Karaeng Matoaya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(43 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 15:
| full name = I Mallingkang Daeng Manyonri, Karaeng Kanjilo, Karaeng Sigeri, Karaeng ri Tallo Karaeng Matoaya, Sultan Abdullah. Tumamenang ri Agamana.
| issue = Dari pernikahan dengan Karaeng Naung :
| spouse =
# Karaeng Naung Tuniawang ri Kalassukanna (Istri utama)
6).I Tobo Lokmo ri Boddia, Lokmo' ri Pannampu.▼
# Lokmo Tekne
| successor = Sultan Mudaffar, IManginyarrang Daeng Makkio, Karaeng Kanjilo Tumammaliang ri Timoro. Raja Tallo VIII (1623 - 18 Mei 1641).▼
# Lokmo ri Paotereka
# Bungasa dari Binamu
# Lokmo Malolo
# I Battu Kare Nia
# Lokmo' ri Pannampu.
▲| successor =
| predecessor =
| reign = 1593-1623
Baris 38 ⟶ 45:
}}
'''Sultan Abdullah Karaeng Matoaya''' adalah raja Tallo yang ke-VII, ayah dari [[Kesultanan Tallo|Sultan Mudaffar]] Tumammaliang ri Timoro dan Sultan Mahmud [[Karaeng Pattingalloang]]. Sebagai [[Perdana menteri]] di [[Kesultanan makassar]] yang sangat berpengaruh pada akhir [[Abad XVI]] hingga pertengahan [[Abad XVII]].<ref name="Reid2">{{cite book|author=Anthony Reid|year=2015|url=https://books.google.co.id/books?id=lUTJBgAAQBAJ&pg=PA136&dq=Karaeng+Matoaya&hl=en&sa=X&ei=Nb1zVdTbAce9uASS3IG4CA&ved=0CB8QuwUwAQ#v=onepage&q=Karaeng%20Matoaya&f=false|title=A History of Southeast Asia: Critical Crossroads|publisher=John Wiley & Sons|page=136|id=ISBN 1-118-51300-2, 9781118513002}}</ref> Ia melantik [[Ala'uddin dari Gowa|Sultan Alauddin]] menggantikan saudaranya [[Tunipasulu]]. Hubungan yang erat antara Karaeng Matoaya dengan Sultan Alauddin kemudian berhasil meningkatkan kejayaan [[Kesultanan makassar]] menjadi kekuatan militer yang kuat baik didarat maupun dilaut dan perdagangan yang kemudian disegani [[Kawasan Indonesia Timur]].<ref name="Cummings2">{{cite book|author=William Cummings|year=2002|url=https://books.google.co.id/books?id=tANZd6c-8wUC&pg=PA30&dq=Karaeng+Matoaya&hl=en&sa=X&ei=FqdzVbjxMpXmuQTZqYGYCg&ved=0CBYQuwUwAA#v=onepage&q=Karaeng%20Matoaya&f=false|title=Making Blood White: Historical Transformations in Early Modern Makassar|publisher=University of Hawaii Press|edition=berilustrasi|page=30-32|id=ISBN 0-8248-2513-6, 9780824825133}}</ref><ref name="Cummings3">{{cite book|author=William Cummings|year=2002|url=https://books.google.co.id/books?id=tANZd6c-8wUC&pg=PA30&dq=Karaeng+Matoaya&hl=en&sa=X&ei=FqdzVbjxMpXmuQTZqYGYCg&ved=0CBYQuwUwAA#v=onepage&q=Karaeng%20Matoaya&f=false|title=Making Blood White: Historical Transformations in Early Modern Makassar|publisher=University of Hawaii Press|edition=berilustrasi|page=30-32|id=ISBN 0-8248-2513-6, 9780824825133}}</ref>
== Persekutuan Gowa-Tallo ==
Pada masa pemerintahan Karaeng Matoaya, Kerajaan Tallo dan Kerajaan Gowa telah bersekutu menjadi kesatuan ([[Kesultanan Makassar]]), di mana raja Gowa berperan sebagai [[raja]]
== Penyebaran Islam ==
Karaeng Matoaya adalah raja Tallo pertama yang memeluk agama Islam, yang dilakukannya bersama keluarganya pada 22 September 1605.<ref name="Tjandrasasmita">{{cite book|author=Uka Tjandrasasmita|year=2009|url=https://books.google.co.id/books?id=Muoj7z9IOI8C&pg=PA28&lpg=PA28&dq=karaeng+matoaya+daeng+manyonri+katangka&source=bl&ots=BhmkJIBhhL&sig=5Jz2n_CQc3R4aL50AB0scbdDPfE&hl=id&sa=X&ei=5GN1VZLdPIzV8gXspYKICQ&ved=0CCgQ6AEwAg#v=onepage&q=karaeng%20matoaya%20daeng%20manyonri%20katangka&f=false|title=Arkeologi Islam Nusantara|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|page=28|id=ISBN 979-9102-12-X, 9789799102126|authorlink=Uka Tjandrasasmita}}</ref> Tak lama kemudian, raja Gowa Alauddin yang juga adalah kemenakannya turut serta memeluk Islam, sehingga Islam kemudian menjadi agama resmi Kesultanan Makassar.<ref name="Cummings"/> Di bawah pimpinan Karaeng Matoaya dan Sultan Alauddin, Makassar yang telah memeluk Islam kemudian terlibat dalam penyebarannya. Antara 1608 hingga 1611, semua kerajaan besar di Sulawesi Selatan yang berada bagian sebelah selatan dataran tinggi Toraja telah diperangi atau dibujuk, hingga kesemuanya memeluk Islam.<ref name="Cummings"/> Demikian pula hal yang sama terjadi pada Bima di Sumbawa.<ref name="Cummings"/> Meskipun demikian, Karaeng Matoaya tidak melakukan perubahan sosial atau administratif atas berbagai kerajaan tersebut, yang tetap diperintah seperti sebelumnya oleh para bangsawan lokal setempat.<ref name="Cummings"/>
== Hagemoni Makassar ==
Makassar pada masa pemerintahan Karaeng Matoaya merupakan pos perdagangan yang ramai bagi bebagai bangsa
== Kepribadian ==
Karaeng Matoaya disebutkan sebagai seorang yang taat dalam beragama Islam.<ref name="Reid">{{cite book|author=Anthony Reid|year=2015|url=https://books.google.co.id/books?id=lUTJBgAAQBAJ&pg=PA136&dq=Karaeng+Matoaya&hl=en&sa=X&ei=Nb1zVdTbAce9uASS3IG4CA&ved=0CB8QuwUwAQ#v=onepage&q=Karaeng%20Matoaya&f=false|title=A History of Southeast Asia: Critical Crossroads|publisher=John Wiley & Sons|page=136|id=ISBN 1-118-51300-2, 9781118513002}}</ref> Ia juga diketahui memiliki ketertarikan intelektual atas berbagai macam hal, mulai dari teologi hingga ilmu pengetahuan. Minat serupa juga diperlihatkan oleh anak dan penerusnya, [[Karaeng Pattingalloang]], yang mampu berbicara bahasa Melayu, Portugis, dan Spanyol, serta memiliki koleksi berbagai macam naskah, bola dunia, dan peta pelayaran yang menimbulkan kekaguman para tamunya.<ref name="Cummings"/>
== Keluarga ==
Baris 97 ⟶ 78:
• I Tamatoa Daeng Anrene, Karaenga ri Pattukangang.
Istri lainnya yaitu [[Lokmo ri Paotereka]] dari pernikahan ini tidak mempunyai anak. Istri lainnya bernama I Bungasa' yang berasal dari [[Binamu, Jeneponto]]. Mereka dikarunia anak sebanyak delapan orang, satu putra dan tujuh putri yaitu 1). [[Mallawakkang Abdul Kadir Karaeng Popo]]. 2). Satu lagi diasuh oleh Karaeng Pattingalloang meninggal saat masih kecil. 3). Yang ketiga bernama bernama [[Bernama I Bissu Tumigisi, Kare Tonji Daengta|I Bissu Tumigisi, Kare Tonji Daengta Mangeppea]]. 4). [[Fatimah Daeng Nangke]]. 5). [[I Dena]] 6). [[Baine Kare Manassa Daengta ri Pattingalloang|I Baine Kare Manassa Daengta ri Pattingalloang]] 7).[[I Yani]] masih kecil sudah meninggal 8).dan terakhir juga masih kecil sudah meninggal yang tidak diketahui namanya. Istrinya yang lain berasal dari Majannang yang bernama I Lokmo Malolo. Suatu kali dia tinggal di Maroanging dia dipanggil I Lokmo ri Maroanging. Mereka memiliki lima putra, satu
==
{{Bagian kosong}}
== Lihat pula ==
|