Abdul Wahid Hasyim: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pendidikan: #1Lib1Ref #1Lib1RefID
Dennis2123 (bicara | kontrib)
k menambah gambar
(45 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{more citations needed|date=November 2022}}
{{infobox officeholder
| honorific-prefix = [[Kiai]] [[Haji]] =
| name = Abdul Wahid Hasyim
| image = Colored Abdul Wahid Hasyim Picture.jpgpng
|imagesize image_size =200px 220px
|caption alt = Portuuhhhbv. N.
Bbn rait of Wahid Hasyim
|office = Menteri Negara Urusan Agama RI
|order caption = Ke-1''Abdul Wahid Hasyim''
| office = [[Daftar Menteri Agama Indonesia|Menteri Negara Urusan Agama]] ke-1
|term_start = 30 September 1945
|term_end order = 14 November 1945 =
|president term_start = [[Soekarno]]30 September 1945
| term_end = 14 November 1945
|predecessor = ''Tidak ada jabatan baru''
|successor president = [[RasjidiSoekarno]]
|office2 predecessor = Menteri= Agama''Tidak Republikada Indonesia(jabatan Serikatbaru)''
| successor = [[Rasjidi]]
|term_start2 = 20 Desember 1949
| office2 = Menteri Agama Republik Indonesia Serikat
|term_end2 = 6 September 1950
| term_start2 = 20 Desember 1949
|primeminister2 = [[Mohammad Hatta]]
|office3 term_end2 = Menteri6 AgamaSeptember RI1950
|order3 primeminister2 = [[Mohammad = Ke-7Hatta]]
| office3 = [[Daftar Menteri Agama Indonesia|Menteri Agama]] ke-7
|term_start3 = 6 September 1950
|term_end3 order3 = 27 April 1951 =
| term_start3 = 6 September 1950
|primeminister3 = [[Mohammad Natsir]]<br>[[Soekiman Wirjosandjojo]]
|president3 term_end3 = [[Soekarno]]27 April 1951
| primeminister3 = [[Mohammad Natsir]]<br>[[Soekiman Wirjosandjojo]]
|predecessor3 = [[Fakih Usman]]
| president3 = Soekarno
|successor3 = [[Fakih Usman]]
| predecessor3 = [[Fakih Usman]]
|birth_date = {{Birth date|1914|6|1|mf=y}}
| successor3 = Fakih Usman
|birth_place = [[Kabupaten Jombang|Jombang]], [[Jawa Timur]], [[Hindia Belanda|(Masa pendudukan Belanda)]]
| office4 = Daftar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama{{!}}Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
|death_date = {{Death date and age|1953|4|19|1914|6|1|mf=y}}
| order4 = ke-5
|death_place = [[Cimahi]], [[Jawa Barat]]
| term_start4 = 1951
|children = K.H. [[Abdurrahman Wahid]]<br />Aisyah Hamid Baidlowi<br />K.H. [[Salahuddin Wahid]]<br />dr. Umar Wahid, Sp.P<br />[[Lily Wahid|Lily Chodijah Wahid]]<br />[[Hasyim Wahid]]
| term_end4 = 1953
|grand children = [[Yenny Wahid]]<br />[[Inayah Wulandari]]<br />[[Alissa Qatrunnada]]<br />[[Anita Hayatunnufus]]<br />Umi Atia Wahid<br />Afifah Afiani<br />Arief Rachman Hamid<br />[[Ipang Wahid]]<br />Billy Wahid
|alma_mater predecessor4 = Nahrawi Thohir
| successor4 = [[Muhammad Dahlan]]
|occupation =
| birth_date = {{Birth date|1914|6|1|mf=y}}
|profession =
| birth_place = [[Kabupaten Jombang|Jombang]], [[Hindia Belanda]]
|religion = [[Islam]]
| death_date = {{Death date and age|1953|4|19|1914|6|1|mf=y}}
|signature =
| death_place = [[Cimahi]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]
|website =
|footnotes father = [[Hasyim Asy'ari]]
| children = [[Abdurrahman Wahid]]<br />Aisyah Hamid Baidlowi<br />[[Salahuddin Wahid]]<br />Umar Wahid<br />[[Lily Wahid]]<br />[[Hasyim Wahid]]
|office4=Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama|order4=Ke-5|term_end4=1954|term_start4=1951|predecessor4=KH. Nahrawi Thohir|successor4=[[Muhammad Dahlan|KH. Muhammad Dahlan]]}}
| alma_mater =
[[Kiai]] [[Haji]] '''Abdul Wahid Hasyim''' ({{lahirmati|[[Kabupaten Jombang|Jombang]], [[Jawa Timur]]|1|6|1914|[[Cimahi]], [[Jawa Barat]]|19|4|1953}}) adalah pahlawan nasional yang pernah menjabat sebagai Menteri Negara dan juga pernah sebagai Menteri Agama pada era orde lama. Ia adalah ayah dari presiden keempat, [[Abdurrahman Wahid]] dan anak dari [[Hasyim Asy'arie|Muhammad Hasyim Asy'ari]], pendiri [[Nahdlatul Ulama]] dan pahlawan nasional Indonesia. Selain itu pada tahun 1951 ia menjabat sebagai [[Daftar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama|Ketua Umum]] [[Nahdlatul Ulama|Pengurus Besar Nahdlatul Ulama]]. Ia menikah di usia 25 tahun dengan Solichah, putri [[Bisri Syansuri|KH. Bisri Syansuri]] dan dikaruniai 6 putra putri.
| occupation =
| profession =
| religion = <!-- Kosongkan bagian ini; kolom terkait Suku, Agama dan Ras telah dinonaktifkan -->
| signature =
| website =
| footnotes =
}}
 
[[Kiai|K.]][[Haji (gelar)|H.]] '''Abdul Wahid Hasyim''' ({{lahirmati|[[Kabupaten Jombang|Jombang]]|1|6|1914|[[Cimahi]], [[Jawa Barat]]|19|4|1953}}) adalah pahlawan nasional<ref>{{Cite web|last=Abdurrahman|first=Syarif|date=2021-09-26|title=Memilih Nahdlatul Ulama, Ini Alasan Kiai Wahid|url=https://www.tebuireng.co/memilih-nahdlatul-ulama-ini-alasan-kiai-wahid/|website=Tebuireng Initiatives|language=id|access-date=2023-02-02}}</ref> yang pernah menjabat sebagai Menteri Negara dan juga pernah sebagai Menteri Agama pada era orde lama. Ia adalah ayah dari presiden keempat, [[Abdurrahman Wahid]] dan anak dari [[Hasyim Asy'ari]], pendiri [[Nahdlatul Ulama]] dan pahlawan nasional Indonesia. Selain itu pada tahun 1951 ia menjabat sebagai [[Daftar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama|Ketua Umum]] [[Nahdlatul Ulama|Pengurus Besar Nahdlatul Ulama]]. Ia menikah di usia 25 tahun dengan Solichah, putri [[Bisri Syansuri|KH. Bisri Syansuri]] dan dikaruniai 6 orang anak.
== Pendidikan ==
[[Berkas:Wahid Hasyim when he was 12 years old.jpg|jmpl|Wahid Hasyim saat berusia 12 tahun.|pus|200x200px]]Sejak kecil ia menimba ilmu di Madrasah Salafiyah di [[Pondok Pesantren Tebuireng]]. Ia telah berhasil mengkhatamkan Al Quran di usia 7 tahun. Kemudian setelah lulus dari madrasah, ia diminta oleh ayahnya untuk membantu mengajar adik-adik dan santri-santri pesantren seusianya.{{Butuh rujukan}}
 
== Riwayat Hidup ==
Pada usia 13 tahun, ia belajar pendidikan Islam di Pondok Pesantren Siwalan Panji di [[Kabupaten Sidoarjo]]. Namun, ia hanya dapat bertahan selama sebulan. Ia kemudian pindah belajar ke [[Pondok Pesantren Lirboyo]]. Di pondok pesantren ini pun, ia hanya bertahan dalam waktu yang singkat. Akhirnya, pulang untuk belajar mandiri di rumahnya sendiri. Abdul Wahid Hasyim mempelajari bahasa Arab hingga mahir. Setelahnya ia mempelajari [[alfabet Latin]] sekaligus belajar bahasa Belanda dan bahasa Inggris.<ref>{{Cite journal|last=Umiarso dan Asnawan|date=2018|title=KH. Abdul Wahid Hasyim Pembaru Pesantren: Dari Reformasi Kurikulum, Pengajaran hingga Pendidikan Islam Progresif|url=https://www.researchgate.net/publication/338767387_KH_ABDUL_WAHID_HASYIM_PEMBARU_PESANTREN_Dari_Reformasi_Kurikulum_Pengajaran_hingga_Pendidikan_Islam_Progresif/fulltext/5e2992dc299bf15216772eb0/KH-ABDUL-WAHID-HASYIM-PEMBARU-PESANTREN-Dari-Reformasi-Kurikulum-Pengajaran-hingga-Pendidikan-Islam-Progresif.pdf|journal=Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam|volume=13|issue=2|pages=393-394}}</ref> Ia tidak pernah mengikuti sekolah umum yang dibuat oleh Pemerintah Hindia Belanda.{{Butuh rujukan}}
 
=== Pendidikan ===
Pada tahun 1932 ia belajar di Makkah bersama sepupunya, Muchammad Ilyas, ialah yang mengajari Wahid dalam belajar Bahasa Arab hingga ia fasih berbahasa Arab. Sehingga ia menguasai tiga bahasa asing, yakni Arab, Inggris, dan Belanda.{{Butuh rujukan}}
[[Berkas:Wahid Hasyim when he was 12 years old.jpg|kiri|jmpl|196x196px|Abdul Wahid Hasyim saat berusia 12 tahun]]
Abdul Wahid Hasyim tidak menempuh pendidikan [[sekolah dasar]] di [[sekolah]] yang didirikan oleh [[pemerintah]] [[Hindia Belanda]], yaitu [[Hollandsch-Inlandsche School]]. Ini terjadi karena ayahnya yaitu [[Hasyim Asy'ari]], dikenal sebagai tokoh anti-sekolah yang didirikan oleh penjajah.<ref>{{Cite journal|last=Nurfadilah, A., Mulyana, A., dan Suwirta, A.|date=2020|title=Peranan K.H. Abdul Wahid Hasyim dalam Pembaharuan Pendidikan Islam di Pesantren Tebuireng, Jombang, Indonesia, 1934-1953|url=https://journals.mindamas.com/index.php/insancita/article/download/1329/1156|journal=INSANCITA: Journal of Islamic Studies in Indonesia and Southeast Asia|volume=5|issue=1|pages=23|issn=2443-2776}}</ref>
 
Sejak kecil, Abdul Wahid Hasyim belajar di Madrasah Salafiyah di [[Pondok Pesantren Tebuireng]]. Ia telah berhasil mengkhatamkan Al Quran di usia 7 tahun. Kemudian setelah lulus dari madrasah, ia diminta oleh ayahnya untuk membantu mengajar adik-adik dan santri-santri pesantren seusianya.{{Butuh rujukan}}
== Kiprah ==
 
Pada usia 13 tahun, ia belajar pendidikan Islam di Pondok Pesantren Siwalan Panji di [[Kabupaten Sidoarjo]]. Namun, ia hanya dapat bertahan selama sebulan. Ia kemudian pindah belajar ke [[Pondok Pesantren Lirboyo]]. Di pondok pesantren ini pun, ia hanya bertahan dalam waktu yang singkat. Akhirnya, pulang untuk belajar mandiri di rumahnya sendiri. Abdul Wahid Hasyim mempelajari bahasa Arab hingga mahir. Setelahnya ia mempelajari [[alfabet Latin]] sekaligus belajar bahasa Belanda dan bahasa Inggris.<ref>{{Cite journal|last=Umiarso dan Asnawan|date=2018|title=KH. Abdul Wahid Hasyim Pembaru Pesantren: Dari Reformasi Kurikulum, Pengajaran hingga Pendidikan Islam Progresif|url=https://www.researchgate.net/publication/338767387_KH_ABDUL_WAHID_HASYIM_PEMBARU_PESANTREN_Dari_Reformasi_Kurikulum_Pengajaran_hingga_Pendidikan_Islam_Progresif/fulltext/5e2992dc299bf15216772eb0/KH-ABDUL-WAHID-HASYIM-PEMBARU-PESANTREN-Dari-Reformasi-Kurikulum-Pengajaran-hingga-Pendidikan-Islam-Progresif.pdf|journal=Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam|volume=13|issue=2|pages=393-394}}</ref>
=== Ketua Masyumi ===
 
Pada tahun 1939, [[NU|Nahdlatul Ulama]] menjadi anggota [[MIAI]] (Majelis Islam A'la Indonesia), sebuah badan federasi partai dan ormas Islam pada zaman pendudukan Belanda. Saat pendudukan Jepang yaitu tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1943 ia ditunjuk menjadi Ketua ''Majelis Syuro Muslimin Indonesia'' (Masyumi) menggantikan MIAI. Selaku pemimpin Masyumi ia merintis pembentukan ''Barisan Hizbullah'' yang membantu perjuangan umat Islam mewujudkan kemerdekaan.
Pada tahun 1932 ia belajar di Makkah bersama sepupunya, Muchammad Ilyas, ialah yang mengajari Wahid dalam belajar Bahasa Arab hingga ia fasih berbahasa Arab. Sehingga ia menguasai tiga bahasa asing, yakni Arab, Inggris, dan Belanda.<ref>{{Cite web|last=Rohman|first=Baitur|date=2022-04-19|title=Mengenang KH. Abdul Wahid Hasyim, Tokoh Cerdas dari Kalangan Santri|url=https://www.kompas.tv/article/281370/mengenang-kh-abdul-wahid-hasyim-tokoh-cerdas-dari-kalangan-santri|website=KOMPAS.tv|language=id|access-date=2023-01-16}}</ref>
 
== Peran dalam pendidikan Islam di Indonesia ==
 
=== Mendirikan sekolah ===
Selain keaktifannya dalam gerakan politik dan sumbangsihnya terhadap perjuangan melawan penjajah secara diplomatis, pada tahun 1944 ia mendirikan sebuah Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang saat itu pengasuh sekaligus pimpinannya dipegang oleh oleh [[Abdoel Kahar Moezakir|KH. A. Kahar Moezakkir]].<ref>{{Cite web|date=2021-10-07|title=Perjuangan Kiai Wahid Hasyim, Ayah Gus Dur|url=https://www.tebuireng.co/perjuangan-kiai-wahid-hasyim-ayah-gus-dur/|website=Tebuireng Initiatives|language=id-ID|access-date=2022-01-15}}</ref>
 
=== Sebagai anggota BPUPKI dan PPKI ===
Menjelang kemerdekaan tahun 1945 di usianya yang masih 23 tahun, ia menjadi anggota [[BPUPKI]] dan [[PPKI]]. Wahid Hasyim dengan segudang pemikiran tentang agama, negara, pendidikan, politik, kemasyarakatan, NU, dan pesantren, telah menjadi lapisan sejarah ke-Islaman dan ke-Indonesiaan yang tidak dapat tergantikan oleh siapapun.
 
=== Mengembangkan dunia pesantren ===
Wahid mengawali kiprah kemasyarakatannya pada usia relatif muda. Setelah menimba ilmu agama ke berbagai pondok pesantren di Jawa Timur dan Mekah, pada usia 21 tahun Wahid membuat “gebrakan” baru dalam dunia pendidikan pada zamannya. Dengan semangat memajukan pesantren, Wahid memadukan pola pengajaran pesantren yang menitikberatkan pada ajaran agama dengan pelajaran ilmu umum<ref>{{Cite web|last=Sugendal|first=Zainuddin|date=2021-12-27|title=Tebuireng di masa Kiai Wahid Hasyim|url=https://www.tebuireng.co/tebuireng-di-masa-kh-wahid-hasyim/|website=Tebuireng Initiatives|language=id|access-date=2023-01-21}}</ref>. Sistem klasikal diubah menjadi sistem tutorial. Selain pelajaran Bahasa Arab, murid juga diajari Bahasa Inggris dan Belanda. Itulah madrasah nidzamiyah. Meskipun ayahandanya, [[Hasyim Asyari|Hadratush Syaikh Hasyim Asyari]], pendiri [[Nahdlatul Ulama]], butuh waktu beberapa tahun bagi Wahid Hasjim untuk menimbang berbagai hal sebelum akhirnya memutuskan aktif di NU. Pada usia 25 tahun Wahid bergabung dengan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), federasi organisasi massa dan partai Islam saat itu. Setahun kemudian Wahid menjadi ketua MIAI.<ref>{{Cite journal|last=El-Rumi|first=Umiarso|last2=Asnawan|first2=Asnawan|date=2018-11-29|title=KH. ABDUL WAHID HASYIM PEMBARU PESANTREN Dari Reformasi Kurikulum, Pengajaran hingga Pendidikan Islam Progresif|url=https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Edukasia/article/view/3960|journal=Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam|language=id|volume=13|issue=2|pages=431–454|doi=10.21043/edukasia.v13i2.3960|issn=2502-3039}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Kurohman|first=M. Taofik|last2=Wahyuni|first2=Anny|last3=Purnomo|first3=Budi|date=2021-11-29|title=Analisis Kepemimpinan K.H Wahid Hasyim Terhadap Reformasi Pendidikan Pesantren|url=https://journal.uhamka.ac.id/index.php/jhe/article/view/7569|journal=Chronologia|language=en|volume=3|issue=2|pages=10–18|doi=10.22236/jhe.v3i2.7569|issn=2686-0171}}</ref>
 
== Peran dalam kemerdekaan Indonesia ==
 
=== Anggota BPUPKI dan PPKI ===
Menjelang [https://www.tebuireng.co/perjuangan-kiai-wahid-hasyim-ayah-gus-dur/ kemerdekaan] tahun 1945 di usianya yang masih 23 tahun, ia menjadi anggota [[BPUPKI]] dan [[PPKI]]. Wahid Hasyim dengan segudang pemikiran tentang agama, [https://www.tebuireng.co/kh-wahid-hasyim-dalam-perjalanan-panjang-kemerdekaan/ negara], pendidikan, politik, kemasyarakatan, NU, dan pesantren, telah menjadi lapisan sejarah ke-Islaman dan ke-Indonesiaan yang tidak dapat tergantikan oleh siapapun.<ref>{{Cite web|last=Abdurrahman|first=Syarif|date=2021-10-07|title=Perjuangan Kiai Wahid Hasyim, Ayah Gus Dur|url=https://www.tebuireng.co/perjuangan-kiai-wahid-hasyim-ayah-gus-dur/|website=Tebuireng Initiatives|language=id|access-date=2023-01-21}}</ref>
 
=== Penggagas sila "Ketuhanan Yang Maha Esa" ===
Rumusan "Ketuhanan Yang Maha Esa" dalam [[Pancasila]] sebagai pengganti dari bunyi rumusan "Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluknya" tidak terlepas dari peran seorang Wahid Hasyim. Pada mulanya rumusan sila pertama tersebut ditolak oleh penduduk Indonesia yang beragama non-muslim, karena tidak hanya umat Islam saja yang ikut berperan dalam kemerdekaan Bangsa Indonesia, namun dari berbagai pihak. Kemudian Wahid mengusulkan diubahnya sila pertama yang berbunyi "Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluknya" menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Wahid memang dikenal sebagai tokoh yang moderat, substantif, dan inklusif.<ref>{{Cite web|title=KH Wahid Hasyim: Sebuah Kontribusi Kebangsaan NU Untuk Indonesia|url=https://nu.or.id/nasional/kh-wahid-hasyim-sebuah-kontribusi-kebangsaan-nu-untuk-indonesia-YMLQq|website=nu.or.id|language=id-id|access-date=2022-01-15}}</ref>
 
== Peran dalam perpolitikan Indonesia ==
=== Menjadi Menteri ===
Wahid Hasyim pernah ditunjuk oleh [[Presiden Soekarno]] sebagai Menteri Negara pada tahun 1945, kemudian pada 20 September 1949 ia menjadi Menteri Agama hingga 6 September 1950, kemudian pada 6 September 1951 ia kembali menjadi Menteri Agama hingga 3 April 1952
 
=== MenjadiMenteri KetuaAgama UmumRepublik PBNUIndonesia ===
Wahid Hasyim menjadi [[Menteri Negara|Menteri Negara Republik Indonesia]] periode 1945–1949.<ref>{{Cite journal|last=Syahriman, A., dan Mulyana, A.|date=2019|title=Peranan KH. Abdul Wahid Hasyim dalam Pemerintahan Indonesia Tahun 1945-1953|url=https://ejournal.upi.edu/index.php/factum/article/download/20113/10193|journal=Factum|volume=8|issue=1|pages=16}}</ref> Jabatan ini merupakan hasil penunjukan langsung oleh [[Presiden Soekarno]].{{Butuh rujukan}} Kemudian ia menjadi Menteri Agama selama tiga periode [[kabinet]] secara berurutan. Periode pertama yaitu [[Kabinet Hatta]] mulai pada 20 Desemnber 1949 hingga 6 September 1950. Periode kedua yaitu [[Kabinet Natsir]] sejak 6 September 1950 hingga 27 April 1951. Periode ketiga dalam [[Kabinet Sukiman-Suwirjo|Kabinet Sukiman]] mulai 27 April 1951 hingga 3 April 1952.<ref>{{Cite journal|last=Sa’adillah|first=Rangga|date=2015|title=Pendidikan Karakter Menurut KH. Wahid Hasyim|url=https://www.researchgate.net/profile/Rangga-Saadillah-Sap/publication/315922120_PENDIDIKAN_KARAKTER_MENURUT_KH_WAHID_HASYIM/links/5ed3237b299bf1c67d2cb620/PENDIDIKAN-KARAKTER-MENURUT-KH-WAHID-HASYIM.pdf|journal=Jurnal Pendidikan Agama Islam|volume=3|issue=2|pages=280|issn=2089-1946}}</ref>
Pada [[Muktamar Nahdlatul Ulama]] ke-19 di [[Palembang]] pada tahun 1951, Wahid Hasyim terpilih sebagai [[Daftar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama|Ketua Umum]] [[Nahdlatul Ulama|Pengurus Besar Nahdlatul Ulama]] dengan Rais 'Aam [[Abdul Wahab Hasbullah|KH. A. Wahhab]] [[Abdul Wahab Hasbullah|Hasbullah]].
 
=== Ketua Partai Masyumi ===
Menjad
Pada tahun 1939, [[NU|Nahdlatul Ulama]] menjadi anggota [[MIAI]] (Majelis Islam A'la Indonesia), sebuah badan federasi partai dan ormas Islam pada zaman pendudukan Belanda. Saat pendudukan Jepang yaitu tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1943 ia ditunjuk menjadi Ketua [[Partai Masyumi|Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia]] (Masyumi) menggantikan MIAI. Selaku pemimpin Masyumi ia merintis pembentukan ''Barisan Hizbullah'' yang membantu perjuangan umat Islam mewujudkan kemerdekaan.<ref>{{Cite web|last=Indonesia|first=Tokoh|title=Menteri Agama Tiga Kabinet {{!}} TOKOH INDONESIA {{!}} TokohIndonesia.com {{!}} Tokoh.id|url=https://tokoh.id/biografi/1-ensiklopedi/menteri-agama-tiga-kabinet/|language=en-US|access-date=2023-01-16}}</ref>
 
=== Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ===
Pada [[Muktamar Nahdlatul Ulama]] ke-19 di [[Palembang]] pada tahun 1951, Wahid Hasyim terpilih sebagai [[Daftar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama|Ketua Umum]] [[Nahdlatul Ulama|Pengurus Besar Nahdlatul Ulama]] dengan Rais 'Aam [[Abdul Wahab Hasbullah|KH. A. Wahhab]] [[Abdul Wahab Hasbullah|Hasbullah]].<ref>{{Cite web|last=Zamani|first=Nazhatuz|date=2014-04-10|title=Pengasuh Tebuireng Periode Kedua KH. Abdul Wahid Hasyim (1947 – 1950) Bagian 2|url=https://tebuireng.online/pengasuh-tebuireng-periode-kedua-kh-abdul-wahid-hasyim-1947-1950-bagian-2/|website=Tebuireng Online|language=id|access-date=2023-01-16}}</ref>
 
[[File:Pendiri Liga Muslimin Indonesia
 
== Karya ==
Baris 83 ⟶ 102:
# ''“Islam Agama Fitrah (Dasar Manusia)”.'' Masuk dalam Suara Muslimin Indonesia, No. 7, Th. Ke II, April 1944, hlm 2-4.
# ''“Latihan Lapar adalah Kebahagiaan Hidup Perdamaian”.'' Masuk dalam Penyiaran Kementerian Agama No. 4, 1309, hlm 3-4.
# ''“Perkembangan Politik Masa Pendudukan Jepang dan Nota Politik"''. (November 1945).  
 
== Wafat ==
Wahid Hasyim wafat akibat kecelakaan mobil di jalan yang menghubungkan [[Kota Cimahi]] dan [[Kota Bandung]]. Ia wafat pada tanggal 19 April 1953 di usia 39 tahun. Saat itu, ia sedang dalam perjalanan untuk mengahadiri rapat Nahdlatul Ulama di [[Kabupaten Sumedang]].<ref>{{Cite journal|last=Ridhwan, D. S., dan Dewita, N.|date=2020|title=Pendidikan Nahdlatul Ulama untuk Peradaban Dunia: Respon K.H. Abdul Wahid Hasyim|url=https://www.researchgate.net/publication/343637358_PENDIDIKAN_NAHDLATUL_ULAMA_UNTUK_PERADABAN_DUNIA_RESPON_KH_ABDUL_WAHID_HASYIM/fulltext/60f932012bf3553b2902f1ae/PENDIDIKAN-NAHDLATUL-ULAMA-UNTUK-PERADABAN-DUNIA-RESPON-KH-ABDUL-WAHID-HASYIM.pdf|journal=Istighna|volume=3|issue=2|pages=220|issn=2655-8459}}</ref> Kecelakaan terjadi karena mobil terselip akibat jalanan licin yang disebabkan oleh [[hujan]] deras.<ref>{{Cite web|last=Bahrullah|first=|date=2022-09-04|title=Gus Dur Saksi Sejarah Peristiwa Penyebab Wafatnya KH Abdul Wahid Hasyim, Begini ceritanya|url=https://suaraindonesia.co.id/news/artikel/6313e7ae56542/Gus-Dur-Saksi-Sejarah-Peristiwa-Penyebab-Wafatnya-KH-Abdul-Wahid-Hasyim-Begini-ceritanya|website=SUARA INDONESIA|language=id|access-date=2023-01-16}}</ref>
Wahid Hasjim wafat dalam sebuah kecelakaan mobil di [[Kota Cimahi]] tanggal 19 April 1953. Hujan turun deras yang mengakibatkan mobil terselip karena jalanan licin. Kecelakaan lalu lintas itu terjadi pada Sabtu, 19 April 1953. Setelah meninggalnya Wahid Hasjim, anak-anaknya diasuh oleh istrinya yang tengah hamil anak keenam. Anak keduanya, Aisyah Hamid Baidlowi ikut membantu mengurus adik-adiknya disaat ibunya bekerja. Semua anak Wahid Hasjim tumbuh menjadi orang sukses yang berperan besar dalam kemajuan negara. Anak pertamanya [[Abdurrahman Wahid]] pernah menjadi Presiden RI yang ke 4, Aisyah Hamid Baidlowi dan Lily Chadijah Wahid merupakan mantan anggota DPR, [[Salahuddin Wahid]] pada masanya pernah menjadi Wakil Ketua Komnas HAM, Umar Wahid seorang dokter dan adiknya, Hasyim Wahid juga turut masuk ke dalam dunia politik.
 
Setelah meninggalnya Wahid Hasjim, [https://www.tebuireng.co/mendidik-kemandirian-anak-ala-kh-wahid-hasyim/ anak-anaknya] diasuh oleh istrinya yang tengah hamil anak keenam. Anak keduanya, Aisyah Hamid Baidlowi ikut membantu mengurus adik-adiknya disaat ibunya bekerja. Semua anak Wahid Hasjim<ref>{{Cite web|last=Abdurrahman|first=Syarif|date=2021-11-12|title=Mendidik Kemandirian Anak ala KH Wahid Hasyim|url=https://www.tebuireng.co/mendidik-kemandirian-anak-ala-kh-wahid-hasyim/|website=Tebuireng Initiatives|language=id|access-date=2023-01-21}}</ref> tumbuh menjadi orang sukses yang berperan besar dalam kemajuan negara. Anak pertamanya [[Abdurrahman Wahid]] pernah menjadi Presiden RI yang ke 4, Aisyah Hamid Baidlowi dan [https://www.tebuireng.co/lily-chodidjah-wahid-politikus-tanpa-urat-takut/ Lily Chadijah Wahid] merupakan mantan anggota DPR<ref>{{Cite web|last=Abdurrahman|first=Syarif|date=2022-05-11|title=Lily Chodidjah Wahid, Politikus Tanpa Urat Takut|url=https://www.tebuireng.co/lily-chodidjah-wahid-politikus-tanpa-urat-takut/|website=Tebuireng Initiatives|language=id|access-date=2023-01-21}}</ref>, [[Salahuddin Wahid]] pada masanya pernah menjadi Wakil Ketua Komnas HAM, Umar Wahid seorang dokter dan adiknya, Hasyim Wahid juga turut masuk ke dalam dunia politik.{{Butuh rujukan}}
 
== Dalam budaya populer ==
* Dalam film ''[[Sang Kiai]]'' (2013), Abdul Wahid Hasyim diperankan oleh [[Agus Kuncoro]].
 
== Referensi ==
<references />
{{S-start}}
{{s-off}}
Baris 95 ⟶ 121:
{{Succession box|jabatan=[[Menteri Agama Indonesia]]|tahun=1949–1952|pendahulu=[[Masjkur]]|pengganti=[[Fakih Usman]]}}
{{End}}
{{unreferenced|date=Desember 2017}}{{Abdurrahman Wahid}}
{{Pancasila Indonesia}}
{{Pahlawan Indonesia}}
 
{{BPUPKI}}
{{PPKI}}{{Islam di Indonesia}}
 
{{lifetime|1914|1953|Hasjim, Abdul Wahid}}
 
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia|Wahid Hasjim]]
Baris 109 ⟶ 133:
[[Kategori:Tokoh Jawa|Wahid Hasjim]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur|Wahid Hasjim]]
[[Kategori:Tokoh dari Jombang|Wahid Hasjim]]
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Jombang|Wahid Hasjim]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia|Wahid Hasjim]]
[[Kategori:Tokoh Nahdlatul Ulama|Wahid Hasjim]]
Baris 116 ⟶ 141:
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Masyumi|Wahid Hasjim]]
[[Kategori:Politikus Partai Masyumi]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Wakil menteri Indonesia]]
Baris 126 ⟶ 152:
[[Kategori:Penerima Bintang Republik Indonesia Utama]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Utama]]
 
{{Indo-bio-stub}}