Genosida Timor Timur: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20240209)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot |
||
(4 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 19:
{{genosida}}
'''Genosida Timor Leste''' atau '''Genosida Timor Timur''' mengacu kepada serangkaian tindakan [[terorisme negara]] yang dilancarkan oleh pemerintahan [[Orde Baru]] sepanjang masa [[Invasi Indonesia ke Timor Timur|invasi]] dan [[Pendudukan Indonesia di Timor Leste|pendudukan]] Indonesia di [[Timor Leste]]. Sejumlah studi mengkategorikan pembunuhan yang dilakukan di Timor Leste sebagai [[genosida]],<ref name=Payaslian>{{cite web|last=Payaslian|first=Simon|title=20th Century Genocides|url=http://www.oxfordbibliographies.com/view/document/obo-9780199743292/obo-9780199743292-0105.xml|publisher=Oxford bibliographies|access-date=2018-09-01|archive-date=2020-05-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20200516233147/https://www.oxfordbibliographies.com/view/document/obo-9780199743292/obo-9780199743292-0105.xml|dead-url=no}}</ref><ref>{{cite journal |last1=Sidell |first1=Scott |title=The United States and genocide in East Timor |journal=Journal of Contemporary Asia |date=1981 |volume=11 |issue=1 |pages=44–61 |doi=10.1080/00472338185390041}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.researchgate.net/publication/238702586|title=War, Genocide, and Resistance in East Timor, 1975-99: Comparative Reflections on Cambodia}}</ref> sementara sejumlah cendekia memperdebatkan sejumlah aspek terkait definisinya.<ref>{{cite journal |last1=Saul |first1=Ben |title=Was the Conflict in the East Timor 'Genocide' and Why Does it Matter? |journal=[[Melbourne Journal of International Law ]] |date=2001 |volume=2 |issue=2 |pages=477– |url=https://law.unimelb.edu.au/__data/assets/pdf_file/0003/1680222/Saul.pdf |access-date=2022-09-29 |archive-date=2020-10-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20201005015957/https://law.unimelb.edu.au/__data/assets/pdf_file/0003/1680222/Saul.pdf |dead-url=no }}</ref>
== Serbuan awal ==
Baris 26:
Pembunuhan massal berlanjut tanpa henti ketika militer Indonesia memasuki daerah pegunungan Timor Leste yang dikuasai Fretilin. Seorang pemandu asal Timor yang bekerja untuk perwira senior Indonesia memberitahu mantan Konsul Australia untuk Timor Portugis, James Dunn, bahwa pada bulan-bulan pertama pertempuran, TNI "membunuh sebagian besar orang Timor yang mereka temui."<ref>''Timor: A People Betrayed'', James Dunn, 1983 p. 293, 303</ref> Pada Februari 1976, setelah menguasai desa Aileu di selatan Dili dan memukul mundur pasukan Fretilin, tentara Indonesia menembaki sebagian besar penduduk desa, konon menembak semua orang di atas usia tiga tahun. Anak-anak kecil yang dibiarkan hidup dibawa ke Dili menggunakan truk. Ketika Aileu jatuh ke tangan TNI, jumlah penduduknya sekitar 5.000 jiwa. Ketika pekerja sosial Indonesia mengunjungi Aileu bulan September 1976, jumlah penduduknya tinggal 1.000 jiwa.<ref>Taylor (1991), p. 80-81</ref> Pada Juni 1976, TNI yang terpukul oleh serangan Fretilin melancarkan balas dendam terhadap kamp pengungsi besar yang dihuni 5.000 sampai 6.000 orang Timor di Lamaknan, dekat perbatasan Timor Barat. Setelah membakar beberapa rumah, tentara Indonesia membantai kurang lebih 2.000 laki-laki, perempuan, dan anak-anak.<ref>Dunn, p. 303</ref>
Pada Maret 1977, mantan konsul Australia, James Dunn, menerbitkan laporan yang merincikan tuduhan militer Indonesia telah membunuh antara 50.000 sampai 100.000 warga sipil Timor Leste sejak Desember 1975.<ref>{{cite web|title=A Quarter Century of US Support for Occupation: National Security Archive Electronic Briefing Book No. 174|url=http://nsarchive.gwu.edu/NSAEBB/NSAEBB174/|access-date=2018-09-01|archive-date=2017-07-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20170719154001/http://nsarchive.gwu.edu/NSAEBB/NSAEBB174/|dead-url=no}}</ref> Jumlah ini konsisten dengan pernyataan pemimpin UDT, Lopez da Cruz, pada 13 Februari 1976 bahwa 60.000 warga Timor Leste tewas sepanjang perang saudara enam bulan sebelumnya dan 55.000 orang tewas pada dua bulan pertama penyerbuan oleh Indonesia. Perwakilan pekerja sosial Indonesia di Timor Leste membenarkan jumlah tersebut.<ref>Taylor (1991), p. 71.</ref> Laporan Gereja Katolik pada akhir 1976 juga memperkirakan jumlah korban tewas antara 60.000 sampai 100.000 jiwa.<ref>Dunn, p. 310, ''Notes on Timor''</ref> Angka ini juga diperkuat oleh statistik pemerintah Indonesia. Dalam wawancara tanggal 5 April 1977 dengan ''[[Sydney Morning Herald]]'', Menteri Luar Negeri [[Adam Malik]] mengatakan bahwa jumlah korban tewas sebanyak "50.000 jiwa atau mungkin 80.000 jiwa".<ref name="turner207">Dikutip dalam Turner, p. 207.</ref>
Pemerintah Indonesia mengklaim bahwa aneksasi Timor Leste bertujuan mewujudkan persatuan [[antikolonialisme]]. Buku panduan Departemen Luar Negeri Indonesia tahun 1977, ''Decolonization in East Timor'', menghormati "hak penentuan nasib sendiri yang sakral"<ref>Indonesia (1977), p. 16.</ref> dan mengakui APODETI sebagai perwakilan mayoritas rakyat Timor Leste yang sesungguhnya. Deplu mengklaim bahwa FRETILIN populer karena "sering mengancam, memeras, dan meneror".<ref>Indonesia (1977), p. 21.</ref> Menteri Luar Negeri Indonesia, [[Ali Alatas]], menegaskan kembali sikap tersebut dalam memoar tahun 2006 yang berjudul ''The Pebble in the Shoe: The Diplomatic Struggle for East Timor''.<ref>Alatas, pp. 18–19.</ref> Menurut pemerintah Indonesia, pembagian pulau menjadi timur dan barat "disebabkan oleh penindasan kolonial" oleh kekuatan imperial Portugal dan Belanda. Karena itu, menurut pemerintah Indonesia, aneksasi provinsi ke-27 adalah salah satu langkah untuk mempersatukan kepulauan Nusantara yang telah dimulai sejak 1904-an.<ref>Indonesia (1977), p. 19.</ref>
Baris 59:
== Pembantaian Santa Cruz ==
{{main article|Pembantaian Santa Cruz}}
Pada misa pemakaman tanggal 12 November 1991, untuk mengenang seorang pemuda pro-kemerdekaan ditembak oleh tentara Indonesia, pengunjuk rasa di tengah kerumunan berjumlah 2.500 orang membentangkan bendera dan panji Fretilin dengan slogan pro-kemerdekaan dan meneriakkan yel-yel dengan damai.<ref>Schwarz (1994), p. 212</ref> Usai konfrontasi singkat antara tentara Indonesia dan pengunjuk rasa,<ref>Two soldiers were stabbed under disputed circumstances.(Schwarz (1994), p. 212; Pinto and Jardine, p. 191.) Soldiers said the attacks were unprovoked. Stahl claims stabbed Officer Lantara had attacked a girl carrying the flag of East Timor, and FRETILIN activist [[Constâncio Pinto]] reports eyewitness accounts of beatings from Indonesian soldiers and police. Kubiak, W. David. [http://www.nancho.net/fdlap/maxstahl.html "20 Years of Terror: Indonesia in Timor – An Angry Education with Max Stahl"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140604224057/http://www.nancho.net/fdlap/maxstahl.html |date=2014-06-04 }}. ''Kyoto Journal''. 28. Reprinted at [http://www.nancho.net/fdlap/ The Forum of Democratic Leaders in the Asia-Pacific] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20171213085406/http://www.nancho.net/fdlap/ |date=2017-12-13 }}. Retrieved 14 February 2008.</ref> 200 tentara Indonesia melepaskan tembakan ke kerumunan dan menewaskan sedikitnya 200 warga Timor Leste.<ref>Carey, p. 51; Jardine, p. 16. The Portuguese solidarity group ''A Paz é Possível em Timor Leste'' compiled [http://www.etan.org/timor/SntaCRUZ.htm a careful survey] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220207154349/http://etan.org/timor/SntaCRUZ.htm |date=2022-02-07 }} of the massacre's victims, listing 271 killed, 278 wounded, and 270 "disappeared".</ref>
Kesaksian warga asing di pemakaman tersebut segera diliput oleh organisasi berita internasional. Rekaman pembantaian disiarkan<ref>Schwarz (1994), p. 212-213</ref> dan memancing kemarahan di seluruh dunia.<ref>Jardine, pp. 16–17; Carey, pp. 52–53.</ref> Menanggapi pembantaian ini, aktivis di seluruh dunia bersimpati dengan rakyat Timor Leste. Mereka menuntut penentuan nasib sendiri di Timor Leste.<ref name="JarSol">Jardine, pp. 67–69.</ref> [[TAPOL]], organisasi Britania Raya yang dibentuk tahun 1972 untuk mendukung demokrasi di Indonesia, mengalihkan fokus aktivitasnya ke Timor Leste. Di Amerika Serikat, East Timor Action Network (kini [[East Timor and Indonesia Action Network]]) didirikan dan memiliki cabang di sepuluh kota di sana.<ref>[http://etan.org/etan/default.htm "About ETAN"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140723082140/http://www.etan.org/etan/default.htm |date=2014-07-23 }}. East Timor Action Network. Retrieved 18 February 2008.</ref> Kelompok solidaritas lain juga didirikan di Portugal, Australia, Jepang, Jerman, Malaysia, Irlandia, dan Brasil.
Liputan pembantaian ini menjadi contoh bagaimana pertumbuhan media baru di Indonesia mempersulit Orde Baru mengontrol arus informasi ke dalam dan luar Indonesia. Selain itu, pada era pasca-Perang Dingin tahun 1990-an, pemerintah Indonesia menjadi sorotan dunia internasional.<ref name="Vickers 2005, pp. 200-201">Vickers (2005), pp. 200–201</ref> Sejumlah perkumpulan mahasiswa pro-demokrasi beserta majalah secara terbuka dan kritis membahas Timor Leste, Orde Baru, serta sejarah dan masa depan Indonesia.<ref name="JarSol"/><ref name="Vickers 2005, pp. 200-201"/><ref>CIIR, pp. 62–63; Dunn, p. 311.</ref>
Baris 68:
== Jumlah korban tewas ==
Jumlah korban tewas pastinya sulit ditentukan. Laporan [[Komisi Pengakuan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi di Timor Leste]] (CAVR) PBB memperkirakan jumlah minimal korban tewas terkait konflik mencapai 102.800 (+/- 12.000) jiwa. Dari angka tersebut, kurang lebih 18.600 (+/-1.000) di antaranya dibunuh atau menghilang dan kurang lebih 84.000 (+/-11.000) orang lainnya meninggal akibat kelaparan atau penyakit (melebihi angka kematian pada masa damai). Angka ini merupakan perkiraan konservatif minimal yang disebut sebagai temuan utama ilmiah oleh CAVR. Laporan ini tidak mencantumkan batas atas, tetapi CAVR berspekulasi bahwa total korban tewas akibat kelaparan dan penyakit yang dipicu konflik bisa mencapai 183.000 jiwa.<ref>
[[Ben Kiernan]] mengatakan bahwa "angka 150.000 jiwa mendekati jumlah korban tewas yang sesungguhnya," tetapi peneliti lain juga memperkirakan 200.000 jiwa atau lebih.<ref name=Kiernan>Kiernan, p. 594.</ref> [[Center for Defense Information]] juga memperkirakan hampir 150.000 orang tewas.<ref name=CfDI>{{cite web |url=http://www.cdi.org/dm/issue1/index.html |title=Archived copy |accessdate=2010-07-03 |deadurl=yes |archiveurl=https://archive.
Menurut Gabriel Defert, berdasarkan data statistik pemerintah Portugal dan Indonesia serta Gereja Katolik, antara Desember 1975 dan Desember 1981, kurang lebih 300.000 warga Timor tewas; jumlah ini mewakili 44% populasi Timor Leste pra-invasi.<ref>{{cite book |last=Pilger |first=John |year=1998 |title=Hidden Agendas |pages=284 |url=https://books.google.co.jp/books?id=8v1TmtI6m5YC |access-date=2018-09-06 |archive-date=2023-07-31 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230731090439/https://books.google.co.jp/books?id=8v1TmtI6m5YC |dead-url=no }}</ref> George Aditjondro dari Universitas Salatiga mendalami data TNI dan menemukan bahwa 300.000 orang Timor tewas pada tahun-tahun pertama invasi di Timor Leste.<ref>CIIR Report, International Law and the Question of East Timor, Catholic Institute of International Relations/IPJET, London, 1995.</ref>
Robert Cribb dari [[Universitas Nasional Australia]] berpendapat bahwa jumlah korban tewas terlalu dilebih-lebihkan. Menurutnya, angka 555.350 penduduk yang diperoleh dari sensus 1980, disebut-sebut sebagai "sumber yang paling bisa diandalkan", mungkin merupakan perhitungan paling sedikit (minimum). Ia menulis, "Perlu diketahui bahwa ratusan ribu orang Timor Leste menghilang semasa kekerasan September 1999, lalu muncul kembali." Sensus 1980 menjadi usang karena sensus 1987 menghitung 657.411 penduduk Timor. Angka tersebut memerlukan pertumbuhan sebesar 2,5% per tahun, nyaris identik dengan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi di Timor Leste sejak 1970 sampai 1975. Pertumbuhan seperti ini mustahil karena pendudukan Indonesia berlangsung dengan sangat brutal, bahkan sampai mencegah reproduksi penduduk. Karena tidak banyak kesaksian pribadi tentang kekejaman atau trauma yang dialami tentara Indonesia, ia menambahkan bahwa Timor Leste "tampaknya—menurut laporan berita dan penelitian akademik—bukan masyarakat yang mudah trauma akibat kematian massal... [S]uasana menjelang pembantaian Dili tahun 1991...menunjukkan sebuah masyarakat yang tetap tegar dan marah, sikap yang tidak mungkin ada apabila [Timor Leste] diperlakukan layaknya Kamboja era [[Pol Pot]]." Strategi militer Indonesia bertujuan merebut "hati dan pikiran" rakyat, strategi yang tidak cocok as dengan dugaan pembunuhan massal.<ref>[http://works.bepress.com/robert_cribb/2/ How many deaths? Problems in the statistics of massacre in Indonesia (1965–1966) and East Timor (1975–1980)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200514010932/https://works.bepress.com/robert_cribb/2/ |date=2020-05-14 }}. Works.bepress.com (15 February 2008).</ref>
Berangkat dari jumlah penduduk sebesar 700.000 jiwa tahun 1975 (menurut sensus Gereja Katolik 1974), Kiernan memperkirakan jumlah penduduk 735,000 jiwa pada tahun 1980 (dengan asumsi pertumbuhan hanya berkisar 1% per tahun akibat invasi Indonesia). Ia menganggap jumlah korban versi Cribb sebesar 10% (55.000 jiwa) terlalu sedikit. Kiernan memperkirakan bahwa kurang lebih 180.000 orang tewas dalam perang ini.<ref name="yale-university.org">{{cite web |url=http://www.yale-university.org/gsp/publications/KiernanRevised1.pdf |title=Archived copy |accessdate=2008-02-18 |deadurl=yes |archiveurl=https://web.archive.org/web/20090227144225/http://www.yale-university.org/gsp/publications/KiernanRevised1.pdf |archivedate=2009-02-27 |df= }}</ref> Cribb berpendapat bahwa pertumbuhan 3% yang dicantumkan oleh sensus 1974 terlalu tinggi. Faktanya, gereja hanya memperkirakan pertumbuhan sebesar 1,8% sehingga jumlah penduduknya sama dengan angka sensus Portugal tahun 1974, yaitu 635.000 jiwa.
Meski Cribb menegaskan bahwa hasil sensus Portugal hampir pasti terlalu sedikit,<ref name="yale-university.org"/> ia yakin bahwa angkanya lebih akurat daripada sensus Gereja Katolik karena upaya gereja untuk melebih-lebihkan total populasi "membuktikan bahwa pengaruh gereja belum merambah seluruh masyarakat [Timor Leste]" (umat Katolik berjumlah kurang dari separuh penduduk Timor Leste). Apabila angka pertumbuhannya setara dengan negara-negara lain di Asia Tenggara, jumlah penduduk yang lebih akurat adalah 680.000 jiwa tahun 1975 dan perkiraan jumlah penduduk lebih dari 775.000 tahun 1980 (tanpa menghitung turunnya angka kelahiran akibat pendudukan Indonesia).<ref name="yale-university.org"/> Selisihnya mendekati 200.000 jiwa. Menurut Cribb, kebijakan Indonesia membatasi angka kelahiran hingga 50% atau lebih. Karena itu, sekitar 45.000 orang tidak pernah lahir, bukan dibunuh; 55.000 warga Timor lainnya "hilang" karena menghindari petugas pemerintah Indonesia yang melakukan sensus 1980.<ref name="ReferenceA">http://works.bepress.com/cgi/viewcontent.cgi?article=1001&context=robert_cribb{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Sejumlah faktor—mengungsinya puluhan ribu orang untuk menghindari FRETILIN tahun 1974-5; tewasnya ribuan orang dalam perang saudara; tewasnya kombatan pada masa pendudukan; pembunuhan oleh FRETILIN; dan bencana alam—semakin mengurangi jumlah korban sipil yang ditimbulkan oleh serangan militer Indonesia waktu itu.<ref name="ReferenceA"/> Setelah mempertimbangkan data-data tersebut, Cribb memilih jumlah korban yang lebih sedikit, yaitu 100.000 jiwa atau kurang, dengan jumlah minimal 60.000 jiwa. Ia juga berpendapat bahwa sepersepuluh warga sipil meninggal secara tidak alamiah pada tahun 1975–80.<ref name="works.bepress.com">http://works.bepress.com/robert_cribb/2/ {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200514010932/https://works.bepress.com/robert_cribb/2/ |date=2020-05-14 }} How many deaths? Problems in the statistics of massacre in Indonesia (1965–1966) and East Timor (1975–1980)</ref>
Namun, Kiernan menegaskan bahwa datangnya pekerja migran pada masa pendudukan Indonesia dan naiknya angka pertumbuhan penduduk yang mencerminkan krisis mortalitas memperkuat hasil sensus 1980 meski bertentangan dengan perkiraan 1987. Selain itu, sensus gereja tahun 1974—walaupun hasilnya "semaksimal mungkin"—tidak bisa diabaikan karena kurangnya pengaruh gereja di Timor Leste bisa jadi menghasilkan angka populasi yang lebih sedikit.<ref name="yale-university.org"/> Ia menyimpulkan bahwa kurang lebih 116.000 kombatan dan warga sipil tewas oleh serangan kedua belah pihak atau meninggal secara "tidak alamiah" pada tahun 1975–80 (apabila ini benar, artinya 15% warga sipil Timor Leste meninggal dunia pada tahun 1975–80).<ref name="yale-university.org"/> F. Hiorth secara terpisah memperkirakan bahwa 13% (95.000 dari 730.000 jiwa apabila menghitung penurunan angka kelahiran) warga sipil meninggal pada tahun-tahun tersebut.<ref name="ReferenceA"/> Kiernan percaya bahwa selisihnya sangat mungkin mencapai 145.000 jiwa atau 20% penduduk Timor Leste apabila menghitung penurunan angka kelahiran.<ref name="yale-university.org"/> Rerata jumlah korban tewas menurut laporan PBB adalah 146.000 jiwa; [[R.J. Rummel]], analis pembunuhan politis, memperkirakan 150.000 orang tewas.<ref name="hawaii.edu">{{Cite web |url=http://www.hawaii.edu/powerkills/SOD.TAB14.1C.GIF |title=Salinan arsip |access-date=2019-03-26 |archive-date=2017-10-11 |archive-url=https://web.archive.org/web/20171011172148/http://www.hawaii.edu/powerkills/SOD.TAB14.1C.GIF |dead-url=no }}</ref>
Banyak pengamat yang menggolongkan aksi militer Indonesia di Timor Leste sebagai contoh [[genosida]].<ref>Jardine; Taylor (1991), p. ix; Nevins cites a wide variety of sources discussing the question of genocide in East Timor, on p. 217–218.</ref> Rapat akademisi Oxford menetapkan bahwa peristiwa ini adalah [[genosida]] dan Universitas Yale mengajarkan peristiwa ini dalam program studi Kajian Genosida.<ref name="Payaslian"/><ref name="gsp.yale.edu"/> Dalam kajian makna hukum kata "genosida" serta kesesuaiannya untuk menyebut pendudukan di Timor Leste, pakar hukum [[Ben Saul]] mengatakan bahwa karena tidak ada kelompok yang diakui oleh hukum internasional yang menjadi target militer Indonesia, peristiwa ini tidak bisa disebut genosida. Namun, ia juga mengatakan, "Konflik di Timor Leste lebih tepat disebut sebagai genosida terhadap sebuah 'kelompok politik' atau '[[genosida budaya]]', tetapi kedua konsep ini tidak diakui secara eksplisit dalam hukum internasional."<ref name="Saul">Saul, Ben. [http://www.austlii.edu.au/au/journals/MelbJIL/2001/18.html "Was the Conflict in East Timor ‘Genocide’ and Why Does It Matter?"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210209110631/http://www.austlii.edu.au/au/journals/MelbJIL/2001/18.html |date=2021-02-09 }}. ''Melbourne Journal of International Law''. 2:2 (2001). Retrieved 17 February 2008.</ref> Pendudukan di Timor Leste disejajarkan dengan pembantaian oleh [[Khmer Merah]], [[Perang Yugoslavia]], dan [[Genosida Rwanda]].<ref>Budiardjo and Liong, p. 49; CIIR, p. 117.</ref>
Jumlah korban tewas dari pihak Indonesia terdokumentasikan secara akurat. Nama-nama 2.300-an tentara Indonesia dan milisi pro-Indonesia yang meninggal dalam tugas dan meninggal akibat penyakit dan kecelakaan pada masa pendudukan dipahat di Monumen Seroja di Markas TNI, Cilangkap, [[Jakarta Selatan]].<ref>{{cite web|url=http://www.pelita.or.id/baca.php?id=3551|title=Selayang Pandang Monumen Seroja|trans-title=Seroja Monument at a Glance|language=id|publisher=Pelita.or.id|deadurl=yes|archiveurl=https://web.archive.org/web/20161124160554/http://www.pelita.or.id/baca.php?id=3551|archivedate=24 November 2016}}</ref>
Baris 106:
* Chinkin, Christine. "Australia and East Timor in international law". ''International Law and the Question of East Timor''. London: Catholic Institute for International Relations / International Platform of Jurists for East Timor, 1995. {{ISBN|1-85287-129-6}}. pp. 269–289.
* Clark, Roger S. "The 'decolonisation' of East Timor and the United Nations norms on self-determination and aggression". ''International Law and the Question of East Timor''. London: Catholic Institute for International Relations / International Platform of Jurists for East Timor, 1995. {{ISBN|1-85287-129-6}}. pp. 65–102.
* [[Commission for Reception, Truth and Reconciliation in East Timor|Comissão de Acolhimento, Verdade e Reconciliação de Timor Leste]] (CAVR). ''[http://www.etan.org/news/2006/cavr.htm Chega! The Report of the Commission for Reception, Truth and Reconciliation] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170522000214/http://www.etan.org/news/2006/cavr.htm |date=2017-05-22 }}''. Dili, East Timor: 2005. Online at [http://www.etan.org/ East Timor & Indonesia Action Network] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140819211554/http://etan.org/ |date=2014-08-19 }}. Retrieved 11 February 2008.
* {{cite book|last=Dunn|first= James|title=Timor: A People Betrayed|url=https://archive.org/details/timorpeoplebetra0000dunn_o9b7|location=Sydney|publisher= Australian Broadcasting Corporation|date= 1996|author-link=James Dunn (diplomat)|isbn=0-7333-0537-7}}
* {{Cite book |last=Friend |first=T. |title=Indonesian Destinies |url=https://archive.org/details/indonesiandestin00theo |publisher=Harvard University Press |year=2003 |isbn=0-674-01137-6}}
* {{cite book |last=Horner |first=David |title=Making the Australian Defence Force |series=The Australian Centenary History of Defence |volume=Volume IV |publisher=Oxford University Press |location=Melbourne |year=2001 |isbn=0-19-554117-0}}
Baris 116:
* Jardine, Matthew. ''East Timor: Genocide in Paradise''. Monroe, ME: Odonian Press, 1999. {{ISBN|1-878825-22-4}}.
* Jolliffe, Jill. ''East Timor: Nationalism and Colonialism''. Queensland: University of Queensland Press, 1978. {{OCLC|4833990}}
* Kiernan, Ben. [http://gsp.yale.edu/sites/default/files/files/KiernanRevised1.pdf "The Demography of Genocide in Southeast Asia: The Death Tolls in Cambodia, 1975–79, and East Timor, 1975–80"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210209110553/http://gsp.yale.edu/sites/default/files/files/KiernanRevised1.pdf |date=2021-02-09 }}. ''Critical Asian Studies''. 35:4 (2003), 585–597.
* Kohen, Arnold and John Taylor. ''An Act of Genocide: Indonesia's Invasion of East Timor''. London: TAPOL, 1979. 0-9506751-0-5.
* Krieger, Heike, ed. ''East Timor and the International Community: Basic Documents''. Melbourne: Cambridge University Press, 1997. {{ISBN|0-521-58134-6}}.
* {{cite book|last=Marker |first=Jamsheed |author-link=Jamsheed Marker |title=East Timor: A Memoir of the Negotiations for Independence |place=North Carolina |publisher=McFarlnad & Company, Inc |year=2003 |isbn=0-7864-1571-1}}
* {{cite book |last=Martin |first=Ian |title=Self-Determination In East Timor: The United Nations, The Ballot and International Intervention. International Peace Academy Occasional Paper Series |publisher=Rienner |year=2002 |location=Boulder |isbn=}}
* {{cite book|last=Nevins |first=Joseph |title=A Not-So-Distant Horror: Mass Violence in East Timor |url=https://archive.org/details/notsodistanthorr00nevi |publisher=Cornell University Press |location=Ithaca, New York |year=2005 |isbn=0-8014-8984-9}}
* Ramos-Horta, José. ''Funu: The Unfinished Saga of East Timor''. Lawrenceville, NJ: The Read Sea Press, 1987. {{ISBN|0-932415-15-6}}.
* {{cite book |last=Schwarz |first=A. |year=1994 |title=A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s |url=https://archive.org/details/nationinwaitingi00schw |publisher=Westview Press |isbn=1-86373-635-2}}
Baris 129:
* Taylor, John G. ''Indonesia's Forgotten War: The Hidden History of East Timor''. London: Zed Books Ltd, 1991. {{ISBN|1-85649-014-9}}.
* Turner, Michele. ''Telling East Timor: Personal Testimonies 1942–1992''. Sydney: University of New South Wales Press Ltd., 1992.
* {{cite book |last=Vickers |first=Adrian |title=A History of Modern Indonesia |url=https://archive.org/details/historyofmoderni00adri |publisher=Cambridge University Press |year=2005 |isbn=0-521-54262-6}}
* Wesley-Smith, Rob. "Radio Maubere and Links to East Timor". ''Free East Timor: Australia's Culpability in East Timor's Genocide''. Milsons Point: Random House Australia, 1998. pp. 83–102.
* Winters, Rebecca. ''Buibere: Voice of East Timorese Women''. Darwin: East Timor International Support Center, 1999. {{ISBN|0-9577329-3-7}}.
== Pranala luar ==
* Matanasi, Petrik (6 Juli 2018). [https://tirto.id/operasi-komodo-pendahuluan-sebelum-invasi-indonesia-ke-timor-timur-cL1n Operasi Komodo: Pendahuluan Sebelum Invasi Indonesia ke Timor Timur] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230507235729/https://tirto.id/operasi-komodo-pendahuluan-sebelum-invasi-indonesia-ke-timor-timur-cL1n |date=2023-05-07 }} ''[[Tirto.id]]''. Diakses pada 7 September 2018.
[[Kategori:Pendudukan Indonesia di Timor Timur|.]]
|