Citak Mitak, Mappi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
(9 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 3:
|dati2=Kabupaten
|nama dati2=Mappi
|luas=- km
|penduduk=-
|kelurahan=-
|nama camat=- Herman Nahinde S.Sos
|kepadatan=- jiwa/km
|provinsi=Papua Selatan
}}
'''Citak Mitak''' adalah sebuah [[distrik (Papua)|distrik]] di [[Kabupaten Mappi]], [[Papua Selatan]], [[Indonesia]].
Distrik Citak-Mitak merupakan sebuah wilayah yang terdapat di provinsi Papua Selatan yaitu sebuah wilayah yang terletak paling ujung timur Indonesia yang sering disebut dengan pulau Cendrawasih.
Masyarakat Papua memiliki kurang lebih 250 suku-suku besar yang di dalam suku besar tersebut terdapat sub-sub suku kecil dengan bahasa, budaya, adat istiadat, karakter hidup yang sangat beragam. Semua ini disebabkan oleh kondisi georafis yang sangat unik dan berbeda-beda antara satu wilayah dengan wilayah yang lainnya, dimana Alam Papua memiliki banyak sungai, kali, telaga, rawa-rawa sagu, hutan mangrove, gunung-gunung, bukit dan lembah serta lautan yang luas yang kesemuanya ini menjadi pemicu terjadinya perbedaan mendasar bagi masyarakat Papua.
Baris 27:
== Hidrologi ==
=== Sungai ===
Wilayah Distrik Citak-Mitak terdapat sungai besar dan beberapa anak sungai, rawa-rawa, kali dan telaga yang berskala besar maupun kecil di antaranya dua sungai besar yang dapat dilayari oleh kapal laut, kapal motor yang berfungsi sebagai alat transportasi. Pada musim hujan aliran sungai relatif lebih besar di bandingkan dengan keadaan musim kemarau. Kedua sungai ini tidak dipengaruhi oleh air laut karena letaknya berada jauh dari air laut, kedua sungai tersebut adalah sungai Daeram dan [[sungai Wildeman]]. Keduan sungai tersebut sekaligus menjadi pembatas antara [[suku Citak]] dan Mitak. Suku Citak menempati sepanjang aliran sungai Daeram sedangkan suku Mitak, yakni
=== Rawa ===
Sebagian besar wilayah Citak-Mitak merupakan daerah dataran rendah yang berawa-rawa, dimana sifat rawa tersebut adalah besifat musiman artinya kalau musim hujan menjadi rawa dan kalau musim kemarau menjadi kering, tetapi demikian ada rawa yang sepanjang tahun tidak pernah kering antara lain rawa Bitnew dan rawa Vomu. Rawa-rawa yang bisa di sebutkan adalah rawa Bitnew, rawa epem, sunudam, rawa komasma rawa busiri, rawa keta dan rawa wonggi. Semua rawa-rawa ini memberikan potensi yang bagus bagi pertanian dan perikanan serta pariwisata namun sampai saat ini potensi tersebut belum digali dan diolah karena sumber daya alam tersebut belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah daerah khususnya pemerintahan Distrik Citak-Mitak.
== Demografi ==
* Wilayah pegunungan dengan karakter hidup mereka suka bertani/ bercocok tanam dan berburu.
* Wilayah pantai atau masyarakat yang hidup di pinggir pantai bagian utara Papua, dan pulau-pulau, kehidupan keseharian mereka adalah mencari ikan (nelayan)
Baris 39 ⟶ 40:
* Wilayah pedalaman atau masyarakat Papua yang hidup di daerah rawa-rawa dan sungai serta danau, mereka suka mencari ikan, nelayan, meramu(menokok sagu) dan bercocok tanam.
Masyarakat Distrik Citak-Mitak dengan kondisi geografisnya berada di wilayah [[Kabupaten Mappi]], Provinsi Papua Selatan. Masyarakat yang bermukim disini merupakan kumpulan beberapa suku-suku dari seluruh suku bangsa di Papua. Dari sekian banyak suku/ etnis dan ras yang tinggal dan menetap di wilayah Citak-Mitak yang merupakan suku-suku asli Citak-Mitak adalah: [[Suku Asmat]] Darat, [[Suku Citak]], [[Suku Kombay]], [[Suku Koroway]], Suku Korfa dan Suku Korfey. Mereka menetap di daerah Citak, sepanjang sungai Daeram Kabur dan Daeram jernih hingga [[sungai Digul]]. Sedangkan suku-suku lain yang berada di daerah Mitak penduduknya bermukim sepanjang [[Sungai Wildeman]] adalah [[Suku Awyu]] dan [[Suku Yakai]].
Masyarakat
Nama "Citak" merupakan pemberian nama orang Belanda karena peneliti Belanda memasuki daerah ini dari Merauke melalui wilayah suku Awyu yang menyebut suku yang tinggal di daerah ini dengan nama Citak.<ref name="Antoni 2010 pp. 411–422">{{cite journal | last=Antoni | first=Alexander de | title=“Call Us Kau, Not Citak.” Constitutive Factors for the Ethnic Consciousness of an Asmat Subgroup | journal=Anthropos | publisher=Nomos Verlag | volume=105 | issue=2 | year=2010 | issn=0257-9774 | doi=10.5771/0257-9774-2010-2-411 | pages=411–422}}</ref> Pandangan beberapa kalangan seperti tokoh-tokoh adat dan para tua-tua adat, mengatakan bahwa pemberian nama citak kepada wilayah daeram kabur dan jernih merupakan satu pelecehan dan pemghinaan. Orang Belanda menggunakan kata "Citak" karena masyarakat di wilayah tersebut pada waktu itu suka memakan daging manusia, manusia berekor, manusia komodo, manusia cicak.{{Citation needed|date=November 2022}}
Setelah mengetahui arti dari nama Citak maka masyarakat citak tidak menyukai dan mengatakan bahwa sebelum orang belanda memberikan nama citak kepada masyarakat wilayah tersebut,{{Citation needed|date=November 2022}} mereka telah mempunyai nama sesuai pemberian dari nenek moyang adalah
▲Setelah mengetahui arti dari nama Citak maka masyarakat citak tidak menyukai dan mengatakan bahwa sebelum orang belanda memberikan nama citak kepada masyarakat wilayah tersebut, mereka telah mempunyai nama sesuai pemberian dari nenek moyang adalah KAU. KAU merupakan penyebutan nama terhadap suku-suku yang tersebar di wilayah Citak, sedang nama asli suku Asmat darat adalah "Sirap" yang artinya manusia.
== Bahasa ==
Dengan banyaknya penyebaran suku-suku di wilayah Citak-Mitak ternyata berpengaruh pada bahasa yang digunakan sehari-hari. Dari sisi ini dapat ditemukan pula beberapa bahasa yang memiki kesamaan dan ada pula yang berbeda sama sekali.
Suku Asmat Darat dan [[Suku
== Pola kehidupan ==
|