Penduduk asli Taiwan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BeeyanBot (bicara | kontrib)
k ejaan, replaced: ditempat → di tempat, nafas → napas (2)
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 2 books for Wikipedia:Pemastian (20240209)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(92 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Penduduk asli Taiwan sidebar}}
[[Berkas:Rukai chief.jpg|thumb|200px|Seorang kepala desa [[Rukai]] yang sedang mengunjungi Jurusan Antropologi di [[Universitas Kekaisaran Tokyo]] semasa [[Sejarah Taiwan|pemerintahan Jepang]].]]
'''Penduduk asli Taiwan''' ({{zh|t=臺灣{{linktext|原住民}}|p=Táiwān yuánzhùmín|poj=Tâi-ôan gôan-chū-bîn}}) adalah istilah yang umumnya ditujukan kepada suku bangsa [[pribumi]] di [[Taiwan]], yang berjumlah lebih dari 530.000 jiwa dan meliputi sekitar 2,3% dari populasi di [[Geografi Taiwan|pulau tersebut]]. Penelitian terkini menyatakan bahwa leluhur mereka tinggal di Taiwan pada sekitar 8.000 tahun yang lalu sebelum [[imigrasi]] besar [[Tionghoa Han|Han]] yang dimulai pada abad ke-17.{{sfnp|Blust|1999}} Penduduk asli Taiwan adalah [[suku bangsa Austronesia]], dengan hubungan linguistik dan genetik dengan kelompok etnis Austronesia lainnya yang meliputi orang-orang dari [[Filipina]],[[Malaysia]], [[Indonesia]], [[Madagaskar]], dan [[Oseania]].{{sfnp|Hill|Soares|Mormina|Macaulay|2007}}{{sfnp|Bird|Hope|Taylor|2004}} Masalah [[kelompok etnis|identitas etnis]] yang tak terhubung dengan Asia daratan telah menjadi salah satu salah satu bahan pembicaraan dalam permasalahan terkait [[status politik Taiwan]].
'''Penduduk Pribumi Taiwan''' ({{zh-cpw|c=原住民|p=yuánzhùmín|w=yüan2-chu4-min2}}; [[Tongyong Pinyin]]: yuánjhùmín; [[bahasa Taiwan (linguistik)|bahasa Taiwan Pe̍h-oē-jī]]: gôan-chū-bîn, arti harafiah: "penduduk asli") adalah penduduk pribumi [[Taiwan]]. Mereka termasuk bangsa [[bahasa Austronesia|Austronesia]] yang sudah ada di Taiwan sebelum imigrasi [[bangsa Han]] pada tahun [[1600-an]].
 
Selama berabad-abad, penduduk asli Taiwan mengalami persaingan ekonomi dan konflik militer dengan serangkaian para pendatang baru yang membuat koloni. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang disentralisasi dirancang untuk diadakannya [[perubahan bahasa]] dan [[asimiliasi kebudayaan]], serta kontak berkelanjutan dengan para anggota koloni melalui perdagangan, pernikahan silang dan proses silang budaya lainnya, yang mengakibatkan berbagai [[kematian bahasa]] dan hilangnya [[identitas kebudayaan]]. Contohnya, dari sekitar 26 bahasa yang pernah dipakai penduduk asli Taiwan (secara kolektif disebut sebagai [[rumpun bahasa Formosa]]), sekitar sepuluh bahasa sekarang menjadi [[bahasa mati|punah]], lima bahasa [[bahasa hampir mati|hampir mati]],{{sfnp|Zeitoun|Yu|2005|p=167}} dan beberapa bahasa meraih status [[bahasa terancam]]. Bahasa-bahasa tersebut merupakan signifikansi sejarah yang unik, sejak sebagian besar [[linguistik sejarah|linguis sejarah]] menganggap Taiwan sebagai tempat asal dari keluarga [[rumpun bahasa Austronesia|bahasa Austronesia]].{{sfnp|Blust|1999}}
Sekarang sebagian besar suku-suku bangsa yang diakui oleh [[Republik Tiongkok]] hidup secara terkonsentrasi di daerah pegunungan Taiwan dan menuturkan bahasa-bahasa arkhais Taiwan atau juga disebut [[bahasa-bahasa Formosa]] yang berkerabat dengan [[bahasa Melayu-Polinesia]] dan merupakan cabang-cabang tersendiri [[bahasa Austronesia]]. Populasi total penduduk ini berjumlah sekitar 400.000 pada tahun [[2004]].
 
Para pemakai bahasa Austronesia di Taiwan awalnya tersebar di sebagian besar wilayah pegunungan di tengah pulau tersebut dan terkonsentradi di desa-desa di sepanjang [[daratan aluvial]]. Sejumlah besar penduduk asli Taiwan saat ini tinggal di pegunungan dan perkotaan.
[[Republik Rakyat Tiongkok]] menyebut bangsa-bangsa ini sebagai ''Gaoshan'' (Hanzi: 高山族; py: Gāoshān zú; wg: Kao-shan tsu; tw: ko-san-cho̍k; secara harafiah "suku bangsa gunung tinggi") dan menghitung mereka sebagai salah satu suku bangsa resmi dari [[Daftar suku-suku di Tiongkok|56 suku bangsa]] Tiongkok. Di Taiwan, kata ''Kaoshan'' dipakai sebagai istilah untuk merujuk kelompok-kelompok pribumi yang dilihat hidup di pegunungan Taiwan, berbeda dengan istilah ''Pingpu'' (Hanzi: 平埔族; py: píngpǔ zú; wg: p'ing-p'u tsu; tw: pêⁿ-po-cho̍k; harafiah "suku bangsa ladang").
 
Penduduk asli Taiwan menghadapi masalah ekonomi dan sosial, yang meliputi angka pengangguran yang tinggi dan pendidikan yang masih di bawah standar. Sejak awal 1980-an, beberapa kelompok penduduk asli aktif memperjuangkan peningkatan politik [[penentuan nasib sendiri]] dan [[pengembangan ekonomi]].{{sfnp|Hsu|1991|pp=95–9}} Kebangkitan kesadaran etnis dikeluarkan dalam beberapa cara oleh penduduk asli, termasuk memasukkan unsur-unsur budaya mereka dalam [[musik pop]] yang sukses secara komerial. Upaya yang dilakukan oleh penduduk asli tersebut dilakukan untuk membangkitkan praktik kebudayaan tradisional dan menyajikan bahasa-bahasa tradisional mereka. Festival Kebudayaan Austronesia di [[Kota Taitung]] adalah salah satu acara dimana para anggota suku mempromosikan budaya penduduk asli. Selain itu, beberapa suku-suku pribumi secara khusus terlibat dalam industri pariwisata dan [[eko-pariwisata]] dengan tujuan meningkatkan ekonomi berdikari dan menyajikan budaya mereka.{{sfnp|Anderson|2000|pp=283–90}}
== Daftar suku bangsa ==
[[Berkas:Taiwan aborigine en.jpg|thumb|right|350px|Peta suku bangsa daerah tinggi menurut distribusi geografis secara tradisional.]]
 
== Sejarah dan definisi persukuan ==
Suku bangsa pribumi Taiwan yang diakui oleh pemerintah [[Republik Tiongkok]] termasuk suku-suku berikut:
Pada sebagian sejarah mereka yang tercatat, penduduk asli Taiwan didefinifikan oleh oknum-oknum dari proyek "pensipilisasian" berbeda dari [[Nasionalisme|Nasionalis]], [[Kristen]], dan [[Konghucu]], dengan berbagai tujuan. Setiap poryek "pensipilisasian" mendefinisikan penduduk asli tersebut berdasarkan pada pengertian budaya "penduduk sipil" yang berbeda dan mirip, perilaku, lokasi, penampilan dan kontak sebelumnya dengan kelompok suku bangsa lainnya.{{sfnp|Harrell|1996|pp=5–20}} Taksonomi-taksonomi dibentuk oleh pasukan-pasukan kolonialis yang membagi para penduduk asli dalam penamaan subgrup, yang disebut sebagai "suku". Pembagian tersebut tidak selalu sejalan dengan pola pikir penduduk asli itu sendiri. Namun, kategori tersebut telah menjadikan bahan dalam pembicaraan masyarakat dan pemerintah sepanjang waktu yang membuat mereka memiliki kekhasan [[de facto]], menyajikan sebagian bentuk pembicaraan politik saat ini di [[Taiwan|Republik Tiongkok]] (RT), dan berdampak pada kebijakan-kebijakan Taiwan mengenai penduduk-penduduk asli.
 
[[Berkas:Femme Pepohan de Formose et son enfant.jpg|jmpl|kiri|lurus|Foto wanita dan bayi penduduk asli Taiwan, yang diambil oleh [[John Thomson (fotografer)|John Thomson]], 1871]]
* [[Ami]] (Amis; Pangcah) (阿美)
Pelaut Han, [[Chen Di]], dalam ''Catatan Laut-Laut Timur'' buatannya (1603), mengindentifikasikan penduduk asli Taiwan sebagai "Bangsa Timur Biadab" ({{zh|t=東番|p=Dongfan|labels=no}}), sementara Belanda menyebut penduduk asli Taiwan sebagai "Indian" atau "orang kulit hitam", berdasarkan pada pengalaman kolonial mereka sebelumnya di sebuah wilayah yang sekarang menjadi negara Indonesia.{{sfnp|Teng|2004|pp=61–5}}
* [[Atayal]] (Tayal, Tayan) (泰雅)
** [[Atayal (sejati)]]
* [[Bunun]] (布農)
* [[Kavalan]](噶瑪蘭)
* [[Paiwan]] (排灣)
* [[Puyuma]] (卑南)
* [[Rukai]] (魯凱)
* [[Saisiyat]] (Saisiat) (賽夏)
* [[Bangsa Tao|Tao]] (Yami) (雅美/達悟)
* [[Suku Thao|Thao]] (邵)
* [[Tsou]] (Cou) (鄒)
** [[Tsou Utara]]
** [[Tsou Selatan]]
* [[Truku]] (Taroko) (太魯閣)
** [[Sediq]](賽德克)
 
Hampir seabad kemudian, pemerintah [[Dinasti Qing|Kekaisaran Qing]] memerintahkan sekelompok besar masyarakat, epnulis dan [[gazetir]] untuk memberikan deskripsi mereka dalam rangka mengadakan [[akulturasi]], yang berujung pada sebuah sistem yang mendefinisikan kekerabatan para penduduk asli atas pengajuan mereka atau permusuhan terhadap pemerintah Qing. Sastrawan Qing menggunakan istilah "mentah/liar" ({{zh|c={{linktext|生番}}|labels=no}}) untuk mendefinisikan orang-orang yang tidak memberikan pengajuan kepada pemerintah Qing, dan "matang; dijinakkan atau ditundukkan" ({{zh|c={{linktext|熟番}}|labels=no}}) kepada orang-orang yang menyatakan persekutuan mereka dengan membayar uang kepada kepala pajak.<ref>Dalam kasus penulisan perjalanan, sastrawan Qing menggunakan kata "mentah" dan "matang" untuk mengartikan kata "tak familiar" dan "familiar", atas dasar budaya/bahasa dan interaksi dengan para pemukim Han. {{harvp|Teng|2004|pp=126–27}}.</ref> Menurut standar [[Kaisar Qianlong]] dan rezim-rezim penerusnya, kata "matang" merupakan sinonim dari orang-orang yang diasimilasikan dengan norma-norma kebudayaan Han, dan tinggal sebagai warga negara Kekaisaran, tapi kata tersebut masih dijadikan sebutan yang merendahkan untuk menandakan kurangnya rasa berbudaya dari orang-orang non-Han.{{sfnp|Harrell|1996|p=19}}{{sfnp|Diamond|1995|p=100}} Rancangan tersebut merefleksikan gagasan bahwa siapapun yang menjadi warga negara/dijinakkan harus mengadopsi norma-norma sosial Konghucu.{{sfnp|Crossley|1999|pp=281–95}}{{sfnp|Dikotter|1992|pp=8–9}}
Dari semua suku ini, suku Ami, Kavalan, dan Tsou kadangkala dianggap sebagai ''Pingpu'' atau suku bangsa "ladang" atau "tanah datar".
 
[[Berkas:Tsou youth of Taiwan (pre-1945).jpg|jmpl|lurus|Foto berwarna seorang pasukan [[suku Tsou|Tsou]] yang mengenakan busana tradisional yang diambil sebelum Perang Dunia II.]]
Suku bangsa yang tidak diakui:
Setelah Qing menyatakan kekuasaan mereka atas wilayah tersebut dan berusaha memasuki pegunungan pada akhir abad ke-19, istilah [[Penduduk Asli Dataran Rendah Taiwan|''Pingpu'']] ({{zh|c={{linktext|平埔族}}|p=Píngpǔzú|l=Suku dataran rendah|labels=no}}) dan ''Gaoshan'' ({{zh|c={{linktext|高山族}}|p=Gāoshānzú|l=Suku dataran tinggi|labels=no}}) digunakan sebagai pengganti istilah "matang" dan "mentah".{{sfnp|Teng|2004|pp=125–27}} Pada masa [[Taiwan di bawah kekuasaan Jepang|kekuasaan Jepang]] (1895–1945), para antropolog dari Jepang melakukan klasifikasi binari. Pada 1900, mereka memasukannya dalam proyek kolonial mereka sendiri dengan menggunakan istilah {{nihongo||{{linktext|平埔}}|Peipo}} yang artinya "suku matang", dan membuat kategori "suku yang diakui" untuk penduduk asli yang awalnya disebut "mentah". [[Insiden Wushe|Insiden Musha]] pada 1930 berujung pada beberapa perubahan dalam kebijakan penduduk asli, dan pemerintah Jepang mulai menyebut mereka dengan sebutan {{nihongo4||{{linktext|高砂|族}}|Takasago-zoku}}. {{sfnp|Tai|1999|p=294}} Suku-suku yang diakui yang meliputi suku [[suku Atayal|Atayal]], [[suku Bunun|Bunun]], [[suku Tsou|Tsou]], [[suku Saisiat|Saisiat]], [[suku Paiwan|Paiwan]], [[suku Puyuma|Puyuma]], dan [[suku Ami people|Ami]]. [[suku Tao|Yami]] (Tao) dan [[suku Rukai|Rukai]] ditambahkan pada masa berikutnya, sehingga terdapat total sembilan suku yang diakui.{{sfnp|Harrison|2001|pp=54–5}} Pada awal periode pemerintahan Nasionalis Tiongkok [[Kuomintang]] (KMT), istilah ''Shandi Tongbao'' ({{zh|c={{linktext|山地|同胞}}|labels=no}}) "orang dataran tinggi senegara" dan ''Pingdi Tongbao'' ({{zh|c={{linktext|平地|同胞}}|labels=no}}) "orang dataran rendah senegara" digunakan, untuk menghilangkan pengaruh Jepang dan memasukkan wilayah penduduk asli Taiwan dalam negara Nasionalis Tiongkok. {{sfnp|Harrison|2001|p=60}} KMT kemudian mengadopsi penggunaan seluruh pengelompokan Jepang sebelumnya kecuali ''Peipo''.
* [[Babuza]] (貓霧捒)
* [[Basay]] (巴賽)
* [[Hoanya]] (洪雅or洪安雅)
* [[Ketagalan]] (凱達格蘭)
* [[Luilang]] (雷朗)
* [[Pazeh/Kaxabu]] (Pazih) (巴宰or巴則海)
* [[Popora]] (巴布拉)
* [[Qauqaut]] (猴猴)
* [[Siraya]] (西拉雅)
* [[Taokas]] (道卡斯)
* [[Trobiawan]] (多囉美)
 
Disamping perubahan-perubahan terkini dalam bidang antropologi dan peralihan obyektitivasan pemnerintah, label ''Pingpu'' dan ''Gaoshan'' utamanya digunakan pada masa sekarang sebagai sebuah bentuk yang diberikan oleh kekaisaran Qing untuk menunjukan akulturasi penduduk asli dengan budaya Han. Suku-suku penduduk asli yang disahkan saat ini semuanya disebut sebagai ''Gaoshan'', meskipun pembagian tersebut tidak dan tidak pernah berdasarkan pada letak geografi. Amis, Saisiat, Tao dan Kavalan adalah suku-suku yang memegang budaya Dataran Rendah Timur.{{sfnp|Brown|2001|p=163 ''n6''}} Pembagian antara suku ''Pingpu'' dan ''Gaoshan'' masih berdampak pada kebijakan-kebijakan Taiwan terkait suku-suku asli, dan kesempatan mereka untuk ikut serta secara bulat dalam pemerintah.<ref>{{cite web |url=http://taiwanjournal.nat.gov.tw/site/Tj/ct.asp?xItem=21802&CtNode=122 |title=Saisiyat people launch referendum initiative |website=National Affairs |date=April 28, 2006 |accessdate=August 22, 2010 }}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
== Sejarah suku bangsa pribumi ==
Taiwan disebut oleh banyak ahli bahasa dan linguistik sebagai negeri asal [[bahasa Austronesia]]. Dipercayai bahwa bahasa dan kebudayaan Austronesia berasal dari Taiwan sekitar 6.000 tahun karena perbedaan yang sangat tajam dengan bahasa-bahasa Austronesia lainnya di Asia sebelah selatan. Bukti linguistik menunjukkan bahwa bahasa-bahasa Formosa lebih ragam di Taiwan daripada bahasa-bahasa Austronesia lainnya.
 
Meskipun [[Pusat Informasi pemerintah]] Republik Tiongkok secara resmi mengangkat 14 kelompok utama sebagai "suku", konsensus beberapa sarjana menyatakan bahwa 14 kelompok tersebut tidak menunjukan entitas sosial apapun, kolektivitasan politik, atau aliansi pengidentifikasian diri yang berasal dari Taiwan pada masa pra-modern.{{sfnp|Teng|2004|pp=104–5}} Catatan-catatan terawal yang mendetail, yang berasal dari kedatangan Belanda pada 1624, menyatakan bahwa penduduk-penduduk asli tinggal di desa-desa terpisah dengan berbagai ukuran. Antara desa-desa tersebut, terjadi perdagangan, pernikahan silang, peperangan dan aliansi melawan musuh besar. Menggunakan kriteria etnografi dan linguistik kontemporer, desa-desa tersebut diklasifikasikan dalam lebih dari 20 kelompok etnis (dan sebagian besar diperdebatkan),{{sfnp|Tsuchida|1983|p=62}}{{sfnp|Li|1992|pp=22–3}} yang tak pernah disatukan di bawah negara, kerajaan atau "suku" umum.{{sfnp|Shepherd|1993|pp=51–61}}
Ahli bahasa menyadari pemisahan linguistik yang lebih awal menandakan pemisahan dan permukiman yang paling awal.
Menurut pemerintah Republik China, ada 11 suku di Taiwan yang memenuhi syarat untuk mendapat status suku, tetapi studi lapangan menunjukkan bahwa mungkin ada sebanyak 26 kelompok linguistik. Dan suku-suku Babuza, Popora, Hoanya, Siraya, Taokas dan Pazeh dimasukkan dalam studi bidang Jepang sampai 1945.
 
{| class="wikitable" style="text-align:center"
Arsip-arsip [[VOC]] [[Belanda]] menyediakan catatan-catatan terawal tentang kehidupan di Taiwan. Mereka melaporkan telah berjumpa dengan suku-suku bangsa di lading barat dan suku-suku bangsa lainnya di sebelah selatan dan tenggara.
|+Populasi suku-suku penduduk asli pada 1911<ref>{{cite book |script-title=ja:臺灣總督府第十五統計書 |trans_title=Governor-General of Taiwan Statistic Yearbook 1911 |publisher=Governor-General of Taiwan |year=1913 |url=http://kindai.ndl.go.jp/info:ndljp/pid/974276 |page=46 |language=ja |oclc=674052936}}</ref>
|- style="background:#ececec; vertical-align:top;"
!Atayal!! Saisiyat!!Bunun!!Tsou!!Rukai!! Paiwan!! Puyuma!!Ami!!Yami!!Total
|-
|27,871||770||16,007||2,325||13,242||21,067||6,407||32,783||1,487||121,950
|}
 
== Suku-suku tanahyang datardiakui ==
Orang pribumi tanah datar sebagian besar tinggal di tempat desa sedenter yang dikelilingi dengan tembok pertahanan [[bambu]]. Desa-desa di Taiwan selatan lebih banyak didiami daripada lokasi lain. Beberapa desa mendukung penduduk sebanyak 1.500 orang, yang dikelilingi dengan desa-desa satelit yang lebih kecil.
 
=== Suku-suku yang disahkan di Taiwan ===
Desa Siraya misalkan dibangun tempat tinggal yang terbuat dari lalang dan bambu, dan berada pada ketinggian 2 meter dari atas tanah pada tiang-tiang, dengan masing-masing rumah tangga mempunyai gudang untuk hewan ternak. Menara pengawasan di tempatkan di desa untuk bisa mengawasi keluar dan memberikan peringatan jika ada kelompok [[pengayau]] datang dari suku-suku pegunungan.
<imagemap>
Berkas:General_distribution_of_indigenous_people_in_Taiwan.svg|thumb|upright|right|Peta gambar suku-suku dataran tinggi menurut persebaran geografi tradisional. Nama atau pengucapan alternatif: Pazih (Pazeh); Taroko (Truku, Seediq); Yami (Tao)
 
circle 427 887 20 [[Suku Yami]]
Mereka mempunyai konsep kepemilikan komunal, dengan rangkaian lingkaran konsentris sekitar masing-masing desa. Lingkaran paling dalam dipakai sebagai tempat berkebun dan menanam buah-buahan yang disusul dengan lingkaran tanah kosong di sekeliling ini. Lingkaran kedua dipergunakan untuk menanam tanaman sayur-sayuran dan bahan untuk penggunaan eksklusif suku. Lingkaran ketiga dipakai hanya untuk berburu dan merupakan ruang rusa bagi penggunaan suku.
poly 268 905 221 867 196 685 231 681 229 713 262 738 296 726 [[Suku Paiwan]]
poly 203 690 227 638 255 641 263 684 288 694 260 733 229 710 231 677 [[Suku Rukai]]
poly 262 735 301 733 345 695 322 676 283 690 [[Suku Puyuma]]
poly 214 587 255 586 286 527 260 487 237 491 219 548 [[Suku Tsou]]
poly 224 640 216 592 286 550 290 519 257 486 275 455 303 432 290 416 301 401 350 416 389 452 358 579 327 604 314 666 321 677 288 694 258 684 [[Suku Bunun]]
poly 345 697 316 672 327 600 358 584 399 430 430 438 393 607 [[Suku Amis]]
poly 401 458 388 484 388 512 407 487 [[Suku Kavalan]]
poly 236 460 276 453 301 434 283 409 255 420 [[Suku Thao]]
poly 255 420 281 409 288 414 298 399 263 355 244 355 237 391 [[Suku Sediq]]
poly 391 450 357 419 301 399 263 357 283 265 350 252 348 211 363 172 448 162 429 200 483 239 478 304 447 350 425 360 [[Suku Atayal]]
poly 414 398 440 402 452 378 442 353 429 358 [[Suku Truku]]
poly 401 429 416 401 440 402 432 435 [[Suku Sakizaya]]
poly 280 265 350 257 348 211 283 237 [[Suku Saisiyat]]
 
desc bottom-left
Konsep administrasi perdesaan tanah datar dimasukkan secara menonjol dalam kepemerintahan Qing Taiwan kelak. Suku tanah datar memburu rusa berbintik-bintik dan [[muntjak]], namun mereka juga bercocok tani tanaman ''millet''. Gula dan padi ditanam juga, tetapi kebanyakan untuk dibuat minuman beralkohol.
</imagemap>
 
[[Pemerintah Republik Tiongkok]] secara resmi mensahkan suku-suku berbeda dari komunitas probumi berdasarkan pada kualifikasi yang ditentukan oleh [[Dewan Penduduk Asli]] (DPA).{{sfnp|Ericsson|2004}} Untuk meraih pengakuan tersebut, suku-suku harus mengumpulkan sejumlah tanda tangan dan sebuah badan bukti mendukung yang meneruskan petisi kepada DPA. Pengakuan resmi memberikan hak-hak hukum dan hak-hak asasi terhadap sebuah kelompok, serta menyediakan mereka dengan satisfaksi yang menyoroti identitas mereka sebagai sebuah suku. Pada Juni 2014, 16 suku diakui.<ref name=ChinaPost>{{cite news|title=Gov't officially recognizes two more aboriginal tribes|url=http://www.chinapost.com.tw/taiwan/national/national-news/2014/06/27/411066/Govt-officially.htm|accessdate=13 December 2014|work=The China Post|agency=CNA|date=27 Juni 2014}}</ref>
[[Berkas:PepoWomanChild S.jpg|300px|thumb|Seorang wanita [[Pepobohan]], sebuah suku bangsa pribumi tanah datar Taiwan.]]
 
Dewan Penduduk Asli memberikan beberapa faktor terbatas dalam sebuah petisis formal yang berhasil. Faktor-faktor penentu tersebut meliputi pengumpulan silsilah anggotam sejarah kelompok dan bukti identitas kebudayaan dan linguistik yang berlanjut.{{sfnp|Lee|2003}}{{sfnp|Chuang|2005}} Kurangnya dokumentasi dan punahnya beberapa bahasa pribumi sebagai akibat dari kebijakan-kebijakan kebudayaan dan bahasa kolonial menjadi bahan pertimbangan pengesahan resmi beberapa suku yang berada pada wilayah terkendali. Tren-tren terkini dalam etno-wisata membuat beberapa bekas [[Penduduk Asli Dataran Rendah Taiwan|Penduduk Asli Dataran Rendah]] tetap memperjuangkan kebangkitan kebudayaan.{{sfnp|Brown|2004|}}
Banyak suku tanah datar merupakan masyarakat [[matriarkhal]]. Laki-laki menikah ke dalam keluarga seorang wanita setelah masa pra-pernikahan di mana wanita bebas menolak sejumlah laki-laki semau si wanita.
Sampai kedatangan [[Geraja Reformasi Belanda]], pasangan menikah jika mereka sudah menginjak usia 30-an dan sudah tidak mampu mengerjakan pekerjaan berat lagi. Hampir semua suku di Taiwan memiliki pembagian jenis pekerjaan menurut jenis kelamin. Wanita melakukan pekerjaan jahit-menjahit, masakan dan bertani, sedangkan laki-laki memburu dan mempersiapkan diri untuk mengayau. Laporan awal bangsa Eropa sering menyebutkan kaum pria malas, namun mereka tidak mempertimbangkan keuntungan pembagian kerja ini. Kaum wanita sering ditemukan memegang jabatan sebagai Pendeta atau yang memiliki hak berhubungan dengan Dewata dan dunia supranatural.
 
Beberapa kelompok dataran rendah membuat petisi untuk status suku, hanya [[suku Kavalan|Kavalan]] dan [[suku Sakizaya|Sakizaya]] yang secara resmi diakui. Dua belas suku resmi lainnya secara tradisional dianggap sebagai penduduk asli dataran tinggi.
=== Masa Eropa ===
Masih sungguh banyak sumber-sumber dari arsip kolonial Dunia Barat yang pernah menjajah Taiwan antara tahun [[1623]]-[[1662]], ketika orang Belanda memiliki jajahan di Taiwan barat-daya (1624-1662 – dengan markas besar dekat kota Tainan masa kini) dan orang Spanyol memiliki jajahan di Taiwan utara (1626-1642 – dengan markas besar di kota yang sekarang disebut Keelung).
 
Subgrup atau kelompok persukuan lainnya yang diperjuangkan untuk diberi status hukum penduduk asli meliputi Chimo (yang tidak secara resmi membuat petisi ke pemerintah, lihat {{Harvcolnb|Lee|2003}}), Kakabu, Makatao, Pazeh, dan Siraya.<ref>{{cite news|title=Kavalan become official Aboriginal group |date=5 May 2005 |publisher=Taipei City Government}}</ref> Namun, undang-undang pembuatan petisi untuk status resmi tak selalu mewakili pandangan konsensus manapun dari kalangan cendekiawan yang menyatakan bahwa sebuah kelompok yang relevan pada kenyataannya harus dikategorisasikan sebagai suku terpisah.
Sumber terbaik ialah yang sumber [[VOC]] (Perusahaan Hindia Timur Belanda). Sumber ini menunjukkan bahwa kala itu [[Belanda]] tiba pada [[1624]] di pelabuhan Tayouan ([[Anping, Tainan|Anping]]). Lalu wakil dari desa yang paling dekat—semua di antaranya ialah penutur bahasa Siraya—pergi ke benteng Belanda untuk meminta tanda persahabatan. Kaum Belanda pun menyetujui segala permintaan mereka.
 
Terdapat diskusi yang diadakan oleh para cendekiawan dan kelompok politik untuk memberikan nama terbaik atau paling pas digunakan untuk beberapa suku dan bahasa mereka, serta [[romanisasi]] dari nama tersebut. Contoh yang paling umum dikutip meliputi Seediq/Sediq/Truku/Taroko dan Tao/Yami.
Namun wilayah perdesaan kala itu sedang berada dalam keadaan perang suku. Desa Sinckan ([[Sinshih]]) berperang dengan Mattau (Madou) dan sekutunya Baccluan, dengan desa Soulang memelihara keadaan damai tak-tenang. Maka pada [[1629]] sekelompok serdadu Belanda dibantai di sebuah sungai oleh suku Mattau, setelah peristiwa ini keadaan menjadi tegang.
 
Sembilan suku asli telah diakui sebelum 1945 oleh pemerintah Jepang.{{sfnp|Ericsson|2004}} Thao, Kavalan dan Truku diakui oleh pemerintah Taiwan masing-masing pada 2001, 2002 dan 2004. Sakizaya diakui sebagai suku ke-13 pada 17 Januari 2007,{{sfnp|Cheng|2007}} dan pada 23 April 2008, Sediq diakui sebagai suku resmi ke-14 di Taiwan.{{sfnp|Shih|Loa|2008}} Sebelumnya, Sakizaya dimasukkan sebagai Amis dan Sediq sebagai Atayal. Hla'alua dan Kanakanavu diakui sebagai suku ke-15 dan ke-16 pada 26 Juni 2014.<ref name=ChinaPost /> Daftar lengkap suku yang diakui di Taiwan, serta beberapa kelompok suku tak resmi yang sering dikutip, adalah sebagai berikut:
Lalu pada [[1635]], dengan tibanya bantuan dari [[Batavia]], angkatan perang Belanda menaklukkan Mattau. Karena Mattau adalah desa yang paling kuat di daerah ini, kemenangan Belanda membawa serangkaian permintaan damai dari desa-desa dekat lainnya, banyak di antaranya di luar daerah Siraya.
 
:Diakui: [[Suku Ami|Ami]], [[Suku Atayal|Atayal]], [[Suku Bunun|Bunun]], [[Suku Saaroa|Hla'alua]], [[Suku Kanakanavu|Kanakanavu]], [[Suku Kavalan|Kavalan]], [[Suku Paiwan|Paiwan]], [[Suku Puyuma|Puyuma]], [[Suku Rukai|Rukai]], [[Suku Saisiyat|Saisiyat]], [[Suku Tao|Tao]], [[Suku Thao|Thao]], [[Suku Tsou|Tsou]], [[Suku Truku|Truku]], [[Suku Sakizaya|Sakizaya]] dan [[Suku Sediq|Sediq]].
Ini adalah kelahiran ''pax hollandica'', yang lambat laun menyebar sewaktu orang Belanda memperbesar kekuasaan mereka akan bagian-bagian besar Taiwan. Hal ini hanya berakhir pada 1662, ketika para pendukung Dinasti Ming; angkatan perang Zheng Chenggong mendirikan kerajaan wangsa Zheng di Taiwan atas nama dinasti Ming yang telah kalah.
 
:Tak diakui: [[Suku Babuza|Babuza]], [[Suku Basay|Basay]], [[Suku Hoanya|Hoanya]], [[Suku Ketagalan|Ketagalan]], Luilang, Makatao, [[Suku Pazeh|Pazeh]]/[[Suku Kaxabu|Kaxabu]], [[Suku Papora|Papora]], [[Qauqaut]], [[Suku Siraya|Siraya]], [[Suku Taokas|Taokas]], Trobiawan.
Salah satu [[pranata]] menarik periode Belanda ialah "landdag," atau perkumpulan tahunan sesepuh desa (''ouders'') di hadapan Gubernur Belanda.
 
=== Penduduk asli Taiwan di Tiongkok ===
Orang Belanda memberi masing-masing pemimpin tanjung beledu hitam, tongkat [[rotan]] berujung perak dan bendera yang mewakili Pangeran Oranje untuk membuktikan kesetiaan mereka kepada VOC. Pada gilirannya suku bangsa pribumi memberikan orang Belanda pot-pot pohon palem sebagai bukti kesetiaan mereka.
[[Berkas:Beijing-NiuJie-Hani-Gaoshan-Ewenki-3656.jpg|jmpl|kiri|Penggambaran suku ''Gaoshan'' sebagai salah satu kelompok etnis Tiongkok, ditampilkan disini di antaranya [[suku Hani]] dan [[Evenks|Ewenki]]]]
{{See also|Daftar kelompok etnis di Tiongkok}}
 
Pemerintah [[Tiongkok|Republik Rakyat Tiongkok]] (RRT) mengklaim Taiwan sebagai bagian dari teritorialnya dan secara resmi menyebut seluruh penduduk asli Taiwan sebagai ''Gaoshan'' (artinya "dataran tinggi"), yang merupakan salah satu [[daftar kelompok etnis di Tiongkok|56 suku bangsa]] yang secara resmi diakui oleh RRT. Menurut [[Sensus Penduduk Nasional Republik Rakyat Tiongkok Kelima|Sensus 2000]], 4,461 orang yang diidentifikasikan sebagai ''Gaoshan'' tinggal di Tiongkok daratan. Beberapa survei mengindikasikan bahwa 4,461 ''Gaoshan'' tercatat dalam Sensus RRT 2000, jumlah tersebut diperkirakan meliputi 1,500 orang Amis, 1,300 orang Bunun, 510 orang Paiwan, dan sisanya berasal dari suku-suku lainnya.{{sfnp|Hattaway|2003|pp= 39, 93, 425}} Mereka merupakan keturunan dari penduduk asli Taiwan yang berada di [[Tiongkok daratan]] pada masa pembentukan Republik Rakyat Tiongkok pada 1949.{{sfnp|Hattaway|2003|pp= 39, 93, 425}}
Orang Belanda mendirikan sekolah dan gereja. Pendeta Georgius Candidius dan Robertus Junius mempelajari bahasa setempat untuk mulai mengajar orang pribumi membaca bahasa mereka sendiri dengan [[huruf Latin]].
Bangsa pribumi tetap menggunakan huruf Latin ini sampai [[abad ke-18]], namun sekarang hanya beberapa fragmen saja yang masih ada dalam bentuk naskah dan beberapa prasasti ([[tulisan Sinckan]]).
 
== Asimilasi dan akulturasi ==
Orang Belanda juga mencari emas di Taiwan dan mereka mampu memberi semangat suku Puyuma supaya membawa mereka ke sumber emas pulau ini. Suku Puyuma membawa orang-orang Belanda 80 kilometer ke ladang Kavala di mana emas bisa dicela dari aliran sungai. Laporan ini dipastikan baik oleh sumber arsip Belanda maupun tradisi lisan Puyuma.
Bukti arkeologi, linguistik dan anekdot menunjukan bahwa penduduk asli Taiwan mengalami serangkaian peralihan kebudayaan dalam rangka menjalin hubungan dengan teknologi baru dan masyarakat lainnya.<ref>{{Harvcol|Liu|2002|pp=75–98}}</ref> Pada permulaan abad ke-17, penduduk asli Taiwan menghadapi perubahan kebudayaan yang besar karena pulau tersebut dimasukkan dalam perluasan ekonomi global oleh pergantian rezim-rezim kolonial yang bersaing dari Eropa dan Asia.<ref>{{Harvcolnb|Shepherd|1993|pp=1–10}}</ref><ref>{{Harvcolnb|Kang|2003|pp=115–26}}</ref> Dalam beberapa kasus, kelompok-kelompok pribumi menolak pengaruh kolonial, namun beberapa orang bersedia untuk bersekutu dengan penguasa-penguasa kolonial. Peristiwa tersebut membuat seseorang atau sebuah kelompok mengalami peningkatan ekonomi, kekuasaan kolektif terhadap desa-desa tetangga atau kebebasan dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang tidak diinginkan dan hal-hal tabu terkait pernikahan, peralihan zaman dan kelahiran anak.<ref>{{Harvcolnb|Shepherd|1995|pp=58–63}}</ref><ref>{{Harvcolnb|Blusse|Everts|2000|pp=77–8}}</ref>
 
Sebagian [[Penduduk Asli Dataran Rendah Taiwan|Penduduk Asli Dataran Rendah]], sesuai dengan dekret "proyek sipilisasi" pada setiap pergantian rezim, penduduk asli menemukan diri mereka sendiri dalam kontak yang lebih besar dengan budaya-budaya luar. Proses [[akulturasi]] dan [[asimilasi budaya|asminilasi]] terkadang disusul secara bertahap dalam membangun keadaan sosial, sebagian menghapus kebiasaan-kebiasaan etnis (seperti ikat kaki, gaya makan dan berbusana), yang awalnya berbeda-beda pada setiap kelompok etnis di Taiwan.<ref>{{Harvcol|Brown|2004|pp=38–50}}</ref> Penghapusan atau penggantian kebiasaan-kebiasaan tersebut berdampak pada sebuah peralihan dari budaya "Fan" (barbar) menjadi budaya "Han" Konghucu yang dominan.<ref>{{Harvcol|Brown|2004|pp=155–64}}</ref> Pada periode Jepang dan KMT mensentralisasi kebijakan-kebijakan pemerintah [[modernis]] yang disentralisasi, yang berakar dari gagasan-gagasan [[Darwinisme Sosial]] dan kulturalisme, mengarahkan pendidikan, kebiasaan genealogi dan tradisi lainnya menuju asimilasi etnis.<ref>{{Harvcol|Harrison|2001|pp=60–7}}</ref><ref>{{Harvcol|Duara|1995}}</ref> Perubahan etnis pada suku Gaoshan, yang kurang menjalin kontak dengan dunia luar karena sulitnya mengakses wilayah mereka, lebih dihasilkan dari asmilatif yang disentralisasi mketimbang prubahan sosial secara bertahap. Selain itu, budaya dan bahasa dari sebagian besar suku yang diakui masih terpinggirkan pada saat ini. budaya multi-budaya berkontribusi terhadap kebanggaan etnis dalam komunitas tersebut.
Orang Belanda memperkerjakan orang pribumi tanah datar untuk memperoleh kulit rusa yang bisa digunakan sebagai komoditi dagang di antara perdagangan segitiga Taiwan, [[Dinasti Qing]] dan [[Jepang]]. Namun perdagangan rusa jualah yang membawa para pedagang pertama bangsa Han ke daerah asli pedesaan. Permintaan untuk rusa sangat mengurangi persediaan rusa dan sudah sangat awal pada 1642 ada jumlahnya sudah menurun secara drastis di beberapa habitat mereka. Penurunan ini membawa dampak berat bagi masyarakat pribumi Taiwan sebab dengan begitu, sangat banyak orang pribumi mesti bercocok tanam untuk menanggulangi dampak ekonomi sumber makanan penting mereka.
 
Pada komunitas Han Hoklo Taiwan sendiri, perbedaan-perbedaan dalam budaya menandakan tingkat percampuran dengan penduduk asli dilakukan, dengan sebagian besar Han Hoklo murni di Taiwan Utara hampir tidak bercampur dengan Penduduk asli, yang terbatas pada Han Hoklo di Taiwan Selatan.<ref>[https://books.google.com/books?id=-m0PGuSUGDMC&pg=PA157#v=onepage&q&f=false Brown 2004]. pp. 156-7.</ref> Penduduk asli dataran rendah yang berasimilasi dalam penduduk Han Hoklo pada tahap yang berbeda dibedakan oleh sejarawan Melissa J. Brown ntara "jangka pendek" dan "jangka panjang".<ref>[https://books.google.com/books?id=-m0PGuSUGDMC&pg=PA162&dq=long+route+han&hl=en&sa=X&ei=MtpJVOqAO--LsQTBxYLoDA&ved=0CB0Q6wEwAA#v=onepage&q=long%20route%20han&f=false Brown 2004]. p. 162.</ref> Identitas etnis dari Penduduk Asli Dataran Rendah di sekitaran Tainan masih terlacak semenjak seorang gadis Hoklo Taiwan murni diminta oleh ibunya untuk tinggal jauh dari keluarga mereka.<ref>[https://books.google.com/books?id=-m0PGuSUGDMC&pg=PA157#v=onepage&q=wall&f=false Brown 2004]. p. 157.</ref> Sebutan ejekan "fan" digunakan terhadap Penduduk Asli Dataran Rendah oleh orang Taiwan, dan gaya bicara Hoklo Taiwan memaksa Penduduk Asli seperti Pazeh.<ref>http://www.taipeitimes.com/News/taiwan/archives/2014/06/15/2003592824</ref> Hoklo Taiwan menggantikan Pazeh dan membuatnya hampir mendekati kepunahan.<ref>http://www.taipeitimes.com/News/taiwan/archives/2008/06/26/2003415773</ref> Aboriginal status has been requested by Plains Aboriginals.<ref>{{Cite web |url=http://www.taipeitimes.com/News/front/archives/2014/07/15/2003595134 |title=Salinan arsip |access-date=2016-08-12 |archive-date=2016-08-12 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160812101920/http://www.taipeitimes.com/News/front/archives/2014/07/15/2003595134 |dead-url=yes }}</ref>
Periode Belanda berakhir dengan kedatangan kaum loyalis Ming, Zheng Cheng-gong ([[Koxinga]]), tetapi pengaruh bangsa Belanda sangat mendarah-daging di antara masyarakat pribumi Taiwan. Pada abad ke-19 dan ke-20, para penjelajah bangsa Eropa menulis bahwa mereka disambut sebagai kerabat oleh orang pribumi yang mengira mereka adalah orang Belanda yang telah berjanji untuk kembali.
 
=== PenguasaanBentuk Qingasimilasi saat ini ===
Beberapa bentuk asimilasi masih terjadi saat ini. Contohnya, saat otoritas pusan [[bahasa nasional|menasionalisasi]] satu bahasa, dalam rangka meningkatkan pengaruh ekonomi dan sosial terhadap bahasa tersebut. Seperti halnya generasi-generasi pada masa lampau, penggunaan bahasa asli sering kali menyusut atau menjadi punah, demikian pula identitas budaya dan linguistik. Namun, beberapa kelompok berjuang membangkitkan identitas asli mereka.<ref>{{Harvcol|Hsieh|2006}}</ref> Salah satu aspek politik pentingnya adalah membuat petisi kepada pemerintah untuk memberikan pengakuan resmi kepada pemerintah agar mereka diakui sebagai suku yang berbeda dan terpisah.
Pemerintah [[Qing]] membolehkan imigrasi suku Han secara terbatas ke Taiwan dan mengakui klaim suku tanah datar terhadap lahan perburuan rusa dan tanah adat suku. Qing berharap mengubah suku-suku tanah datar menjadi rakyat setia. Pihak berwenang Qing mengambil pajak per kepala dan [[rodi]] pada orang pribumi. Hal ini membuat orang pribumi tanah datar secara langsung bertanggung jawab atas bayaran kepada yang berwenang. Untuk mengesahkan kebijakan pajak mereka, pejabat Qing menunjuk orang pribumi Taiwan yang berdasarkan kemampuan mereka untuk membayar pajak kepada Qing.
 
Kompleksitas dan cangkupan asimilasi dan akulturasi penduduk asli di Taiwan terbagi dalam tiga perubahan utama etnis Taiwan. Yang tertua terjadi saat migrasi Han dari [[Fujian]] dan [[Guangdong]] pada abad ke-17 yang membuat [[Penduduk Asli Dataran Rendah Taiwan|Penduduk Asli Dataran Rendah]] terpinggirkan ke wilayah pegunungan, dimana mereka menjadi suku-suku Dataran Tinggi pada masa sekarang.<ref>{{Harvcol|Shepherd|1993}}</ref> Pandangan paling terkini menyatakan bahwa akibat merebaknya pernikahan silang antara Han dan penduduk asli antara abad ke-17 dan ke-19, para penduduk asli secara menyeluruh di[[Sinikisasi]]kan.<ref>{{Harvcolnb|Lamley|1981|pp=282}}</ref><ref>{{Harvcolnb|Meskill|1979|pp=253–55}}</ref> Pada akhirnya, pembelajaran [[etnografi]] dan [[atropologi]] modern menunjukan susunan peralihan kebudayaan yang secara tumpang tindih dialami oleh Han dan Penduduk Asli Dataran Rendah, yang menghasilkan budaya hibrida. Pada masa sekarang, orang-orang ber[[Han Taiwan|etnis Han di Taiwan]] menerapkan kebudayaan utama yang berbeda dari Han di tempat lain.<ref>{{Harvcolnb|Brown|1996}}</ref><ref>{{Harvcolnb|Brown|2004}}</ref>
Suku-suku itu yang tunduk dan mau membayar pajak digolongkan sebagai 'Sek Huan', yang secara harfiah artinya 'orang biadab yang matang'. Suku-suku yang belum tunduk digolongkan sebagai 'Se Huan', atau 'orang biadab mentah'. (kata matang dan mentah merupakan sinonim kata “akrab” dan tak “akrab”).
 
Pada komunitas Han [[suku Hoklo|Hoklo]] Taiwan sendiri, perbedaan budaya menandai tingkat terjadi percampuran dengan penduduk asli, meskipun sebagian besar Hoklo Han di Utara Taiwan hampir tidak memiliki darah penduduk asli, yang terbatas pada Hoklo Han di Selatan Taiwan.<ref>{{Harvcolnb|Brown|2004|pp=156–7}}</ref> Penduduk asli dataran rendah yang bercampur dan berasimilasi dengan populasi Hoklo Han pada tahap-tahap berbeda yang dibedakan oleh sejarawan Melissa J. Brown antara "jangka panjang" dan "jangka pendek".<ref>{{Harvcolnb|Brown|2004|p=162}}</ref>
Kelak, kedua kelompok dengan sederhana dibedakan sebagai suku-suku 'Ping Pu' atau 'Pepo' (Tanah Datar) dan 'Gao Shan' atau 'Ge Sen' (Gunung Tinggi).
 
=== Marga dan identitas ===
Pembedaan ini hanya sedikit sekali merupakan refleksi hal yang sebenarnya dan dianggap tidak seluruhnya tepat. Sebab misalkan apa yang disebut suku-suku Gao shan sebetulnya tinggal di tanah datar, seperti kasus dengan suku Ami di pantai timur dan suku Tao di [[Kepulauan Lanyu]].
Beberapa faktor menyebabkan asimilasi [[Penduduk Asli Dataran Rendah Taiwan|Penduduk Asli Dataran Rendah]].<ref name="surname">Salah satu catatan dari "perubahan identitas" tersebut terjadi di wilayah yang disebut Rujryck oleh Belanda, sekarang bagian dari kota [[Taipei]]. Sebuah dokumen yang ditandatangani oleh para kepala desa dari tahun ketujuh [[Kaisar Qianlong|era Qianlong]] menyatakan: "Kami awalnya tidak memiliki marga, mohon berikan kami marga-marga Han, Pan, Chen, Li, Wang, Tan, dll" {{Harvcol|Pan|2002|p=30}}.</ref> Mengambil sebuah nama Han adalah sebuah langkah maju dalam pengambilan nilai-nilai Konghucu dalam masyarakat penduduk asli.<ref>{{Harvcol|Liu|2002|pp=31–2}}</ref> Nilai-nilai Konghucu meningkatkan pengakuan sebagai warga negara penuh dan untuk beroperasi pada negara Konghucu Qing.<ref name="Ebrey 1996 19–34">{{Harvcolnb|Ebrey|1996|pp=19–34}}</ref> Sebuah marga dalam masyarakat Han dipandang sebagai penanda pengedahan paling penting dari hubungan leluhur garis ayah pada [[Kaisar Kuning]] (Huang Di) dan [[Tiga Sosok Agustus dan Lima Kaisar#Lima kaisar|Lima Kaisar]] dari mitologi Han.<ref>{{Harvcol|Ebrey|1996|pp=26}}</ref> Selain itu, kedudukan dari sebuah marga Han memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan bagi penduduk asli, meskipun sebelumnya memiliki identitas non-Han atau berdarah campuran. Dalam beberapa kasus, para anggota Penduduk Asli Dataran Rendah mengadopsi marga Han [[Pan (marga)|Pan]] (潘) sebagai sebuah modifikasi dari status rancangan mereka sebagai Fan (番: "orang barbar").<ref name="pan">Perubahan tersebut hanya melibatkan penambahan radikal air pada karakter tersebut {{Harvcol|Shepherd|1993||p=384}}</ref> Sebuah keluarga Pazeh menjadi anggota dari penduduk lokal<ref>{{Harvcolnb|Pan|1996|pp=440–62}}</ref><ref>{{Harvcolnb|Hong|1997|pp=310–15}}</ref> diselesaikan dengan garis keturunan pada provinsi Fujian. Pada kasus lainnya, keluarga penduduk asli dataran rendah mengadopsi marga Han umum, namun garis keturunan leluhur terawal mereka berasal dari wilayah Taiwan.
 
Dalam beberapa kasus, sekelompok besar imigran Han disatukan di bawah sebuah marga umum untuk membentuk sebuah persaudaraan. Persaudaraan tersebut digunakan sebagai sebuah bentuk pertahanan, karena setiap saudara yang diangkat terikat pada keterikatan darah untuk membantu seorang saudara yang membutuhkan. Kelompok-kelompok persaudaraan tersebut menghubungkan nama-nama mereka pada sebuah pohon keluarga, dalam esensi membangun sebuah silsilah yang berdasarkan pada nama ketimbang darah, dan menempatkan organisasi-organisasi kekerabatan yang umumnya ditemukan di Tiongkok. Praktik tersebut sangat merebak pada buku-buku keluarga saat ini yang sebagian besar tidak bisa diandalkan.<ref name="Ebrey 1996 19–34"/><ref>{{Harvcolnb|Hsu|1980|pp=31–4;90–105}}</ref> Beberapa Penduduk Asli Dataran Rendah bergabung dengan persaudaraan-persaudaraan tersebut untuk mendapatkan perlindungan kolektif sebagai jenis kebijakan asuransi melawan perselisihan regional, dan melalui kelompok-kelompok tersebut, mereka mendapatkan identitas Han dengan garis keturunan Han.
Orang pribumi sebagai kelompok etnik secara klasik digolongkan sebagai 'Huan', yang artinya adalah 'orang biadab', klasifikasi ini sama dengan yang diberikan pada orang Barat.
 
Tingkat salah satu kelompok tersebut dengan kelompok lainnya tidak jelas. Preferensi untuk satu eksplanasi terhadap kelompok lainnya terkadang dipredikatkan atas dasar sebuah sudut pandang politik yang diberikan. Efek kumulatif dari perubahan tersebut terjadi pada permulaan abad ke-20 dimana para Penduduk Asli Dataran Rendah hampir secara menyeluruh terakulturasi dalam kelompok etnis Han yang lebih besar, dan hampir mengalami [[peralihan bahasa]] total dari [[rumpun bahasa Formosa]] mereka masing-masing ke [[rumpun bahasa Sinitik|Tionghoa]]. Selain itu, batasan hukum untuk penggunaan marga tradisional dan juga batasan kebudayaan masih terjadi sampai saat ini. Para penduduk asli tidak diijinkan untuk menggunakan nama-nama tradisional mereka pada kartu-kartu identitas resmi sampai 1995 ketika sebuah larangan tentang penggunaan nama-nama penduduk asli yang berasal dari tahun 1946 akhirnya diangkat.<ref name="names">{{Harvcoltxt|Low|2005}} menyatakan: "Menurut sebuah dokumenter yang dirilis oleh departemen urusan etnis [[Partai Progresif Demokrat]], meskipun para penduduk asli sekarang masih tidak boleh menggunakan nama-nama tradisional mereka setelah amendemen 1995 terhadap Undang-Undang Nama Pribadi, hanya 890 orang dari total 460,000 penduduk asli di Taiwan yang menggunakannya karena stigma masa lalu terhadap nama-nama tersebut dan terkomplikasi formalitas yang dilibatkan"</ref> Salah satu rintangannya adalah pendaftaran rumah tangga hanya memperbolehkan maksimum 15 karakter untuk nama-nama pribadi. Namun, nama-nama penduduk asli masih secara fonetik diterjemahkan dalam [[karakter Tionghoa]], dan beberapa nama masih memiliki jumlah karakter lebih dari itu.<ref>{{Harvcol|Loa|2007}}</ref>
Berlawanan dengan kepercayaan umum, yaitu bahwa suku-suku Ting pu di bawah tekanan pendatang bangsa Han, melarikan diri ke gunung kemudian menjadi suku-suku Gao Shan. Fakta sejarah justru menunjukkan bahwa sebagian besar orang tanah datar tinggal, berkawin campur dan berbaur dengan para pendatang dari daratan Tiongkok dan mengambil jatidiri sukubangsa Han dan keturunannya menjadi bangsa Taiwan modern. Oleh para pakar dipercayai bahwa proses asimilasi ini, mirip dengan proses pembauran oleh bangsa Han dari Tiongkok utara dalam menaklukkan bangsa-bangsa di sebelah selatan Tiongkok.
 
== Sejarah penduduk asli ==
Luaslah wilayah tanah datar di sisi barat yang disewakan dengan harga tinggi 'Huan De Zu' (Sewa Tinggi kaum Barbar), yang dihentikan pada saat pemerintahan Jepang.
{{See also|Sejarah Taiwan}}
Lalu pemerintahan Qing menjamin monopoli eksploatasi rusa oleh suku-suku pribumi dan anggota perseorangan mereka.
[[Berkas:PepoWomanChild S.jpg|jmpl|Seorang anak dan wanita Penduduk Asli Dataran Rendah karya Paul Ibis, 1877]]
Suku-suku secara umum biasanya akan menawari petani Han uang sewa permanen tanah tertinggi, yang dianggap 'Dua Tuan sebuah Ladang' (Yi tian liang zu). Kaum Han yang lebih kaya, biasanya petinggi militer, boleh menyewa 'tanah kosong pemerintah'.
[[Berkas:Young Maori man dancing.jpg|jmpl|Seorang pria muda [[suku Māori|Māori]] dari [[Selandia Baru|Selandia Baru (Aotearoa)]] ditampilkan dalam kelompok [[kapa haka]]. Suku bangsa Austronesia berasal dari [[Taiwan]]<ref name="Diamond-2000">{{cite journal | doi = 10.1038/35001685 | last1 = Diamond | first1 = JM | year = 2000 | title = Taiwan's gift to the world | journal = Nature | volume = 403 | issue = 6771| pages = 709–710 | pmid = 10693781 }}</ref> yang bermigrasi ke [[Asia Tenggara]], [[Oseania]] ([[Polinesia]]), [[Afrika]] ([[Madagaskar]]) dan yang paling jauh [[Amerika Selatan]].<ref name="coco">{{cite journal|last=Gunn|first=Bee|author2=Luc Baudouin |author3=Kenneth M. Olsen |title=Independent Origins of Cultivated Coconut (''Cocos nucifera'' L.) in the Old World Tropics|journal=PLoS ONE|year=2011|volume=6|issue=6|pages=e21143|doi=10.1371/journal.pone.0021143|pmid=21731660|url=http://www.plosone.org/article/info:doi%2F10.1371%2Fjournal.pone.0021143|pmc=3120816}}</ref><ref>Van Tilburg, Jo Anne. 1994. ''Easter Island: Archaeology, Ecology and Culture.'' Washington D.C.: Smithsonian Institution Press</ref><ref>Langdon, Robert. The Bamboo Raft as a Key to the Introduction of the Sweet Potato in Prehistoric Polynesia, ''The Journal of Pacific History', Vol. 36, No. 1, 2001</ref>]]
Penduduk asli Taiwan adalah [[suku bangsa Austronesia]], dengan hubungan linguistik dan genetik dengan kelompok etnis Austronesia lainnya, seperti bangsa [[Filipina]], [[Malaysia]], [[Indonesia]], [[Madagaskar]] dan [[Oseania]].<ref>{{Harvcolnb|Hill|Soares|Mormina|Macaulay|2007}}</ref><ref>{{Harvcolnb|Bird|Hope|Taylor|2004}}</ref> Peralatan pemecah batu yang berawal dari awal 15,000 tahun yang lalu menunjukan bahwa pemukiman manusia awal dari Taiwan adalah budaya [[Paleolitikum]] pada zaman [[Pleistosen]]. Suku bangsa tersebut bertahan hidup dengan memakan kehidupan laut. Bukti-bukti arkeologi menunjukan perubahan pada zaman [[Neolitikum]] yang terjadi pada sekitar 6,000&nbsp;tahun yang lalu, dengan kemajuan pertanian, peternakan, pengolahan batu dan tembikar. [[Alat pemotong baru]] diproduksi massal di [[Penghu]] dan pulau-pulau sekitarnya, yang terbuat dari bebatuan vulkanik yang ditemukan di sana. Bukti sejarah tersebut menunjukkan lalu lintas laut yang padat terjadi di antara Taiwan dan pulau-pulau tersebut pada masa tersebut.<ref>{{Harvcol|Rolett|Jiao|Lin|2002|pp=307–8; 313}}</ref>
 
Sejarah penduduk asli di Taiwan mulai tercatat pada sekitar abad ke-17, dan sering kali didominasik oleh pandangan dan kebijakan penguasa asing dan non-penduduk asli. Bermula dengan kedatangan para pedagang Belanda pada 1624, wilayah-wilayah tradisional penduduk asli berhasil dijajah oleh penguasa [[Formosa Belanda|Belanda]], [[Formosa Spanyol|Spanyol]], [[Kerajaan Tungning|Ming]], [[Taiwan di bawah kekuasaan Qing|Qing]], [[Taiwan di bawah kekuasaan Jepang|Jepang]], dan [[Taiwan setelah Perang Dunia II|Nasionalis Tiongkok]]. Setiap pusat kebudayaan "pensipilisasian" suksesif tersebut terlibat dalam konflik kekerasan dan interaksi ekonomi damai dengan kelompok suku [[Penduduk Asli Dataran Rendah Taiwan|Dataran Rendah]] dan Dataran Tinggi. Dengan berbagai tingkatan, mereka mempengaruhi atau mengubah budaya dan bahasa penduduk asli.
Penyewa tanah besar diharuskan membayar pajak sebanyak 6-8 shi bagi setiap jiwa. Seringkali bangsa Han dan orang Pribumi menemukan solusi kreatif dalam memecahkan masalah tanah dan pajak mereka.
Di bawah bimbingan pejabat mereka, yaitu sang penterjemah Zhang Da-jing, seorang etnik Hakka yang telah menikahi tujuh wanita pribumi, suku An Ii memindahkan hak kepemilikan enam petak tanah kepada petani Han sebagai ganti atas suku Han yang bertukar pengalaman mengenai sistem irigasi dan bercocok tanam. Para suku tanah datar memang seringkali ditipu atau dipaksa menjual tanah mereka. Beberapa lalu memang pindah, namun sebagian besar tetap tinggal dan mengganti nama mereka dengan nama [[marga Tionghoa|Han]].
 
Empat abad masa kekuasaan non-penduduk asli diwarnai beberapa periode peralihan penguasa yang memerintah dan perubahan kebijakan resmi terhadap penduduk asli. Dari abad ke-17 sampai awal abad ke-20, dampak para pemukim asing—Belanda, Spanyol dan Han—menjadi lebih menonjol pada suku-suku Dataran Rendah. Penguasa Han jauh lebih dapat diakses secara geografi, dan lebih disepakati dengan para penguasa asing. Pada permulaaan abad ke-20, suku-suku Dataran Rendah secara garis besar berasimilasi dengan budaya Taiwan kontemporer sebagai akibat dari kekuasaan kolonial Eropa dan Han. Sampai paruh akhir era kolonial Jepang, suku-suku Dataran Tinggi secara keseluruhan masih tidak tersentuh oleh kelompok non-suku manapun. Namun, pertengahan 1930-an menandai peralihan dalam dinamika antar-budaya, karena Jepang mulai memainkan peran yang jauh lebih dominan dalam budaya suku-suku Dataran Tinggi. Peristiwa tersebut meningkatkan tingkat kendali atas suku-suku Dataran Tinggi yang berlanjut pada masa pemerintahan Kuomintang. Pada dua era utama tersebut, terdapat beberapa perbedaan dalam dampak individual dan regional dari para penjajah dan "proyek-proyek pensipilisasian" mereka. Pada masa para penguasa asing datang, beberapa suku mengadopsi gaya berbusana dan praktik kebudayaan asing {{Harvcol|Harrison|2003}}, dan mengadakan kerjasama dagang terhadap barang-barang seperti [[kamper]], kulit rusa, gula, teh dan beras.<ref>{{Harvcol|Gold|1986|pp=24–8}}</ref> Sejumlah perubahan lainnya dari dunia luar dilakukan secara paksa.
Di sini penting ditekankan bahwa pada masa dinasti Qing, rakyat Taiwan diklasifikasikan sebagai kaum barbar maupun beradab. Kaum beradab kala itu sama dengan menjadi seorang Han. Klasifikasi ini berdasarkan adat istiadat dan tingkah laku dan tidak berdasarkan asal-usul. Dengan ini pemikiran yang dominan kala itu ialah bahwa semua orang bisa menjadi seorang Han yang beradab dengan memeluk norma-norma sosial yang berdasarkan [[Konfusianisme]]. Beberapa alasan mengapa mereka mendasarkan identitas nasional kepada tingkah laku dan bukan asal usul ialah bahwa keluarga kekaisaran sendiri tidak termasuk suku Han, dan dengan mendefinisikan identitas berdasarkan asal usul atau [[kelompok]] bahkan akan mengancam dan meniadakan legitimasi dinasti ini.
 
Sebagian besar informasi sejarah tentang penduduk asli Taiwan dikumpulkan oleh rezim-rezim tersebut dalam bentuk laporan-laporan administratif dan catatan-cata sebagai bagian dari proyek "pensipilisasian" besar-besaran. Pengumpulan informasi tersebut membantu konsolodasi kontrol administratif.
[[Berkas:Plain Aborigines Taipei.jpg|300px|thumb|Suku pribumi tanah datar dari Kanatsui di wilayah Taipei (1897)]]
 
=== Penduduk asli dataran rendah ===
Salah satu laporan mengenai ‘pergeseran jati diri atau identitas’ ini terjadi di sebuah wilayah yang disebut Rujryck oleh orang Belanda dan sekarang merupakan bagian dari kota [[Taipei]]. Pada sebuah dokumen yang berasal dari tahun ketujuh Kaisar [[Qianlong]] dan ditanda-tangani oleh para kepala desa tertulis, “Kami pada awalnya tidak memiliki nama marga. Harap kami dianugerahi marga Han seperti Pan, Chen, Li, Wang, Tan, dan sebagainya.” Mengambil sebuah nama Han merupakan sebuah langkah penting dalam menyebarkan norma-norma Konfusianisme di antara kaum Pribumi Taiwan.
Orang pribumi tanah datar sebagian besar tinggal di tempat desa sedenter yang dikelilingi dengan tembok pertahanan [[bambu]]. Desa-desa di Taiwan selatan lebih banyak didiami daripada lokasi lain. Beberapa desa mendukung penduduk sebanyak 1.500 orang, yang dikelilingi dengan desa-desa satelit yang lebih kecil.<ref>{{Harvcol|Kang|2003|pp=111–17}}</ref> Desa-des [[Suku Siraya|Siraya]] misalkan dibangun tempat tinggal yang terbuat dari lalang dan bambu, dan berada pada ketinggian 2 meter dari atas tanah pada tiang-tiang, dengan masing-masing rumah tangga mempunyai gudang untuk hewan ternak. Menara pengawasan ditempatkan di desa untuk bisa mengawasi keluar dan memberikan peringatan jika ada kelompok [[pengayau]] datang dari suku-suku pegunungan. Mereka mempunyai konsep kepemilikan komunal, dengan rangkaian lingkaran konsentris sekitar masing-masing desa. Lingkaran paling dalam dipakai sebagai tempat berkebun dan menanam buah-buahan yang disusul dengan lingkaran tanah kosong di sekeliling ini. Lingkaran kedua dipergunakan untuk menanam tanaman sayur-sayuran dan bahan untuk penggunaan eksklusif suku. Lingkaran ketiga dipakai hanya untuk berburu dan merupakan ruang rusa bagi penggunaan suku. Konsep administrasi perdesaan tanah datar dimasukkan secara menonjol dalam kepemerintahan Qing Taiwan kelak. Suku tanah datar memburu rusa berbintik-bintik dan [[muntjak]], namun mereka juga bercocok tani tanaman ''millet''. Gula dan padi ditanam juga, tetapi kebanyakan untuk dibuat minuman beralkohol.<ref>{{Harvcol|Shepherd|1993|pp=29–34}}</ref>
 
Banyak suku tanah datar merupakan masyarakat [[matrilineal]]. Laki-laki menikah ke dalam keluarga seorang wanita setelah masa pra-pernikahan di mana wanita bebas menolak sejumlah laki-laki semau si wanita. Sampai kedatangan [[Gereja Reformasi Belanda]], pasangan menikah jika mereka sudah menginjak usia 30-an dan sudah tidak mampu mengerjakan pekerjaan berat lagi.<ref>{{Harvcol|Shepherd|1995|pp=61–5}}</ref> Hampir semua suku di Taiwan memiliki pembagian jenis pekerjaan menurut jenis kelamin. Wanita melakukan pekerjaan jahit-menjahit, masakan dan bertani, sedangkan laki-laki memburu dan mempersiapkan diri untuk mengayau. Laporan awal bangsa Eropa sering menyebutkan kaum pria malas, namun mereka tidak mempertimbangkan keuntungan pembagian kerja ini. Kaum wanita sering ditemukan memegang jabatan sebagai Pendeta atau yang memiliki hak berhubungan dengan Dewata dan dunia supranatural.
Dalam negara Qing yang berdasarkan kepercayaan Konfusianisme, norma-norma Konfusianisme dianggap penting untuk dikenali sebagai 'ren' (manusia). Sebuah nama marga akan memungkinkan kaum Pribumi Taiwan untuk memuja para leluhur mereka, bersembahyang kepada para Dewa, dan melakukan kesalehan keagamaan yang membuat mereka bisa berfungsi secara penuh dalam negara yang bernapaskan Konfusianisme. Seringkali para pendatang dari daratan Tiongkok bersatu dan mengambil nama marga yang sama sebagai ungkapan tali persaudaraan. Tali persaudaraan ini dipakai sebagai sebagai bentuk pertahanan, karena setiap orang yang memiliki nama marga yang sama diwajibkan untuk melindungi sesama. Kelompok-kelompok yang berdasarkan tali persaudaraan ini lalu akan menghubungkan nama-nama mereka dalam sebuah silsilah dan dengan itu membentuk hubungan keluarga berdasarkan tempat mereka di silsilah dan menduduki tempat dalam sebuah organisasi kekeluargaan seperti di Tiongkok daratan. Hal seperti ini dilakukan secara luas sehingga buku-buku silsilah yang ada sekarang kurang bisa dipercaya. Banyak penduduk pribumi Taiwan tanah datar juga bergambung dengan kelompok-kelompok persaudaraan untuk mendapatkan perlindungan dari kelompok ini. Dan dari kelompok-kelompok ini, mereka mendapatkan identitas Han dengan leluhur Tionghoa.
 
Selama berabad-abad, penduduk asli Taiwan mengalami persaingan ekonomi dan konflik militer dengan serangkaian bangsa penjajah. Kebijakan pemerintah yang tersentralisasi dirancang untuk mengedepankan [[peralihan bahasa]] dan [[asimilasi budaya]], serta kontak berkelanjutan dengan para penjajah melalui perdagangan, pernikahan silang dan proses persilangan budaya lainnya, yang menghasilkan beragam tingkat [[kematian bahasa]] dan hilangnya [[identitas kebudayaan]] asli. Contohnya, sekitar 26 bahasa yang diketahui dari penduduk asli Taiwan (yang secara kolektif disebut sebagai [[rumpun bahasa Formosa]], sekitar sepuluh bahasa diantaranya adalah [[bahasa punah]], lima [[bahasa hampir mati]]<ref>{{Harvcol|Zeitoun|Yu|2005|pp=167}}</ref> dan beberapa bahasa [[bahasa terancam|terancam]]. Bahasa-bahasa tersebut merupakan signifikansi sejarah yang unik, sejak sebagian besar [[linguistik sejarah|linguis sejarah]] menganggap Taiwan sebagai tempat asal keluarga bahasa [[rumpun bahasa Austronesia|Austronesia]].<ref>{{Harvcol|Blust|1999}}</ref>
‘Skenario pemindahan paksa’, yang mengklaim bahwa kaum pribumi Taiwan pindah ke daerah pegunungan dan menjadi ‘Gao shan zu’, telah diperburuk dengan migrasi para suku-suku tanah datar pada awal abad ke-19. Sukubangsa Gao Shan sudah terbiasa dengan kehidupan di pegunungan tinggi selama ribuan tahun seperti telah tercerminkan melalui budaya material mereka, budaya pengayauan, tradisi sastra lisan, dan bahkan bentuk morfologis tubuh mereka. Kaum-kaum tanah datar yang menolak menjadi petani seperti para penyewa mereka yang berasal dari suku Han, memutuskan untuk pindah ke daerah-daerah lain yang bebas dari pengaruh suku Han. Pada tahun 1804, sebuah kelompok yang beranggotakan kurang lebih 1.000 kaum suku tanah datar Taiwan, pindah melampaui gugusan pegunungan tengah menuju ke daerah Iilan di selatan, dekat daerah yang kini disebut Luo dong. Kelompok-kelompok ini terutama terdiri atas keluarga-keluarga yang kurang mampu di 30 desa-desa di kecamatan Changhua dan Tanshui.
 
=== Periode Eropa (1623–1662){{anchor|Periode Eropa}} ===
Sebuah migrasi kedua ke daerah dataran rendah Puli pada tahun 1823 memberikan kesan bahwa yang bermigrasi hanyalah keluarga-keluarga yang tidak punya tanah dan menghasilkan nama-nama tempat baik di Iilan dan Puli yang persis sama dengan nama-nama tempat asal mereka. Pada awal [[abad ke-20]], kaveling-kaveling luas masih dimiliki para anggota suku-suku pribumi ini dan dibeli secara besar-besaran oleh pemerintahan Jepang dan dipakai sebagai lapangan terbang, tempat pembuangan sampah, dan daerah-daerah industri.
 
==== Di bawah kekuasaan Belanda ====
Sebelum tahun [[1600-an]], kaum pribumi tinggal di seluruh pulau Taiwan, namun mereka yang padang-padang di pesisir barat sudah berbaur dengan budaya Taiwan dan pembauran dengan para pendatang Han dari Daratan Tiongkok sudah mengkaburkan deskripsi para suku dan komposisi etnis Taiwan.
[[Berkas:Gospel of St. Matthew in Formosan.jpg|lurus|jmpl|kiri|Paragraf pembuka [[Injil Matius]] dalam format paralel dwi-bahasa, dari paruh pertama abad ke-17, dalam bahasa [[bahasa Belanda|Belanda]] dan Sinckan. Ortografi tersebut merupakan sebuah pelopor dari [[manuskrip Sinckan|penulisan Sinckan]], sebuah jenis kontrak tanah yang ditulis oleh penduduk asli dataran rendah suku Sinkan antara paruh akhir abad ke-17 dan paruh pertama abad ke-19. ([[William Campbell (misionaris)|Campbell]] & [[Daniel Gravius|Gravius]] (1888). ''The Gospel of St. Matthew in Formosan'')]]
Pada periode Eropa (1623–1662), para prajurit dan pedagang mewakili [[Perusahaan Hindia Timur Belanda]] membuat sebuah koloni di barat daya Taiwan (1624–1662) yang sekarang dekat [[Kota Tainan]]. Koloni tersebut mendirikan sebuah pangkalan [[Asia]] untuk [[perdagangan triangular]] antara perusahaan tersebut, [[Dinasti Qing]] dan [[Jepang]], dengan harapan bersaing dengan aliansi dagang Portugis dan Spanyol. Spanyol juga mendirikan sebuah koloni di utara Taiwan (1626–1642) yang sekarang berada di [[Keelung]]. Namun, pengaruh Spanyol mengalir hampir dari awal, sehingga pada akhir 1630-an, mereka me arjm sebagian besar pasukan mereka.<ref>{{Harvcol|Andrade|2005|p=296 ''2n''}}</ref> Setelah mereka diusir dari Taiwan oleh sebuah padukan kombinasi penduduk asli dan Belanda pada 1642, Spanyol "memiliki dampak kecil bagi sejarah Taiwan".<ref>{{Harvcol|Gold|1986|pp=10–11}}</ref> Pengaruh Belanda jauh lebih menonjol: menyebar ke barat daya dan utara pulau tersebut, mereka mengeluarkan sistem pajak dan mendirikan sekolah-sekolah dan gereja-gereja di beberapa desa.
 
Saat [[Bangsa Belanda|Belanda]] datang pada 1624 di Pelabuhan Tayouan ([[Anping, Tainan|Anping]]), para perwakilan yang memakai bahasa Siraya dari dekat desa [[Benteng Provintia|Saccam]] kemudian mendatangi benteng Belanda untuk melakukan barter dan perdagangan; sebuah peristiwa yang sangat disambut oleh Belanda. Namun, desa-desa Sirayan terbagi dalam faksi-faksi yang berperang: desa Sinckan ([[Sinshih]]) berperang dengan Mattau (Madou) dan sekutunya Baccluan, sementara desa [[Jiali, Tainan|Soulang]] yang berada pada posisi netral merasa tidak tenang. Pada 1629, sekelompok serdado Belanda yang mencari para pembajak Gan dibantai oleh para prajurit dari Mattau, dan kemenangan tersebut membuat desa-desa lainnya memberontak.<ref>{{Harvcol|Shepherd|1995|pp=52–3}}</ref> Pada 1635, dengan bala bantuan yang datang dari [[Jakarta|Batavia]] (sekarang Jakarta, [[Indonesia]]), Belanda menyerang dan membakar Mattau. Sejak Mattau menjadi desa paling berkuasa di wilayah tersebut, kemenangan tersebut memberikan tawaran perdamaian dari des-desa terdekat lainnya, beberapa di antara mereka berasal dari luar wilayah Siraya. Peristiwa tersebut menjadi permulaan konsolidasi Belanda atas sebagian besar wilayah Taiwan, yang mengakhiri peperangan antar-desa yang terjadi selama berabad-abad.<ref>{{Harvcol|Blusse|Everts|2000|pp=11–20}}</ref> Periode dama yang baru membuat Belanda leluasa untuk membangun sekolah-sekolah dan gereja-gereja dalam rangka mengakulturasi dan mengkonversi penduduk asli.<ref>{{Harvcolnb|Campbell|1915|p=240}}</ref><ref>{{Harvcolnb|Shepherd|1995|p=66}}</ref> Sekolah-sekolah Belanda mengajarkan abjad yang diromanisasikan ([[penulisan Sinckan]]), yang men[[transkripsi]]kan bahasa Siraya. Abjad tersebut menjadi umum digunakan pada abad ke-18.<ref>{{Harvcol|Shepherd| 1995|pp=66–8}}</ref> Saat ini, fragmen-fragmen yang selamat hanya dalam bentuk dokumen-dokumen dan ukiran-ukiran [[prasasti]] batu. Sekolah-sekolah juga digunakan untuk membentuk aliansi dan wilayah penduduk asli terbuka untuk kegiatan wirausaha dan komersial Belanda.
== Suku-suku tanah tinggi ==
Sedikit yang diketahui mengenai keadaan para suku pribumi Taiwan dari dataran tinggi sebelum mereka dikunjungi oleh para penjelajah dan misionaris dari Eropa dan Amerika pada [[abad ke-19]] dan awal [[abad ke-20]]. Kekurangan data ini terutama diakibatkan oleh karantina Qing atas daerah di sebelah timur garis yang tidak boleh didatangi.
 
Belanda kemudian tergiur dengan perdagangan kulit dan daging rusa di pasar Asia Timur<ref>{{Harvcol|Shepherd|1993|p=451 ''19n''}}</ref> dan mengajak [[Penduduk Asli Dataran Rendah Taiwan|Penduduk Asli Dataran Rendah]] untuk diajari cara menguliti hewan. Perdagangan rusa membuat desa-desa penduduk asli disoroti oleh para pedagang Han awal, namun pada awal 1642, permintaan rusa yang besar membuat harga rusa menjadi anjlok. Penurunan harga tersebut mengurangi kemakmuran suku-suku penduduk asli,<ref>{{Harvcol|Andrade|2005|p=303}}</ref> yang memaksa beberapa penduduk asli bercocok tanam untuk menanggulangi dampak ekonomi yang menghilangkan sebagian besar sumber makanan mereka.
Kontak antara kaum Han dan para suku yang tinggal di pegunungan biasanya ialah karena mereka mencari [[kapur Barus]], sebuah zat kimia yang diambil dari pohon kapur Barus yang dipakai sebagai bahan obat-obatan. Pertemuan antara mereka biasanya berakhir dengan dipenggalnya kepala sang Han. Para anggota suku tanah datar seringkali dipakai sebagai penterjemah untuk berdagang antara para pedagang Han dan para anggota suku-suku tanah tinggi. Para suku pribumi ini berdagang kain, kulit, dan daging. Bahan-bahan ini dibarter besi dan senapan. Besi sebagai bahan dasar dipakai untuk membuat parang-parang untuk berburu dan mengayau para musuh.
 
[[Berkas:Dapper - 1670 - Gedenkwaerdig bedryf - UB Radboud Uni Nijmegen - 180148540 038 (cropped).jpg|jmpl|Para penduduk asli Taiwan yang digambarkan pada ''Gedenkwaerdig bedryf'' karya [[Olfert Dapper]] (1670)]]
[[Berkas:Atayal.jpg|right|thumb|300px|Seorang gadis suku [[Atayal]] dengan tato di wajahnya sebagai lambang kedewasaan, yang dilakukan oleh pria dan wanita. Adat itu dilarang semasa pemerintahan Jepang.]]
 
Karena Belanda mulai menguasai desa-desa penduduk asli di selatan dan barat Taiwan, jumlah imigran Han pengeksploitasi lahan yang kaya dan subur meningkat. Belanda awalnya membiarkannya, karena orang-orang Han terampil dalam agribudaya dan perburuan berskala besar. Beberapa orang Han bermukim di desa-desa Siraya. Belanda menggunakan para agen Han untuk mengumpulkan pajak, memungut biaya perijinan berburu dan pemasukan lainnya. Kebijakan tersebut membuat masyarakat mengira "beberapa kolonis adalah [[Tionghoa Han]] namun struktur militer dan administratif-nya adalah Belanda".<ref>{{Harvcol|Andrade|2005|p=298}}</ref> Disamping itu, aliansi-aliansi lokal dicap sebagai etnisitas pada zaman Belanda. Contohnya, [[Pemberontakan Guo Huaiyi]] pada 1652, sebuah kebangkitan kaum petani Han, dikalahkan oleh sebuah aliansi 120 musketer Belanda dengan bantuan para loyalis Han dan 600 prajurit penduduk asli.<ref>{{Harvcol|Shepherd|1993|p=90}}</ref>
 
Berbagai desa penduduk asli di wilayah terdepan memberontak melawan Belanda pada 1650-an karena penekanan seperti saat Belanda memerintahkan wanita penduduk asli untuk melakukan pelayanan seksual, menyerahkan kulit rusz, dan beras agar diberikan kepada mereka yang membuat penduduk asli di cekungan Taipei, desa Wu-lao-wan mrlakukan pemberontakan pada Desember 1652 pada saat yang sama dengan pemberontakan Tiongkok. Dua penerjemah Belanda dipenggal oleh penduduk asli Wu-lao-wan dan kemudian 30 penduduk asli dan dua orang Belanda lainnya tewas. Setelah sebuah embargo garam dan besi di Wu-lao-wan, penduduk asli terpaksa berdamai pada Februari 1653.<ref>[https://books.google.com/books?id=g3oWoSKVnVIC&pg=PA59&lpg=PA59#v=onepage&q&f=false Shepherd1993], p. 59.</ref>
 
Namun, suku-suku penduduk asli Taiwan yang sebelumnya bersekutu dengan Belanda melawan Tiongkok pada Pemberontakan Guo Huaiyi pada 1652 berbalik melawan Belanda pada [[Pengepungan Benteng Zeelandia]] dan mengalahkan pasukan Tiongkok yang dipimpin [[Koxinga]].<ref>{{cite book |last=Covell |first=Ralph R. |date=1998 |title=Pentecost of the Hills in Taiwan: The Christian Faith Among the Original Inhabitants |publisher=Hope Publishing House |edition=illustrated |pages=96–97 |isbn=0932727905}}</ref> Penduduk asli (Formosa) dari Sincan mengalahkan Koxinga setelah ia menawarkan mereka amnesti; penduduk asli Sincan kemudian bekerja untuk Tiongkok dan memegang orang Belanda dalam penghukuman mati saat pendidik asli di dataran tinggi dan dataran rendha juga menyerah dan melindungi Tiongkok pada 17 Mei 1661, merayakan kebebasan mereka dari pendidikan wajib di bawah kekuasaan Belanda dengan berburu orang Belanda dan memenggal mereka dan membuang buku-buku teks sekolah Kristen mereka.<ref>{{cite book |last=Hsin-Hui |first=Chiu |date=2008 |title=The Colonial 'civilizing Process' in Dutch Formosa: 1624 - 1662 |location= |publisher=BRILL |edition=illustrated |volume=Volume 10 of TANAP monographs on the history of the Asian-European interaction |page=222 |isbn=900416507X }}</ref>
 
Periode Belanda berakhir pada 1662 saat pasukan loyalis [[Dinasti Ming|Ming]] dari Zheng Chenggong ([[Koxinga]]) mendepak Belanda dan mendirikan [[Kerajaan Tungning|kerajaan keluarga Zheng]] yang berusia pendek di Taiwan. Keluarga Zheng membawa 70,000 prajurit ke Taiwan dan mulai memnyelesaikan traktat-traktat lahan untuk mendukung pasukan mereka. Disamping bertarung dengan Kekaisaran Qing sebelum pendudukan, keluarga Zheng berfokus untuk menyejahterakan penduduk asli di Taiwan. Keluarga Zheng membangun aliansi, mengumpulkan pajak dan mendirikan sekolah-sekolah penduduk asli, dimana pendidik asli Taiwan pertama kali diperkenalkan dengan [[Konghucu Klasik]] dan penulisan Tionghoa.<ref>{{Harvcol|Shepherd|1993|pp=92–103}}</ref> Namun, pengaruh bangsa Belanda sangat mendarah-daging di antara masyarakat pribumi Taiwan. Pada abad ke-19 dan ke-20, para penjelajah bangsa Eropa menulis bahwa mereka disambut sebagai kerabat oleh orang pribumi yang mengira mereka adalah orang Belanda yang telah berjanji untuk kembali.<ref>{{Harvcol|Pickering|1898|pp=116–18}}</ref>
 
=== Penguasaan Qing (1683–1895){{anchor|Penguasaan Qing}} ===
{{see also|Invasi Jepang ke Taiwan (1874)|Kampanye Keelung}}
[[Berkas:BaksaFormosaHuntingParty1871b.jpg|jmpl|Sebuah foto sekelompok pemburu penduduk asli dengan [[Anjing Pegunungan Formosa]] mereka di [[Distrik Muzha|Ba̍k-sa]], karya [[John Thomson (fotografer)|John Thomson]], 1871: "A Native Hunting Party Baksa Formosa 1871" 木柵原住民的狩獵祭典.]]
Setelah pemerintah [[Qing]] mengalahkan pasukan loyalis Ming yang meliputi keluarga Zheng pada 1683, sebagian Taiwan menjadi makin terintegrasi dalam Kekaisaran Qing.<ref>{{Harvcol|Teng|2004|pp=35–60}}</ref> Pasukan Qing menguasai wilayah barat yang sangat berpenduduk di Taiwan selama lebih dari dua abad, sampai 1895. Era tersebut dikarakteristikan dengan peningkatan jumlah Tionghoa Han di Taiwan, yang menimbulkan keteganggan sosial, peralihan hak milik (dalam berbagai arti) sebagian besar lahan dari penduduk asli ke Han, dan [[akulturasi]] yang hampir bulat terhadap [[Penduduk Asli Dataran Rendah Taiwan|Penduduk Asli Dataran Rendah]] ke kebiasaan Han Taiwan.
 
Selama dua abad pemerintahan Dinasti Qing di Taiwan, populasi Han di pulau tersebut meningkat secara dramatis. Namun, tidak jelas apakah terjadi karena membludaknya pemukim Han, yang umumnya terdiri dari pria muda dari [[Zhangzhou]] dan [[Quanzhou]] di [[Fujian|provinsi Fujian]],<ref>{{Harvcol|Tsao|1999|p=331}}</ref> atau dari berbagai faktor lainnya, yang meliputi: pernikahan silang berkelanjutan antara Han dan pendidik asli, perombakan rumah tangga dan penghapusan aborsi, dan merebaknya adopsi gaya hidup pertanian Han karena menurunnya harga kebutuhan tradisional, yang berujung pada meningkatnya tingkat kelahiran dan pertumbuhan penduduk. Selain itu, akulturasi penduduk asli meningkat seiring meningkatnya pendatang Han.
 
Pemerintah Qing tak hanya secara resmi mengendalikan pemukiman Han, namun juga mengurusi ketegangan antara berbagai wilayah dan kelompok etnis. Selain itu, pemerintahan tersebut sering kali mengakui klaim suku-suku dataran rendah untuk teritorial tradisional dan lahan rusa.<ref>{{Harvcolnb|Knapp|1980|pp=55–68}}</ref><ref>{{Harvcolnb|Shepherd|1993|pp=14–20}}</ref> Otoritas Qing berharap daoat memasukkan suku-suku dataran rendah dalam subyek-subyek loyal, dan mengadopsi pajak kepala dan [[corvée]] terhadap penduduk asli, yang membuat penduduk asli dataran rendah secara langsung bertuga untuk pembayaran kepada pemerintah [[yamen]]. Perhatian yang dibayarkan oleh otoritas Qing kepada hak tanah penduduk asli merupakan bagian dari tujuan administratif yang lebih besar untuk meningkatkan perdamaian pada ketegangan Taiwan, yang sering kali menimbulkan konflik etnis dan regional.<ref name="conflict">"From 1684 to 1895, 159 major incidents of civil disturbances rocked Taiwan, including 74 armed clashes and 65 uprisings led by wanderers. During the 120 years from 1768 to 1887, approximately 57 armed clashes occurred, 47 of which broke out from 1768 to 1860" {{Harvcol|Chen|1999|p=136}}.</ref> Pemberontakan, kerusuhan dan penyerangan sipil berkelanjutan di Taiwan pada masa Dinasti Qing sering kali dituangkan dalam kalimat "setiap tiga tahun kebangkitan; setiap lima tahun pemberontakan".<ref>{{Harvcol|Kerr|1965|p=4}}</ref> Keikutsertaan penduduk asli dalam sejumlah pemberontakan besar pada era Qing, termasuk [[pemberontakan Ta-Chia-hsi]] yang dipimpin Taokas pada 1731–1732, menandakan suku-suku dataran rendah masih menjadi faktor berpengaruh dalam pembuatan kebijakan pemerintah Qing sampai akhir kekuasaan Qing pada 1895.<ref>{{Harvcol|Shepherd|1993|pp=128–29}}</ref>
 
Perjuangan atas sumber daya lahan adalah salah satu sumber konflik. Wilayah dataran rendah barat merupakan subyek perebutan lahan besar yang disebut ''Huan Da Zu'' (番大租—artinya, "Perebutan Besar Barbar"), sebuah kejadian yang masih ada sampai zaman penjajahan Jepang. Sebagian besar besar lahan rusa, yang dinaungi oleh Qing, dimiliki oleh suku-suku dan para anggota individual mereka. Suku-suku umumnya menawarkan para petani Han sebuah hak milik permanen untuk digunakan, meskipun mengutamakan kepemilikan anak tanah (田骨), yang disebut "dua juragan dari sebuah lahan" (一田兩主). Suku-suku dataran rendah sering kali mencurangi hak atas tanah dan menjualnya dengan harga yang tidak sepadan. Beberapa subgrup yang tak senang berpindah ke tengah atau timur Taiwan, namun sebagian besar masih berada di lokasi lama mereka dan berakulturasi atau berasimiliasi dalam masyarakat Han.<ref>{{Harvcol|Chen|1997}}</ref>
 
Penduduk asli sering kali menyerang para kru kapal tenggelam dari kapal-kapal barat. Pada 1867, seluruh kru Amerika ''Rover'' dibantai oleh para penduduk asli dalam [[insiden Rover]].<ref>{{cite book|title=Japan Weekly Mail|url=https://books.google.com/books?id=wWQvAQAAMAAJ&pg=PA263#v=onepage&q&f=false|year=1874|publisher=Jappan Meru Shinbunsha|pages=263–}}</ref> Saat pasukan Amerika meluncurkan [[Ekspedisi Formosa]] untuk pemulihan, para penduduk asli mengalahkan pasukan Amerika dan memaksa mereka pergi, dengan membunuh seorang marinir Amerika meskipun tidak ada korban dari pihak mereka sendiri.<ref>{{cite book|title=The Nation|url=https://books.google.com/books?id=OQwcAQAAMAAJ&pg=PA256#v=onepage&q&f=false|year=1889|publisher=J.H. Richards|pages=256–}}</ref><ref>http://www.greendragonsociety.com/Military_History/Taiwan_Formosa_page.htm http://michaelturton.blogspot.com/2010/12/rover-incident-of-1867.html http://michaelturton.blogspot.com/2010_12_01_archive.html {{cite news |last= |first= |date=Friday, Aug. 23. 1867 |title=Search Results THE PIRATES OF FORMOSA. - Official Reports of the Engagement of The United States Naval Forces with the Savages of the Isle. |url=http://query.nytimes.com/mem/archive-free/pdf?res=9501EFD8153BE63BBC4C51DFBE66838C679FDE |newspaper=The New York Times |location=WASHINGTON, Friday, Aug. 23. |access-date= }}{{cite news |last= |first= |date=August 24, 1867 |title=THE PIRATES OF FORMOSA.; Official Reports of the Engagement of the United States Naval Forces with the Savages of the Isle. |url=http://query.nytimes.com/gst/abstract.html?res=FA0B1EF93E5F137B93C6AB1783D85F438684F9 |newspaper=The New York Times |location= |access-date= }}{{cite news |last= |first= |date=August 14, 1867 |title=EUROPEAN INTELLIGENCE.; Garibaldi at Sienna Preparing to March Upon Rome Rumored Resignation of Omar Pasha as Turkish Commander in Crete Adjustment of the Difficulties Between Prussia and Denmark Bombardment of the Island of Formosa by American Ships of War CHINA Conflict Between United States Ships-of-War and the Pirates of the Island of Formosa Mexican Dollars Coined During the Reigh of Maximilian Uncurrent ITALY Garibaldi at Sienna Preparing for the Attack on Rome PRUSSIA Prebable Settlement of the Difficulties Between Prussia and Denmark CANDIA Rumored Resignation of Omar Pasha as Commander of the Turkish Forces Who Case of the Ship Anna Kimball Satisfactorily Settied IRELAND Sentence of the Fenian Capt. Moriarty Marine Disaster Attitude of the French and Italian Governments Toward the Garibaldians The Mission of Gen. Dumont from a French Point of View The Interference of France in the Affairs of Schleswig JAVA The Terrible Earthquake in the Island The Approaching Visit of Francis Joseph of Austria--Movements of the Emperor Napo |url=http://query.nytimes.com/gst/abstract.html?res=F60F1EFB3C551A7493C6A81783D85F438684F9 |newspaper=The New York Times |location= LONDON, Tuesday, Aug. 13–Evening |access-date= }}{{cite news |last= |first= |date=August 24, 1867 |title=NEWS OF THE DAY.; EUROPE. GENERAL. LOCAL. |url=http://query.nytimes.com/gst/abstract.html?res=F0081EF93E5F137B93C6AB1783D85F438684F9 |newspaper=The New York Times |location= |access-date= }}{{cite news |last= |first= |date=August 15, 1867 |title=The American Fleet in Chinese Waters--Avenging National Insults. |url=http://query.nytimes.com/gst/abstract.html?res=F40913FC3558147B93C7A81783D85F438684F9 |newspaper=The New York Times |location= |access-date= }}</ref>
Dalam [[Insiden Mudan (1871)]], penduduk asli menyerang 54 pelaut Ryūkyū yang berujuk pada [[invasi Jepang ke Taiwan (1874)]] melawan penduduk asli.<ref>{{cite book|title=Japan Gazette|url=https://books.google.com/books?id=eWQvAQAAMAAJ&pg=PA73#v=onepage&q&f=false|year=1873|pages=73–}}{{cite news |last= |first= |date=August 18, 1874 |title=WASHINGTON.; OFFICIAL DISPATCHES ON THE FORMOSA DIFFICULTY. PARTIAL OCCUPATION OF THE ISLAND BY JAPANESE THE ATTITUDE OF CHINA UNCERTAIN CHARACTER OF THE FORMOSAN BARBARIANS. THE RAILROAD AND THE MAILS. THE VACANT INSPECTOR GENERALSHIP OF STEAMBOATS. THE TREATY OF WASHINGTON. THE CURRENCY BANKS AUTHORIZED CIRCULATION WITHDRAWN. POSTMASTERS APPOINTED. APPOINTMENT OF AN INDIAN COMMISSIONER. THE WRECK OF THE SCOTLAND, NEW-YORK HARBOR. NAVAL ORDERS. TOLL ON VESSELS ENGAGED IN FOREIGN COMMERCE. THE TREASURY SECRET SERVICE. TREASURY BALANCES.|url=http://query.nytimes.com/gst/abstract.html?res=F20C1FF73A5D1A7493CAA81783D85F408784F9 |newspaper=The New York Times |location=WASHINGTON, Aug. 17. |access-date= }}</ref><ref name="Tsai2014">{{cite book|author=Shih-Shan Henry Tsai|title=Maritime Taiwan: Historical Encounters with the East and the West|url=https://books.google.com/books?id=vUbfBQAAQBAJ&pg=PA129&dq=Kabayama+Sukenori+aboriginals&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjftej_ktzOAhXJmh4KHQrfB7IQ6AEIQTAF#v=onepage&q=Kabayama%20Sukenori%20aboriginals&f=false|date=18 December 2014|publisher=Routledge|isbn=978-1-317-46517-1|pages=129–}}</ref><ref name="Chow2008">{{cite book|author=P. Chow|title=The "One China" Dilemma|url=https://books.google.com/books?id=ctLGAAAAQBAJ&pg=PA29&dq=Kabayama+Sukenori+aboriginals&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjftej_ktzOAhXJmh4KHQrfB7IQ6AEIWDAJ#v=onepage&q=Kabayama%20Sukenori%20aboriginals&f=false|date=28 April 2008|publisher=Springer|isbn=978-0-230-61193-1|pages=29–}}</ref>
 
Pada [[Perang Tiongkok-Prancis]], Prancis berupaya untuk melakukan invasi ke Taiwan saat [[Kampanye Keelung]]. [[Liu Mingchuan]], yang memimpin pertahanan Taiwan, mengajak para penduduk asli untuk bekerja sama dengan prajurit Tiongkok dalam pertarungan melawan Prancis. Prancis dikalahkan pada [[Pertempuran Tamsui]] dan pasukan Qing mendepak pasukan Prancis dari Keelung dalam kampanye delapan bulan sebelum pasukan Prancis mundur.
 
=== Suku-suku dataran tinggi ===
[[Berkas:taiwan bunun village.jpg|jmpl|kiri|Seorang wanita Bunun dan anaknya yang digendong menggunakan sejenis [[selendang]] di desa Lona, [[kabupaten Nantou]], Taiwan.]]
Sedikit yang diketahui mengenai keadaan para suku pribumi Taiwan dari dataran tinggi sebelum mereka dikunjungi oleh para penjelajah dan misionaris dari Eropa dan Amerika pada [[abad ke-19]] dan awal [[abad ke-20]].<ref>{{Harvcolnb|Campbell|1915}}</ref><ref>{{Harvcolnb|Mackay|1896|}}</ref> Kekurangan data ini terutama diakibatkan oleh karantina Qing atas daerah di sebelah timur garis yang tidak boleh didatangi.
 
Kontak antara kaum Han dan para suku yang tinggal di pegunungan biasanya ialah karena mereka mencari [[kapur Barus]], sebuah zat kimia yang diambil dari pohon kapur Barus yang dipakai sebagai bahan obat-obatan. Pertemuan antara mereka biasanya berakhir dengan dipenggalnya kepala sang Han. Para anggota suku tanah datar sering kali dipakai sebagai penterjemah untuk berdagang antara para pedagang Han dan para anggota suku-suku tanah tinggi. Para suku pribumi ini berdagang kain, kulit, dan daging. Bahan-bahan ini dibarter besi dan senapan. Besi sebagai bahan dasar dipakai untuk membuat parang-parang untuk berburu dan mengayau para musuh.
 
[[Berkas:Atayal.jpg|ka|jmpl|300px|Seorang gadis suku [[Atayal]] dengan tato di wajahnya sebagai lambang kedewasaan, yang dilakukan oleh pria dan wanita. Adat itu dilarang semasa pemerintahan Jepang.]]
 
Penelitian lapangan pertama mengenai budaya para suku tanah tinggi dipelopori pada tahun [[1897]] oleh seorang ahli antropologi Jepang [[Ino Kanori]], yang kemudian hari bergabung dengan kawannya Torii Ryuzo. Karya yang diterbitkan oleh kedua pria ini merintis ilmu antropologi modern Taiwan. Ino beragumentasi untuk mendukung hak-hak kaum pribumi Taiwan dan berpendapat bahwa akal budi mereka tidaklah lebih rendah, bertentangan dengan sumber-sumber Tionghoa, meski Ino juga menulis bahwa mereka lebih mudah diatur di bawah sebuah kekuasaan kolonial. Penelitian awal oleh para pakar Jepang ini menghasilkan penciptaan delapan suku Taiwan, Atayal, Bunun, Saisiat, Tsou, Paiwan, Puyuma, Ami dan, Pepo (tanah datar). Penemuan mereka diterima oleh Gubernur Jepang, Kodama. Penelitian pada masa depan menemukan kesalahan pada klasifikasi mereka sebab Atayal berarti ‘saya’ dan Yami ternyata menyebut diri mereka sendiri ‘Tao’, seperti ‘yami’ dalam bahasa Tao artinya adalah “kita/kami”. Kemudian suku Paiwan disebut Ruval dan Batsul, sebuah istilah yang juga digunakan bagi kaum Rukai. Kemudian Puyuma dinamakan menurut kota Beinan dan bukan nama suku yang sebenarnya. Meski kaum Pepo juga dikenali, mereka tidak dilindungi, sementara Pong So No Daoo (Pulau Anggrek (Orchid Island) atau Lanyu), tempat asal Tao, ditutup secara hermetis dari dunia luar sampai tahun 1930-an, dan hanya boleh dimasuki oleh para ilmuwan dan ahli antropologi.
Baris 137 ⟶ 169:
 
=== Pengayauan ===
Para anggota suku-suku tanah tinggi terkenal akan kemampuan dalam [[pengayauan]], yang seringkalisering kali dipandang sebagai liar dan tak beradab. Mereka yang menolak fenomena ini mengatakannya tanpa melihat fungsinya dalam konteks sosialnya di dalam beberapa masyarakat di Taiwan.
 
Di Taiwan, pengayauan dianggap merupakan simbol keberanian dan kejantanan. Hampir semua suku pribumi, kecuali Yami (Tao) melakukannya. Seringkali kepala-kepala yang telah dipenggal diundang sebagai anggota suku untuk menjaga dan melindungi mereka. Para penghuni dan penduduk Taiwan menerima peraturan pengayauan sebagai risiko kehidupan persukuan yang telah diperhitungkan. Kepala-kepala yang telah dipenggal direbus dan dikeringkan, seringkalisering kali bergantungan dari pohon atau rak-rak kepala. Sebuah kelompok yang pulang membawa sebuah kepala diterima dengan meriah karena hal ini dianggap akan membawa keberuntungan.
 
Suku Bunun seringkalisering kali akan mengambil tawanan dan menuliskan doa-doa atau pesan pada para sahabat dan sanak saudara yang telah meninggal dunia pada panah-panah mereka. Lalu panah-panah mereka tembakkan pada tawanan mereka dengan harapan doa mereka akan dibawakan kepada kenalan mereka di dunia baka. Para pendatang Han seringkalisering kali merupakan korban serangan pengayauan karena mereka diangkap pembohong dan musuh oleh para suku pribumi. Sebuah serangan pengayauan biasanya terjadi di ladang atau dengan membakar sebuah rumah dan memenggal semua penghuninya ketika mereka melarikan diri. Selain itu juga dianggap kebiasaan untuk memelihara anak-anak korban pengayauan mereka sebagai anggota penuh suku mereka. Suku-suku terakhir yang melakukan pengayauan adalah Paiwan, Bunun, dan Atayal. Pemerintahan Jepang mengakhiri praktik ini pada tahun 1930, namun beberapa orang Taiwan yang sudah lanjut usia masih bisa mengingat kebiasan pengayauan tersebut.
 
Kehidupan di antara suku-suku pribumi setelah datangnya pemerintahan Jepang menjadi berubah secara drastis, karena banyak struktur-struktur tradisional mereka diganti dengan kekuasaan militer. Suku-suku pribumi yang ingin memperbaiki status sosial mereka menggunakan pendidikan sebagai sarana yang baru dan bukan pengayauan. Para anggota suku-suku pribumi yang telah belajar bekerja sama dengan orang-orang Jepang lebih pantas untuk menjadi kepala desa. Mendekati akhir [[Perang Dunia II]], kaum pribumi yang mana ayah-ayah mereka tewas dalam kampanye pasifikasi merelakan diri untuk mati bagi sang Kaisar Jepang. Banyak kaum pribumi yang telah tua merasakan rasa identifikasi yang kuat terhadap orang Jepang dan lebih banyak atau lebih suka menggunakan bahasa Jepang daripada bahasa Mandarin.
Baris 148 ⟶ 180:
Ketika pemerintahan Nasionalis China mendarat di Taiwan, mereka ketakutan bahwa daerah-daerah pegunungan yang dilanda kemiskinan akan menjadi basis komunisme. Partai KMT mengasosiasikan kaum pribumi Taiwan dengan pemerintahan Jepang dan mereka dianggap sebagai 'shan bao' atau penduduk gunung. Pada tahun 1946, sekolah-sekolah desa yang didirikan Jepang diubah menjadi pusat-pusat ideology KMT. Dokumen-dokumen Dinas Pendidikan menunjukkan bahwa kurikulum kala tersebut sarat dengan proganda dengan penekanan pada bahasa Mandarin, sejarah, dan kewarganegaraan. Sebuah laporan pemerintahan mengenai daerah-daerah pegunungan dari tahun 1953 menunjukkan bahwa tujuan mereka terutama mulai dari tahun ini ialah mempromosikan bahasa Mandarin demi memperkuat posisi nasional dan menciptakan tatakrama yang baik. Hal ini dimasukkan pada kebijakan 'Shandi Ping di hua' supaya membuat "daerah pegunungan menjadi lebih mirip dengan tanah datar". Kekurangannya para guru pada tahun-tahun pertama pemerintahan KMT menciptakan jurang-jurang yang dalam pada pendidikan kaum pribumi karena hanya sedikit guru-guru Tionghoa yang tinggal di Taiwan dan lebih sedikit lagi yang ingin mengajar di daerah pegunungan. Banyak pekerjaan berat mengajari kaum pribumi dilakukan oleh guru-guru yang kurang cakap namun bisa berbahasa Mandarin dan mampu mengajarkan ideologi dasar.
 
Pada tahun 1951 sebuah kampanye besar diluncurkan untuk mengubah adat-istiadat kaum pribumi supaya lebih mirip sukubangsa Han. Pada waktu yang sama, anggota suku-suku pribumi yang pernah bergabung dengan Tentara Dai Nippon ditugaskan untuk berperang pada peperangan yang sangat berdarah dalam mempertahankan pulau Kinmen dan Matsu, kedua pulau ini berada di bawah kekuasaan [[Republik Tiongkok]] namun posisinya paling dekat dengan daratan. Kemudian para prajurit KMT yang mengungsi dari Daratan Tiongkok seringkalisering kali menikahi wanita-wanita pribumi karena mereka berasal dari daerah-daerah miskin dan bisa lebih mudah dibeli sebagai istri. Kebijakan resmi pada identitas kaum pribumi ada pada rasio 1.1, di mana setiap pernikahan antarsuku menghasilkan seorang anak Tionghoa. Kemudian kebijakan ini diubah di mana status kesukuan sang bapak menentukan status si anak.
 
Medan penelitian budaya pribumi Taiwan hampir saja dihilangkan dari kurikulum pendidikan Taiwan dengan memberikan perhatian lebih khusus pada hal-hal yang lebih bernapaskan Tionghoa demi menolong memperkokoh kedudukan KMT di Taiwan. Hasilnya ialah punahnya beberapa bahasa Austronesia di Taiwan dan pengekalan rasa malu bagi mereka yang merupakan keturunan penduduk pribumi Taiwan. Hanya sedikit orang Taiwan saja yang bersedia mengemukakan bahwa mereka memiliki darah pribumi Taiwan meskipun studi-studi modern menunjukkan bahwa di Taiwan terjadi perkawinan campur dan pembauran secara luas. Pada sebuah studi tahun 1994, menunjukkan bahwa 71% dari semua keluarga Taiwan menolak gagasan jika putri mereka menikahi seorang pria pribumi Taiwan.
Baris 160 ⟶ 192:
== Kaum pribumi dan masyarakat modern ==
 
[[Berkas:taiwan bunun dancer.jpg|leftkiri|thumbjmpl|250px|Seorang penari Bunun sebelum pertunjukan di Lona, Taiwan.]]
 
Kaum pribumi Taiwan jumlah secara relatif menurut pemerintah Taiwan hanyalah 2% dari jumlah penduduk secara keseluruhan. Di sisi lain 34% dari seluruh penduduk pribumi Taiwan telah berhijrah ke kota. Pertumbuhan ekonomi di Taiwan yang pesat pada dasawarsa-dasawarsa terakhir abad ke-20 menghasilkan fenomena urbanisasi. Pekerjaan pada proyek-proyek bangunan biasanya terbuka bagi kaum-kaum pribumi yang tidak bisa mendapatkan pendidikan yang cukup pada tempat-tempat reservasi mereka dan dengan begitu tidak memiliki kepandaian apa-apa. Mereka dengan cepat membentuk kelompok-kelompok dengan suku-suku lain karena mereka memiliki motif-motif politik yang sama untuk melindungi kepentingan mereka bersama sebagai tenaga kerja. Orang-orang pribumi ini menjadi pekerja besi yang terampil dan tim-tim pembangun di pulau ini dan seringkalisering kali dipilih untuk mengerjakan proyek-proyek yang sulit. Hasilnya ialah eksodus besar-besaran kaum pribumi dari desa-desa tempat mereka tinggal dan alienasi para pemuda pribumi yang tidak bisa mempelajari budaya mereka jika bekerja. Seringkali, para pemuda pribumi di daerah perkotaan terjerumus menjadi anggota gang proyek bangunan. Kebudayaan-kebudayaan pribumi di Taiwan menghadapi krisis besar.
 
Kemudian undang-undang baru yang mengizinkan masuknya tenaga kerja asing dari Indonesia, Vietnam dan Filipina mengikis kesempatan kerja kaum pribumi lebih jauh lagi. Sementara itu kelompok-kelompok pribumi lainnya berpaling kepada sektor pariwisata supaya bisa bersaing pada ekonomi lokal. Berkat keterdekatan kaum-kaum pribumi dengan pegunungan, banyak anggota kelompok ini lalu berharap bisa mendapatkan keuntungan pada usaha-usaha pemandian air panas dan hotel-hotel di mana mereka bisa menyanyi dan menari untuk memberikan dan menambahkan nuansa. Namun para kritikus sering menyebut usaha-usaha seperti ini kurang menghormati mereka atau hanya menggaris bawahi [[stereotipe]] kaum pribumi.
 
[[Berkas:Taiwan aborigine lona children.jpg|thumbjmpl|300px|Anak-anak penghuni desa Bunun di Lona, Taiwan, berpakaian rapi untuk perayaan Natal tradisional. Para misionaris Kristen berhasil menyebarkan agama Katolik dan Protestan di kalangan mereka. Kota menyelenggarakan dua parade besar dalam kaitan liburan ini.]]
 
Kaum pribumi di Taiwan sudah menjadi simbol mawas diri terhadap [[lingkungan hidup]] di pulau ini, karena banyak masalah-masalah yang berhubungan dengan lingkungan hidup dipelopori oleh orang-orang pribumi yang secara klasik sebelumnya merupakan korban-korban kebijakan pemerintahan.
 
Kasus dengan profil tertinggi adalah fasilitas tempat penimbunan sampah nuklir di pulau Anggrek (Orchid Island). Pulau Anggrek ini merupakan sebuah pulau tropis kecil 60 kilometer sebelah tenggara lepas pantai Taiwan. Penghuni pulau ini berjumlah 4.000 jiwa dan merupakan anggota suku Tao yahng telah hidup selama lebih dari 1.000 tahun di pulau ini dengan menjadi nelayan dan bercocok tanam ubi manis. Pada tahun 1970-an, pulau ini ditunjuk sebagai situs tempat penimbunan sampah nuklir dengan faktor risiko rendah dan menengah. Pulau ini, meski dihuni dipilih dengan alasan bahwa biaya untuk membangun fasilitas penimbunan sampah di sini akan menjadi lebih rendah dan penduduk setempat dianggap tidak berbuat macam-macam. Suku Tao mengklaim bahwa pejabat-pejabat KMT menawarkan mereka untuk membangun sebuah pabrik pengalengan ikan dan menolak 98.000 barel sampah nuklir yang disimpan di pulau mereka, 100 meter dari tempat penjalaan ikan Immorod. Suku Tao sejak saat itu menjadi pelopor pada gerakan anti nuklir dan meluncurkan beberapa aksi ‘eksorsisme’ dan protes untuk menyingkirkan sampah nuklir dari pulau mereka yang menurut mereka telah menghasilkan kematian dan penyakit. Penyewaan tanah di pulau tersebut sudah habis dan sebuah situs alternatif masih harus ditemukan. Komisi di kecamatan Taitung telah menawarkan diri untuk menimbun sampah di Taimali (Timmuri), di wilayah reservasi Puyuma, namun gagasan ini belum diterima oleh penduduk setempat.
[[Berkas:taiwan bunun village.jpg|thumb|300px|Seorang wanita Bunun dan anaknya yang digendong menggunakan sejenis [[selendang]] di desa Lona Village, Taiwan.]]
 
Dewasa ini ada sebuah gerakan yang dilakukan oleh kaum pribumi Taiwan untuk kembali ke daerah asal mereka dan mencari-cari cara untuk tetap tinggal di tanah mereka, melestarikan budaya mereka dan bahasa-bahasa mereka sementara juga mencari uang. Pariwisata ramah lingkungan (eco tourism), menjahit, dan menjual ukiran gaya etnik, perhiasan, dan musik sudah menjadi ekonomi baru kaum pribumi. Lalu pemerintah pusat juga sudah memperbolehkan para anggota suku-suku pribumi untuk menggunakan nama-nama asli mereka menggunakan huruf Latin pada surat-surat resmi dan dengan ini menghentikan kebijakan lama yang memaksakan [[marga Tionghoa|nama-nama Tionghoa]] pada mereka. Sebuah kebijakan baru juga memperbolehkan seorang anak dari pernikahan campur boleh memilih jatidiri mereka sendiri secara bebas.
 
Dari segi politik, kaum pribumi Taiwan cenderung memilih partai [[Kuomintang]]. Meskipun hal ini terlihat agak paradoksal melihat koalisi pan-hijau yang mempromosikan budaya pribumi, gejala pemilihan bisa dijelaskan dengan alasan ekonomi. Kaum pribumi biasanya berasal dari daerah-daerah miskin dan dengan ini tergantung pada jaringan koneksi yang telah dirintis oleh Kuomintang. Salah satu fenomena yang aneh dalam pemilihan umum di Taiwan ialah bahwa para calon legislatif koalisi pan-biru biasa menggunakan nama-nama Tionghoa sementara para caleg koalisi pan-hijau menggunakan nama-nama pribumi mereka.
 
== Referensi ==
* [[Peter Bellwood|Bellwood, Peter]]. 1979. ''Man’s Conquest of the Pacific''. New York, Oxford University Press. ISBN 0-19-520103-5
* Ed. Blundell, David. 2000. ''Austronesian Taiwan: Linguistics; History; Ethnology; Prehistory''. Taipei, Shung Ye Museum of Formosan Aborigines Publishing. ISBN 0-936127-09-0
* Ed. Blusse, Leonard & Everts, Natalie. 2000. ''The Formosan Encounter: Notes on Formosa’s Aboriginal Society-A selection of Documents from Dutch Archival Sources Vol. I & Vol. II''. Taipei, Shung Ye Museum of Formosan Aborigines. ISBN 957-99767-2-4 & ISBN 957-99767-7-5
* Blust, Robert A. ''Austronesian Root Theory''. 1988. Philidelphia, John Benjamins Publishing. ISBN 90-272-3020-X
* Borao Mateo, Jose Eugenio 2002. ''Spaniards in Taiwan Vol. I & Vol. II.'' Taipei, SMC Publishing. ISBN 957-638-566-0 & ISBN 957-638-589-X
* Brown, Melissa J. ''Is Taiwan Chinese? : The Impact of Culture, Power and Migration on Changing Identities''. 2004, University of California Press. ISBN 0-520-23182-1
* Campbell, Rev. William. 1915. ''Sketches of Formosa.'' Marshall Brothers Ltd. London, Edinburgh, New York, reprinted by SMC Publishing Inc 1996. ISBN 957-638-377-3
* Chen, Chiu-kun, 1997, ''Qing dai Taiwan tu zhe di quan, (Land Rights in Qing Era Taiwan)'', Academia Historica, Taipei, Taiwan. ISBN 957-671-272-6
* Cohen, Marc J. 1988. ''Taiwan At The Crossroads: Human Rights, Political Development and Social Change on the Beautiful Island''. Asia Resource Center, Washington D.C.
* Ed. Faure, David. 2001. ''In Search of the Hunters and Their Tribes.'' Taipei, Shung Ye Museum of Formosan Aborigines Publishing. ISBN 957-30287-0-0
* Ed. Harrison, Henrietta. 2001. ''Natives of Formosa: British Reports of the Taiwan Indigenous People, 1650-1950''. Taipei, Shung Ye Museum of Formosan Aborigines Publishing. ISBN 957-99767-9-1
* Hong, Mei Yuan, 1997, ''Taiwan zhong bu ping pu zhu (Plains Tribes of Central Taiwan)'', Academia Historica, Taipei, Taiwan.
* Hsu, Mutsu, 1991, ''Culture, Self and Adaptation: The Psychological Anthropology of Two Malayo-Polynesian Groups in Taiwan''. Institute of Ethnology, Academia Sinica, Taipei, Taiwan. ISBN 957-9046-78-6.
* Keliher, Macabe.2003. ''Out of China or Yu Yonghe’s Tales of Formosa''. Taipei, SMC Publishing. ISBN 9570-638-609-8
* Ed. Knapp, Ronald G. ''China’s Island Frontier: Studies in the Historical Geography of Taiwan''. 1980. Honolulu, University of Hawaii Press. ISBN 957-638-334-X
* Leo T.S. Ching. 2001. ''Becoming “Japanese”''. Berkeley, University of California Press. ISBN 0-520-22551-1
* Li, Paul Jen-Kuei & Tsuchida Shigeru. 2001. ''Pazih Dictionary''. Academia Sinica Institute of Linguistics, Taipei, Taiwan. ISBN 957-671-790-6
* Li, Paul Jen-Kuei and Tsuchida, Shigeru. 2002. ''Pazih Texts and Songs''. Institute of Linguistics Preparatory Office, Academia Sinica. ISBN 957-671-888-0
* Interview: 2003: Lin Tan Ah (age 94) -in Shi Men, Ping Tung
* Mackay, George L. 1896. ''From Far Formosa''. London, Oliphant Anderson and Ferrier, Reprinted 1991,1998, SMC Publishing, Taipei. ISBN 957-638-072-3
* Montgomery-McGovern, Janet B. 1922. ''Among the Head-Hunters of Formosa.'' Boston, Small Maynard and Co. Reprinted 1997, SMC Publishing, Taipei. ISBN 257-638-421-4
* Interview: 2003: Pan Jin Yu (age 93) -in Puli
* Peng, Tan Ming, 1999, ''Da du she gu wen shu (Old Records of the Da Du Tribes)'', Academia Historica, Taipei, Taiwan. ISBN 957-02-7661-4
* Peng, Tan Ming, 2000, ''Ping pu bai she gu wen shu (Old Records of 100 Plains Villages)'', Academia Historica, Taipei, Taiwan. ISBN 957-01-0937-8
* Pickering, W.A. 1898. ''Pioneering In Formosa''. London, Hurst and Blackett, Republished 1993, Taipei, SMC Publishing. ISBN 957-638-163-0:
* Ed. Rubinstein, Murray A. 1999. ''Taiwan: A New History''. New York, M.E. Sharpe, Inc. ISBN 1-56324-816-6
* Shepherd, John R. 1993. ''Statecraft and Political Economy on the Taiwan Frontier, 1600-1800''. California, Leland Stanford University Press. Reprinted 1995, SMC Publishing, Taipei. ISBN 957-638-311-0
* Taylor, George. Ed. Dudbridge, Glen. 1999. ''Aborigines of South Taiwan in the 1880s''. Taipei, Shung Ye Museum of Formosan Aborigines Publishing. ISBN 957-99767-1-6
* Wilson, Richard W. 1970. ''Learning To Be Chinese:The Political Socialization of Children in Taiwan''. Massachusetts Institute of Technology, Cambridge, MA
* Yosaburo Takekoshi. 1907. ''Japanese Rule in Formosa''. London, Longmans, Green and Co. Reprinted 1996, SMC Publishing, Taipei. ISBN 957-638-378-1
 
== Lihat pula ==
* [[Bahasa Taiwan]] (non-pribumi)
* [[Sejarah Taiwan]]
 
* [[Kepulauan Batan]]
== Catatan ==
{{reflist|30em}}
 
== Referensi ==
{{refbegin|30em}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Andrade|first=Tonio|title=Pirates, Pelts, and Promises: The Sino-Dutch Colony of Seventeenth-Century Taiwan and the Aboriginal Village of Favorolang|url=https://archive.org/details/sim_journal-of-asian-studies_2005-05_64_2/page/295|journal=The Journal of Asian Studies|volume=64|edition=2|year=2005|pages=295–321|doi=10.1017/s0021911805000793|jstor=25075752}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Anderson|first=Christian A.|year=2000|chapter=New Austronesian Voyaging: Cultivating Amis Folk Songs for the International Stage|editor-first=David|editor-last=Blundell|title=Austronesian Taiwan: Linguistics, History, Ethnology, Prehistory|place=Taipei|publisher=SMC Publishing|ISBN=9789868537804}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Bird|first=Michael I|last2=Hope|first2=Geoffrey|last3=Taylor|first3=David|title=Populating PEP II: the dispersal of humans and agriculture through Austral-Asia and Oceania|journal=Quaternary International|year=2004|volume=118–19|pages=145–63|URL=http://dx.doi.org/10.1016/S1040-6182(03)00135-6|doi=10.1016/s1040-6182(03)00135-6}} Accessed March 31, 2007.
* {{Cite book|ref=harv|last=Blundell|first=David|year=2000|title= Taiwan: Linguistics, History and Prehistory.|place=Taipei|publisher=SMC Publishing|ISBN=9789868537804}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Blusse|first=Leonard|last2=Everts|first2=Natalie|year=2000|title= The Formosan Encounter: Notes on Formosa's Aboriginal Society — A selection of Documents from Dutch Archival Sources Vol. I & Vol. II|place=Taipei|publisher=Shung Ye Museum of Formosan Aborigines}} ISBN 957-99767-2-4 & ISBN 957-99767-7-5.
* {{Cite book|ref=harv|last=Blusse|first=Leonard|year=2006|chapter=The Eclipse of the Inibs: The Dutch Protestant Mission in 17th Century Taiwan and its Persecution of Native Priestesses|editor=Yeh Chuen-Rong|title=History, Culture and Ethnicity: Selected Papers from the International Conference on the Formosan Indigenous Peoples|publisher=SMC Publishing Inc|place=Taipei|ISBN=978-957-30287-4-1}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Blust|first=Robert|year=1999|chapter=Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics|editors=E. Zeitoun & P.J.K Li|title=Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics|pages= 31–94| publisher=Academia Sinica|place=Taipei}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Brown|first=Melissa J|year=1996|chapter=On Becoming Chinese|editor=Melissa J. Brown|title=Negotiating Ethnicities in China and Taiwan|publisher=Institute of East Asian Studies of the University of California. China Research Monograph 46|place= Berkeley, CA}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Brown|first=Melissa J.|year=2001|title=Reconstructing ethnicity: recorded and remembered identity in Taiwan|url=https://archive.org/details/sim_ethnology_spring-2001_40_2/page/153|journal=Ethnology|volume=40|issue=2|doi=10.2307/3773928|pages=153}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Brown|first=Melissa J|year=2004|title=Is Taiwan Chinese? : The Impact of Culture, Power and Migration on Changing Identities|place=Berkeley|publisher=University of California Press|ISBN= 0-520-23182-1}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Campbell|first=Rev. William|author-link=William Campbell (missionary)|year=1915|title=Sketches of Formosa|place=London, Edinburgh, New York|publisher=Marshall Brothers Ltd. reprinted by SMC Publishing Inc 1996|ISBN=957-638-377-3|URL=https://archive.org/details/sketchesfromtaiw00camprich}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Chen|first=Chiu-kun|year=1997|title=Qing dai Taiwan tu zhe di quan, (Land Rights in Qing Era Taiwan)|publisher=Academia Historica|place=Taipei, Taiwan}} ISBN 957-671-272-6.
* {{Cite book|ref=harv|last=Chen|first=Chiukun|year=1999|chapter=From Landlords To Local Strongmen: The Transformation Of Local Elites In Mid-Ch'ing Taiwan, 1780–1862|title=Taiwan: A New History|editor= Murray A. Rubinstein|pages= 133–62|place=Armonk, N.Y.|publisher=M.E. Sharpe|ISBN=9781563248160}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Chen|first=Henry C. L.|last2=Hay|first2=Peter|chapter= Dissenting Island Voices: Environmental Campaigns in Tasmania and Taiwan|title=Changing Islands – Changing Worlds: Proceedings of the Islands of the world VIII International Conference|year=2004|pages= 1110–31}}, 1–7 November 2004, [[Kinmen Island]] ([[Quemoy]]), Taiwan.
* {{Cite journal|ref=harv|last=Cheng|first=Zoe|date=Apr 1, 2007|title=The Secret's Out|url=http://taiwanreview.nat.gov.tw/ct.asp?xItem=24036&CtNode=119|volume=57|issue=4|journal=Taiwan Review|access-date=2016-08-06|archive-date=2007-05-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20070505014914/http://taiwanreview.nat.gov.tw/ct.asp?CtNode=119&xItem=24036|dead-url=yes}} Accessed April 22, 2007.
* {{Cite book|ref=harv|last=Ching|first=Leo T.S.|year=2001|title= Becoming "Japanese" Colonial Taiwan and The Politics of Identity Formation|place=Berkeley|publisher=University of California Press.}} ISBN 0-520-22551-1.
* {{Cite dissertation|ref=harv|last=Chou|first=Hui-Min|title=Educating urban indigenous students in Taiwan: Six teachers' perspectives|url=http://www.lib.umd.edu/drum/bitstream/1903/3092/1/umi-umd-2903.pdf|year=2005}} {{Cite web |url=http://www.lib.umd.edu/drum/bitstream/1903/3092/1/umi-umd-2903.pdf |title=Salinan arsip |access-date=2016-08-06 |archive-date=2008-09-10 |archive-url=https://web.archive.org/web/20080910152757/http://www.lib.umd.edu/drum/bitstream/1903/3092/1/umi-umd-2903.pdf |dead-url=yes }} (Doctoral Dissertation). Available from the ProQuest Dissertations & Theses (PQDT) database. (UMI Number 3201230).
* {{Cite book|ref=harv|last=Chu|first=Jou-juo|year=2001|title=Taiwan at the end of The 20th Century: The Gains and Losses|place=Taipei|publisher=Tonsan Publications}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Chuang|first=Jimmy|title=Tribe wants official recognition|url=http://www.taipeitimes.com/News/taiwan/archives/2005/10/14/2003275678|journal=Taipei Times (Taiwan)|date=Oct 14, 2005}} Accessed April 21, 2007.
* {{Cite book|ref=harv|last=Cohen|first=Marc J.|title=Taiwan At The Crossroads: Human Rights, Political Development and Social Change on the Beautiful Island|publisher=Asia Resource Center|place=Washington D.C.|year=1988}}
* {{wikicite|id=CPA-2010|reference=Council Of Labor Affairs, Executive Yuan. (2010). ''Aboriginal Labor Statistics''. [http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:YwWCV9EUS9YJ:www.cla.gov.tw/site/business/41761dc1/41feffb5/files/99%E5%8E%9F%E4%BD%8F%E6%B0%91%E5%8B%9E%E5%8B%95%E7%8B%80%E6%B3%81.doc+%22%E5%A4%B1%E6%A5%AD%22+%22%E5%8E%9F%E4%BD%8F%E6%B0%91+%22+site:cla.gov.tw&cd=2&hl=en&ct=clnk Original version]; [https://translate.google.com/translate?hl=en&sl=zh-TW&u=http://www.cla.gov.tw/site/business/41761dc1/41feffb5/files/99%25AD%25EC%25A6%25ED%25A5%25C1%25B3%25D2%25B0%25CA%25AA%25AC%25AAp.doc&ei=DH14TLPhLMSrce2xkeQF&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CDoQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3D%2522%25E5%25A4%25B1%25E6%25A5%25AD%2522%2B%2522%25E5%258E%259F%25E4%25BD%258F%25E6%25B0%2591%2B%2522%2Bsite:cla.gov.tw%26num%3D100%26hl%3Den%26lr%3D%26tbs%3Dqdr:y English version] }} Accessed August 28, 2010.
* {{wikicite|id=CIP-2004|reference= Council of Indigenous Peoples. (2004). ''[http://www.apc.gov.tw/main/docDetail/detail_news.jsp?docid=PA000000000919&cateID=A000438&linkSelf=0&linkRoot=0&linkParent= Table 1. Statistics of Indigenous Population in Taiwan and Fukien Areas for Townships, Cities and Districts]''}} [Download file and open as HTML document]. Accessed August 22, 2010.
* {{Cite book|ref=harv|last=Crossley|first=Pamela Kyle|year=1999|title=A Translucent Mirror: History and Identity in Qing Imperial Ideology|place=Berkeley|publisher=University of California Press|ISBN =0-520-23424-3}}
* {{wikicite|id=DGBAS-2000|reference= Directorate General of Budget, Accounting and Statistics, Executive Yuan, R.O.C. (DGBAS). (2000). National Statistics, Republic of China (Taiwan). ''[http://eng.stat.gov.tw/public/Data/511114261371.rtf Preliminary statistical analysis report of 2000 Population and Housing Census]''. Excerpted from Table 29: The characteristics of indigenous population in Taiwan-Fukien Area}} Accessed March 18, 2007.
* {{Cite book|ref=harv|last=Diamond|first=Norma|year=1995|chapter=Defining the Miao: Ming, Qing and Contemporary Views|title=Cultural Encounters of China's Ethic Frontiers|url=https://archive.org/details/culturalencounte0000harr|place=Seattle|publisher=University of Washington Press|editor=Stevan Harrell}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Dikotter|first=Frank|year=1992|title=The Discourse of Race in Modern China|publisher=Stanford University Press|place=Stanford, CA|ISBN=0-8047-2334-6}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Duara|first=Presenjit|year=1995|title=Rescuing History from the Nation: Questioning Narratives of Modern China|url=https://archive.org/details/rescuinghistoryf0000duar|place=Chicago, Il|publisher=University of Chicago Press}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Ebrey|first=Patricia|year=1996|chapter=Surnames and Han Chinese Identity|editor=Melissa J. Brown|title=Negotiating Ethnicities in China and Taiwan|url=https://archive.org/details/negotiatingethni0000unse|publisher=University of California Press|place=Berkeley, CA|ISBN=1-55729-048-2}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Edmondson|first=Robert|year=2002|chapter=The February 28 Incident and National Identity|editor=Stephane Corcuff|title=Memories of the Future: National Identity Issues and the Search for a New Taiwan|place=New York|publisher=M.E. Sharpe}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Ericsson|first=Niclas S|title=Creating "Indian Country" in Taiwan?|url=http://www.asiaquarterly.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=144|journal=Harvard Asia Quarterly|volume=VIII|issue=1 (Winter)|year=2004|pages=33–44}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Eyton|first=Laurence|title=Pan-blues' winning ways|url=http://www.atimes.com/atimes/China/FC03Ad04.html|date=March 3, 2004|journal=Asia Times Online|access-date=2016-08-06|archive-date=2018-07-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20180718110511/http://www.atimes.com/atimes/China/FC03Ad04.html|dead-url=yes}} Accessed June 3, 2007.
* {{Cite book|ref=harv|last=Faure|first=David|year=2001|title=In Search of the Hunters and Their Tribes|place=Taipei|publisher= Shung Ye Museum of Formosan Aborigines Publishing}} ISBN 957-30287-0-0.
* {{Cite journal|ref=harv|last=Gao|first=Pat|year=2001|url=http://taiwantoday.tw/ct.asp?xItem=22&ctNode=2229&mp=9|title=Minority, Not Minor|journal=Taiwan Review}} Website of Government Information Office, Republic of China. Accessed August 22, 2010.
* {{Cite journal|ref=harv|last=Gao|first=Pat|title=The Revitalized Vote|url=http://taiwantoday.tw/ct.asp?xItem=24034&ctNode=2229&mp=9|date=April 4, 2007|journal=Taiwan review}} Accessed August 22, 2010.
* {{Cite journal|ref=harv|last=Gluck|first=Caroline|title=Taiwan's aborigines find new voice|url=http://news.bbc.co.uk/1/hi/world/asia-pacific/4649257.stm|place=BBC News Taiwan|publisher=July 4|year=2005}} Accessed March 6, 2007.
* {{Cite book|ref=harv|last=Gold|first=Thomas B.|title=State and society in the Taiwan miracle|url=https://archive.org/details/statesocietyinta0000gold|publisher=M.E. Sharpe|place=Armonk, New York|year=1986}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Harrell|first=Stevan|year=1996|chapter=Introduction|editor=Melissa J. Brown|title=Negotiating Ethnicities in China and Taiwan|publisher=Regents of the University of California|place=Berkeley, CA|pages= 1–18}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Harrison|first=Henrietta|year=2001|chapter=Changing Nationalities, Changing Ethnicities: Taiwan Indigenous Villages in the years after 1946|editor=David Faure|title=In Search of the Hunters and Their Tribes: Studies in the History and Culture of the Taiwan Indigenous People|publisher=SMC Publishing|place=Taipei}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Harrison|first=Henrietta|year=2001|title=Natives of Formosa: British Reports of the Taiwan Indigenous People, 1650–1950|place=Taipei|publisher=Shung Ye Museum of Formosan Aborigines Publishing}} ISBN 957-99767-9-1.
* {{Cite journal|ref=harv|last=Harrison|first=Henrietta|title=Clothing and Power on the Periphery of Empire: The Costumes of the Indigenous People of Taiwan|journal=positions|volume=11|issue=2|year=2003|pages= 331–60|doi=10.1215/10679847-11-2-331}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Hattaway|first=Paul|title=Operation China. Introducing all the Peoples of China|place=Pasadena, CA|publisher=William Carey Library Pub|year=2003}} ISBN 0-87808-351-0.
* {{Cite journal|ref=harv|last=Hill|first=Catherine|last2=Soares|first2=Pedro|last3=Mormina|first3=Maru|last4=Macaulay|first4=Vincent|last5=Clarke|first5=Dougie|last6=Clarke|first6=Petya B.|title=A Mitochondrial Stratigraphy for Island Southeast Asia|journal=American Journal of Human Genetics|year=2007|volume=291|pages= 1735–1737}}
* {{wikicite|id=Ho Hi Yan-2005|reference= ''[http://english.taipei.gov.tw/TCG/index.jsp?recordid=4266 Ho Hi Yan Hits the Airwaves]''. (2005,May 5). Taipei City Government}} Accessed March 17, 2007.
* {{Cite book|ref=harv|last=Hong|first=Mei Yuan|year=1997|title=Taiwan zhong bu ping pu zhu (Plains Tribes of Central Taiwan)|publisher=Academia Historica|place=Taipei, Taiwan}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Hsiau|first=A-chin|year=1997|title=Language Ideology in Taiwan: The KMT's language policy, the Tai-yü language movement, and ethnic politics|journal=Journal of Multilingual and Multicultural Development|volume=18|issue=4|pages= 302–15|doi=10.1080/01434639708666322}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Hsiau|first=A-chin|year=2000|title=Contemporary Taiwanese Cultural Nationalism|url=https://archive.org/details/contemporarytaiw0000hsia|place=London|publisher=Routledge}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Hsieh|first=Jolan|year=2006|title=Collective Rights of Indigenous Peoples: Identity Based Movements of Plains Indigenous in Taiwan|publisher=Routledge, Taylor and Francis Group|place=New York, NY}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Hsu|first=Cho-yun|year=1980|chapter=The Chinese Settlement of the Ilan Plain|editor=Ronald Knapp|title=China's Island Frontier: Studies in the Historical Geography of Taiwan|publisher=University of Hawaii Press|place=HI}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Hsu|first=Wen-hsiung|year=1980|chapter=Frontier Organization and Social Disorder in Ch'ing Taiwan|editor=Ronald Knapp|title=China's Island Frontier: Studies in the Historical Geography of Taiwan|publisher=University of Hawaii Press|place=HI}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Hsu|first=Mutsu|year=1991|title=Culture, Self and Adaptation: The Psychological Anthropology of Two Malayo-Polynesian Groups in Taiwan|publisher=Institute of Ethnology, Academia Sinica|place=Taipei, Taiwan}} ISBN 957-9046-78-6.
* {{Cite book|ref=harv|last=Kang|first=Peter|year=2003|chapter=A Brief Note on the Possible Factors Contributing to the Large Village Size of the Siraya in the Early Seventeenth Century|editor=Leonard Blusse|title=Around and About Formosa|publisher=SMC Publishing|pages= 111–27|place=Taipei}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Ka|first=Chih-ming|year=1995|title=Japanese Colonialism in Taiwan: Land Tenure, Development and Dependency, 1895–1945|place=Boulder, CO|publisher=Westview Press}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Kerr|first=George H|author-link=George H. Kerr|year=1965|title=[[Formosa Betrayed (1965 book)|Formosa Betrayed]]|place=Cambridge|publisher= The Riverside Press}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Kleeman|first=Faye Yuan|year=2003|title=Under An Imperial Sun: Japanese Colonial Literature of Taiwan and The South|place=Honolulu, HA|publisher=University of Hawaii Press}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Knapp|first=Ronald G|chapter= Settlement and Frontier Land Tenure|editor= Ronald G. Knapp|title=China's Island Frontier: Studies in the Historical Geography of Taiwan|year=1980|pages= 55–68|place=Honolulu|publisher=University of Hawaii Press}} ISBN 957-638-334-X.
* {{Cite book|ref=harv|last=Lamley|first=Harry J|year=1981|chapter=Subethnic Rivalry in the Ch'ing Period|editors=Emily Martin Ahern and Hill Gates|title=The Anthropology of Taiwanese Society|publisher=Stanford University Press|place=CA|pages= 283–88}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Lee|first=Abby|title=Chimo seek recognition of aboriginal status|url=http://taiwanauj.nat.gov.tw/ct.asp?xItem=20213&CtNode=122|journal=Taiwan Journal|date=Aug 29, 2003|access-date=2016-08-06|archive-date=2011-08-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20110830112914/http://taiwanauj.nat.gov.tw/ct.asp?xItem=20213&CtNode=122|dead-url=yes}} Accessed August 22, 2010.
* {{wikicite|id=Legislative-2004|reference=The Legislative Yuan Republic of China. (2004). ''[http://www.ly.gov.tw/ly/en/01_introduce/01_introduce_03.jsp?ItemNO=EN030000 Members of the Legislative Yuan]''}} Accessed August 22, 2010.
* {{Cite journal|ref=harv|last=Li|first=Paul Jen-kuei|year=1992|title=History of the Movements of Austronesian Speaking Peoples of Taiwan: An Exploration From Linguistic Data and Phenomena|journal=Newsletter of Taiwan History Field Research}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Li|first=Paul Jen-kuei|url=http://www.ling.sinica.edu.tw/eip/FILES/journal/2007.3.9.13169497.1198156.pdf|title=The Dispersal of The Formosan Aborigines in Taiwan|journal=Languages and Linguistics|volume=2|issue=1|year=2001|pages=271–78|access-date=2016-08-06|archive-date=2011-10-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20111002101029/http://www.ling.sinica.edu.tw/eip/FILES/journal/2007.3.9.13169497.1198156.pdf|dead-url=yes}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Lin|first=Jean|title= Resettled Truku blast plans for hotels in Taroko park|journal=Taipei Times (Taiwan)|date=May 6, 2006}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Liu|first=Alexandra|url=http://www.taiwan-panorama.com/en/show_issue.php?id=200088908092e.txt&table=2&h1=Art%20and%20Culture&h2=Music|title=A New Wave of Indigenous Pop—The Music of Pur-dur and Samingad|journal=Taiwan Panorama|date=Aug 24, 2000|accessdate=March 17, 2007|archive-date=2007-09-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20070926215753/http://www.taiwan-panorama.com/en/show_issue.php?id=200088908092e.txt&table=2&h1=Art%20and%20Culture&h2=Music|dead-url=yes}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Liu|first=Tan-Min|year=2002|title=ping pu bai she gu wen shu (Old Texts From 100 Ping Pu Villages)|publisher=Academia Sinica|place=Taipei}} ISBN 957-01-0937-8.
* {{Cite book|ref=harv|last=Liu|first=Tao Tao|year=2006|chapter=The last Huntsmen's Quest for Identity: Writing From the Margins in Taiwan|editor=Yeh Chuen-Rong|title=History, Culture and Ethnicity: Selected Papers from the International Conference on the Formosan Indigenous Peoples|publisher=SMC Publishing|place=Taipei|pages= 427–30}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Loa|first=Iok-sin|title=Interview: Aboriginal name activists hopeful|url=http://www.taipeitimes.com/News/taiwan/archives/2007/01/27/2003346518|journal=Taipei Times (Taiwan)|date=Jan 27, 2007|pages=2}} Accessed November 13, 2007.
* {{Cite journal|ref=harv|last=Loa|first=Iok-sin|url=http://www.taipeitimes.com/News/taiwan/archives/2010/08/08/2003479871|title=Environmentalists take aim at nuclear industry|journal=Taipei Times (Taiwan)|date=Aug 8, 2010|pages=2|accessdate=August 22, 2010}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Low|first=Y.F.|date=Nov 9, 2005|title=DPP encourages aborigines to adopt traditional names|journal=Central News Agency — Taiwan}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Mackay|first=George L.|author-link=George Leslie Mackay|year=1896|title=From Far Formosa|place=New York|publisher=F. H. Revell Co.|URL=https://archive.org/details/fromfarformosais00mackrich}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Matsuda|first=Kyoko|title=Ino Kanori's 'History' of Taiwan: Colonial ethnology, the civilizing mission and struggles for survival in East Asia|journal=History and Anthropology|volume=14|issue=2|year=2003|pages= 179–96|doi=10.1080/0275720032000129938}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Mendel|first=Douglass|year=1970|title=The Politics of Formosan Nationalism|url=https://archive.org/details/politicsofformos00doug|place=Berkeley, CA|publisher=University of California Press}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Meskill|first=Johanna Menzel|authorlink=Johanna Menzel Meskill|year=1979|title=A Chinese Pioneer Family: The Lins of Wu-Feng, Taiwan 1729–1895|url=https://archive.org/details/chinesepioneerfa0000mesk|publisher=Princeton University Press|place=Princeton New Jersey}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Meyer|first=Mahlon|title=The Other Side of Taiwan|journal=Newsweek (Atlantic Edition) Asian section|date=Jan 8, 2001}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Mo|first=Yan-chih|url=http://www.taipeitimes.com/News/taiwan/archives/2005/03/21/2003247174|title=Aboriginal rights advocates blast cultural tourism|journal=Taipei Times (Taiwan)|date=Mar 21, 2005|accessdate=April 21, 2007}}.
* {{Cite book|ref=harv|last=Montgomery-McGovern|first=Janet B.|year=1922|title=Among the Head-Hunters of Formosa|place=Boston|publisher=Small Maynard and Co.}} Reprinted 1997, Taipei: SMC Publishing. ISBN 957-638-421-4.
* {{Cite book|ref=harv|last=Pan|first=Da He|year=2002|title=Pingpu bazai zu cang sang shi (The Difficult History of the Pazih Plains Tribe)|publisher=SMC Publishing|place=Taipei}} ISBN 957-638-599-7.
* {{Cite book|ref=harv|last=Pan|first=Ying|year=1996|title=Taiwan pingpu zu shi (History of Taiwan's Pingpu Tribes)|publisher=SMC Publishing|place=Taipei}} ISBN 957-638-358-7.
* {{wikicite|id=Premier apologizes-2002|reference= [http://www.taipeitimes.com/News/taiwan/archives/2002/05/24/137381 Premier apologizes to Tao tribe]. (2002, May 24). ''Taipei Times''. Pg. 3}} Accessed March 17, 2007.
* {{Cite book|ref=harv|last=Phillips|first=Steven|year=2003|title=Between Assimilation and Independence: The Taiwanese Encounter Nationalist China, 1945–1950|publisher=Stanford University Press|place=Stanford California|ISBN=9780804744577}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Pickering|first=W.A.|year=1898|title=Pioneering In Formosa|url=https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.31822|place=London|publisher=Hurst and Blackett}} Republished 1993, Taipei, SMC Publishing. ISBN 957-638-163-0.
* {{Cite journal|ref=harv|last=Rolett|first=Barry V.|last2=Jiao|first2=Tianlong|last3=Lin |first3=Gongwu |title=Early seafaring in the Taiwan Strait and the search for Austronesian origins|journal=[[Journal of Early Modern History]]|year=2002|volume=4|issue=1|pages= 307–19 |doi=10.1163/156852302322454576}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Rudolph|first=Michael|year=2003|title=The Quest for Difference Versus the Wish to Assimilate: Aborigines and Their Struggle for Cultural Survival in Times of Multiculturalism|editors=Paul R. Katz and Maury Rubinstein|chapter=Religion and the Formation of Taiwanese Identities|place=New York|publisher=Palgrave MacMillan}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Shepherd|first=John R.|year=1986|chapter=Sinicized Siraya Worship of A-li-tsu|title=Bulletin of the Institute of Ethnology, Academia Sinica No. 58|place=Taipei|publisher=Academia Sinica|pages= 1–81}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Shepherd|first=John R.|title=Statecraft and Political Economy on the Taiwan Frontier, 1600–1800|url=https://archive.org/details/statecraftpoliti0000shep|publisher=Stanford University Press|place=Stanford, California|year=1993}} Reprinted 1995, SMC Publishing, Taipei. ISBN 957-638-311-0.
* {{Cite book|ref=harv|last=Shepherd|first=John Robert|year=1995|title=Marriage and Mandatory Abortion among the 17th Century Siraya|url=https://archive.org/details/marriagemandator0000shep|publisher=The American Anthropological Association|place=Arlington VA}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Shih|first=Cheng-Feng|year=1999|title=Legal Status of the Indigenous Peoples of Taiwan|url=http://www.taiwanfirstnations.org/legal.html}} Paper presented at the June, 1999 International Aboriginal Rights Conference in Taipei. Accessed March 24, 2007.
* {{Cite journal|ref=harv|last=Shih|first=Hsiu-chuan|last2=Loa|first2=Iok-sin|url=http://www.taipeitimes.com/News/taiwan/archives/2008/04/24/2003410107|title=Sediq recognized as 14th tribe|journal=Taipei Times (Taiwan)|date=April 24, 2008|accessdate=April 24, 2008}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Simon|first=Scott|title=Formosa's first Nations and the Japanese: from Colonial Rule to Postcolonial Resistance|url=http://www.japanfocus.org/-Scott-Simon/1565|journal=The Asia-Pacific Journal: Japan Focus|date=Jan 4, 2006}} Accessed August 22, 2010.
* {{Cite book|ref=harv|last=Stainton|first=Michael|year=1999|chapter=The Politics of Taiwan Aboriginal Origins|editor= Murray A. Rubinstein|title=Taiwan: A New History|place=New York|publisher=M.E. Sharpe, Inc|ISBN=9781563248160}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Stainton|first=Michael|year=2002|title=Presbyterians and the Aboriginal Revitalization Movement in Taiwan|url=http://www.culturalsurvival.org/publications/cultural-survival-quarterly/taiwan/presbyterians-and-aboriginal-revitalization-movement|journal=[[Cultural Survival Quarterly]]|volume=26|issue=2|access-date=2016-08-06|archive-date=2012-05-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20120515150705/http://www.culturalsurvival.org/publications/cultural-survival-quarterly/taiwan/presbyterians-and-aboriginal-revitalization-movement|dead-url=yes}} Accessed August 22, 2010.
* {{Cite book|ref=harv|last=Stainton|first=Michael|year=2006|chapter=Hou Shan/Qian Shan Mugan: Categories of Self and Other in a Tayal Village|editor=Yeh Chuen-Rong|title=History, Culture and Ethnicity: Selected Papers from the International Conference on the Formosan Indigenous Peoples|publisher=SMC Publishing Inc|place=Taipei|ISBN=978-957-30287-4-1}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Su|first=Beng|author-link=Su Beng|year=1986|title=Taiwan's 400 year History: The Origins and Continuing Development of the Taiwanese Society and People (English Printing)|url=https://archive.org/details/taiwans400yearhi0000subi| place=Washington D.C.|publisher= Taiwanese Cultural Grass Roots Association|ISBN=9780939367009}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Suenari|first=Michio|year=2006|chapter=A Century of Japanese Anthropological Studies on Taiwan Aborigines|title=History, Culture and Ethnicity: Selected Papers from the International Conference on the Formosan Indigenous Peoples|place=Taipei|publisher=SMC Publishing}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Tai|first=Eika|title=The Assimilationist Policy and the Aborigines in Taiwan under Japanese Rule|journal=Current Politics and Economics of Asia|volume=6|issue=4|year=1999|pages= 265–301}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Takekoshi|first=Yasaburo|author-link=Takekoshi Yosaburō|year=1907|title=Japanese Rule in Formosa|place=London|publisher=Longmans and Green & Company|URL=https://archive.org/details/japaneseruleinf00takegoog}} Reprinted 1996, Taipei, SMC Publishing.
* {{wikicite|id=Tao demand-2003|reference= [http://www.taipeitimes.com/News/taiwan/archives/2003/01/02/189446 Tao demand relocation of waste"]. ( 2003, Jan 02). ''CNA'', Taipei. Page 3}} Accessed March 17, 2007.
* {{Cite book|ref=harv|last=Teng|first=Emma Jinhua|title=Taiwan's Imagined Geography: Chinese Colonial Travel Writing and Pictures, 1683–1895|url=https://archive.org/details/taiwansimaginedg0000teng|publisher=Harvard University Press|place=Cambridge MA|year=2004|ISBN=0-674-01451-0}}
* {{Cite journal|ref=harv|last=Tsao|first=Feng-fu|year=1999|title=The Language Planning Situation in Taiwan|journal=Journal of Multilingual and Multicultural Development|volume=20|issue=4,5|pages= 328–48|doi=10.1080/01434639908666383}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Tsuchida|first=Shigeru|year=1983|chapter=Austronesian Languages in Formosa|editors=S.A Wurm and Hiro Hattori|title=Language Atlas of the Pacific Area|publisher=Australian Academy of the Humanities|place=Canberra}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Tsuchida|first=S.|last2=Yamada|first2=Y.|year= 1991|chapter=Ogawa's Siraya/Makatao/Taivoan comparative vocabulary|editors=S. Tsuchida, Y. Yamada & T. Moriguchi|title=Linguistic Materials of the Formosan Sinicized Populations I: Siraya and Basai|publisher=The University of Tokyo, Linguistics Department|place=Tokyo}}
* {{Cite book|ref=harv|last=Wilson|first=Richard W|title=Learning To Be Chinese: The Political Socialization of Children in Taiwan|publisher=Massachusetts Institute of Technology Press|place=Cambridge, MA|year=1970}} ISBN 0-262-23041-0.
* {{wikicite|id=Yeh-2003|reference= Yeh, Yu-ting (2003). Atayal Narratives and Folktales, in the [http://formosan.sinica.edu.tw/en/archive_contents.htm Formosan Language Archive]. Taipei: The Institute of Linguistics, Academia Sinica}} Accessed April 13, 2007.
* {{Cite journal|ref=harv|last=Zeitoun|first=Elizabeth|last2=Yu|first2=Ching-Hua|url=http://aclclp.org.tw/clclp/v10n2/v10n2a2.pdf|title=The Formosan Language Archive: Linguistic Analysis and Language Processing|journal=Computational Linguistics and Chinese Language Processing|volume=10|issue=2|pages=167–200|year=2005}}
* {{cite book |year=2014 |title=The Republic of China Yearbook 2014 |publisher=Executive Yuan, R.O.C. |url=http://www.ey.gov.tw/Upload/UserFiles/YB%202014%20all%20100dpi.pdf |accessdate=2015-02-25 |isbn=9789860423020 |ref={{harvid|Exec. Yuan|2014}} }}
{{refend}}
 
== Pranala luar ==
{{commons and category|Taiwanese aborigines|Taiwanese aborigineaborigines}}
* Andrade, Tonio (2002). ''[http://www.gutenberg-e.org/andrade/index.html How Taiwan Became Chinese: Dutch, Spanish, and Han Colonization in the Seventeenth Century]''. Columbia University Press, Gutenberg e-Books.
* {{en}} {{zh}} [http://www.taiwannation.com.tw True origin of Taiwanese indigenous peoples]
* [http://www.tacp.gov.tw/tacpeng ''Taiwan Aboriginal Culture Park,''] Bureau of Cultural Parks, [[Council of Indigenous Peoples]], [[Executive Yuan]].
* {{en}} [http://www.apc.gov.tw/en/tribes/indi/tribes.aspx Introduction to the 10 tribes of Taiwanese indigenous peoples]
* {{en}} [http://www.apc.gov.tw/enportal/index.aspxhtml?lang=en_US Council of Indigenous Peoples (Taiwan)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180122125516/https://www.apc.gov.tw/portal/index.html?lang=en_US |date=2018-01-22 }}
* [http://www.dmtip.gov.tw/Eng/index.htm Digital Museum of Taiwan Indigenous Peoples] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170603060416/http://www.dmtip.gov.tw/Eng/Index.htm |date=2017-06-03 }}
* {{en}} [http://www.president.gov.tw/1_art/artgallery/aboriginal/intro.html Taiwan Aboriginal Handicraft Art]
** [http://www.apc.gov.tw/main/docDetail/detail_ethnic.jsp?cateID=A000427&linkSelf=147&linkParent=0&linkSelf=101&linkRoot=101 The tribes in Taiwan]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{en}} [http://formosan.sinica.edu.tw/ Academia Sinica: Formosan Languages]
* [http://formosan.sinica.edu.tw/en/intro.htm Academia Sinica: Formosan Language Archive] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110719090213/http://formosan.sinica.edu.tw/en/intro.htm |date=2011-07-19 }}
* {{en}} [http://weber.ucsd.edu/~dkjordan/chin/hbtaiwantribes.html an overview of the tribes]
* [http://weber.ucsd.edu/~dkjordan/chin/hbtaiwantribes.html An overview of the tribes] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060405194618/http://weber.ucsd.edu/~dkjordan/chin/hbtaiwantribes.html |date=2006-04-05 }}
* {{en}} [http://jmanet.com/ws-formosan.html Taiwan Aborigines Studies]
* {{en}} [http://www.taiwanfirstnations.org Taiwan First Nations]
* {{en}} [http://academic.reed.edu/formosa/formosa_index_page/formosa_index.html Reed Institute's Formosa Digital Library]
* {{en}} [http://www.museum.org.tw/eindexSYMM_en/index.htmlhtm Shung Ye Museum of Formosan Aborigines official site] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20171101002718/http://www.museum.org.tw/symm_en/index.htm |date=2017-11-01 }}
* [http://www.sinica.edu.tw/tit/museums/1294_shung-ye.html Shung Ye Museum of Formosan Aborigines another description]
* {{en}} [http://news.bbc.co.uk/1/hi/world/asia-pacific/4649257.stm BBC News: Taiwan's aborigines find new voice] (2005-07-04)
* [http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/4649257.stm BBC News: Taiwan's aborigines find new voice]
* [http://www.titv.org.tw Taiwan Indigenous Television] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20181120202019/http://www.titv.org.tw/ |date=2018-11-20 }}
 
[[Kategori:Penduduk asli Taiwan| ]]
[[Kategori:Sejarah Taiwan]]
[[Kategori:PendudukSuku aslibangsa di Taiwan|Taiwan]]