Luftwaffe: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
k (GR) Duplicate: File:Balkenkreuz underwing.svg → File:Balkenkreuz fuselage underwing.svg Exact or scaled-down duplicate: c::File:Balkenkreuz fuselage underwing.svg |
||
(6 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox military unit|unit_name=''Luftwaffe''|native_name=|image=COA_Luftwaffe_eagle_gold.svg|image_size=150px|alt=|caption=Lambang dari ''Luftwaffe'' (varian)|dates=
Selama periode antar perang, pilot Jerman dilatih secara diam-diam dan melanggar perjanjian, di [[Pangkalan Udara Lipetsk]]. Dengan bangkitnya Partai Nazi dan penolakan Perjanjian Versailles, ''Luftwaffe'' secara resmi didirikan pada 26 Februari 1935, lebih dari dua minggu sebelum pembangkangan terbuka Perjanjian Versailles melalui [[Persenjataan kembali Jerman|persenjataan kembali]] dan wajib militer Jerman yang akan diumumkan pada 16 Maret tahun itu.<ref>{{Harvard citation no brackets|Fischer|1995}}</ref> [[Legiun Condor]], sebuah detasemen ''Luftwaffe yang'' dikirim untuk membantu [[Faksi Nasionalis (Perang Saudara Spanyol)|pasukan Nasionalis dalam Perang Saudara Spanyol]], memberikan kekuatan pengujian yang berharga bagi taktik dan pesawat baru bagi pasukan tersebut. Sebagian sebagai hasil dari pengalaman tempur ini, ''Luftwaffe'' telah menjadi salah satu angkatan udara paling canggih, maju secara teknologi, dan berpengalaman dalam pertempuran ketika [[Perang Dunia II]] pecah pada tahun 1939.<ref name="Killen 2003">{{Harvard citation no brackets|Killen|2003}}</ref> Pada musim panas 1939, pasukan ''Luftwaffe'' memiliki dua puluh delapan ''[[Organisasi Luftwaffe selama Perang Dunia II|Geschwader]]'' [[Wing (unit penerbangan militer)|(wing)]]. ''Luftwaffe'' juga mengoperasikan unit [[Pasukan terjun payung|penerjun payung]] ''[[Fallschirmjäger]]''.
Baris 26:
==== Tahun 1933-36 ====
Korps Perwira Jerman tertarik untuk mengembangkan kemampuan [[pengeboman strategis]] terhadap musuh-musuhnya. Namun, pertimbangan ekonomi dan geopolitik harus diprioritaskan. Para ahli teori kekuatan udara Jerman terus mengembangkan teori-teori strategis, tetapi penekanan diberikan pada dukungan pasukan darat, karena Jerman adalah kekuatan kontinental dan diperkirakan akan menghadapi operasi darat setelah ada deklarasi permusuhan.<ref name="Murray 1983,
Untuk alasan ini, antara tahun 1933 dan 1934, kepemimpinan ''Luftwaffe'' adalah terutama berkaitan dengan metode taktis dan operasional. Dalam istilah udara, konsep pasukan ''[[Truppenführung]]'' adalah konsep operasional, serta doktrin taktis. Dalam Perang Dunia I, unit udara pengamatan/pengintaian pengintai awal ''Fliegertruppe'' era ''[[Feldflieger Abteilung|1914-1915 Abteilung]]'', masing-masing dengan enam pesawat dua tempat duduk telah dikaitkan dengan formasi tentara tertentu dan bertindak sebagai dukungan. Unit [[Pesawat pengebom menukik|pengebom tukik]] dianggap penting bagi ''Truppenführung'', menyerang markas musuh dan jalur komunikasi.<ref name="Corum 1997, p. 2822">{{Harvard citation no brackets|Corum|1997}}</ref> "Peraturan 10: Pengebom" dari ''Luftwaffe'' (''Dienstvorschrift 10: Das Kampfflugzeug'') yang diterbitkan pada tahun 1934 menganjurkan keunggulan udara dan pendekatan untuk taktik serangan darat tanpa menangani masalah operasional. Sampai 1935, manual 1926 "Arahan untuk Melakukan Perang Udara Operasional" terus berlaku sebagai panduan utama untuk operasi udara Jerman. Manual ini mengarahkan OKL untuk fokus pada operasi terbatas (bukan operasi strategis): perlindungan wilayah tertentu dan dukungan tentara dalam pertempuran.
Baris 56:
Kesselring dan Udet tidaklah akrab. Selama masa Kesselring sebagai kepala staf, 1936-1937, perebutan kekuasaan berkembang di antara keduanya ketika Udet berusaha untuk memperluas kekuatannya sendiri di dalam ''Luftwaffe''. Kesselring juga harus bersaing dengan Göring dalam menunjuk orang yang patuh pada posisi penting.<ref name="Corum 1997, p. 2822"/> Udet menyadari keterbatasannya. Kegagalannya dalam produksi dan pengembangan pesawat Jerman akan memiliki konsekuensi jangka panjang yang serius.<ref name="Corum 1997, p. 2822"/>
Kegagalan ''Luftwaffe'' untuk melangkah lebih jauh menuju pencapaian kekuatan pengeboman strategis disebabkan oleh beberapa alasan. Banyak dari komando ''Luftwaffe'' percaya pengebom menengah adalah kekuatan yang cukup untuk meluncurkan operasi pengeboman strategis terhadap musuh-musuh Jerman yang paling mungkin; Prancis, [[Cekoslowakia]], dan [[Polandia]].<ref name="Murray 1983,
Program persenjataan kembali Jerman menghadapi kesulitan memperoleh bahan baku. Jerman mengimpor sebagian besar bahan dasarnya untuk membangun kembali ''Luftwaffe'', khususnya karet dan aluminium. Impor minyak bumi sangat rentan terhadap blokade. Jerman mendorong pembangunan pabrik bahan bakar sintetis, tetapi ini masih gagal memenuhi kebutuhannya. Pada tahun 1937, Jerman mengimpor lebih banyak bahan bakar daripada awal dekade itu. Pada musim panas 1938, hanya 25% persyaratan yang dapat dipenuhi. Dalam bahan baja, industri beroperasi hampir 83% dari kapasitas, dan pada November 1938 Göring melaporkan situasi ekonomi serius.<ref name="Murray 1983,
Pengembangan pesawat sekarang terbatas pada produksi pengebom menengah bermesin ganda yang membutuhkan jauh lebih sedikit bahan, tenaga kerja, dan kapasitas produksi penerbangan daripada "Pengebom Ural" Wever. Industri Jerman dapat membangun dua pengebom medua untuk setiap satu pengebom berat dan RLM tidak akan bertaruh untuk mengembangkan pengebom berat yang juga akan memakan waktu. Göring berkomentar, "''Führer'' tidak akan bertanya seberapa besar pengebom itu, melainkan hanya berapa banyak."<ref name="Homze 1976">{{Harvard citation no brackets|Homze|1976}}</ref> Kematian dini Wever, salah satu perwira terbaik ''Luftwaffe,'' meninggalkan ''Luftwaffe'' tanpa angkatan udara strategis selama Perang Dunia II, yang akhirnya terbukti fatal bagi upaya perang Jerman.<ref name="Hooton 2007, ''Luftwaffe at War: Gathering Storm'', p. 343"/>{{Sfn|Dressel|Griehl|1994|p=176}}<ref name="Bergström 2007">{{Harvard citation no brackets|Bergström|2007}}</ref>
Baris 72:
Buruknya akurasi dari pengebom standar pada tahun 1937 membuat ''Luftwaffe'' memahami manfaat dari pengeboman tukik. Pengebom tukik dapat mencapai akurasi yang jauh lebih baik terhadap target darat taktis daripada pengebom konvensional yang lebih berat. Jangkauan bukanlah kriteria utama untuk misi ini. Tidak selalu layak bagi Angkatan Darat untuk memindahkan artileri berat ke wilayah yang baru saja ditangkap untuk membombardir benteng atau mendukung pasukan darat, dan pengebom tukik dapat melakukan pekerjaan lebih cepat. Pengebom tukik, sering kali mesin dua mesin satu orang, dapat mencapai hasil yang lebih baik daripada pesawat enam atau tujuh orang yang lebih besar, dengan biaya sepersepuluh dan akurasi empat kali lipat. Hal ini menyebabkan Udet memperjuangkan pengebom tukik, khususnya [[Junkers Ju 87]].<ref name="Hooton 2007, ''Luftwaffe at War: Gathering Storm'', p. 343"/>
"Perselingkuhan" Udet dengan pengeboman tukik secara serius mempengaruhi perkembangan jangka panjang ''Luftwaffe'', terutama setelah kematian Jenderal Wever. Program serangan pesawat taktis dimaksudkan untuk berfungsi sebagai solusi sementara sampai generasi pesawat berikutnya tiba. Pada tahun 1936, [[Junkers Ju 52]] adalah tulang punggung armada pengebom Jerman. Hal ini menyebabkan terburu-buru pada bagian RLM untuk menghasilkan [[Junkers Ju 86]], [[Heinkel He 111]], dan [[Dornier Do 17]] sebelum evaluasi yang tepat dilakukan. Ju 86 memiliki kinerja yang buruk sedangkan He 111 menunjukkan banyak harapan. [[Perang Saudara Spanyol]] meyakinkan Udet (bersama dengan hasil yang terbatas dari industri amunisi Jerman) bahwa pemborosan tidak dapat diterima dalam istilah amunisi. Udet berusaha untuk membuat pengebom tukik ke dalam [[Junkers Ju 88]] dan menyampaikan gagasan yang sama, yang diprakarsai secara khusus oleh OKL untuk [[Heinkel He 177]], disetujui pada awal November 1937. Dalam kasus Ju 88, 50.000 modifikasi harus dilakukan. Beratnya bertambah dari tujuh menjadi dua belas ton. Ini menghasilkan kehilangan kecepatan 200 km/jam. Udet hanya menyampaikan permintaan kemampuan pengebom tukik OKL sendiri kepada [[Ernst Heinkel]] mengenai He 177, yang dengan keras menentang gagasan semacam itu, yang merusak pengembangannya sebagai pengebom berat.<ref name="Murray 1983,
==== Mobilisasi, 1938-1941 ====
Baris 90:
Pada akhir perang, dengan [[Pertempuran Berlin|Berlin dikelilingi oleh Tentara Merah]], [[Göring Telegram|Göring menyarankan kepada Hitler agar ia mengambil alih kepemimpinan Reich.]]<ref name="Killen 2003"/> Hitler memerintahkan penangkapan dan eksekusinya, tetapi penjaga SS Göring tidak melaksanakan perintah itu, dan Göring selamat untuk [[Proses Nürnberg|diadili di Nuremberg]].<ref name="Killen 2003"/>
Sperrle dituntut di [[Pengadilan
==== Organisasi dan rantai komando ====
Baris 171:
Kegagalan ''Luftwaffe'' dalam kampanye [[Pertahanan Reich]] adalah hasil dari sejumlah faktor. ''Luftwaffe'' tidak memiliki sistem pertahanan udara yang efektif di awal perang. Kebijakan luar negeri [[Adolf Hitler]] telah mendorong Jerman ke medan perang sebelum pertahanan ini dapat dikembangkan sepenuhnya. ''Luftwaffe'' terpaksa berimprovisasi dan membangun pertahanannya selama perang.
Penerbangan siang hari sekutu di wilayah yang dikontrol Jerman jarang terjadi pada tahun 1939-1940. Tanggung jawab pertahanan ruang udara Jerman jatuh ke ''Luftgaukommandos'' (komando distrik udara). Sistem pertahanan sebagian besar bergantung pada pasukan "flak". Pertahanan ini tidak terkoordinasi dan komunikasinya buruk. Kurangnya pemahaman antara pasukan flak dan penerbanganlah yang akan menyulitkan ''Luftwaffe'' sepanjang perang.<ref name="Caldwell and Muller 2007, p. 287">{{Harvard citation no brackets|Caldwell|Muller|2007}}</ref> Hitler secara khusus menginginkan pertahanan untuk bersandar pada artileri anti pesawat karena hal itu memberi penduduk sipil sebuah "penopang psikologis" tidak peduli seberapa tidak efektifnya senjata-senjata itu.<ref name="Murray 1983,
Sebagian besar pertempuran yang dilakukan oleh ''Luftwaffe'' di Front Barat ialah melawan [[Ofensif sirkus|serangan "Circus" RAF]] dan serangan siang hari yang sesekali dilakukan meuju ruang udara Jerman. Ini adalah suatu keberuntungan karena strategi ''Luftwaffe'' yang berfokus pada kekuatan mencolok pada satu garis depan mulai terganggu dengan kegagalan invasi Uni Soviet. Strategi "pinggiran" ''Luftwaffe'' antara tahun 1939 dan 1940 adalah dengan mengerahkan pertahanan tempurnya di tepi wilayah yang diduduki Axis, dengan sedikit melindungi kedalaman bagian dalam.<ref name="Caldwell and Muller 2007, p. 287"/> Selain itu, unit garis depan di Barat mengeluh tentang buruknya jumlah dan kinerja pesawat. Unit mengeluhkan kurangnya pesawat ''Zerstörer'' dengan semua kemampuan cuaca dan "kurangnya daya panjat dari Bf 109".<ref name="Caldwell and Muller 2007, p. 287"/> Tepi keunggulan teknis ''Luftwaffe'' berkurang karena satu-satunya pesawat baru yang tangguh di gudang senjata Jerman adalah [[Focke-Wulf Fw 190]]. ''[[Generalfeldmarschall]]'' Erhard Milch akan membantu Ernst Udet dengan peningkatan produksi pesawat dan pengenalan jenis pesawat tempur yang lebih modern. Namun, mereka menjelaskan dalam pertemuan Dewan Industri Reich pada 18 September 1941 bahwa pesawat generasi baru telah gagal terwujud, dan produksi jenis usang harus terus memenuhi kebutuhan yang terus tumbuh untuk penggantian.<ref name="Caldwell and Muller 2007, p. 287"/>
Baris 197:
=== Kegagalan produksi ===
Kegagalan produksi Jerman terbukti sejak awal Pertempuran Inggris. Pada akhir 1940 ''Luftwaffe'' menderita kerugian besar dan perlu berkonsolidasi kembali. Pengiriman pesawat baru tidak cukup untuk memenuhi kekurangan sumber daya. ''Luftwaffe'', tidak seperti RAF, gagal memperbanyak jumlah pilot dan pesawatnya.<ref name="Overy 1980, p. 32">{{Harvard citation no brackets|Overy|1980}}</ref> Ini separuhnya disebabkan oleh kegagalan perencanaan produksi sebelum perang dan tuntutan angkatan darat. Namun, secara garis besar pun kapasitas industri pesawat terbang Jerman dikalahkan sejak tahun 1940. Dalam hal produksi pesawat tempur, Inggris melampaui rencana produksinya sebesar 43%, sementara Jerman tetap 40% "di bawah" target pada musim panas 1940. Faktanya produksi Jerman dalam pesawat tempur turun dari 227 menjadi 177 per bulan antara Juli dan September 1940.<ref name="Overy 1980, p. 32" /> Salah satu dari banyak alasan kegagalan ''Luftwaffe'' pada tahun 1940 adalah karena tidak memiliki sarana operasional dan material untuk menghancurkan industri pesawat terbang Inggris,<ref
Program yang disebut "Program Göring" sebagian besar didasarkan pada kekalahan Uni Soviet pada tahun 1941. Setelah kegagalan Wehrmacht di depan Moskow, prioritas industri untuk kemungkinan peningkatan produksi pesawat sebagian besar ditinggalkan demi mendukung peningkatan laju atrisi pasukan dan kerugian alat tempur berat.<ref name="Murray 1983,
Penunjukan [[Albert Speer]] sebagai Menteri Persenjataan meningkatkan produksi desain pesawat yang ada, dan beberapa desain pesawat baru yang dibuat pada awal perang. Namun intensifikasi pemboman Sekutu menyebabkan penyebaran produksi dan mencegah percepatan ekspansi produksi yang efisien. Produksi pesawat Jerman mencapai sekitar 36.000 pesawat tempur untuk tahun 1944. Namun, pada saat ini tercapai ''Luftwaffe'' kekurangan bahan bakar dan pilot terlatih untuk membuat pencapaian ini bernilai guna.<ref name="Murray 1983, pp. 253-
Kegagalan untuk memaksimalkan produksi segera setelah kegagalan di Uni Soviet dan Afrika Utara memastikan kekalahan ''Luftwaffe'' dalam periode September 1943 - Februari 1944. Meskipun ''Luftwaffe'' mengalami banyak kemenangan taktis, mereka gagal mencapai kemenangan yang menentukan. Pada saat produksi pesawat mencapai tingkat yang dapat diterima, seperti halnya yang terjadi pada beragam aspek mengenai ''Luftwaffe'' - dan untuk seluruh senjata militer dan teknologi persenjataan Wehrmacht secara keseluruhan - di akhir perang, semuanya "terlalu sedikit, terlalu terlambat".<ref name="Murray 1983, pp. 253-2552"
== Lihat pula ==
|