Kerajaan Janggala: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ibuku (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Rakehino (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(4 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 36:
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Hindu-Buddha}}
'''Kerajaan Janggala''' atau '''Jenggala''' ({{lang-jv|ꦏꦼꦫꦗꦄꦤ꧀ꦗꦁꦒꦭ}}) adalah sebuah [[Monarki|kerajaan]] [[Hindu]]-[[Buddhisme|Buddha]] yang terdapat di [[Jawa]] [[Jawa Timur|Timur]], [[Indonesia]], antara tahun [[1042]] dan berakhir disekitar tahun [[1135]]-an. Wilayah Jenggala membentang dari [[Mojokerto]] hingga [[Banyuwangi]], yang saat ini menjadi pusat wilayah kebudayaan wetanan. Janggala Merupakan salah satu kerajaan hasil pembelahan yang juga didirikan oleh [[Airlangga]]. Kerajaan ini dipimpin oleh [[wangsa Isyana]]. Lokasi pusat kerajaan diperkirakan sekarang berada di wilayah [[Porong, Sidoarjo]].<ref>https://www.britannica.com/place/Janggala</ref>
 
== Etimologi ==
{{Main|Prasasti Kamalagyan}}
Nama Janggala diperkirakan berasal kata "Hujung Galuh", atau disebut "Jung-ya-lu" berdasarkan catatan China tahun 1225, buku ''[[Zhu fan zhi]]'' yang ditulis oleh [[Zhao Rugua]].<ref name="ReferenceA">F. Hirth and W.W. Rockhill, Chau Ju-kua, St Petersburg, 1911</ref> Pada masa Kerajaan Medang, dan Kahuripan, Hujung Galuh dikenal sebagai pelabuhan, kemungkinan terletak di daerah [[Canggu, Jetis, Mojokerto]]. Sumber otentik yang dapat dipakai sebagai dasar acuan. Yakni [[Prasasti Kamalagyan]]. Prasasti Kamalagyan adalah sebuah prasasti yang dibuat Airlangga pada tahun 959 Saka atau 1037 M.
 
Dengan berjalannya waktu, hingga Raja Airlangga membagi dua kerajaannya, sebutan daerah Hujung Galuh yang terletak di daerah aliran [[Sungai Brantas]] meluas, mencakup wilayah [[Mojokerto]], [[Lamongan]], [[SidoarjoSurabaya]], [[SurabayaSidoarjo]] hingga [[Pasuruan]], hingga bagian timur kerajaan Kahuripan, yang kemudian disebut wilayah "Jenggala", dengan menjadikan [[Kali Mas]] dan [[Kali Porong]] sebagai pintu gerbang Kerajaan pada saat itu.
 
Pada masa kerajaan Kadiri, Singhasari dan Majapahit, daerah kali porong, Sidoarjo, kembali disebut Kahuripan dan pelabuhan yang berada di Kali Mas, Surabaya, tetap bernama Hujung Galuh. Pelabuhan di daerah Surabaya ini akhirnya menjadi pelabuhan penting sejak zaman kerajaan Singhasari, Majapahit hingga Hindia Belanda.