Batu Satam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Kim Nansa (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala
 
(6 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 28:
| issue =
| pages =
| doi =
| id =
| url = http://www.bimbingan.org/kekuatan-batu-meteor.htm
| format =
| publisher =
| accessdate = 8 Mei 2014
}}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Di Belitung sendiri batu satam ini di jadikan sebagai ikon dari ibu kota Belitung yaitu [[Tanjung Pandan]].<ref name="g">{{id}} {{cite journal
}}
</ref> Di Belitung sendiri batu satam ini di jadikan sebagai ikon dari ibu kota Belitung yaitu [[Tanjung Pandan]].<ref name="g">{{id}} {{cite journal
| author = Matari Mulyani
| year =
Baris 44 ⟶ 43:
| issue =
| pages =
| doi =
| id =
| url = http://unik.kompasiana.com/2012/09/29/satam-batu-unik-berusia-ratusan-tahun-497356.html
| format =
| publisher =
| accessdate = 8 Mei 2014
}}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
}}
</ref>
 
== Latar Belakang ==
Batu Satam pertama kali ditemukan di Pulau Belitung pada tahun 1973.<ref name="c">{{id}} {{cite journal
| author = Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
| year =
| month =
| title = Kerajinan Batu Satam
| journal =
| volume =
| issue =
| pages =
| doi =
| id =
| url = http://www.pemetaanttg.com/?op=ttg&mode=detail&id=47
| format =
| publisher =
| accessdate = 8 Mei 2014
}}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Di [[Desa Buding]], Kecamatan [[Kelapa Kampit]].<ref name="f">{{id}} {{cite journal
}}
</ref> Di [[Desa Buding]], Kecamatan [[Kelapa Kampit]].<ref name="f">{{id}} {{cite journal
| author = Bogor Kita
| year =
| month =
| title = Batu Satam Penolak Bala
| journal =
| volume =
| issue =
| pages =
| doi =
| id =
| url = http://www.bogor-kita.com/berita/hot-topic/3483-batu-satam-penolak-bala.html
| format =
| publisher =
| accessdate = 8 Mei 2014
}}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Batu ini ditemukan secara tidak sengaja oleh penambang timah beretnis [[China]] dalam penambangan timah dengan kedalaman 50 meter.<ref name=b/> Menurut Sejarah, penamaan Baru Satam ini didasarkan pada nama penemunya yang terdiri darididasari dua suku kata, yaitu Sa dan Tam yg berasal dari bahasa china suku Khek yg ada di Belitung.<ref name=b/> Jika diartikan secara harfiah, Sa berarti [[pasir]] dan Tam berarti [[empedu]]. Sehingga Satam memiliki arti empedu pasir.<ref name="b">{{id}} {{cite journal
}}
</ref> Batu ini ditemukan secara tidak sengaja oleh penambang timah beretnis [[China]] dalam penambangan timah dengan kedalaman 50 meter.<ref name=b/> Menurut Sejarah, penamaan Baru Satam ini didasarkan pada nama penemunya yang terdiri dari dua suku kata, yaitu Sa dan Tam.<ref name=b/> Jika diartikan secara harfiah, Sa berarti [[pasir]] dan Tam berarti [[empedu]]. Sehingga Satam memiliki arti empedu pasir.<ref name="b">{{id}} {{cite journal
| author = Pulau Belitung
| year =
Baris 95 ⟶ 91:
| issue =
| pages =
| doi =
| id =
| url = http://pulaubelitung.com/2013/12/batu-meteor-satam-belitung/
| format =
| publisher =
| accessdate = 8 Mei 2014
| archive-date = 2014-05-08
}}
| archive-url = https://web.archive.org/web/20140508082628/http://pulaubelitung.com/2013/12/batu-meteor-satam-belitung/
</ref>
| dead-url = yes
Batu Satam memiliki beberapa nama yakni '''Taktite''' dan '''Billitonit'''.<ref name=c/> Istilah Taktite digunakan oleh para ilmuan yang meneliti Batu Satam, sedangkan istilah Billitonit digunakan oleh seorang peneliti dari Belanda bernama Ir. N. [[Wing Easton]] yang melakukan penelitian terhadap Batu Satam pada tahun 1922.<ref name=c/> Batu satam sudah diuji oleh Fakultas MIPA [[Universitas Padjajaran]] dan [[Laboratorium Kimia Mineral dan Lingkungan]].<ref name=c/> Menurut penelitian ilmiah, sekitar 700 ribu tahun lalu sebuah meteor jatuh ke bumi Indonesia.<ref name=c/> Meteor inlah yang kemudian menjadi cikal bakal Batu Satam.<ref name=c/>
}}</ref>
Batu Satam memiliki beberapa nama yakni '''TaktiteTektite''' dan '''BillitonitBillitonite'''.<ref name=c/> Istilah TaktiteTektite digunakan oleh para ilmuan yang meneliti Batu Satam, sedangkan istilah BillitonitBillitonite digunakan oleh seorang peneliti dari Belanda bernama Ir. N. [[Wing Easton]] yang melakukan penelitian terhadap Batu Satam pada tahun 1922.<ref name=c/> Batu satam sudah diuji oleh Fakultas MIPA [[Universitas Padjajaran]] dan [[Laboratorium Kimia Mineral dan Lingkungan]].<ref name=c/> Menurut penelitian ilmiah, sekitar 700 ribu tahun lalu sebuah meteor jatuh ke bumi Indonesia.<ref name=c/> Meteor inlah yang kemudian menjadi cikal bakal Batu Satam.<ref name=c/>
 
== Proses pembentukan ==
Sekitar 780.000 tahun yang lalu sebuah [[asteroid]] yang besar menabrak bumi di [[Laut Cina Selatan]] (kemungkinan di Teluk Tonkin).<ref name=d/> Asteroid ini bergerak dari [[barat laut]] ke [[tenggara]] dan menabrak [[bumi]] dengan sudut tabrakan yang kecil.<ref name=d/> Pada tahap awal dari tabrakan, [[energi kinetis]] dari asteroid yang menabrak bumi ini melelehkan dan menghantarkan momentum kepada lapisan atas dari batuan di permukaan bumi (seperti pasir dan lumpur) di daerah tabrakan.<ref name=d/> Lapisan yang meleleh, terdiri dari batuan yang mencair, meninggalkan [[atmosfer]] bumi dan pecah menjadi batu semi cair berbentuk bulatan-bulatan kecil ([[globules]]) yang bernama '''tektite'''. Globules ini membentuk bola, [[dumbbells]] atau air mata, tergantung pada kecepatan [[rotasi]] yang terjadi saat pembentukan batu [[tektites]] atau batu satam itu.<ref name=d/> Batu Satam yang berbentuk bola, dumbbells dan air mata mendingin dengan cepat, begitu cepat sehingga mereka membentuk kaca (sama dengan kaca, tetapi tidak murni, seperti di botol anggur atau bir modern).<ref name=d/> Sekitar lima hingga enam menit setelah tabrakan dengan asteroid terjadi, bola yang sekarang telah membeku dan menjadi solid mulai masuk kembali ke atmosfer bumi dan jatuh di Belitung.<ref name=d/> Karena Batu Satam itu memasuki kembali atmosfer bumi dengan kecepatan tinggi, gaya gesekan yang dialaminya memanaskan bagian depan dari batu ini.<ref name=d/> Bila kaca dipanaskan dengan tidak merata (perbedaan [[Suhu|temperatur]] yang besar antara bagian depan dan belakangnya), ia akan pecah.<ref name=d/> Seperti menuangkan air mendidih kedalam gelas minum.<ref name=d/> Bagian depan dari Batu Satam ini akan membentuk pecahan-pecahan kecil.<ref name=d/> Pecahan ini ditingkatkan juga oleh tekanan yang intens karena perlambatan kecepatan.<ref name=d/> Kecepatan kosmik yang dibawa oleh momentum Batu Satam ini pada akhirnya akan berkurang dan pecahnya batuan juga akan berkurang.<ref name=d/> Karena ini Batu Satam akan jatuh ke bumi dengan gravitasi dengan gerakan yang lebih vertikal.<ref name=d/> Di bumi Batu Satam dibawa oleh air sungai dan mungkin tererosi.<ref name=d/> Pada akhirnya Batu Satam akan tergabung dengan endapan sediment yang biasanya juga mengandung timah (tererosi dari deposit panas bumi yang terkait dengan [[Intrusi (geologi)|intrusi]] batu [[granit]]).<ref name=d/> Di dalam tumpukan pasir yang berporositas tinggi, air tawar akan dengan sangat perlahan mengukir Batu Satam tersebut.<ref name=d/> Retakan setipis kertas (terbentuk karena gelas itu dipanaskan saat memasuki kembali atmosfer bumi) akan diperbesar dan membentuk parit kecil berbentuk U.<ref name=d/> Perhatikan bahwa parit berbentuk U ini hanya terbentuk di bagian yang terpanaskan, bagian depan dari Batu Satam (Tektite).<ref name=d/> Bagian belakang dari Batu Satam ini tetap seperti aslinya, berbentuk bola.<ref name="d">{{en}} {{cite journal
| author = Tektites
| year =
Baris 135 ⟶ 133:
 
[[Kategori:Batuan]]
[[Kategori:Meteor]]
[[Kategori:Cenderamata]]
[[Kategori:Belitung]]