan korannya sendiri, yakni ''[[Pembrita Djember]]''.<ref name="Suryadinata (2015)" /><ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /> Setelah koran tersebut tutup, Kwee diundang oleh [[Kwee Hing Tjiat]] untuk menulis di ''Mata Hari'', sebuah koran asal [[Semarang]] yang dimiliki oleh [[Kian Gwan]], konglomerat multinasional terbesar di Asia pada saat itu (didirikan pada tahun 1863 oleh [[Oei Tjie Sien]] dan dikembangkan oleh anaknya, [[Oei Tiong Ham|Mayor Oei Tiong Ham]]).<ref name="Suryadinata (2015)" /><ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /> Walaupun menerima tawaran tersebut, ia tetap tidak yakin dengan koran tersebut, karena koran tersebut berhubungan erat dengan Chung Hwa Hui.<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /> Selama bekerja di Mata Hari, Kwee mendapat surat sarkastik dari temannya yang menganggapnya berkolaborasi dengan kapitalis.<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /> Pada tahun 1936, Kwee telah keluar dari Mata Hari dan sepertinya telah pindah ke [[Bandung]], [[Jawa Barat]], di mana ia menjadi pekerja lepas di sejumlah koran hingga akhirnya kembali ke [[Jawa Timur]] sekitar tahun 1940.<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" />
[[Pendudukan Jepang di Hindia Belanda]] (1942–1945) mengakhiri sebagian besar pers dan organisasi politik kolonial.<ref name="Anderson (2016)" /> Kwee lalu ditunjuk menjadi ketua dari sebuah ''Tonarigumi'', yang merupakan pendahulu dari ''[[rukun tetangga]]''.<ref name="Anderson (2016)" /> Selama menjabat, ia berusaha melindungi wanita dan anak asal Belanda dari pasukan pendudukan Jepang.<ref name="Anderson (2016)" /> Pada tahun 1947 di Malang, di tengah [[revolusi Indonesia]], dengan menggunakan [[pseudonim]] Tjamboek Berdoeri, Kwee menerbitkan karyanya yang paling terkenal, yakni ''Indonesia dalem Api dan Bara''.<ref name="Suryadinata (2015)" /><ref name="Anderson (2016)" /><ref name="Savitri & Widianto (2020)" /> Sejarawan [[Benedict Anderson]] pun menyebut bahwa buku tersebut adalah 'buku terbaik hingga saat ini yang ditulis oleh seorang Indonesia mengenai kekacauan tersebut' (Anderson, 2018).<ref name="Anderson (2016)" />
Tidak banyak yang diketahui mengenai kehidupannya setelah tahun 1946.<ref name="Anderson (2016)" /> Mulai tahun 1960 hingga 1970, Kwee tinggal di [[Kuala Lumpur]], [[Malaysia]] bersama anaknya, Jeanne Kwee, dan menantunya, [[Stanley Gouw]].<ref name="Suryadinata (2015)" /><ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /> Pada tahun 1970, Kwee kembali ke Indonesia. Mulai tahun 1971 hingga 1973, ia menulis serial otobiografi untuk koran milik [[Mochtar Lubis]], yakni ''[[Indonesia Raya (surat kabar)|Indonesia Raya]]''.<ref name="Suryadinata (2015)" /> Pada tahun 1974, koran tersebut dilarang untuk terbit oleh [[Orde Baru|rezim Soeharto]].<ref name="Anderson (2016)" /> Kwee Thiam Tjing akhirnya meninggal di [[Jakarta]] pada tanggal 28 Mei 1974.<ref name="Suryadinata (2015)" /> Jenazah Kwee lalu dimakamkan di TPU Tanah Abang I di Jakarta. TPU Tanah Abang I kemudian digusur untuk dijadikan [[Taman Prasasti]], sehingga makam Kwee pun digali kembali dan tulang-belulangnya dikremasi agar abunya dapat ditabur di [[Laut Jawa]].
== Kolom di surat kabar ==
Kwee Thiam Tjing mempunyai kolom khusus di kolom ''[[Pewarta Soerabaia]]'' yang bernama "Tjorat-Tjaret Hari Saptoe" yang diisinya dari [[12 Juli]] [[1924]] - [[7 Maret]] [[1925]], ia juga mempunya kolom khusus dalam kolom ''[[Soeara Poeblik]]'' yang diberi nama "Pridato Hari Saptoe". Ia pertama kali menulis mulai [[8 April]] [[1925]] hingga [[11 Juni]] [[1929]], selain itu ia juga memiliki kolom khusus di kolom ''[[Matahari]]'' yang bernama ''"Ngelamoen Malem Minggoe"'', ''"Oering-oeringan"'' dan ''"Gandjelan"'' dari tanggal [[1 Oktober]] [[1934]].
===
==== 1938 ====
* Ouweheer-koe jang tertjinta! Sabtu, 12 Februari 1938
* Soerabaia jang Panas! Sabtu, 19 Februari 1938
* Sebage Tionghoa saja boleh protest boeat kaoem saja!! Sabtu, 26 Februari 1938.
* Sinche-GLATIK poenja Khwamia! Sabtu, 5 Maret 1938.
* Bing Swie 'nSia sang journalist Sin Tit Po!! Jumat 11 Maret 1938.
* Halleluja!!! Jumat, 18 Maret 1938
* Bing Swie ‘nSia poenja Verslag. Sabtu, 26 Maret 1938
* Swee Siauw dan Tjin Tjay Hwee-nja (I) Sabtu 2 April 1938.
* Tiga njonja Tionghoa poenja kesenengan. Sabtu 9 April 1938.
* Swee Siauw dan Tjin Tjay Hwee-nja (II). Sabtu 16 April 1938.
* C.V.B dan Tjin Tjay Hwee (I) Sabtu 23 April 1938,
* Swee Siauw dan Tjin Tjay Hwee-nja (III). Jumat 29 April 1938.
* C.V.B. dan Tjin Tjay Hwee (II) Sabtu, 7 Mei 1938.
* Peroetoengan Nasib tak kenal siapa! Sabtu, 14 Mei 1938
* Soerabaia Poenja Lintah-Darat (I). Sabtu, 21 Mei 1938.
* EXPORT dan IMPORT. Sabtu, 28 Mei 1938
* Bangsa Anak-Mas TWA-THAUW. Sabtu, 11 Juni 1938
* INFERIORINTEITS-COMPLEX. Sabtu, 18 Juni 1938
* TOEAN-MESTER, MAS ATAWA TJOETJOE? Sabtu, 25 Juni 1938
* SOEMBER „KATA’NJA ORANG” Sabtu 2 Juli 1938
* Pemaksaan Pernikahan: Menjembah Emas (I) Sabtu 9 Juli 1938
* Pengadilan Acherat. Sabtu, 23 Juli 1938
* Mas Sontolojo Soponjono. Sabtu 30 Juli 1938
* DALAI LAMA. Sabtu 6 Agustus 1938.
* DJIKAK KĔ KONG YA. Sabtu 13 Agustus 1938.
* Spiegeltje! Spiegel Tje Aan Den Wand!! (I) Sabtu 20 Agustus 1938.
* Tjamboek Berdoeri protest pada Giam Loo Ong. Sabtu 27 Agustus 1938
* Pengaroeh’nja doeit. Sabtu 3 September 1938
* Pemaksaan Perkawinan: Kawin Emas. (II) Sabtu 10 September 1938
* SPIEGELTJE! SPIEGELTJE AAN DEN WAND!!(II) Sabtu 17 September 1938.
* Koers Naek. Sabtu, 24 September 1938
* Prempoean toch tinggal prempoean. Sabtu, 8 Oktober 1938.
* karma. Sabtu 15 Oktober 1938
* Gertak Soerabaia. Sabtu 22 Oktober 1938
* SOEMBER SETORIAN DAN PERTJEREAN. Sabtu 29 Oktober 1938.
* Sorga Doenia. Sabtu, 5 November 1938
* Kalo Bebek Tjampoer Ajam. Sabtu 12 November 1938
* KOEDA KATJANGAN Sabtu,19 November 1938
* Hok Hoei alias telefoon boentoeng! 17 Desember 1938
* Soerabaia poenja Lintah-Darat (II).24 Desember 1938.
* Tepok poekang, senggol bokong! 31 Desember 1938
==== 1939 ====
* De Kakkerlak Zijn Dood, si Leo Zijn Brood!. Sabtu, 7 Januari 1939
* Kemanten godek kepijoer. Sabtu, 14 Januari 1939
* Hollywood Imitatie. Sabtu, 21 Januari 1939
* Pasar Toeri Conversatie. Sabtu, 28 Januari 1939
* Pengaroeh’nja Harta, Ramboet Poetih Berobah Warna. Sabtu, 25 Februari 1939.
* Mampoes sebelon bersemi. Sabtu, 4 Maret 1939
* Boekan saja Systeem. Sabtu, 11 Maret 1939.
* Stof ‘mpot-‘mpotan. Sabtu, 18 Maret 1939.
* Soeab Toehan. Sabtu, 8 April 1939
* Penoetoerannja satoe pedoetan. Sabtu 22 April 1939.
* Faedahnja poenja istri djelek. Sabtu 29 April 1939.
* Tjintjia boo patoet. Sabtu, 6 Mei 1939
* Dongengan’nja bekas perantean (I) Sabtu, 13 Mei 1939
* Dongengan’nja bekas perantean (II) Sabtu, 20 Mei 1939
* Soerabaia type. Sabtu, 27 Mei 1939
* Dongengan’nja bekas perantean (III) Sabtu, 3 Juni 1939.
* Dongengan’nja bekas perantean (IV) Sabtu, 24 Juni 1939.
* 'Njik & ‘ntjim Liong Koet. Sabtu,1 Juli 1939.
* Short – shirt – girl!!. Sabtu, 8 Juli 1939.
* Dongengan’nja bekas perantean (V) Sabtu, 15 Juli 1939.
* Tiauw Sian Lang Tang Toh. Sabtu, 22 Juli 1939
* Pabean conversatie. Sabtu, 29 Juli 1939
* Kalo bintang lagi terang! Sabtu, 5 Agustus 1939.
* Welkom koningskind! Sabtu, 12 Agustus 1939.
* Tjakwee, oempijang, tee-o-tee ! Sabtu, 19 Agustus 1939.
==
* ''Indonesia dalem Api dan Bara'' (2004).
* ''Harian Indonesia Raya'' (22 Juli 1971 – 15 Februari 1972).
==Keturunan==
<ref name="Haryono (2017)" /><ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" />
{{ahnentafel
|collapsed=yes |align=center
|boxstyle_1=background-color: #fcc;
|boxstyle_2=background-color: #fb9;
|boxstyle_3=background-color: #ffc;
|boxstyle_4=background-color: #bfc;
|boxstyle_5=background-color: #9fe;
|1= 1. '''Kwee Thiam Tjing Sia'''
|2= 2. Kwee Tjiong Khing Sia
|3= 3. Liem Liang Nio
|4= 4. Kwee Ping Kwie Sia
|5= 5. Tan Tiong Nio
|6= 6. Liem Bong Wan (lahir pada tahun 1856)
|7= 7. Kwee Khiam Nio
|8= 8. Kwee Sioe Liem, ''Kapitan Cina'' Pasuruan
|9= 9. Sie Tjan Nio
|10= 10. Tan Tong Liep (1831–1907)
|11= 11. Kwee Bien Nio (1831–1905)
|12= 12. Liem Boen Ping (1831–1891)
|13= 13. Kwee Khin Nio (1838–1878)
|14=
|15=
|16= 16. Kwee Sam Hway, ''Letnan Cina'' Malang pertama (1801–1865)
|17= 17. Yauw Ting Kong
|18=
|19=
|20= 20. Tan Hwa Siang (lahir pada tahun 1806)
|21= 21. Oei Hong Nio
|22= 22. Kwee Yong Hoo
|23=
|24= 24. Liem Ian Kie (1805–1848)
|25= 25. Nio Hoo Nio (1813–1866)
|26= 26. Kwee Sam Hway, ''Letnan Cina'' Malang pertama (1801–1865) (=16)
|27= 27. Yauw Ting Kong (=17)
|28=
|29=
|30=
|31=
}}
== Referensi ==
{{reflist}}
== Pranala luar ==
{{wikisource|
* [http://tjamboek28.multiply.com/ Web Khusus Kwee Thiam Tjing] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070103054236/http://tjamboek28.multiply.com/ |date=2007-01-03 }}
* [http://hoedjien74.multiply.com/ Toelisan saja khoesoes boeat sang Hoedjin] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070314010554/http://hoedjien74.multiply.com/ |date=2007-03-14 }}
* [http://djaminodjoliteng.blogspot.com/ Blog Khusus Kwee Thiam Tjing]
* [http://i64.photobucket.com/albums/h171/tjamboek_berdoeri/Kenangan.jpg Kabar
* [http://perfectas.multiply.com/ Manoar mini Kwee Thiam Tjing terdiri 91 edisi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130808170341/http://perfectas.multiply.com/ |date=2013-08-08 }}
{{lifetime|1900|1974|Kwee, Thiam Tjing}}
{{Authority control}}
{{DEFAULTSORT:Kwee, Thiam Tjing}}
[[Kategori:Kelahiran 1900]]
[[Kategori:Kematian 1974]]
[[Kategori:
[[Kategori:Tokoh dari Malang]]
[[Kategori:Wartawan Indonesia]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Pasuruan]]
[[Kategori:Marga Guo]]
|