Kwee Thiam Tjing: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pranala luar: tolong di masoeken ke..... wikisource
Gan 1975 (bicara | kontrib)
Kehidupan: Nama marga Cina bukan berarti ada hubungan keluarga. Jadi penjelasan marga tidak relevant.
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(53 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Chinese name|[[Guo (nama belakang)|Kwee]]}}
[[Gambar:Kwee Thiam Tjing.jpg|thumb|right|150px|Foto Kwee Thiam Tjing]]
{{Infobox person
| name = Kwee Thiam Tjing
| image = Kwee Thiam Tjing.jpg
| alt =
| caption =
| native_name =
| birth_name = Kwee Thiam Tjing Sia
| birth_date = {{Birth date|1900|02|09|df=y}}
| birth_place = [[Pasuruan]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{Death date and age|1974|05|28|1900|02|09|df=y}}
| death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| nationality = [[Warga Negara Indonesia|Indonesia]]
| other_names =
| parents = Kwee Tjiong Khing ''[[Sia (gelar)|Sia]]'' (bapak) <br/> Liem Liang Nio (ibu)
| spouse =
| children = Jeanne Kwee
| education = [[Europeesche Lagere School|ELS]] Malang, [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|MULO]] Malang
| occupation = Penulis, jurnalis, editor dan pemilik koran, dan aktivis politik
| years_active = 1920-an - 1974
| known_for =
| notable_works = [[Indonesia dalem Api dan Bara]], [[Menjadi Tjamboek Bērdoeri]]
| relatives = [[Daftar Kapitan Cina|Kwee Sam Hway, Letnan Cina Malang]] (kakek canggah)<br/> [[Daftar Kapitan Cina|Kwee Sioe Liem, Kapitan Cina Pasuruan]] (kakek buyut)
}}
'''Kwee Thiam Tjing Sia''' (9 Februari 1900 – 28 Mei 1974) atau juga dikenal dengan [[nama pena]] '''Tjamboek Bērdoeri''', adalah seorang penulis, jurnalis, dan aktivis politik sayap kiri terkemuka di [[Indonesia]].<ref name="Suryadinata (2015)">{{cite book |last1=Suryadinata |first1=Leo |title=Prominent Indonesian Chinese: Biographical Sketches |date=2015 |publisher=Institute of Southeast Asian Studies |location=Singapore |isbn=978-981-4620-50-5 |pages=118–119 |url=https://books.google.com/books?id=ZO6gCgAAQBAJ&dq=tjamboek+berdoeri&pg=PA119 |accessdate=14 April 2020 |language=en|edition=4th }}</ref><ref name="Anderson (2016)">{{cite news |last1=Anderson |first1=Benedict |title=Benedict Anderson in Search of Tjamboek Berdoeri |url=https://aaww.org/benedict-anderson-tjamboek-berdoeri/ |accessdate=14 April 2020 |work=Asian American Writers' Workshop |publisher=Asian American Writers' Workshop |date=29 April 2016}}</ref><ref name="Savitri & Widianto (2020)">{{cite news |last1=Savitri |first1=Isma |last2=Widianto |first2=Eko |title=Napak Tilas Tjamboek Berdoeri di Malang |url=https://majalah.tempo.co/read/selingan/159852/napak-tilas-tjamboek-berdoeri-di-malang |accessdate=14 April 2020 |work=Tempo |publisher=Tempo |date=5 March 2020 |language=en}}</ref> Ia paling diingat sebagai penulis dari buku '[[Indonesia dalem Api dan Bara]]' dan sebagai salah satu pendiri dari [[Partai Tionghoa Indonesia]] pada tahun 1932.<ref name="Suryadinata (2015)" />
 
==Kehidupan==
'''Kwee Thiam Tjing''' (lahir [[9 Februari]] [[1900]] di [[Pasuruan]], meninggal [[28 Mei]] [[1974]] di [[Jakarta]]) adalah seorang jurnalis [[Indonesia]]. Ia menempuh pendidikannya di [[ELS]] (Europeesch Lagere School) di kota [[Malang]] dan kemudian terjun ke dunia jurnalisme. Ia menguasai [[bahasa Belanda]], [[bahasa Jawa|Jawa]], [[bahasa Madura|Madura]], dan [[bahasa Hokkian|Hokkian]]. Bahan-bahan tulisannya mencakup segala lapisan masyarakat: kawan-lawan, lelaki-perempuan, tua-muda dan lain-lain.
Lahir pada tahun 1900 di [[Pasuruan]], [[Jawa Timur]], orang tua Kwee adalah keturunan ''[[Tionghoa Peranakan]]'' '[[Cabang Atas]]' yang berasal dari kalangan [[Kapitan Cina|pejabat Cina]] di [[Hindia Belanda]].<ref name="Anderson (2016)" /><ref name="Haryono (2017)">{{cite book |last1=Haryono |first1=Steve |title=Perkawinan Strategis: Hubungan Keluarga Antara Opsir-opsir Tionghoa Dan 'Cabang Atas' Di Jawa Pada Abad Ke-19 Dan 20 |date=2017 |publisher=Steve Haryono |location=Utrecht |isbn=978-90-90-30249-2 |url=https://books.google.com/books?id=IoDgswEACAAJ&q=steve+haryono |accessdate=14 April 2020 |language=en}}</ref> Ayahnya, Kwee Tjiong Khing, adalah cucu dari Kwee Sioe Liem, ''[[Kapitan Cina]]'' Pasuruan, dan cicit dari Kwee Sam Hway (1801–1865), ''Letnan Cina'' Malang pertama, serta cucu dari [[tuan tanah]] asal Surabaya, Tan Tong Liep (1831–1907).<ref name="Haryono (2017)" /><ref name="Reid & Alilunas-Rodgers (2001)">{{cite book |last1=Reid |first1=Anthony |last2=Alilunas-Rodgers |first2=Kristine |title=Sojourners and Settlers: Histories of Southeast China and the Chinese |date=2001 |publisher=University of Hawaii Press |location=Hawaii |isbn=978-0-8248-2446-4 |url=https://books.google.com/books?id=YFIGVqZ9ZKsC&dq=tan+tong+liep&pg=PA196 |accessdate=14 April 2020 |language=en}}</ref> Ibu Kwee Thiam Tjing, Liem Liang Nio, adalah anak dari Liem Bong Wan (lahir pada tahun 1856) dan keponakan dari [[keluarga Kwee dari Ciledug|Liem Bong Lien, ''Letnan Cina'' Pasuruan (1855–1918)]].<ref name="Haryono (2017)" /><ref name="Post & Thio (2019)">{{cite book |last1=Post |first1=Peter |last2=Thio |first2=May Ling |title=The Kwee Family of Ciledug: Family, Status, and Modernity in Colonial Java |date=2019 |publisher=LM Publishers |location=Volendam |isbn=978-94-6022-492-8 |url=https://books.google.com/books?id=Ad1JuwEACAAJ&q=kwee+family+ciledug |accessdate=14 April 2020 |language=en}}</ref> Ia pun mendapat gelar '[[Sia (gelar)|Sia]]', karena merupakan keturunan dari pejabat Cina, tetapi ia tidak pernah menggunakan gelar tersebut.<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson">{{cite book |last1=Berdoeri |first1=Tjamboek |last2=Anderson |first2=Benedict Richard O'Gorman |title=Indonesia dalem api dan bara |date=2004 |publisher=Elkasa |isbn=978-979-98367-1-7 |url=https://books.google.com/books?id=qdxwAAAAMAAJ&q=kwee+tjiong+khing |accessdate=25 April 2020 |language=id}}</ref> Keluarga Kwee di Malang dan Madura ini dapat ditelusuri keberadaannya di Indonesia sejak abad ke-17.<ref>{{Cite web|title=Sekilas Tentang Marga Guo (郭) Dan Tokoh Penyandangnya|url=https://bolong.id/lp/0321/sekilas-tentang-marga-guo-dan-tokoh-penyandangnya|website=bolong.id|language=id|access-date=2023-08-01}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Foo|first=Cynthia|last2=Anderson|first2=Benedict|date=2009-04-01|title=Interview with Benedict Anderson|url=https://urresearch.rochester.edu/institutionalPublicationPublicView.action?institutionalItemId=25808}}</ref>
 
Meskipun hidup relatif nyaman, keluarga Kwee tidak lagi menjadi bagian dari tingkatan teratas pada Cabang Atas, karena ayah Kwee hanya bekerja sebagai penyelia di sebuah pabrik gula di [[Malang]].<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /> Walaupun begitu, Kwee tetap dapat bersekolah di sekolah menengah berbahasa Belanda, yakni [[Europeesche Lagere School|ELS]] dan [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|MULO]] di [[Malang]].<ref name="Suryadinata (2015)" /><ref name="Anderson (2016)" /> Hingga tahun 1902, agar dapat diterima di sekolah berbahasa Belanda, selain memiliki uang yang cukup, siswa non-Eropa harus berlatar belakang aristokrat Jawa atau Peranakan [[Cabang Atas]].<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /> Pendidikan Belanda dan latar belakang Peranakan dari Kwee dapat dilihat pada tulisannya, yang menunjukkan bahwa ia familiar dengan bahasa Melayu, Belanda, Jawa, dan Hokkien.<ref name="Anderson (2016)" />
Pada [[1926]] ia dikenai sembilan delik pers, sehingga terpaksa mendekam selama sepuluh bulan di [[penjara Kalisosok]], [[Surabaya]] dan [[penjara Cipinang]], [[Jakarta]]. Kejadian ini dicatat dalam artikel "Tanggal Paling Tjilaka" di Soeara Publiek, Surabaya 5 Januari 1926.
 
Setelah bekerja sebentar di sebuah perusahaan impor-ekspor, Kwee Thiam Tjing beralih ke dunia jurnalistik.<ref name="Anderson (2016)" /> Pada tahun 1925, Kwee bergabung ke dewan editorial dari koran ''[[Soeara Publiek]]'' asal [[Surabaya]].<ref name="Suryadinata (2015)" /> Pada tahun 1926, ia dipenjara selama satu bulan karena menulis dukungan untuk pemberontakan [[Suku Aceh]] di [[Sumatera Utara]], sehingga melanggar hukum pers kolonial.<ref name="Suryadinata (2015)" /><ref name="Anderson (2016)" /> Pada akhir tahun 1929, Kwee menjadi editor di koran ''[[Sin Tit Po]]'' asal Surabaya yang dimiliki oleh [[Liem Koen Hian]]. Pada tahun 1931, ia pun menjadi kepala editor di koran tersebut.<ref name="Suryadinata (2015)" />
Tulisan-tulisannya banyak dimuat di berbagai penerbitan saat itu, seperti [[Pewarta Soerabaia]], [[Soeara Poeblik]] (menjadi Hoofredactuer antra 20 Juni - 12 Juli 1929), [[Sin Tit Po]], [[Matahari Semarang]]<ref>Radja Goela Oie Tiong Ham, Liem Tjwan Ling , Soerabaia 1979 hal 187</ref> hingga [[Indonesia Raya (surat kabar)|Indonesia Raja]]. Kwee sendiri mengelola langsung [[Pembrita Djember]]. Ia juga menulis karya dengan nama samaran ''Tjamboek Berdoeri''.<ref>[https://www.kompas.com/kompas-cetak/0507/16/pustaka/1899000.htm "Siapakah Tjamboek Berdoeri?"], ''[[KOMPAS]]'', 16 Juli 2005</ref>
 
Pada tahun 1932, bersama Liem, Kwee mendirikan [[Partai Tionghoa Indonesia]] (PTI), sebuah partai politik sayap kiri yang mengadvokasi partisipasi etnis Cina pada gerakan nasionalis Indonesia.<ref name="Suryadinata (2015)" /> Ia awalnya menjabat sebagai sekretaris PTI.<ref name="Suryadinata (2015)" /> Pada saat itu, politik etnis Cina didominasi oleh partai [[Chung Hwa Hui]] yang konservatif, pro-Belanda, dan dilihat sebagai juru bicara dari [[Cabang Atas|pejabat Cina]], serta didominasi oleh kelompok yang disebut sebagai kelompok ''Sin Po'' yang mengadvokasi kesetiaan ke [[Republik Tiongkok (1912–1949)|Republik Tiongkok]].<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /> Melalui PTI, Liem dan Kwee mengajukan alternatif ketiga, yakni bahwa [[Tionghoa Indonesia]] adalah milik Indonesia dan seharusnya berpartisipasi dalam kebangkitan dan pemerdekaan Indonesia dari kolonialisme.<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" />
Pada pertengahan [[1947]] kota Malang berubah menjadi lautan api. Kwee melaporkan kejadian-kejadian itu dengan cermat hingga [[tragedi Mergosono]] yang mungkin telah banyak dilupakan orang.
 
Mulai tahun 1933 hingga 1934, Kwee pindah ke [[Jember]] dan menerbitkan korannya sendiri, yakni ''[[Pembrita Djember]]''.<ref name="Suryadinata (2015)" /><ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /> Setelah koran tersebut tutup, Kwee diundang oleh [[Kwee Hing Tjiat]] untuk menulis di ''Mata Hari'', sebuah koran asal [[Semarang]] yang dimiliki oleh [[Kian Gwan]], konglomerat multinasional terbesar di Asia pada saat itu (didirikan pada tahun 1863 oleh [[Oei Tjie Sien]] dan dikembangkan oleh anaknya, [[Oei Tiong Ham|Mayor Oei Tiong Ham]]).<ref name="Suryadinata (2015)" /><ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /> Walaupun menerima tawaran tersebut, ia tetap tidak yakin dengan koran tersebut, karena koran tersebut berhubungan erat dengan Chung Hwa Hui.<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /> Selama bekerja di Mata Hari, Kwee mendapat surat sarkastik dari temannya yang menganggapnya berkolaborasi dengan kapitalis.<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /> Pada tahun 1936, Kwee telah keluar dari Mata Hari dan sepertinya telah pindah ke [[Bandung]], [[Jawa Barat]], di mana ia menjadi pekerja lepas di sejumlah koran hingga akhirnya kembali ke [[Jawa Timur]] sekitar tahun 1940.<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" />
Berbagai kejadian yang diamatinya itu, termasuk masa-masa sebelumnya yang terjadi pada masa paling kacau di Indonesia ([[1939]]-[[1947]]) ditulisnya dalam sebuah buku setebal 200 halaman dengan menggunakan kertas merang, tanpa penerbit (ternyata ''Perfectas Di Petjinan Malang'' sebagai penerbitnya) dan nama pengarang (namun Kwee Thiam Tjing sendiri memberikan pengantar di buku tersebut menggunakan nama aslinya). Isinya adalah sebuah catatan peringatan untuk anak-cucu, sebuah kenangan yang diberinya judul "[[Indonesia dalem Api dan Bara]]".
 
[[Pendudukan Jepang di Hindia Belanda]] (1942–1945) mengakhiri sebagian besar pers dan organisasi politik kolonial.<ref name="Anderson (2016)" /> Kwee lalu ditunjuk menjadi ketua dari sebuah ''Tonarigumi'', yang merupakan pendahulu dari ''[[rukun tetangga]]''.<ref name="Anderson (2016)" /> Selama menjabat, ia berusaha melindungi wanita dan anak asal Belanda dari pasukan pendudukan Jepang.<ref name="Anderson (2016)" /> Pada tahun 1947 di Malang, di tengah [[revolusi Indonesia]], dengan menggunakan [[pseudonim]] Tjamboek Berdoeri, Kwee menerbitkan karyanya yang paling terkenal, yakni ''Indonesia dalem Api dan Bara''.<ref name="Suryadinata (2015)" /><ref name="Anderson (2016)" /><ref name="Savitri & Widianto (2020)" /> Sejarawan [[Benedict Anderson]] pun menyebut bahwa buku tersebut adalah 'buku terbaik hingga saat ini yang ditulis oleh seorang Indonesia mengenai kekacauan tersebut' (Anderson, 2018).<ref name="Anderson (2016)" />
Setelah terbitnya buku kenangan itu, Kwee lama menghilang dari dunia jurnalisme Indonesia. Baru 24 tahun kemudian ia mendadak muncul kembali dalam sebuah tulisan semacam obituari di harian "[[Indonesia Raya (surat kabar)|Indonesia Raya]]" yang dikelola [[Mochtar Lubis]]. Tulisannya muncul dalam 34 judul dengan 91 edisi penerbitan selama [[1971]]-[[1973]].
 
Tidak banyak yang diketahui mengenai kehidupannya setelah tahun 1946.<ref name="Anderson (2016)" /> Mulai tahun 1960 hingga 1970, Kwee tinggal di [[Kuala Lumpur]], [[Malaysia]] bersama anaknya, Jeanne Kwee, dan menantunya, [[Stanley Gouw]].<ref name="Suryadinata (2015)" /><ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /> Pada tahun 1970, Kwee kembali ke Indonesia. Mulai tahun 1971 hingga 1973, ia menulis serial otobiografi untuk koran milik [[Mochtar Lubis]], yakni ''[[Indonesia Raya (surat kabar)|Indonesia Raya]]''.<ref name="Suryadinata (2015)" /> Pada tahun 1974, koran tersebut dilarang untuk terbit oleh [[Orde Baru|rezim Soeharto]].<ref name="Anderson (2016)" /> Kwee Thiam Tjing akhirnya meninggal di [[Jakarta]] pada tanggal 28 Mei 1974.<ref name="Suryadinata (2015)" /> Jenazah Kwee lalu dimakamkan di TPU Tanah Abang I di Jakarta. TPU Tanah Abang I kemudian digusur untuk dijadikan [[Taman Prasasti]], sehingga makam Kwee pun digali kembali dan tulang-belulangnya dikremasi agar abunya dapat ditabur di [[Laut Jawa]].
Pada akhir Mei 1974, Kwee meninggal dunia dan dikebumikan di pemakaman Tanah Abang I (kini [[Taman Prasasti]]) di [[Jakarta]]. Ketika pemakaman Tanah Abang I digusur, makam Kwee digali kembali dan tulang-belulangnya dikremasikan dan abunya ditabur ke [[Laut Jawa]].
 
== Kolom di surat kabar ==
Kwee Thiam Tjing mempunyai kolom khusus di kolom ''[[Pewarta Soerabaia]]'' yang bernama "Tjorat-Tjaret Hari Saptoe" yang diisinya dari [[12 Juli]] [[1924]] - [[7 Maret]] [[1925]], ia juga mempunya kolom khusus dalam kolom ''[[Soeara PoebliekPoeblik]]'' yang diberi nama "PidatoPridato Hari Saptoe". Ia pertama kali menulis mulai [[8 April]] [[1925]] hingga [[11 Juni]] [[1929]], selain itu ia juga memiliki kolom khusus di kolom ''[[Matahari]]'' yang bernama ''"Ngelamoen Malem Minggoe"'', ''"Oering-oeringan"'' dan ''"Gandjelan"'' dari tanggal [[1 Oktober]] [[1934]].
 
=== Tulisan di Sin Tit Po ===
Kwee Thiam Tjing juga mempunyai kolom khusus di ''Pewarta Soerabaia'' yang bernama "Tjorat-Tjaret Hari Saptoe" yang diisinya dari [[12 Juli]] [[1924]] - [[7 Maret]] [[1925]].
===Tulisan= di1938 Sin Tit Po====
====1938====
*Ouweheer-koe jang tertjinta! Sabtu, 12 Februari 1938
*Soerabaia jang Panas! Sabtu, 19 Februari 1938
*Sebage Tionghoa saja boleh protest boeat kaoem saja!! Sabtu, 26 Februari 1938.
*Sinche-GLATIK poenja Khwamia! Sabtu, 5 Maret 1938.
*Bing Swie ‘nSia sang journalist Sin Tit Po!! Jumat 11 Maret 1938.
*Halleluja!!! Jumat, 18 Maret 1938
*Bing Swie ‘nSia poenja Verslag. Sabtu, 26 Maret 1938
*Swee Siauw dan Tjin Tjay Hwee-nja (I) Sabtu 2 April 1938.
*Tiga njonja Tionghoa poenja kesenengan. Sabtu 9 April 1938.
*Swee Siauw dan Tjin Tjay Hwee-nja (II). Sabtu 16 April 1938.
*C.V.B dan Tjin Tjay Hwee (I) Sabtu 23 April 1938,
*Swee Siauw dan Tjin Tjay Hwee-nja (III). Jumat 29 April 1938.
*C.V.B. dan Tjin Tjay Hwee (II) Sabtu, 7 Mei 1938.
*Peroetoengan Nasib tak kenal siapa! Sabtu, 14 Mei 1938
*Soerabaia Poenja Lintah-Darat (I). Sabtu, 21 Mei 1938.
*EXPORT dan IMPORT. Sabtu, 28 Mei 1938
*Bangsa Anak-Mas TWA-THAUW. Sabtu, 11 Juni 1938
*INFERIORINTEITS-COMPLEX. Sabtu, 18 Juni 1938
*TOEAN-MESTER, MAS ATAWA TJOETJOE? Sabtu, 25 Juni 1938
*SOEMBER „KATA’NJA ORANG” Sabtu 2 Juli 1938
*Pemaksaan Pernikahan: Menjembah Emas (I) Sabtu 9 Juli 1938
*Pengadilan Acherat. Sabtu, 23 Juli 1938
*Mas Sontolojo Soponjono. Sabtu 30 Juli 1938
*DALAI LAMA. Sabtu 6 Agustus 1938.
*DJIKAK KĔ KONG YA. Sabtu 13 Agustus 1938.
*Spiegeltje! Spiegel Tje Aan Den Wand!! (I) Sabtu 20 Agustus 1938.
*Tjamboek Berdoeri protest pada Giam Loo Ong. Sabtu 27 Agustus 1938
*Pengaroeh’nja doeit. Sabtu 3 September 1938
*Pemaksaan Perkawinan: Kawin Emas. (II) Sabtu 10 September 1938
*SPIEGELTJE! SPIEGELTJE AAN DEN WAND!!(II) Sabtu 17 September 1938.
*Koers Naek. Sabtu, 24 September 1938
*Prempoean toch tinggal prempoean. Sabtu, 8 Oktober 1938.
*karma. Sabtu 15 Oktober 1938
*Gertak Soerabaia. Sabtu 22 Oktober 1938
*SOEMBER SETORIAN DAN PERTJEREAN. Sabtu 29 Oktober 1938.
*Sorga Doenia. Sabtu, 5 November 1938
*Kalo Bebek Tjampoer Ajam. Sabtu 12 November 1938
*KOEDA KATJANGAN Sabtu,19 November 1938
*Hok Hoei alias telefoon boentoeng! 17 Desember 1938
*Soerabaia poenja Lintah-Darat (II).24 Desember 1938.
*Tepok poekang, senggol bokong! 31 Desember 1938
 
* Ouweheer-koe jang tertjinta! Sabtu, 12 Februari 1938
====1939====
* Soerabaia jang Panas! Sabtu, 19 Februari 1938
*De Kakkerlak Zijn Dood, si Leo Zijn Brood!. Sabtu, 7 Januari 1939
* Sebage Tionghoa saja boleh protest boeat kaoem saja!! Sabtu, 26 Februari 1938.
*Kemanten godek kepijoer. Sabtu, 14 Januari 1939
* Sinche-GLATIK poenja Khwamia! Sabtu, 5 Maret 1938.
*Hollywood Imitatie. Sabtu, 21 Januari 1939
* Bing Swie 'nSia sang journalist Sin Tit Po!! Jumat 11 Maret 1938.
*Pasar Toeri Conversatie. Sabtu, 28 Januari 1939
* Halleluja!!! Jumat, 18 Maret 1938
*Pengaroeh’nja Harta, Ramboet Poetih Berobah Warna. Sabtu, 25 Februari 1939.
*Mampoes sebelonBing bersemiSwie ‘nSia poenja Verslag. Sabtu, 426 Maret 19391938
* Swee Siauw dan Tjin Tjay Hwee-nja (I) Sabtu 2 April 1938.
*Boekan saja Systeem. Sabtu, 11 Maret 1939.
* Tiga njonja Tionghoa poenja kesenengan. Sabtu 9 April 1938.
*Stof ‘mpot-‘mpotan. Sabtu, 18 Maret 1939.
*Soeab ToehanSwee Siauw dan Tjin Tjay Hwee-nja (II). Sabtu, 816 April 19391938.
*Penoetoerannja satoe pedoetanC.V.B dan Tjin Tjay Hwee (I) Sabtu 2223 April 1939.1938,
*Faedahnja poenjaSwee istriSiauw djelekdan Tjin Tjay Hwee-nja (III). SabtuJumat 29 April 19391938.
*Tjintjia boo patoetC.V.B. dan Tjin Tjay Hwee (II) Sabtu, 67 Mei 19391938.
*Dongengan’nja bekasPeroetoengan peranteanNasib (I)tak kenal siapa! Sabtu, 1314 Mei 1939 1938
*Dongengan’nja bekasSoerabaia peranteanPoenja Lintah-Darat (III). Sabtu, 2021 Mei 1939 1938.
*Soerabaia type.EXPORT dan IMPORT. Sabtu, 2728 Mei 19391938
*Dongengan’nja bekasBangsa peranteanAnak-Mas (III)TWA-THAUW. Sabtu, 311 Juni 1939. 1938
*Dongengan’nja bekas perantean (IV)INFERIORINTEITS-COMPLEX. Sabtu, 2418 Juni 1939.1938
*'Njik &TOEAN-MESTER, ‘ntjimMAS LiongATAWA Koet.TJOETJOE? Sabtu,1 Juli 1939.25 Juni 1938
*Short SOEMBER shirt„KATA’NJA – girl!!.ORANG” Sabtu, 82 Juli 1939.1938
*Dongengan’nja bekasPemaksaan peranteanPernikahan: Menjembah Emas (VI) Sabtu, 159 Juli 1939.1938
*Tiauw SianPengadilan Lang Tang TohAcherat. Sabtu, 2223 Juli 19391938
*Pabean conversatieMas Sontolojo Soponjono. Sabtu, 2930 Juli 1939 1938
*Kalo bintang lagi terang!DALAI LAMA. Sabtu, 56 Agustus 19391938.
*Welkom koningskind!DJIKAK KĔ KONG YA. Sabtu, 1213 Agustus 19391938.
*Tjakwee, oempijang,Spiegeltje! tee-o-teeSpiegel Tje Aan Den Wand!! (I) Sabtu, 1920 Agustus 19391938.
* Tjamboek Berdoeri protest pada Giam Loo Ong. Sabtu 27 Agustus 1938
* Pengaroeh’nja doeit. Sabtu 3 September 1938
* Pemaksaan Perkawinan: Kawin Emas. (II) Sabtu 10 September 1938
* SPIEGELTJE! SPIEGELTJE AAN DEN WAND!!(II) Sabtu 17 September 1938.
* Koers Naek. Sabtu, 24 September 1938
* Prempoean toch tinggal prempoean. Sabtu, 8 Oktober 1938.
* karma. Sabtu 15 Oktober 1938
* Gertak Soerabaia. Sabtu 22 Oktober 1938
* SOEMBER SETORIAN DAN PERTJEREAN. Sabtu 29 Oktober 1938.
* Sorga Doenia. Sabtu, 5 November 1938
* Kalo Bebek Tjampoer Ajam. Sabtu 12 November 1938
* KOEDA KATJANGAN Sabtu,19 November 1938
* Hok Hoei alias telefoon boentoeng! 17 Desember 1938
* Soerabaia poenja Lintah-Darat (II).24 Desember 1938.
* Tepok poekang, senggol bokong! 31 Desember 1938
 
==Bibliografi== 1939 ====
*''Indonesia dalem Api dan Bara'' (2004).
*''Harian Indonesia Raya'' (22 Juli 1971 – 15 Februari 1972).
 
* De Kakkerlak Zijn Dood, si Leo Zijn Brood!. Sabtu, 7 Januari 1939
==Referensi==
* Kemanten godek kepijoer. Sabtu, 14 Januari 1939
<references/>
* Hollywood Imitatie. Sabtu, 21 Januari 1939
* Pasar Toeri Conversatie. Sabtu, 28 Januari 1939
* Pengaroeh’nja Harta, Ramboet Poetih Berobah Warna. Sabtu, 25 Februari 1939.
* Mampoes sebelon bersemi. Sabtu, 4 Maret 1939
* Boekan saja Systeem. Sabtu, 11 Maret 1939.
* Stof ‘mpot-‘mpotan. Sabtu, 18 Maret 1939.
* Soeab Toehan. Sabtu, 8 April 1939
* Penoetoerannja satoe pedoetan. Sabtu 22 April 1939.
* Faedahnja poenja istri djelek. Sabtu 29 April 1939.
* Tjintjia boo patoet. Sabtu, 6 Mei 1939
* Dongengan’nja bekas perantean (I) Sabtu, 13 Mei 1939
* Dongengan’nja bekas perantean (II) Sabtu, 20 Mei 1939
* Soerabaia type. Sabtu, 27 Mei 1939
* Dongengan’nja bekas perantean (III) Sabtu, 3 Juni 1939.
* Dongengan’nja bekas perantean (IV) Sabtu, 24 Juni 1939.
* 'Njik & ‘ntjim Liong Koet. Sabtu,1 Juli 1939.
* Short – shirt – girl!!. Sabtu, 8 Juli 1939.
* Dongengan’nja bekas perantean (V) Sabtu, 15 Juli 1939.
* Tiauw Sian Lang Tang Toh. Sabtu, 22 Juli 1939
* Pabean conversatie. Sabtu, 29 Juli 1939
* Kalo bintang lagi terang! Sabtu, 5 Agustus 1939.
* Welkom koningskind! Sabtu, 12 Agustus 1939.
* Tjakwee, oempijang, tee-o-tee ! Sabtu, 19 Agustus 1939.
 
== Pranala luarBibliografi ==
{{wikisource|Pers Delict Kwee Thiam Tjing}}
{{wikisource|Tanggal Paling Tjilaka}}
 
* ''Indonesia dalem Api dan Bara'' (2004).
XIV. Satoe peladjaran dalem pengidoepan.
* ''Harian Indonesia Raya'' (22 Juli 1971 – 15 Februari 1972).
Djoema’at 12 Djoeli 1929.
Pembatja, djika pembatja soedah batja ini toelisan, saja soedah lama angkat kaki dari Swara Publiek.
Pada hari Rebo jang laloe, saja tida masoek bekerdja kerna tida enak badan, sebab di Hari Minggoe’nja saja telah keliling boeat tjari agen goena ini soerat-kabar dan sebab badan terlaloe tjape serta seantero kena-angin, hingga itoe menjebabken saja tida masoek bekerdja. Djoega kemaren saja masih belon semboeh-betoel, koetika dengen mendadak di waktoe siang toean Tjioe Hwie Bing, Directuer Swara Publiek ada dateng diroemah saja boeat kasih taoe jang Swara Publiek sekarang ia soedah overken pada Pewarta Soerabaja, zonder itoe hal saja, sebage Hoofdredacteur, diremboekin lebih doeloe, sebab alesan’nja toean Tjioe, katanja ia soedah terlaloe tjape kerna dapet ganggoean dari zetters, jang saben² madjoeken bon. Jang ini alesan ada lemah sekali, itoe sesoeatoe orang bisa-itoeng di-djarinja.
Dari toean Liem Koen Hian saja denger, doeloe, koetika ia maoe overken Soeara Publiek pada toean Tjioe Hwie Bing, toean Liem Koen Hian tjoema maoe lakoeken itoe djika toean Tjioe maoe djandji jang tida nanti ia overken Soeara Publiek (Swara publiek) pada Pewarta Soerabaja.
Belakangan koetika itoe pengoveran dengen perdjandjian terseboet di lakoeken, toean Liem Koen Hian tetep pangkoe djabatan sebagi Directuer-Hoofredactuer dari Swara Publiek, serta itoe nama diganti dengen Soeara Publiek jang sekarang (Swara Publiek).
Atas oendangan’nja toean Liem saja kamoedian bekerdja kombali. Ini berdjalan sampe pada tanggal 20 Juni jang boelan laloe, koetika dengen mendadak toean Liem brenti, kerna ia dapet firasat tida-bisa bekerdja lebih lama sama toean Tjioe Hwie Bing, kerna jang terseboet belakangan ini selaloe bentrokan pikiran sadja dalem oeroesan soerat-kabar.
Satoe soerat-kabar tida bisa dioeroes setjara kita oeroes satoe waroeng kopi!.
Di harian toen Liem madjoeken ia poenja permitaan brenti, di itoe hari djoega saja maoe brenti djoega, sebab memang saja tida-ingetan kombali pada Swara Publiek, djika itoe waktoe boekan toean Liem Koen Hian jang mendjadi kepala dan boekan ia jang minta.
Tapi itoe niatan boeat minta pandjangken sampe lebih dari ampat taon dalem keadaan jang pajah sekali, Soeara Publiek jang sekarang (Swara Publiek) alamken perobahan jang ia dan saja tida sekali-kali impeken atawa diinginken!!!
Biarlah boeat pengabisan kali brenti dengen bebeareng soedah ditjegah oleh toean Liem sendiri, sebab ia tida maoe jang orang loear nanti bisa dapet sangkaan seolah-olah ia jang mendjadi lantaran dari brentinja banjak pegawe.
Orang jang poenja sedikit perasaan tentang apa jang dinamaken „koeadjiban kehormatan” bisa mengerti ajng toean Liem ada itoe moreele ver plichting(*bertalian dengen kebenaran dan memenoehi kewadjiban’nja) boeat tida pergi dengen begitoe sadja.
Soepaia bisa mengampangken toean Liem (jang djandji dalem tempo doea boelan bisa kasih ketetepan jang pasti pada saja, apa ia masih maoe ambil over Swara Publiek lagi atawa tida), maka-djoega saja maoe pimpin-teroes ini soerat-kabar.
Berhoeboeng dengen brentinja toean Liem, tida sedikit bikin tergontjangan’nja zetters, ketambahan 5 orang dari mereka zonder sebab dilepas dari pekerdja’annja dengen tjara begitoe sadja, sebab katanja toean Tjioe Hwie Bing (jang gantiken toean Liem sebage Directuer), sekarang pekerdja’an moesti bezuinia(*penghematan) itoe 5 zetters dilepas pada hari senennja zonder ada salah dan zonder dikasih keroegian apa². Apalagi ia orang itoe pagi soedah masoek bekerdja sampe ampir djam 10.
Mereka berame-rame maoe mogok jang mana bisa dimengerti. Achirnja ia orang madjoeken permintaan² jang soedah diloeloesin.
Belakangan bisa-djoega saja dapetken boeat mereka kenaikan gadjih, serta lebih djaoeh ia orang djoega dikasi koetika boeat madjoeken bon jang saben minggoe aken dipotong loenas dari salaris’nja, padahal sebelon’nja itoe djangan harep mereka itoe bisa dapetken.
Begitoelah ini pekerdja’an berdjalan teroes.
Bebrapa waktoe berselang saja denger dari satoe sobat, jang katanja Swara Publiek oleh toan Tjioe maoe di overken sama Pewarta Soerabaja.
Saja terangken pada toean Tjioe jang perboeatan begitoe sedikitnja tida bisa dinamaken satoe perboeatan jang pantes. Saja sebage hoofdredacteur, Moesti dikasih taoe lebih doeloe soepaia dengen begitoe saja bisa atoer apa jang perloe berhoeboeng sama soerat-menjoerat jang soedah djalan sama berbage pembantoe, agent² dan sebagenja. Djika toean Tjioe lebih doeloe kasih taoe tentang ia poenja maksoed boeat overken Swara Publiek pada Pewarta, saja djoega tida ambil kebratan, maski dengen berboeat begitoe toean Tjioe soedah langgar perdjandjian’nja koetika ia ambil over Soeara Publiek dari tangannja toean Liem Koen Hian. Boeat bekerdja dibawah satoe mandor, trima kasih sebagimana saja seringkali soedah boektiken dan jang djoega tentoe di-akoein oleh toean Tjioe Hwie Bing, kaloe sadja ia tida poengkir lagi apa jang saja bilang.
Begitoe saja denger tentang itoe, boeroe² saja dateng di „Sing Bing” boeat ketemoe sama toean Tjioe Hwie Bing pada siapa saja oelangken apa jang saja baroesan denger, serta dalem tanganja Pewarta baek sekarang maoepoen besok!.
Sajang! Swara Publiek jang oesianja dengen soesah-pajah dibilang djoega: „Ini hari Swara Publiek djato dalem tangannja Pewarta ini hari djoega saja brenti!!” ini djoega didenger oleh toean Ong Ting Gwan, pegawe dari Sing Bing.
Toean Tjioe Hwie Bing lantas soempah, biar ia tida bisa djaga anak bininja, tida nanti ia djoeal Swara Publiek pada Pewarta.
Saja pertjaja ini, sebab siapa djoega tida pertjaja sama toean Tjioe Hwie Bing, seorang jang namanja kaja dan djadi rentenier, apa lagi ia soempah dengen-angkoet sekali anak-bininja jang katanja ia tida bisa djaga teroes, bila ia poeter-omongan?
Begitoelah pekerdja’an dilakoeken sebagimana biasa.
Sampe pada hari Rebo jang baroe laloe saja tida masoek bekerdja, sebab sakit, seperti apa jang soedah terangken di seblah atas. Kemisnja toen Tjioe dateng diroemah saja dengen bilang sekarang Swara Publiek soedah djatoh dalem tanganja Pewarta, sebab katanja toean Tjioe soedah terlaloe djengkel oeroes itoe pekerdja’an, kerna sering² digoda oleh segala bon dari zetters. Hingga dengen mendadak ia ambil itoe poetoesan, zonder lebih doeloe kasih taoe pada saja.
Saja tjoema bisa mesem sadja, kerna boeat pertjaja itoe alesan, ini ada soesah. Satoe orang sebagi toean Tjioe Hwie Bing moestahil sekali bisa ilang ia poenja daja² kerna tjoema oleh zetter sadja. Ini djoega saja bilang padanja, tapi kombali toean Tjioe menetepin itoe alesan jang ia soedah tjape sekali, kikkhie sekali enz.
Toean Tjioe Hwie Bing kasih pengakoean, jang „ia sama sekali tida inget sampe disitoe”. Ia tjoema inget sadja, satoe kali ia kasih over Swara Publiek pada Pewarta, ia soedah ilang gandjelan’nja jang sebegitoe lama soedah gandjel ia poenja oeloe-hati. Saja masih tida begitoe pertjaja itoe alesan, sebab terlaloe gila sekali, dalem doea hari Rebo dan Kemis, jang saja tida masoek bekerdja, itoe perkara soedah „Djadi”, sebab katanja Pewarta minta ketetepan dalem tempo doea kali doea poeloeh ampat djam sadja. Saja tida kira jang toean Tjioe Hwie Bing bisa dipengaroehin sampe begitoe keras oleh tjoema Pewarta Soerabaja sadja.
Dan begitoelah itoe pengoveran soedah terdjadi, diloear taoenja saja, diwaktoe saja tida masoek bekerdja.
Ini tjara dari toean Tjioe Hwie Bing tegoehken itoe doegaan² dari banjak orang jang bilang pada saja, bahwa dibelakangnja itoe pengoveran dari tangannja toean Liem Koen Hian ada-berdiri Pewarta Soerabaja jang taoe, djika dari toean Liem Koen Hian sendiri, djangan senatara tjoema Pewarta Soerabaja sadja, biarpoen Pewarta Soerabaja dilipet mendjadi 10x, toch tida aken bisa ambil Soeara Publiek, lebih soeka toean Liem liat Soeara Publiek dikoeboer dari pada idoep teroes dibawah pimpinannja satoe mandor. Maka toean Tjioe Hwie Bing bisa over Swara Publiek, hanja tjoema dengen itoe perdjandjian sadja; Soeara Publiek tida aken djatoh; Swara Publiek moeat soearanaj ia poenja pemimpin² jang dengen mati²an belaken ia poenja oesia.
Pada semoea toean² pembantoe jang soedah angsoerken mareka poenja pembantoean jang sanget berharga di waktoenja Soeara Publiek (Swara Publiek) ada dibawah pimpinan toean Liem Koen Hian dan saja dengen ini kita orang hatoerken banjak trima kasih!
Djoega pada toean² agent Soeara Publiek (Swara Publiek), jang, kendati keoentoengannja jang bisa ditarik dari mereka poenja agentschap boleh dibilang ada nihil dan tjoema berati repot sadja, toch soedah tida liat itoe semoea dan soedah kasih mereka poenja pertoeloengan diwaktoenja Soeara Publiek (Swara Publiek) berada didalem pimpinannja toean Liem Koen Hian dan saja dengen ini-djalan kita orang membilang banjak trima kasih!
Dan achirnja pada semoea Zetters Soeara Publiek (Swara Publiek) jang toeroet kedinginan dan kepanasan berbareng sama kita orang, mereka boeat selandjoetnja aken zet laen soerat-kabar dari pada biasanja ia orang zet. Boeat mereka poenja setia dan bersatoe hati jang tida pandeng gadjih atawa pekerdja’an bear, kita orang njataken kita poenja soekoer jang sebegitoe lama kita orang bisa bekerdja dengen satoe hati, satoe pikiran dan satoe toedjoean!
Pada mereka semoea kita berdoea hatoerken: SLAMET TINGGAL!!
KWEE THIAM TJING.
 
==Keturunan==
* [http://tjamboek28.multiply.com/ Web Khusus Kwee Thiam Tjing]
<ref name="Haryono (2017)" /><ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" />
{{ahnentafel
|collapsed=yes |align=center
|boxstyle_1=background-color: #fcc;
|boxstyle_2=background-color: #fb9;
|boxstyle_3=background-color: #ffc;
|boxstyle_4=background-color: #bfc;
|boxstyle_5=background-color: #9fe;
|1= 1. '''Kwee Thiam Tjing Sia'''
|2= 2. Kwee Tjiong Khing Sia
|3= 3. Liem Liang Nio
|4= 4. Kwee Ping Kwie Sia
|5= 5. Tan Tiong Nio
|6= 6. Liem Bong Wan (lahir pada tahun 1856)
|7= 7. Kwee Khiam Nio
|8= 8. Kwee Sioe Liem, ''Kapitan Cina'' Pasuruan
|9= 9. Sie Tjan Nio
|10= 10. Tan Tong Liep (1831–1907)
|11= 11. Kwee Bien Nio (1831–1905)
|12= 12. Liem Boen Ping (1831–1891)
|13= 13. Kwee Khin Nio (1838–1878)
|14=
|15=
|16= 16. Kwee Sam Hway, ''Letnan Cina'' Malang pertama (1801–1865)
|17= 17. Yauw Ting Kong
|18=
|19=
|20= 20. Tan Hwa Siang (lahir pada tahun 1806)
|21= 21. Oei Hong Nio
|22= 22. Kwee Yong Hoo
|23=
|24= 24. Liem Ian Kie (1805–1848)
|25= 25. Nio Hoo Nio (1813–1866)
|26= 26. Kwee Sam Hway, ''Letnan Cina'' Malang pertama (1801–1865) (=16)
|27= 27. Yauw Ting Kong (=17)
|28=
|29=
|30=
|31=
}}
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
{{wikisource|Kategori:Kwee Thiam Thing|{{PAGENAME}}}}
* [http://tjamboek28.multiply.com/ Web Khusus Kwee Thiam Tjing] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070103054236/http://tjamboek28.multiply.com/ |date=2007-01-03 }}
* [http://hoedjien74.multiply.com/ Toelisan saja khoesoes boeat sang Hoedjin] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070314010554/http://hoedjien74.multiply.com/ |date=2007-03-14 }}
* [http://djaminodjoliteng.blogspot.com/ Blog Khusus Kwee Thiam Tjing]
* [http://i64.photobucket.com/albums/h171/tjamboek_berdoeri/Kenangan.jpg Kabar duka citadukacita Kwee Thiam Tjing]
* [http://perfectas.multiply.com/ Manoar mini Kwee Thiam Tjing terdiri 91 edisi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130808170341/http://perfectas.multiply.com/ |date=2013-08-08 }}
 
{{lifetime|1900|1974|Kwee, Thiam Tjing}}
 
{{Authority control}}
 
{{DEFAULTSORT:Kwee, Thiam Tjing}}
[[Kategori:Kelahiran 1900]]
[[Kategori:Kematian 1974]]
[[Kategori:JurnalisCabang IndonesiaAtas]]
[[Kategori:Tokoh dari Malang]]
[[Kategori:Wartawan Indonesia]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Pasuruan]]
[[Kategori:Marga Guo]]