Rāhula: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Faredoka (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(12 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
|background = #FFD068
|name = Rāhula
|image=
|image=Prince Rahula and Buddha.jpg
|caption = Rāhula meminta warisan kepada ayahnya, Buddha Gautama
|other_names = 1. {{lang-pi|Rāhula-bhadda|lit=Rāhula si Beruntung}}, {{lang-sa|Rāhula-bhadra}};<br /> 2. {{cjkv|c=長子|r=chōshi|l=Anak Sulung}}
Baris 27:
Princess [[Yashodhara|Yaśodharā]] (ibu)
}}
{{Buddhisme|buddha}}
'''Rahula''' (lahir sekitar 534 SM) adalah anak semata wayang dari Pangeran Siddharta Gautama yang kelak menjadi Buddha. Ibunya adalah Putri [[Yasodhara]]. Terdapat beberapa catatan sejarah mengenai dirinya di dalam kitab [[Tipitaka]] berbahasa Pali.
 
== Riwayat Hidup ==
Anak yang dilahirkan oleh Putri Yasodhara diberi nama Rahula oleh Pangeran Siddhartha. Rahula berarti "belenggu" atau "ikatan", sedangkan beberapa ahli mengatakan ''rāhu'' bukan berarti belenggu. Menurut sumber lain, yang ditemukan dalam [[Mūlasarvāstivāda]] [[vinaya]], putranya dinamakan Rahula karena sesuai dengan gerhana bulan yang terjadi, yang dipercayai disebabkan oleh ular [[Rahu]].<ref>Raniero Gnoli (ed.) ''The Gilgit Manuscript of the Samghabhedavastu''. Rome: Instituto Italiano per il Medio ed Estremo Oriente, 1977. 1:119.</ref>
 
Rahula dibesarkan oleh ibu dan kakeknya, Raja [[Suddhodana]]. Ketika dia berusia tujuh tahun, Rahula meminta warisan dari ayahnya ketika Buddha kembali mengunjungi Kerajaan Kapilavastu. Pada hari ketujuh dari kepulangan Buddha Gautama, Yasodhara membawa Rahula untuk melihat ayahnya, yang kini telah menjadi seorang Buddha. Dia mengatakan pada Rahula karena ayahnya telah melepaskan kehidupan istana dan bahwa dialah penerus kerajaan itu nantinya, dia harus meminta warisan [[mahkota]] dari ayahnya demi masa depannya.
 
Setelah [[makan siang]], Rahula mengikuti Buddha dan berkata "Berikan padaku warisanku." Tidak seorang pun mencoba untuk menghentikannya. Buddha pun tidak mencegahnya untuk mengikuti dirinya. Rahula kemudian melihat ayahnya dan berkata, "Yang Mulia, bahkan bayang-bayangmu menyenangkan bagiku."
 
Setelah tiba di Taman Nigrodha, tempat Buddha tinggal untuk sementara waktu, Buddha berpikir: "Dia menginginkan warisan ayahnya, tetapi warisan itu penuh masalah. Aku akan berikan manfaat dari pencerahan spiritualku dan membuatnya sebagai pemilik warisan agung."
 
Buddha memanggil Yang Mulia [[Sariputta]] dan memintanya menahbiskan Rahula kecil yang kemudian dikenal sebagai [[Samanera]] pertama di dunia. Samanera berarti calon biksu.
 
Raja Suddhodana yang mengetahui perihal cucunya telah ditahbiskan menjadi seorang samanera kemudian meminta kepada Buddha agar hanya menahbiskan mereka yang masih di bawah umur dengan persetujuan orang tua atau walinya. Buddha menyetujui hal ini. Peraturan ini pun kemudian ditetapkan termasuk perihal meminta izin dari pasangan sebelum seorang pria maupun wanita ditahbiskan menjadi seorang biksu dan biksuni.<ref>{{cite web |url=http://www.buddhamind.info/leftside/arty/his-life/home.htm |title=Wall paintings ·· coming home, see section Buddha's son |publisher=buddhamind.info |accessdate=10 December 2010 |archive-date=2020-10-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20201002234905/http://www.buddhamind.info/leftside/arty/his-life/home.htm |dead-url=yes }}</ref>
 
Segera setelah penahbisannya, Buddha mengajarkan Rahula tentang arti pentingnya mengatakan kebenaran. Khotbah ini dikenal dengan nama Rahulavada Sutta.<ref>[http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.061.than.html Ambalatthika-rahulovada Sutta]</ref> Buddha menempatkan kebenaran sebagai yang tertinggi di antara nilai-nilai kebajikan lainnya. Para pencari kebenaran, tidak seharusnya melanggar aturan moral (sila) Kebenaran.
 
Rahula kemudian menjadi salah satu arahat berkat petunjuk-petunjuk Buddha. Rahula meninggal sebelum Buddha, Sariputta dan Moggallana.
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
 
== Bacaan lanjutan ==
* ''The Buddha and His Teaching,'' Nārada, Buddhist Missionary Society, Kuala Lumpur, Malaysia, 1988, ISBN 967-9920-44-5
 
== Pranala luar ==
{{Wikisourcewikisource|Ekottara Āgama 17.1: Ānāpānasmṛti Sūtra}}
 
=== Instruksi Buddha kepada Rahula ===
* [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.061.than.html Ambalatthika-rahulovada Sutta - Instructions to Rahula at Mango Stone]
* [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.062.than.html Maha-Rahulovada Sutta - The Greater Exhortation to Rahula]
* [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.147.than.html Cula-Rahulovada Sutta - The Shorter Exposition to Rahula]
** [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.147.than.html#arahant Excerpt: Rahula Becomes an Arahant]
 
=== Riwayat hidup ===
* [http://www.budsas.org/ebud/rdbud/rdbud-01.htm Immediate family of the Buddha, 5. Rahula] by Radhika Abeysekera
 
=== Theragatha ===
* [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/thag/index.html Theragatha Verses of the Elder Monks]
* [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/thag/thag.04.08.than.html Thag 4.8 Verse of Rahula]
 
<!--
'''Rāhula''' ([[Pāli]] dan Sanskerta) adalah putra tunggal dari pasangan [[Gautama Buddha|Siddhārtha Gautama (umum dikenal sebagai sang Buddha)]] ({{nowrap|{{circa}} 563 atau 480 {{en dash}}}} {{nowrap|483 atau 400 SM}}), dan istrinya dan putri [[Yasodharā|Yaśodharā]]. Ia disebutkan dalam sejumlah teks Buddha, dari [[teks-teks Buddha awal|periode awal]] dan seterusnya. Catatan-catatan tentang Rāhula mengindikasikan dampak menguntungkan antara kehidupan Pangeran Siddhārtha dan kehidupan para anggota keluarganya. Menurut [[Kitab Pali|tradisi Pāli]], Rāhula lahir pada hari [[Penarikan Besar|penarikan]] Pangeran Siddhārta, dan sehingga dinamai ''Rāhula'', yang artinya lapisan pada wadah menuju [[pencerahan (Buddha)|pencerahan]]. Namun, menurut tradisi [[Mūlasarvāstivāda]], dan sejumlah [[teks Buddha pasca-kanonikal|sumber-sumber berikutnya]] lainnya, Rāhula baru dikandung pada hari penarikan Pangeran Siddhartha, dan lahir enam tahun kemudian, saat Pangeran Siddhārtha menjadi tercerahkan sebagai sang [[Buddha (gelar)|Buddha]]. Masa kandungan yang lama diakibatkan oleh [[karma (Buddhisme)|karma]] buruk dari kehidupan sebelumnya dari Yaśodharā dan Rāhula sendiri, meskipun alasan yang lebih [[naturalisme agama|naturalistik]] juga diberikan. Akibat kelahiran yang lama tersebut, Yaśodharā perlu memastikan bahwa Rāhula benar-benar merupakan putra Pangeran Siddhārtha, yang kemudian diteruskan dengan [[sacca-kiriya|tindakan bajik]]. Sejarawan [[H.W. Schumann]] berpendapat bahwa Pangeran Siddhārtha melirik Rāhula dan menunggu kelahirannya, agar dapat meninggalkan istana dengan ijin raja dan ratu, namun Orientalis [[Noël Péri]] menganggapnya lebih nampak bahwa Rāhula lahir setelah Pangeran Siddhārtha meninggalkan istana.
 
Baris 43 ⟶ 85:
Teks-teks mengartikan ''rāhu'' secara berbeda. Contohnya, kitab Pāli ''[[Apadana|Apadāna]]'', serta catatan lain yang ditemukan dalam teks-teks [[vinaya|disiplin monastik]] tradisi Mūlasarvāstivāda, ''rāhu'' diartikan berasal dari gerhana bulan, yang secara tradisional dipandang disebabkan oleh [[asura (Buddhisme)|asura]] (iblis) [[Rāhu]].{{sfn |Gnoli |1977 |page = 119}}{{sfn |Malalasekera |1960 |loc=[http://www.palikanon.com/english/pali_names/r/raahula.htm Rāhula]}} The ''Apadāna'' menyatakan bahwa seperti halnya bulan dihalangi pemandangannya oleh Rāhu, Pangeran Siddhārtha dihalangi oleh kelahiran Rāhula.{{sfn |Malalasekera |1960 |loc=[http://www.palikanon.com/english/pali_names/r/raahula.htm Rāhula]}}{{sfn |Crosby |2013 |p=105}} Namun, tradisi Mūlasarvāstivāda menyatakan bahwa Rāhula dikandung pada sore penarikan Pangeran Siddhārtha, dan lahir enam tahun kemudian, pada hari dimana ayahnya mencapai pencerahan,{{sfn |Buswell |Lopez |2013 |loc=Rāhula}} yang terjadi pada gerhana bulan.{{sfn |Strong |1997 |p=119}}{{sfn |Crosby |2013 |p=105}} Penjelasan lebih lanjut ditujukan kepada teori astrologi dari nama Rāhula dengan pengamatan bahwa para putra [[Daftar Buddha|Buddha sebelumnya]] diberikan nama serupa, berkaitan dengan rasi-rasi bintang.{{sfn |Rahula |1978 |p=136}}
 
Mūlasarvāstivāda dan teks-teks Tionghoa pada masa berikutnya seperti ''[[Dharmaguptaka#Sūtra Abhiniṣkramaṇa|Sūtra Abhiniṣkramaṇa]]'' memberikan dua jenis penjelasan untuk periode kandungan jangka panjang.{{sfn |Meeks |2016 |pp=139{{en dash}}40}}{{sfn |Sasson |Law |2008 |p=69}} Jenis pertama melibatkan [[karma (Buddhisme)|karma]] dari Putri Yaśodharā dan Rāhula itu sendiri.<!--139-40--> Menurut penafsiran tersebut, Yaśodharā mengalami kesakitan saat mengandung anaknya dalam janinnya selama enam tahun, karena pada kehidupan sebelumnya sebagai penggembala sapi enggan menolong ibunya membawa segentong susu dan membiarkan ibunya membawa gentong tambahan sepanjang enam ''[[yojana]]''.{{sfn |Meeks |2016 |pp=139{{en dash}}40}}{{sfn |Sasson |Law |2008 |pp=69{{en dash}}70}} Sementara untuk Rāhula, karmanya adalah bahwa pada kehidupan sebelumnya sebagai raja, ia membiarkan orang bijak menunggu selama enam hari.{{sfn |Meeks |2016 |p=140}}{{sfn |Ohnuma |2012 |p=143}} Pada kehidupan tersebut, ia merupakan seorang raja bernama Sūrya dan saudaranya, [[Bodhisattva#Buddhisme awal dan Theravāda|kehidupan Buddha pada masa sebelumnya]],{{sfn |Rahula |1978 |p=136}} merupakan seorang [[rishi|eremit]] bernama Candra atau Likhita yang mengambil sumpah bahwa ia hanya hidup dari apa yang diberikan oleh masyarakat. Pada suatu hari, saudaranya melanggar sumpahnya untuk mengambil beberapa air, dan merasa bersalah, meminta raja untuk menghukumnya.{{refn |group=note |Dalam teks-teks tradisi Mūlasarvāstivāda, saudaranya adalah eremit yang lain, bukan raja, namun ia mengirim saudaranya untuk melihat raja menghukumnya.{{sfn |Péri |1918 |p=8}}}} Raja enggan memberikan hukuman hanya karena masalah sepele semacam itu, namun suadaranya menunggui keputusan akhirnya dan bertahan di taman istana. Setelah enam hari, raja mendadak menyadari bahwa ia melupakan perihal eremit tersebut dan langsung berniat membebaskannya, yang termasuk permintaan maaf dan hadiah-hadiah. Akibatnya, Rāhula menunggu selama enam tahun sebelum lahir.{{refn |Lihat {{harvtxt |Sasson |Law |2008 |p=69}} dan {{harvtxt |Strong |1997 |p=117}}. Untuk nama dua bersaudara tersebut, lihat {{harvtxt |Deeg |2010 |pp=59, 62}}.}} Dalam beberapa versi, raja tak mengijinkan orang bijak untuk memasuki kerajaannya dan mendapatkan karma buruk yang sama yakni masa kandungan yang panjang.{{sfn |Shirane |2013 |pp=168{{en dash}}9}} Karya komentar Mahāyāna pada masa berikutnya ''[[Mahāprajñāpāramitāupadeśa]]'' ({{zh|t=大智度論|p=Dazhidulun}}) tak menghiraukan karma Yaśodharā untuk masa kandungan selama enam tahun, namun tak menyebut karma Rāhula yang sama sebagai raja. Namun, dalam teks devosional Jepang abad ke-13 ''Raun Kōshiki'', kelahiran Rāhula dipandang sebagai bukti mukjizat, ketimbang buah karma.{{sfn |Meeks |2016 |p=141}}{{sfn |Sergeevna |2019 |p=81}}{{refn |group=note |Dalam teks-teks Pāli, tidak disebutkan periode kandungan yang lama dari Rāhula, namun motif serupa muncul dalam cerita Suppāvāsā, dengan karya serupa pada kehidupan masa lampau.{{sfn |Rahula |1978 |p=136}}}}
 
Jenis penjelasan kedua meliputi argumen [[naturalisme agama|naturalistik]] bahwa Yaśodharā menerapkan [[Asketisisme#Buddhisme|pertapaan relijius]] yang meliputi puasa dan tidur di kasur jerami, yang menyebabkan pertumbuhan Rāhula melambat. Ia menerapkan praktek tersebut ketika Siddhārtha menerapkan penarikan diri. Kemudian, Raja Śuddhodana mencegah Yaśodharā untuk mendengar kabar apapun dari mantan suaminya, dan perlahan ia menjadi sehat, sehingga kehakiman berlanjut dengan normal. Namun, beberapa waktu berikutnya, rumor palsu menyatakan bahwa mantan pangeran tersebut meninggal akibat pertapaannya. Yaśodharā menjadi sangat tertekan dan depresi, yang membahayakan kehamilannya sendiri. Saat kabar menjabat istana bahwa Siddhārtha telah mencapai pencerahan, Yaśodharā sangat gembira dan melahirkan Rāhula. Cendekiawan Kajian Buddhis [[John S. Strong]] menyatakan bahwa catatan tersebut mengaitkan antara pertanyaan untuk pencerahan dan peran Yaśodharā sebagai ibu, dan kemudian, keduanya disertai secara bersamaan.{{sfn |Meeks |2016 |p=140}}{{sfn |Strong |1997 |pp=118{{en dash}}9}}
[[File:Rāhula seeing the Buddha.png|thumb|Sang Buddha kembali ke rumah usai pencerahannya, disambut oleh Rāhula. Sang Buddha diwakili oleh jejak kaki dan takhtanya. [[Amaravati|Amarāvatī]], abad ke-3. [[Museum Nasional, New Delhi]].]]
Kelahiran anak tersebut berujung pada keraguan dalam klan Śākya soal siapa ayahnya, seperti yang dikisahkan dalam tradisi Mūlasarvāstivāda, dalam ''Mahāprajñāpāramitāupadeśa'' dan kemudian ''Zabaozang jing'' ({{zh|t=雜寶藏經}}).{{sfn |Meeks |2016 |p=139}} Karena kelahiran Rāhula tak diakui oleh umat Buddha sebagai kelahiran perawan atau mukjizat, tradisi menjelaskan bahwa Pangeran Siddhārtha sebenarnya adalah ayahnya.{{sfn |Strong |1997 |p=119}} Yaśodharā menanggapinya dengan menempatkan anaknya di atas batu di kolam air dan melakukan [[sacca-kiriya]] agar jika Rāhula benar-benar anaknya, maka Rāhula dan batut ersebut tidaklah tenggelam, namun mengambang. Usai ia menyatakan deklarasi tersebut, anak tersebut diambangkan sesuai dengan sumpahnya.{{sfn |Ohnuma |2012 |p=142}}{{sfn |Strong |1997 |p=120}} Strong menyatakan bahwa ini adalah persamaan simbolik dengan pencapaian pencerahan oleh sang Buddha{{em dash}}yang dideskripsikan sebagai "mendekat ketepian"{{em dash}}dan kembali untuk mengajari umat manusia.{{sfn |Meeks |2016 |p=140}}{{sfn |Strong |1997 |p=120}} ''Mahāprajñāpāramitāupadeśa'' berisi catatan lain, dimana Pangeran Siddhārtha memiliki banyak istri, dan seorang istri selain Yaśodharā adalah orang yang membelanya, menjadi saksi dari kemurnian penjelasannya.{{sfn |Meeks |2016 |pp=139{{en dash}}41}}
 
Selain itu, dalam teks-teks Mūlasarvāstivāda dan ''Mahāprajñāpāramitāupadeśa'', terdapat catatan ketiga yang menyatakan soal pembuktian kemurnian penjelasan Yaśodharā: dalam versi ini, sang Buddha membuat setiap orang di sekitarnya melihat keidentikannya, melalui [[ṛddhi|peran andil supranatural]]. Rāhula menyatakan bahwa sang Buddha adalah ayahnya yang sebenarnya saat ia mendekati sang Buddha yang sebenarnya menjauh.{{sfn |Strong |1997 |p=120}}{{sfn |Edkins |2013 |pp=32{{en dash}}3}}{{refn |group=note |Yaśodharā memberikan hadiah Rāhula kepada ayahnya yang sebenarnya, dan ia memutuskan untuk menjauhinya. Dalam satu versi dari cerita tersebut, hadiahnya adalah penanda cincin.{{sfn |Edkins |2013 |pp=32{{en dash}}3}} Dalam versi lain, hadiahnya adalah alat perangsang nafsu berahi.{{sfn |Strong |1997 |p=120}} (''Lihat [[Rāhula#Penahbisan|§ Penahbisan]], di bawah.'')}} Dalam cerita keempat soal pembuktian kemurnian Yaśodhara, muncul dalam teks-teks Tionghoa bergaya [[Avadana|Avadāna]] sejak abad ke-5 M, ia dibakar hidup-hidup, namun selamat secara ajaib. Dalam catatan tersebut, Raja Śuddhodana memerintahkan agar ia dibinasakan dengan cara dibakar hidup-hidup sebagai hukuman atas dukaan ketidakmurniannya. Namun alih-alih tersakiti oleh percikan api, ia melakukan sacca-kiriya dan api berubah menjadi sekolam air. Śuddhodana menyambutnya dan putranya kembali ke klannya, dan Rāhula kemudian menjadi sangat digemari.{{sfn |Meeks |2016 |p=142}} Beberapa [[Jataka|Jātaka]] Tionghoa menyatakan bahwa ia mengakui putranya Siddhārtha pada masa kecil, dan memutuskan untuk lebih menyoroti kehilangan Pangeran Siddhārtha.{{sfn |Péri |1918 |p=22}} Cendekiawan agama Reiko Ohnuma memandang penghukuman dengan api tersebut sebagai kiasan yang menyamakan pencerahan sang Buddha, sebuah argumen serupa yang dibuat oleh Strong.{{sfn |Ohnuma |2012 |p=142}}
 
=== Penahbisan ===
[[File:Indian Museum Sculpture - Ordination of Rahula, Jamalgarhi (9220605766).jpg|thumb |Penahbisan Rāhula, [[Museum India]], [[Kolkata]]|upright=1.8]]
Catatan-catatan berlanjut dan mengisahkan bahwa Rāhula dibesarkan oleh ibunya Yaśodharā dan kakeknya Raja Śuddhodana.{{sfn |Buswell |Lopez |2013 |loc=Rāhula}} Saat Rāhula berusia antara tujuh dan lima belas tahun,{{refn |Teks-teks berbeda menyebut usia yang berbeda. Untuk tujuh tahun, lihat {{harvtxt |Saddhasena |2003 |p=481}}; untuk sembilan tahun, lihat {{harvtxt |Meeks|2016 |p=136}} dan {{harvtxt |Schumann |2004 |p=123}}; untuk lima belas tahun, lihat {{harvtxt |Crosby |2013 |p=110}}.}} sang Buddha kembali ke kota tempat tinggalnya [[Kapilawastu (kota kuno)|Kapilawastu]] atas permintaan Śuddhodana.{{sfn |Saddhasena |2003 |p=481}} Teks [[Mahavastu|Mahāvastu]] dari tradisi [[Lokottaravāda]] menyatakan bahwa para anggota kerajaan berupaya untuk mencegah Rāhula mengetahui kabar bahwa ayahnya telah kembali, namun ia mengetahui siapa "Pertapa Agung" yang bakal datang dan ia mengatakannya.{{sfn |Rahula |1978 |pp=133{{en dash}}4}}{{refn |group=note |Indologis Bhikkhu Telwatte Rahula berpendapat bahwa anak tersebut sadar tanpa seorang ayah.{{sfn |Rahula |1978 |p=134}}}} Pada bagian berikutnya, teks-teks Mahāvastu dan the Mūlasarvāstivāda menyatakan bahwa Yaśodharā berniat untuk mencobai sang Buddha untuk kembali hidup sebagai pangeran dengan meminta Rāhula membawakan [[afrodisiak]] kepada sang Buddha.{{sfn |Strong |1997 |p=121}}{{sfn |Rahula |1978 |p=134}} Teks-teks Mūlasarvāstivāda mengisahkan bahwa rencananya menjadi berbalik saat sang Buddha meminta Rāhula untuk menyantapnya sendiri. Sehingga, Rāhula menjadi memahami ayahnya dan meminta untuk mengikutinya.{{sfn |Ohnuma |2012 |p=145}}{{sfn |Strong |1997 |p=121}} Dalam versi Pāli dari cerita tersebut, pada hari ketujuh kepulangan sang Buddha, Yaśodharā membawa Rāhula untuk melihat ayahnya, sang Buddha. Ia berkata kepada Rāhula bahwa semenjak ayahnya menarik diri dari hidupan istana dan sehingga ia menjadi pangeran kerajaan berikutnya, ia harus meminta ayahnya untuk mewariskan mahkota dan harta. Peristiwa tersebut kelak menyeruak saat kakeknya tak lagi memerintah kerajaan.{{sfn |Buswell |Lopez |2013 |loc=Rāhula}}{{sfn |Rahula |1978 |p=134}} Usai sang Buddha bersantap, Rāhula mengikuti sang Buddha dan menanyakan warisannya.{{sfn |Malalasekera |1960 |loc=[http://www.palikanon.com/english/pali_names/r/raahula.htm Rāhula]}} Samh Buddha tak berniat untuk mencegah Rāhula untuk mengikut kepadanya,{{sfn |Penner |2009 |p=68}} namun dalam beberapa versi cerita, beberapa dayang dari istana berniat untuk melakukannya, sehingga Rāhula tertekan.{{sfn |Péri |1918 |p=5}} Ia kemudian mendatangi ayahnya dan berkata, "Kesenangan adalah bayangmu, [[shramana|tariklah]]".{{sfn |Saddhasena |2003 |p=482}} Usai Rāhula mencapai [[Nigrodharama|Taman Nigrodha]], dimana sang Buddha singgah{{sfn |Saddhasena |2003 |p=482}} sang Buddha menyatakan bahwa warisan takhta suatu hari akan lenyap, dan diisi dengan penderitaan dan tekanan: "Aku akan memberikannya kekayaan yang aku miliki di bawah [[pohon Bodhi|pohon pencerahan]] sehingga menjadikannya seorang pewaris yang tak tertekan."{{sfn |Penner |2009 |p=68}}
{{Quote box
| quote="Pangeran Rāhula<br />
Saat ia berusia sembilan tahun<br />
Ingin pergi dari kehidupan rumahnya<br />
Untuk mencapai [[Jalan Utama Berunsur Delapan]].<br />
Mari kita berlindung di dalam dan memberikan penghormatan tinggi kepada Yang Mulia Rāhula, yang lahir dan pergi dalam rangka membahagiakan para makhluk."
| source = ''Raun Kōshiki''
| align = right
| width = 40%
| salign = right
| author = dikutip dalam {{harvtxt |Sekiguchi |1998 |p=16}}, diterjemahkan oleh {{harvtxt |Meeks |2016 |p=144}}
}}
Kebanyakan tradisi menyatakan bahwa Buddha kemudian memanggil [[Sariputta|Śāriputra]] dan memintanya untuk menahbiskan Rāhula. Rāhula ditahbiskan, menjadi [[Samanera|''śrāmaṇera'']] (biksu muda) pertama,{{sfn |Buswell |Lopez |2013 |loc=Rāhula}} dan mungkin orang pertama dalam [[sangha]] yang [[pabbajja|menerima penahbisan dalam cara formal]].{{sfn |Rahula |1978 |p=83}} Dalam beberapa versi dari cerita tersebut, seperti karya Tionghoa abad ke-9 ''Weicengyou Yinyuan Jing'' ({{zh|t=未曾有因緣經}}), sekelompok anak muda ditahbiskan bersama dengannya.{{sfn |Meeks |2016 |p=143}}{{sfn |Edkins |2013 |pp=34{{en dash}}5}} Raja menyadari bahwa cucunya, [[Nanda (saudara tiri Buddha)|putranya Nanda]] dan sejumlah orang muda lainnya dalam keluarga kerajaan ketika itu telah menerima penahbisan dan meninggalkan istana. Melihat putrinya bersedih hati, ia berkata kepada sang Buddha soal apa yang dilakukannya sekarang, ia hanya menahbiskan orang yang perhatian terhadap orangtuanya.{{sfn |Buswell |Lopez |2013 |loc=Rāhula}}{{sfn |Keown |2004 |p=281}} Śuddhodana menjelaskan bahwa penahbisan Rāhula sangat mengejutkannya. Sang Buddha pun membenarkan hal tersebut.{{sfn |Saddhasena |2003 |p=482}} Aturan kemudian diperluas dalam kasus penahbisan wanita, agar kedua orangtua dan suaminya mula-mula memberikan ijin kepada wanita untuk bergabung dalam sangha biksu dan biksuni.{{sfn |Schumann |2004 |p=163}} Dalam beberapa versi cerita penahbisan Rāhula, Yaśodharā juga melayangkan protes, namun mengalah pada akhirnya.{{sfn |Edkins |2013 |p=34}} Namun, Mahāvastu menyatakan bahwa Rāhula sendiri yang meminta untuk ditahbiskan, dan kemudian menerima ijin dari Yaśodharā dan Śuddhodana.{{sfn |Rahula |1978 |p=134}}
 
Arkeolog Maurizio Taddei menyatakan bahwa dalam kebanyakan penggambaran seni rupa [[Gandhara|Gandhāran]], kehidupan Rāhula memiliki kaintan dengan kehidupan sebelumnya dari sang Buddha, yakni seorang pertapa bernama [[Sumedha]]. Sang Buddha memberikan warisan spiritual kepada putranya dan membandingkannya dengan Sumedha yang mengijinkan [[Dipankara|Buddha Dīpaṃkara]] untuk berjalan di atasnya, yang kemudian disusul dengan kisah bahwa Dipaṃkara memprediksi Sumedha akan menjadi sang [[Buddha (gelar)|Buddha]] pada kehidupan mendatang. Figur Buddha Gautama yang memberikan warisannya kepada putranya, dan figur Buddha Dīpaṃkara memberikan warisan gelar Buddha kepada Sumedha digambarkan dengan percikan api yang muncul dari raga mereka; kedua adepan tersebut adalah penggambaran warisan, kesetiaan murid dan sepenuh; keduanya dianggap oleh umat Buddha abad ke-5 sebagai perwakilan dari "penggerakan kaum muda".{{sfn |Crosby |2013 |pp=119{{en dash}}20}}
 
=== Pencerahan dan kematian ===
[[File:Ping Sien Si - 036 Rahula Thera (Thinking) (15638059169).jpg|thumb |Patung Rāhula sebagai biksu di Ping Sien Si, [[Pasir Panjang]], [[Perak]], Malaysia|upright=.8]]
Menurut teks-teks Pāli, saat Rāhula menjadi sramamera, sang Buddha giat mengajari Rāhula.{{sfn |Malalasekera |1960 |loc=[http://www.palikanon.com/english/pali_names/r/raahula.htm Rāhula]}} Perintah-perintahnya sangat disesuaikan dengan umur, memakai kiasan-kiasan dan penjelasan-penjelasan sederhana.{{sfn |Crosby |2013 |pp=113, 115}} Ajaran-ajaran sang Buddh membuat sejumlah [[sūtra]] diambil dari nama Rāhula pada teks-[[teks Buddha awal]].{{sfn |Malalasekera |1960 |loc=[http://www.palikanon.com/english/pali_names/r/raahula.htm Rāhula]}} Teks-teks Pāli mengisahkan bagaimana Rāhula bertumbuh menjadi sramanera yang cerdik, ulet, baik hati dan gemar belajar,{{sfn |Malalasekera |1960 |loc=[http://www.palikanon.com/english/pali_names/r/raahula.htm Rāhula]}}{{sfn |Nakagawa |2005 |p=34}} namun terdapat juga catatan Tionghoa dan Jepang abad pertengahan awal yang mengisahkan bahwa Rāhula awalnya berjuang dengan menjadi sramanera dan kemudian hanya mengaresiasi ajaran sang Buddha.{{sfn |Meeks |2016 |p=143}} Selain sang Buddha, Śāriputra dan [[Maudgalyayana|Maugalyayāna]] juga membantu mengajari Rāhula.<ref>{{cite web |author1=The Editors of Encyclopaedia Britannica |author2=Stefon, Matt |title=Shariputra {{en dash}} Disciple of the Buddha |url=https://www.britannica.com/biography/Shariputra |website=[[Encyclopedia Britannica]] |accessdate=30 October 2018 |language=en |archive-url=https://web.archive.org/web/20181114220448/https://www.britannica.com/biography/Shariputra |archive-date=14 November 2018 |url-status=live}}</ref>{{sfn |Nakagawa |2005 |p=34}} Rāhula seringkali membantu Śāriputra saat berkeliling untuk menerima [[amal (Buddhisme)|amal]] pada pagi hari, dan terkadang pada perjalanan lainnya.{{refn |{{harvtxt |Buswell |Lopez |2013 |loc=Rāhula}} dan {{harvtxt |Malalasekera |1960 |loc=[http://www.palikanon.com/english/pali_names/r/raahula.htm Rāhula]}} menyebutkan amal, namun hanya {{harvtxt |Malalasekera |1960 |loc=[http://www.palikanon.com/english/pali_names/r/raahula.htm Rāhula]}} yang menyebutkan perjalanan lainnya.}} Setiap pagi, Rāhula bangun dan menghempaskan segenggam pasir ke udara, dengan harapan agar ia diajari oleh para guru yang baik selayaknya butiran pasir.{{sfn |Malalasekera |1960 |loc=[http://www.palikanon.com/english/pali_names/r/raahula.htm Rāhula]}}{{sfn |Saddhasena |2003 |p=482}}
 
Masih pada tahun yang sama dengan penahbisan Rāhula, sang Buddha mengajarkan kepada putranya soal pentingnya membabarkan kebenaran dalam sebuah sutta yang bernama ''Sutta Ambalatthika-Rāhulovāda''.{{sfn |Malalasekera |1960 |loc=[http://www.palikanon.com/english/pali_names/r/raahula.htm Rāhula]}}{{sfn |Saddhasena |2003 |p=481}} Dalam sutta tersebut, sang Buddha mengajar dan mendorong refleksi diri yang konsisten, untuk menangkal seluruh tindak kejahatan yang berujung pada menyakiti diri sendiri dan orang lain, dan untuk mengembangkan pengendalian diri dan kehidupan moral.{{sfn |Saddhasena |2003 |p=482}}{{sfn |Schlieter |2014 |p=319}} Ia mendorong refleksi sebelum, saat dan setelah tindak seseorang,{{sfn |Schlieter |2014 |p=319}} dan menjelaskan bahwa kehidupan spiritual yang kosong dan hampa,{{sfn |Saddhasena |2003 |p=482}} yang berujung pada banyak kejahatan lainnya.{{sfn |Malalasekera |1960 |loc=[http://www.palikanon.com/english/pali_names/am/ambalatthika_raahulovaada_s.htm Ambalatthika-Rāhulovāda Sutta]}}
 
== Catatan ==
Baris 96 ⟶ 169:
== Bacaan tambahan ==
* [http://www.buddhanet.net/pdf_file/buddha-teachingsurw6.pdf ''The Buddha and His Teaching''], by [[Narada Mahathera|Nārada Mahāthera]], {{ISBN|967-9920-44-5}}. A classic book about Buddhism from a Sri Lankan monk, with a section about the Buddha's encounters with Rāhula (pp.&nbsp;94–102).
-->
 
{{DEFAULTSORT:Rahula}}
== Pranala luar ==
[[Kategori:Buddhisme]]
{{Commons category|Rahula}}
[[Kategori:Theravada]]
{{Wikisource|Ekottara Āgama 17.1: Ānāpānasmṛti Sūtra}}
[[Kategori:Mahayana]]
* [https://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/snp/snp.2.11.irel.html ''Rāhula Sutta'', the Pāli text in which the Buddha gives advice to Rāhula about meditation], translated by John Ireland, hosted on the website [[Access to Insight]]. [https://web.archive.org/web/20060701055840/http://www.accesstoinsight.org:80/tipitaka/kn/snp/snp.2.11.irel.html Archived] from the original on 1 July 2006.
[[Kategori:Vajrayana]]
* [https://suttacentral.net/thag4.8/en/sujato The poems attributed to Rāhula], as found in the [[Theragatha|Theragāthā]], translated by [[Bhikkhu Sujato]] and Jessica Walton, hosted on Sutta Central.
[[Kategori:Murid Buddha Gautama]]
* [https://www.youtube.com/watch?v=pmpKCi2ZH98 Talk about Rāhula], based on the Pāli tradition and a book of [[Nanamoli Bhikkhu|Ñānamoli Bhikkhu]], speaker unknown, hosted by the [[London Buddhist Centre]].
 
[[Kategori:Keluarga Buddha Gautama]]