Ali Ar-Ramitani: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
k ~PL |
||
(7 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 76:
}}
'''Ali ar-Ramitani atau Azizan Ali ar-Ramitani''' Quddasallahu
Syekh Ali ar-Ramitani q.s yang lahir di daerah Ramitan di sekitar Bukhara. Azizan adalah gelar yang disematkan kepadanya. Karena keahliaannya dalam menenun, Syekh Ali Ramitani q.s sering dipanggil Syekh Nessac (penenun). Setelah mempelajari ilmu agama, Syekh Ali Ramitani q.s berintisab kepada Syekh Mahmud Injir Faghnawi q.s. Ketika Syekh Mahmud Injir Faghnawi q.s akan wafat, beliau menyerahkan tugas keirsyadannya (tablighnya) kepada Syekh Ali Ramatini q.s yang diikuti dengan pembaiatan oleh murid-murid yang lain.
Baris 82:
Beliau adalah Bendera Islam Terhormat dan ulama besar yang membuka kunci harta karun hati dan menjelaskan rahasia dari yang Tak terlihat. Dari Kerajaan Yang Berpengetahuan, dia menerima, Bayaran, Hadiah dan Kehormatan. Dia memandu orang yang perlu ke tingkat Pengetahuan Spiritual. Namanya berkibar di angkasa Panduan, dan tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan pengetahuan maupun tingkatannya. Bagi kami, dia digambarkan sebagai ibu dari Buku (Qur’an Suci), sebagai “yang ditulis dalam tingkat yang tinggi.”
Dengan perintah Nabi Khidr.as, ia menjadi murid Khwaja Mahmud Injir-Faghnawī dan menerima bimbingan spiritual. Dia adalah wakil kepala dan diangkat sebagai penerus utama sang syekh Mahmud. Dihadapan Shaikh, dia diangkat ke tingkat yang tinggi dari Manifestasi Cinta Ilahiah dan Kehadirat Illahiah. Dia menjadi terkenal dengan nama Azizan, suatu kata bahasa Persia yang berarti orang yang berada di tingkat tinggi. Menurut beberapa laporan, beliau juga mendapat berkat dari Mawlana Jalaluddin Rumi.
Ia bermigrasi ke kota yang disebut Bāward, dan kemudian bermigrasi ke Khwarezm di mana dia tinggal sampai akhir.
Meskipun namanya adalah Ali Ramitani, ia sering dikenang sebagai Khwaja Azizan saat ia digunakan untuk menyebut dirinya Azizan. Orang Khwarezm biasa memanggilnya Khwaja Ali Bāwardī.
Baris 89:
2. Khwāja Ibrāhīm. merupakan salah satu wakil/badal dari ayahya Khwāja Azīzān. Meninggal dunia pada tahun 793 H (1391 M).
Anak lelaki yang lebih muda Khwāja Ibrāhīm menulis sebuah kitab yang menceritakan tentang ayahnya dan guru-gurunya.
diantara para wakilnya (deputies/badal), yang tertulis dalam kitab Rashahāt
1. Khwāja Muhammad Khurd q.s, anak tertua
2. Khwāja Ibrāhīm q.s, anak laki kedua
Baris 96:
5. Khwāja Muhammad Bāwardī q.s
6. Khwāja Muhammad Bābā Sammāsī q.s
Beliau mencapai usia yang luar biasa 130 tahun. Penulis Rashahāt mencatat tanggal kematiannya Senin, tanggal 28 Dhu'l-Qa'da, 715 H (23 Februari 1316 M). Ia dimakamkan di Khwarezm mana kuburnya itu menjadi tempat ziarah.
Makam Khwaja Ali Azizan ar-Ramitani, diapit kedua puteranya, Khwaja Muhammad dan Khwaja Ibrahim.
Dari Kata-Katanya
Baris 104:
“Nabi bersabda, ‘Allah melihat hati Yang Beriman setiap malam dan siang sebanyak 360 kali.’ Artinya hati memiliki 360 pintu. Dan setiap organ memiliki 360 akar, semuanya terhubung dengan hati. Sehingga jika hati, dibawah pengaruh Zhikrullah, maka akan terbimbing pada tingkat Pandangan Allah, semua ini akan membawa semua organ tubuh ke Pandangan Allah, semua ini akan membawa semua organ tubuh ke Pandangan Allah. Akibatnya, semua organ akan patuh kepada Allah dan dari cahaya kepatuhan itu, semua organ akan terhubung dengan keberkahanNya. Hal inilah yang menarik Pandangan Ampunan Allah kepada hati Orang yang mengingat.”
== Kontroversi lain tentang Zikir Bersuara ==
Mawlana Sayfuddin Fidda, seorang ulama besar dimasanya, bertanya kepadanya, “Kenapa kau bersuara saat berdzikir?” Sheikh Ali q.s menjawab:
Ia diminta Shaikh Mawlana Badruddin al-Midani, yaitu seorang ulama besar dimasanya, “Allah telah memerintahkan kita didalam Qur’an untuk sering berzhikr lewat sabdaNya, “Seringlah Mengingat Allah” [34:41]. Apakah zkir tersebut lewat lidah atau hati?” Shaikh Ali Ramitani q.s menjawab:
Baris 116:
“Seandainya di bumi ada salah satu pengikut Abdul Khaliq al-Ghujdawani di masa Hallaj, maka Hallaj tidak akan disalib.” Hal ini berarti akan ada orang yang mampu membelanya dari tuduhan orang yang sombong.
Shaikh Fakhruddin an-Nuri, seorang ulama terkenal di massanya
Kenapa mereka bertanya, ‘Bukankah Aku Tuhanmu? Sedangkan di Hari Perhitungan mereka tidak akan menjawab?” DijawabNya, Sheikh Ali Ramitani q.s menunjukkan pemahaman yang dalam akan Al Qur’an dan Hadits Suci yang dimiliki oleh Para Guru Naqshbandi. Ia berkata:
Baris 131:
Beliau memiliki dua anak laki-laki yang sangat terkenal sebagai pengikut ayahnya. Tetapi, dia tidak menurunkan rahasianya ke mereka, melainkan ke Shaikh Muhammad Baba as-Samsi q.s.
== Pranala luar ==
https://sites.google.com/site/pustakapejaten/manaqib-biografi/6-masyaikh/ali-ar-ramitani {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190329155050/https://sites.google.com/site/pustakapejaten/manaqib-biografi/6-masyaikh/ali-ar-ramitani |date=2019-03-29 }}
http://maktabah.org/blog/?p=1503
|