Mangkuk merah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Membatalkan 1 suntingan oleh 114.125.77.98 (bicara) ke revisi terakhir oleh InternetArchiveBot (TW) Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
|||
(47 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''
Pada mulanya adat ini bernama ''
==
=== Perlengkapan ===▼
Panglima
# Mangkuk dari teras [[bambu]] atau tanah liat yang berbentuk bundar, sebagai wadah untuk meletakkan peralatan yang lain. Dasar mangkuk diolesi getah [[jeringau|jaranang]] berwarna merah yang mengandung pengertian ''pertumpahan darah''. Perlengkapan lain nantinya dikemas dalam mangkuk kemudian dibungkus kain merah.▼
# Bulu atau sayap ayam yang mengandung pengertian ''cepat'', ''segera'', ''kilat seperti terbang''.▼
# Daun [[sagu|rumbia]] (''Metroxylon sagus'') mengandung pengertian bahwa pembawa berita tidak boleh terhambat oleh hujan karena sudah dipayungi.▼
# ''Longkot api'' (bara api kayu bakar yang sudah
# Tali simpul dari kulit [[Benda (pohon)#Serat|kepuak]] sebagai lambang persatuan.▼
# Umbi [[jeringau|jerangau merah]] (''Acorus calamus'') yang melambangkan keberanian.▼
=== Upacara ===▼
Panglima Adat membawa mangkuk merah ke ''panyugu'' (tempat suci yang dianggap keramat) pada saat matahari terbenam. Di sana, ia meminta petunjuk dewa. Diyakini bahwa roh suci akan menjawab melalui tanda-tanda alam yang kemudian diterjemahkan oleh panglima apakah mangkuk merah sudah saatnya ''diedarkan'' atau belum. Jika dianggap layak, tubuh palingma akan dirasuki oleh roh dewa.<ref name="john" />▼
Panglima yang sudah dirasuki roh dewa akan pulang ke desanya dengan meneriakan kata-kata magis tertentu. Penduduk desa mengerti maksudnya dan berkumpul di lapangan sambil membawa [[mandau]], [[perisai]], dan senjata lantak dengan kain merah di kepala. Panglima Adat kemudian ''menularkan'' roh dewa kepada semua penduduk kemudian mengutus kurir untuk mengantarkan mangkuk merah ke desa lain.<ref name="john" />▼
Beberapa orang yang ditunjuk untuk menyampaikan berita telah diberi arahan mengenai maksud dan tujuan
▲===Perlengkapan===
▲Panglima Adat perlu mempersiapkan sejumlah perangkat dalam upacara memanggil roh dewa:<ref name="john">John MacDougall. [http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1997/03/06/0066.html Kisah Mangkok Merah di Pedalaman Kalbar].</ref><ref name="kay"/>
Panglima Adat dari desa lain dipercaya mengetahui kedatangan kurir dengan kekuatan supernaturalnya dan menjemputnya bersama dengan penduduk desanya. Setelah mengetahui siapa musuh yang akan dihadapi, Panglima Adat desa tersebut akan ''menularkan'' roh dewa kepada seluruh penduduk desa. Upacara mengedarkan mangkuk merah berlangsung di seluruh wilayah yang bisa dijangkau hingga dianggap cukup untuk menghadapi musuh.<ref name="john" />▼
▲#Mangkuk dari teras bambu atau tanah liat yang berbentuk bundar, sebagai wadah untuk meletakkan peralatan yang lain. Dasar mangkuk diolesi getah [[jeringau|jaranang]] berwarna merah yang mengandung pengertian ''pertumpahan darah''. Perlengkapan lain nantinya dikemas dalam mangkuk kemudian dibungkus kain merah.
▲#Bulu atau sayap ayam yang mengandung pengertian ''cepat'', ''segera'', ''kilat seperti terbang''.
▲#Daun [[sagu|rumbia]] (''Metroxylon sagus'') mengandung pengertian bahwa pembawa berita tidak boleh terhambat oleh hujan karena sudah dipayungi.
▲#Longkot api (bara api kayu bakar yang sudah di pakai untuk memasak di dapur) yang mempunyai pengertian bahwa pembawa berita tidak boleh terhambat oleh petang (gelap) malam hari karena sudah disedikan penerangan.
▲#Tali simpul dari kulit kepuak sebagai lambang persatuan.
▲#Umbi [[jeringau|jerangau merah]] (''Acorus calamus'') yang melambangkan keberanian.
Masyarakat Dayak yang berada di bawah pengaruh magis serta dikomando panglima perang konon kebal senjata, tahan tidak makan hingga sebulan, dan bisa bergerak cepat di dalam hutan. Panglima perang biasanya menggunakan sebutan seperti Panglima Burung, Panglima Halilintar, atau Panglima Angin.<ref name="john" />▼
▲===Upacara===
▲Panglima Adat membawa mangkuk merah ke ''panyugu'' (tempat suci yang dianggap keramat) pada saat matahari terbenam. Di sana, ia meminta petunjuk dewa. Diyakini bahwa roh suci akan menjawab melalui tanda-tanda alam yang kemudian diterjemahkan oleh panglima apakah mangkuk merah sudah saatnya ''diedarkan'' atau belum. Jika dianggap layak, tubuh palingma akan dirasuki oleh roh dewa.<ref name="john"/>
===
Nyaru
▲Panglima yang sudah dirasuki roh dewa akan pulang ke desanya dengan meneriakan kata-kata magis tertentu. Penduduk desa mengerti maksudnya dan berkumpul di lapangan sambil membawa [[mandau]], [[perisai]], dan senjata lantak dengan kain merah di kepala. Panglima Adat kemudian ''menularkan'' roh dewa kepada semua penduduk kemudian mengutus kurir untuk mengantarkan mangkuk merah ke desa lain.<ref name="john"/>
== Peristiwa mangkuk merah dalam sejarah ==
▲Beberapa orang yang ditunjuk untuk menyampaikan berita telah diberi arahan mengenai maksud dan tujuan mangkok merah, siapa saja yang harus ditemui (para ahli waris), kapan berkumpul, tempat berkumpul, dan sebagainya. Mereka tidak boleh menginap atau singgah terlalu lama. Meskipun hujan lebat atau hari sudah petang, mereka harus meneruskan perjalanan.<ref name="kay"/>
=== Perang Dayak Desa ===▼
[[Berkas:SultanPontianak.jpg|
Perang Dayak Desa terjadi pada
=== Peristiwa PARAKU/PGRS ===▼
▲Panglima Adat dari desa lain dipercaya mengetahui kedatangan kurir dengan kekuatan supernaturalnya dan menjemputnya bersama dengan penduduk desanya. Setelah mengetahui siapa musuh yang akan dihadapi, Panglima Adat desa tersebut akan ''menularkan'' roh dewa kepada seluruh penduduk desa. Upacara mengedarkan mangkuk merah berlangsung di seluruh wilayah yang bisa dijangkau hingga dianggap cukup untuk menghadapi musuh.<ref name="john"/>
{{utama|Peristiwa Mangkuk Merah 1967}}
▲Masyarakat Dayak yang berada di bawah pengaruh magis serta dikomando panglima perang konon kebal senjata, tahan tidak makan hingga sebulan, dan bisa bergerak cepat di dalam hutan. Panglima perang biasanya menggunakan sebutan seperti Panglima Burung, Panglima Halilintar, atau Panglima Angin.<ref name="john"/>
▲Nyaru semangat adalah upacara pengembalian roh dewa setelah perang dianggap selesai.<ref name="john"/>
▲==Peristiwa mangkuk merah dalam sejarah==
▲===Perang Dayak Desa===
▲[[Berkas:SultanPontianak.jpg|thumb|200px|right|[[Syarif Muhammad Alkadri]] (Sultan Pontianak; duduk, kanan) dibunuh oleh pihak Jepang sehingga menyebabkan terjadinya [[Peristiwa Mandor]]. Ini merupakan salah satu sebab terjadinya [[Perang Dayak Desa]]]]
▲{{main|Perang Dayak Desa}}
▲Perang Dayak Desa terjadi pada 1944-1945 untuk membalas dendam pihak [[Jepang]] yang kejam terhadap mereka. Pada masa awal perang, para pemuka adat [[Dayak]] mengumpulkan kaum-kaum mereka di [[Sekadau]], dengan salah satu caranya adalah dengan Mangkok Merah. Sesudahnya, rakyat dikumpulkan untuk bermusyawarah bersiasat untuk mengalahkan [[Jepang]]. Perang Dayak Desa berakhir degan kemenangan di tangan [[Suku Dayak]] setelah pemuka adat betul-betul tertekan setelah kematian panglima perang. Kemenangan dicapai melalui konsolidasai dan bersatunya [[Kesultanan Sintang]] dengan [[Suku Dayak]]. Lambatnya kemenangan Suku Dayak ini dikarenakan lambatnya proklamasi ke pedalaman Dayak, dan persatuan yang hampir hilang.<ref>Usman, Syafaruddin; Din, Isnawita (2009). ''[http://books.google.co.id/books?id=QDbFjJBQgm8C Peristiwa Mandor Berdarah]''. [[Yogyakarta]]: Media Pressindo. hal.87. ISBN 979-788-109-1.</ref>
▲===Peristiwa PARAKU/PGRS===
{{lihat pula|Pasukan Rakyat Kalimantan Utara}}
[[Tentara Nasional Indonesia]] memperoleh bantuan dari masyarakat Dayak dalam peristiwa pemberantasan pasukan komunis di Kalimantan pada tahun 1967an.<ref name="john" /> Peristiwa tersebut juga dianggap sebagai tragedi pembunuhan dan pengusiran ribuan warga etnis Tionghoa di Kalimantan Barat pada akhir 1967.<ref name="darmayana">Hiski Darmayana. 20 Januari 2013. [http://www.berdikarionline.com/gotong-royong/20130120/peristiwa-mangkok-merah-ketika-imperialisme-mengawini-rasialisme.html#ixzz2SDoJ5mjw Peristiwa Mangkok Merah, Ketika Imperialisme ‘Mengawini’ Rasialisme] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130511165303/http://www.berdikarionline.com/gotong-royong/20130120/peristiwa-mangkok-merah-ketika-imperialisme-mengawini-rasialisme.html#ixzz2SDoJ5mjw |date=2013-05-11 }}.</ref> [[Soemadi]], salah satu mantan [[gubernur Kalimantan Barat]] dan mantan Pangdam XII/Tanjungpura dalam bukunya yang terkenal, ''Peranan Kalimantan Barat dalam Menghadapi Subversi Komunis Asia Tenggara'' terbitan [[Yayasan Tanjungpura]] menyebut bahwa praktik [[Ngayau]] dan Mangkuk Merah menjadi salah satu kebanggaan tersendiri bagi Pangdam dalam penumpasan Paraku/PGRS dan mesti diberi penghargaan dari Pangdam. Para pelaku Pengayauan ini kemudian dibawa ke [[Jakarta]] pada tahun 1972 untuk menemui [[Soeharto]], [[Presiden Republik Indonesia]] yang kedua. Praktik Ngayau ini dihidupkan lagi setelah Indonesia merdeka oleh [[TNI]]. Di antara tokoh-tokoh Ngayau diberi penghargaan dengan [[pangkat militer]] [[Pembantu Letnan Satu Tituler]]. Para [[pemuka adat]] Dayak ini bertemu dengan Presiden Soeharto pada November 1972 dan diberi tunjangan seumur hidup. Di antaranya, ada Aziz, Jimbau, Burung, Nayau, Dangih, dan Sinau.<ref>{{cite book|title=Kalimantan Barat:Lintasan Sejarah & Pembangunan|author1=Aju|author2=Isman, Zainudin|pages=118-20|publisher=LPS-AIR|location=[[Pontianak]]|isbn=978-602-18483-1-9|year=Desember 2013}}</ref>
=== Konflik Sampit ===
{{
Ritual mangkuk merah terjadi dalam pertikaian antara etnis Dayak dengan [[suku Madura]] di [[Kota Sampit]] sepanjang tahun 2001. Konflik Sampit tahun 2001 diawali beberapa insiden antara warga Dayak dan Madura. Konflik besar terakhir terjadi antara Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas. Ada sejumlah cerita yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001, salah satunya mengklaim bahwa peristiwa ini disebabkan oleh serangan [[pembakaran (kejahatan)|pembakaran]] sebuah rumah Dayak. Rumor mengatakan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh warga Madura dan kemudian sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di permukiman Madura.<ref name=hrw>{{cite web|publisher=Human Rights Watch|date=February 28, 2001|title=Indonesia: The Violence in Central Kalimantan (Borneo)|url=http://www.hrw.org/backgrounder/asia/borneo0228.htm|accessdate=2008-08-13}}</ref>
== Lihat pula ==
* [[Pamabakng]]
==Referensi==▼
{{reflist}}▼
▲== Referensi ==
▲{{reflist|2}}
[[Kategori:Budaya Indonesia]]
|