Kerajaan Janggala: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ibuku (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Rakehino (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(44 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{no footnotes}}
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name = KarājāanKerajaan JaṅggalaJanggala
| common_name = Janggala
| continent =
Baris 22:
| image_map = Kediri Kingdom id.svg
| image_map_caption = Letak wilayah Janggala (ibukota [[Kahuripan]]) dan Panjalu (ibukota [[Daha]]) kemudian bersatu menjadi Kerajaan [[Kadiri|Panjalu]]/Kadiri
| capital = [[Kahuripan]] <br>(1042 - 1135)
| common_languages = [[Bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]], [[Sansekerta]]
| government_type = [[Monarki]]
| title_leader = Sri/RajaMaharaja
| leader1 = [[Mapanji Garasakan]]
| year_leader1 = 1042 - 1052
Baris 36:
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Hindu-Buddha}}
'''Kerajaan Janggala''' atau '''Jenggala''' ({{lang-jv|ꦏꦼꦫꦗꦄꦤ꧀ꦗꦁꦒꦭ}}) adalah sebuah [[Monarki|kerajaan]] [[Hindu]]-[[Buddhisme|Buddha]] yang terdapat di [[Jawa]] [[Jawa Timur|Timur]], [[Indonesia]], antara tahun [[1042]] dan berakhir disekitar tahun [[1135]]-an. Wilayah Jenggala membentang dari [[Mojokerto]] hingga [[Banyuwangi]], yang saat ini menjadi pusat wilayah kebudayaan wetanan. Janggala Merupakan salah satu kerajaan hasil pembelahan yang juga didirikan oleh [[Airlangga]]. Kerajaan ini dipimpin oleh [[wangsa Isyana]]. Lokasi pusat kerajaan diperkirakan sekarang berada di wilayah [[Porong, Sidoarjo]].<ref>https://www.britannica.com/place/Janggala</ref>
 
== Etimologi ==
{{Main|Prasasti Kamalagyan}}
Nama Janggala diperkirakan berasal kata "Hujung Galuh", atau disebut "Jung-ya-lu" berdasarkan catatan China tahun 1225, buku ''[[Zhu fan zhi]]'' yang ditulis oleh [[Zhao Rugua]].<ref name="ReferenceA">F. Hirth and W.W. Rockhill, Chau Ju-kua, St Petersburg, 1911</ref> Pada masa Kerajaan Medang, dan Kahuripan, Hujung Galuh dikenal sebagai pelabuhan, kemungkinan terletak di daerah [[Canggu, Jetis, Mojokerto]]. Sumber otentik yang dapat dipakai sebagai dasar acuan. Yakni [[Prasasti Kamalagyan]]. Prasasti Kamalagyan adalah sebuah prasasti yang dibuat Airlangga pada tahun 959 Saka atau 1037 M.
 
Dengan berjalannya waktu, hingga Raja Airlangga membagi dua kerajaannya, sebutan daerah Hujung Galuh yang terletak di daerah aliran [[Sungai Brantas]] meluas, mencakup wilayah [[SidoarjoMojokerto]], [[Lamongan]], [[Surabaya]], [[Sidoarjo]] hingga [[Pasuruan]], hingga bagian timur kerajaan Kahuripan, yang kemudian disebut wilayah "Jenggala", dengan menjadikan [[Kali Mas]] dan [[Kali Porong]] sebagai pintu gerbang Kerajaan pada saat itu.
 
Pada masa kerajaan Kadiri, Singhasari dan Majapahit, daerah kali porong, tetapSidoarjo, bernamakembali disebut Kahuripan dan pelabuhan yang berada di Kali Mas, Surabaya, kembalitetap disebut sebagaibernama Hujung Galuh. Pelabuhan di daerah Surabaya ini akhirnya menjadi pelabuhan penting sejak zaman kerajaan Singhasari, Majapahit hingga Hindia Belanda.
 
== AkhirBerdirinya Kerajaankerajaan Janggala ==
== Pembagian Kerajaan oleh Airlangga ==
Pusat pemerintahan Janggala terletak di [[Kahuripan]]. Menurut [[prasasti Terep]], kota [[Kahuripan]] (''kahuripan i bhumi janggala'') didirikan oleh [[Airlangga]] tahun 1032, karena satu tahun sebelumnya 1031, ibu kota lama yaitu "Watan Mas" dihancurkan seorang musuh wanita, yaitu Ratu Dyah Tulodong, yang merupakan salah satu raja Kerajaan Lodoyong (sekarang wilayah [[Tulungagung]], [[Jawa Timur]])
 
Pusat pemerintahan Janggala terletak di [[Kahuripan]]. Menurut [[prasasti Terep]], kota [[Kahuripan]] (''kahuripan i bhumi janggala'') didirikan oleh [[Airlangga]] tahun 1032, karena satu tahun sebelumnya 1031, ibu kota lama yaitu "Watan Mas" ([[Wotanmas Jedong, Ngoro, Mojokerto]]) dihancurkan seorang musuh wanita, yaitu Ratu Dyah Tulodong, yang merupakan salah satu raja Kerajaan Lodoyong (sekarang wilayah [[Tulungagung]], [[Jawa Timur]])
Berdasarkan [[prasasti Pamwatan]] dan ''[[Serat Calon Arang]]'', pada tahun 1042 pusat pemerintahan [[Airlangga]] sudah pindah ke [[Daha]]. Tidak diketahui dengan pasti mengapa [[Airlangga]] meninggalkan [[Kahuripan]].
 
Berdasarkan [[prasasti Pamwatan]] dan ''[[Serat Calon Arang]]'', pada tahun 1042 pusat pemerintahan [[Airlangga]] sudah pindah ke [[Daha]].ibukota Tidakbaru diketahui dengan pasti mengapayaitu [[AirlanggaDaha]] meninggalkanwilayah [[Kahuripan]]Panjalu.
Pada tahun 1042 itu pula, [[Airlangga]] turun takhta. Putri mahkotanya yang bernama [[Sanggramawijaya Tunggadewi]] lebih dulu memilih kehidupan sebagai pertapa, sehingga timbul perebutan kekuasaan antara kedua putra [[Airlangga]] yang lain, yaitu [[Sri Samarawijaya]] dan [[Mapanji Garasakan]].
 
Pada tahun 1042 itu pula, [[Airlangga]] turun takhta. Putri mahkotanya yang bernama [[Sanggramawijaya Tunggadewi]] lebih dulu memilih kehidupan sebagai pertapa, sehingga timbul perebutan kekuasaan antara kedua putra [[Airlangga]] yang lain, yaitu [[Sri Samarawijaya]] dan [[Mapanji Garasakan]].
 
=== Pembagian Kerajaan oleh Airlangga ===
Akhir November 1042, [[Airlangga]] terpaksa membagi dua wilayah kerajaannya. [[Sri Samarawijaya]] menjadi Raja wilayah [[Kerajaan Kadiri|Panjalu]], di sebelah barat, yang berpusat di ibukota baru, yaitu [[Daha]]. Sedangkan [[Mapanji Garasakan]] menjadi Raja wilayah Janggala di sebelah timur, yang berpusat di ibukota lama, yaitu [[Kahuripan]].
 
Baris 62 ⟶ 65:
Setelah turun takhta, [[Airlangga]] menjalani hidup sebagai pertapa sampai meninggal sekitar tahun 1049. Menurut ''[[Serat Calon Arang]]'' ia kemudian bergelar ''Resi Erlangga Jatiningrat'', sedangkan menurut [[Babad Tanah Jawi]] ia bergelar ''Resi Gentayu''. Namun yang paling dapat dipercaya adalah [[prasasti Gandhakuti]] (1042) yang menyebut gelar kependetaan Airlangga adalah ''Resi Aji Paduka Mpungku Sang Pinaka Catraning Bhuwana''.
 
== MasaPerkembangan Pemerintahankerajaan ==
MasaPerkembangan pemerintahankerajaan Janggala sepeninggal [[Airlangga]] dipenuhi oleh Perang saudara, antara Janggala melawan [[Kadiri|Panjalu]]. Mula-mula kemenangan berada di pihak Janggala.
 
Pada tahun 1044, berdasarkan [[Prasasti Turun Hyang]], Mapanji Garasakan memenangkan pertempuran melawan Panjalu, karena para pemuka desa Turun Hyang setia membantu Janggala melawan [[Kadiri|Panjalu]].
Baris 75 ⟶ 78:
Pada tahun 1053, berdasarkan [[Prasasti Garaman]], Mapanji Garasakan mengalahkan '''Aji Panjalu''' dari [[Kadiri]] dibantu oleh pasukan dari desa Garaman.<ref>http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20156408.pdf</ref>
 
Pada tahun 1059, berdasarkan [[Prasasti Sumengka]], Raja ketiga Janggala, [[Samarotsaha]], dibantu para pemuka desa Sumengka, memperbaiki saluran air peninggalan '''[[Airlangga]]''' yang dimakamkan di ''tirtha'' atau pemandian ([[Petirtaan Belahan]]).
 
== Raja -Raja raja Janggala ==
Pada awal berdirinya, Kerajaan Janggala lebih banyak meninggalkan bukti sejarah daripada [[Kerajaan Kadiri]], tetapi hanya tiga orang raja yang diketahui memerintah Janggala yaitu:
# [[Mapanji Garasakan]], berdasarkan [[prasasti Turun Hyang]] II (1044), [[prasasti Kambang Putih]], dan [[prasasti Malenga]] (1052).
Baris 83 ⟶ 86:
# [[Samarotsaha]], berdasarkan [[prasasti Sumengka]] (1059).
 
== Akhir Kerajaan Janggala ==
Meskipun raja Janggala yang sudah diketahui namanya hanya tiga orang saja, namun kerajaan ini mampu bertahan dalam kurun waktu kurang lebih 90 tahun lamanya.
 
== Akhir kerajaan Janggala ==
 
Pada tahun 1135, menurut [[prasasti Ngantang]], Kerajaan Janggala akhirnya ditaklukkan oleh [[Sri Jayabhaya]] raja [[Kadiri]], dengan semboyannya yang terkenal, yaitu ''Panjalu Jayati'', atau ''Kadiri Menang''.
Sejak saat itu wilayah Janggala dipersatukan dengan Panjalu oleh Jayabhaya, dan menjadi bawahanwilayah [[Kerajaan Kadiri]].
 
== Janggala sebagai Bawahanbawahan Majapahit ==
Setelah [[Kadiri]] ditaklukkan [[Singhasari]] tahun 1222, dan selanjutnya diteruskan oleh [[Majapahit]] tahun 1293, secara otomatis Janggala pun ikut dikuasai Majapahit.
 
Pada zaman [[Majapahit]] nama [[Kahuripan]] lebih populer daripada Janggala, sebagaimana nama [[Daha]] lebih populer daripada [[KadiriPanjalu]]. Meskipun demikian, pada prasasti Trailokyapuri (1486), [[Girindrawardhana]] raja [[Majapahit]] saat itu menyebut dirinya sebagai penguasa ''Wilwatikta-Janggala-Kadiri''.
 
=== Bhre Kahuripan ===
Baris 103 ⟶ 107:
# Samarawijaya [[1451]]-[[1478]] Pararaton .32:23
 
== Situs Budayabudaya Janggala ==
*'''Candi Prada''', Dusun Reno Pencil, [[Kabupaten Sidoarjo]]. (Candi Prada berada di dusun Reno Pencil kabupaten Sidoarjo, namun sayang sekali candi tersebut telah dirusak oleh penduduk di tahun 1965. Sangat disayangkan peninggalan candi Prada ini sudah tidak ada karena rusak)
*'''Situs tumpukan batu bata''', [[Urangagung, Sidoarjo, Sidoarjo|Urang Agung]], [[Kabupaten Sidoarjo]]. (situs bersejarah di area persawahan desa Urang Agung, Sidoarjo yang di duga peninggalan kerajaan jenggala. Situs bersejarah yang ditemukan berupa tumpukan batu bata yang menyerupai tangga dengan luas sekitar 4 m2. Situs bersejarah peninggalan kerajaan jenggala tersebut pertamakali ditemukan oleh salah seorang penduduk desa di area sawah saat sedang menggali)
*[[Prasasti Terep]] (1032)
*'''Situs Sumur Kuno''', [[Pepe, Sedati, Sidoarjo|Pepe Tambak]], [[Kabupaten Sidoarjo]].
*[[Prasasti Terep]] (1032 M)
*[[Prasasti Turun Hyang]] (1044 M), di daerah [[Kemlagi, Mojokerto]].
*[[Prasasti Kambang Putih]] (1050 M), di daerah [[Kabupaten Tuban]].
Baris 113 ⟶ 119:
*[[Prasasti Sumengka]] (1059 M)
 
Peninggalan kerajaan Jenggala memang sangat terbatas, malah hampir tidak dikenali. Dengan terbatasnya peninggalan dari kerajaan jenggala, informasi mengenai kerajaan ini pun masih belum bisa menyeluruh.
== Janggala dalam Karya Sastra ==
 
== Janggala dalam Karyakarya Sastrasastra ==
 
Menurut ''[[Kakawin Smaradahana]]'', raja [[Kadiri]] yang bernama [[Sri Kameswara]], yang memerintah sekitar tahun 1182-1194, memiliki permaisuri seorang putri Janggala bernama '''Kirana'''.
Baris 127 ⟶ 135:
Tokoh Surya Amiluhur inilah yang kemudian menurunkan Jaka Sesuruh, pendiri [[Majapahit]] versi dongeng. Itulah sedikit kisah tentang Kerajaan Janggala versi babad dan serat yang kebenarannya sulit dibuktikan dengan fakta sejarah.
 
== KepustakaanDaftar pustaka ==
* [[Andjar Any]]. 1989. ''Rahasia Ramalan Jayabaya, Ranggawarsita & Sabdopalon''. Semarang: Aneka Ilmu
* ''Babad Tanah Jawi''. 2007. (terj.). Yogyakarta: Narasi
Baris 133 ⟶ 141:
* [[Slamet Muljana]]. 1979. ''Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya''. Jakarta: Bhratara
 
== Referensi ==
{{Kerajaan di Jawa}}