Pantun: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gombang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Bebasnama (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(471 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1:
{{short description|Malay poetic form}}
Pantun merupakan sejenis [[puisi]] yang terdiri atas 4 baris ber[[sajak]] ab-ab atau aa-aa. Dua baris pertama merupakan [[sampiran]], yang umumnya tentang alam (flora dan fauna); dua baris terakhir merupakan [[isi]], yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
{{Infobox intangible heritage
| Image =
| Caption = ''Pantun''
| ICH = Pantun
| State Party =
| Type =
| Criteria =
| ID = 01613
| Region = APA
| Year = 2020
| Session =
| List =
| Link = https://ich.unesco.org/en/RL/pantun-01613
| Below =
| Note =
|Countries=[[Indonesia]], [[Malaysia]]}}
'''Pantun''' adalah salah satu jenis [[puisi]] lama yang sangat luas dikenal di [[Nusantara]]. Kata "Pantun" berasal dari kata ''patuntun'' dalam [[Bahasa Minangkabau]] yang memiliki arti "penuntun".<ref> {{cite web|title= Pantun Sebagai Teks Nyanyian di Minangkabau|url=https://www.yumpu.com/id/document/read/42621845/pantun-sebagai-teks-nyanyian-di-minangkabau-kiriman-wardizal}} </ref> Pantun memiliki nama lain dalam bahasa-bahasa daerah, dalam [[bahasa Jawa]], pantun dikenal dengan ''[[parikan]]'', dalam [[bahasa Sunda]] pantun disebut ''[[paparikan]]'' dan dalam [[bahasa Batak]], pantun dikenal dengan sebutan ''[[umpasa]]''.<ref> {{Cite news|title= Pantun: Definisi, Ciri, Jenis dan Contohnya|author= Arum Sutrisni Putri|accessdate= 4 Desember 2020|url= https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/19/170000469/pantun-definisi-ciri-jenis-dan-contohnya?page=all|first= Arum Sutrisni|last= Putri|work= [[Kompas.com]]}} </ref> Lazimnya, pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), tiap larik terdiri atas 8-12 suku kata, ber[[sajak]] akhir dengan pola a-b-a-b ataupun a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b atau a-b-b-a).<ref>{{cite book|last1=Shadily|first1=Hassan|date=1984|title=Ensiklopedi Indonesia|publisher=Ictiar Baru - Van Hoeve & Elsevier Publishing Projects|location=Jakarta|pages=2546-2547}}</ref> Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama.<ref> {{cite journal|title= Menelusuri Nilai-Nilai Karakter Dalam Pantun||author= Abdul Hasim|journal= Pedagogia|volume= 14|number= 3|year= 2016|issn= 1693-5276|page= 401|url= https://ejournal.upi.edu/index.php/pedagogia/article/view/5897}} </ref> Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan, tapi sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Ciri lain dari sebuah pantun adalah pantun tidak memberi nama penggubahnya (anonim). Hal ini dikarenakan penyebaran pantun dilakukan secara lisan.
 
==Tradisi==
====[[Pantun Adat]]====
[[Indonesia]] memiliki kekayaan seni verbal yang sangat beranekaragam. Sebuah tradisi yang umumnya tidak tertulis berupa ucapan yang ekspresif, dan sering kali memiliki isi jenaka yang disebut "pantun" adalah seni tradisi yang dapat dijumpai secara umum di sebagian besar daerah [[Suku Melayu|Melayu]] di seluruh kepulauan [[Indonesia]]. Beberapa pertunjukan "pantun" bersifat narasi; Misalnya, tradisi "[[kentrung]]" di [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]], menggunakan struktur "pantun" untuk menceritakan kisah-kisah sejarah keagamaan atau sejarah lokal dengan iringan genderang. Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional [[Indonesia]] membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "[[randai]]" dari [[Minangkabau]] wilayah [[Sumatera Barat|Sumatera Barat]], yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.<ref>{{cite web |url=https://www.britannica.com/art/pantun |title=Pantun |author=<!--Not stated--> |website=Brittanica.com |publisher=Encyclopædia Britannica |access-date=19 December 2020 }}</ref>
1.
 
== Peran pantun ==
Menanam kelapa di pulau Bukum<br>
Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain. Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata. Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.<ref> {{cite journal|title= Keanekaragaman Pantun di Indonesia|author= Dinni Eka Maulina|journal= Semantik|voulume= 1|number= 1|issn= 2252-4657|page= 110|url= http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/semantik/article/view/103}} </ref>
Tinggi sedepa sudah berbuah<br>
Adat bermula dengan hukum<br>
Hukum bersandar di Kitabullah<br>
 
Kedekatan nilai sosial dan pantun bahkan bermula dari [[Filsafat|filosofi]] pantun itu sendiri. [[Adat]] berpantun, pantang melantun adalah filosofi yang melekat pada pantun. Peribahasa tersebut mengisyaratkan bahwa pantun lekat dengan nilai-nilai sosial dan bukan semata imajinasi.<ref>{{cite web|author= Noriah Taslim|title= Pantun dan Psikodinamika Kelisanan|url= http://www.usm.my/pantun/makalah1-1.asp|access-date= 2018-02-08|archive-date= 2007-05-07|archive-url= https://web.archive.org/web/20070507065200/http://www.usm.my/pantun/makalah1-1.asp|dead-url= unfit}}</ref> Semangat hakikat pantun menjadi penuntun pada pantun. Penjelasan tersebut meneguhkan fungsi pantun sebagai penjaga dan media kebudayaan untuk memperkenalkan dan menjaga nilai-nilai masyarakat.<ref>Effendy,T. (2005). ''Pantun Nasehat. Penerbit: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu Bekerjasamsa.'' Yogyakarta: Penerbit Adicita Karya Nusa.</ref>
2.
 
Sementara itu, dalam [[Budaya Minangkabau|kebudayaan Minangkabau]], pantun digunakan dalam berbagai acara adat. Misalnya dalam acara ''manjapuik marapulai'' (menjemput mempelai pria), ''batagak gala'' (upacara penobatan gelar), ''[[Batagak pangulu|batagak penghulu]]'' (upacara penobatan penghulu), atau dalam pidato upacara adat lainnya.<ref>{{Cite journal|last=Fandi|first=Leo|last2=Agustina|first2=Agustina|last3=Nurizzati|first3=Nurizzati|date=2012|title=Struktur dan Fungsi Pantun Minangkabau dalam Masyarakat Pasa Lamo, Pulau Punjung, Dharmasraya|url=http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pbs/article/view/318|journal=Pendidikan Bahasa Indonesia|language=en|volume=1|issue=1|pages=278–286|doi=10.24036/318-019883|issn=2302-3503}}</ref>
:Ikan berenang didalam lubuk<br>
:Ikan belida dadanya panjang<br>
:Adat pinang pulang ke tampuk<br>
:Adat sirih pulang ke gagang<br>
 
== Struktur pantun ==
3.
Pantun memiliki struktur yang terdiri atas sampiran atau pembayang dan isi. Sampiran atau pembayang berfungsi menyiapkan rima dan irama yang dapat membantu pendengar memahami isi pantun. Pada umumnya sampiran tidak memiliki hubungan dengan isi, tetapi terkadang sampiran dapat memberi bayangan terhadap isi pantun. Isi merupakan bagian inti pantun yang berisi maksud atau pikiran yang akan disampaikan si pembuat pantun.<ref>{{cite journal|title= Korelasi Kemampuan Memahami Ciri Pantun dan Kemampuan Menentukan Jenis Pantun dengan Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Pagaralam|author= Chairil Amar|journal= Pembahsi|volume= 6|number= 1|year= 2016|page= 42|url= http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/790172}}{{Pranala mati|date=Januari 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
 
Menurut [[Sutan Takdir Alisjahbana]], fungsi sampiran adalah menyiapkan rima dan irama agar pendengar dapat memahami isi pantun dengan mudah<sup>&#91;''[[Wikipedia:Citation needed|citation needed]]''&#93;</sup>. Ini dapat dipahami karena pada dasarnya, pantun merupakan sastra [[Bahasa lisan|lisan]]. Pola rima dan irama pada pantun secara eksplisit menegaskan sifat kelisanan pantun pada budaya Melayu dulu.
::Lebat daun bunga tanjung<br>
::Berbau harum bunga cempaka<br>
::Adat dijaga pusaka dijunjung<br>
::Baru terpelihara adat pusaka<br>
 
:Air dalam bertambah dalam
4.
:Hujan di hulu belum lagi teduh
:Hati dendam bertambah dendam
:Dendam dahulu belum lagi sembuh
 
Aturan umum berlaku pada pantun, seperti halnya puisi lama. Misalnya, satu larik pantun terdiri atas 6-12 suku kata. Namun, aturan ini tak selalu berlaku dan bersifat kaku. Pola rima umum yang berlaku pada pantun adalah a-b-a-b dan a-a-a-a. Meski demikian, kerap diketemukan pula pola pantun yang berpola a-a-b-b.<sup>&#91;''[[Wikipedia:Citation needed|citation needed]]''&#93;</sup>
:::Bukan lebah sebarang lebah<br>
:::Lebah bersarang dibuku buluh<br>
:::Bukan sembah sebarang sembah<br>
:::Sembah bersarang jari sepuluh<br>
 
== Jenis-jenis pantun ==
5.
=== Pantun Adat ===
Pantun adat adalah pantun yang berisi tentang hal-hal berbau adat dan budaya.
:Lebat daun bunga tanjung
:Berbau harum bunga cempaka
:Adat dijaga pusaka dijunjung
:Baru terpelihara adat pusaka
 
=== Pantun Agama ===
::::Pohon nangka berbuah lebat<br>
Pantun agama adalah pantun yang berisi nasihat kehidupan berdasarkan pemahaman agama.
::::Bilalah masak harum juga<br>
:Asam kandis asam gelugur
::::Berumpun pusaka berupa adat<br>
:Ketiga asam si riang-riang
::::Daerah berluhak alam beraja<br>
:Menangis mayat di pintu kubur
:Teringat badan tidak sembahyang
 
====[[ Pantun Agama]]=Budi ===
Pantun jenis ini memberikan nasihat agar diri dan pendengarnya selalu berlaku baik dalam kehidupan.
1.
:Ayam jantan si ayam jalak
:Jaguh Siantan nama diberi
:Rezeki tidak saya tolak
:Musuh tidak saya cari
 
:Itik betina beranak pinak
Banyak bulan perkara bulan<br>
:Air meluap di sungai lusi
Tidak semulia bulan puasa<br>
:Ilmu bermanfaat Atau tidak
Banyak tuhan perkara tuhan<br>
:Semua tergantung akhlaq budi
Tidak semulia Tuhan Yang Esa<br>
 
=== Pantun Jenaka ===
2.
Pantun Jenaka adalah pantun yang bertujuan untuk menghibur orang yang mendengar, terkadang dijadikan sebagai media untuk saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung. Dengan pantun jenaka, diharapkan suasana akan menjadi semakin riang dan gembira.
:Di mana kuang hendak bertelur
:Di atas lata di rongga batu
:Di mana tuan hendak tidur
:Di atas dada di rongga susu
 
=== Pantun Kepahlawanan ===
:Daun terap diatas dulang<br>
Pantun kepahlawanan adalah pantun yang isinya berhubungan dengan semangat kepahlawanan.
:Anak udang mati dituba<br>
:Adakah perisai bertali rambut
:Dalam kitab ada terlarang<br>
:Rambut dipintal akan cemara
:Yang haram jangan dicoba<br>
:Adakah misai tahu takut
:Kami pun muda lagi perkasa
 
=== Pantun Percintaan ===
3.
Pantun percintaan berisi ungkapan hati seseorang akan perasannya terhadap orang lain, yaitu orang yang sedang ada dalam hatinya. Sering pula pantun ini berisi candaan terhadap orang yang dimabuk cinta.
:Coba-coba menanam mumbang
:Moga-moga tumbuh kelapa
:Coba-coba bertanam sayang
:Moga-moga menjadi cinta
 
=== Pantun Peribahasa ===
::Bunga kenanga diatas kubur<br>
Pantun peribahasa menggunakan berbagai pepatah, idiom, maupun peribahasa dalam penyampaian maksudnya. Oleh karena itu, kata-kata yang disampaikan tidak dapat diartikan secara harfiah.
::Pucuk sari pandan Jawa<br>
:Berakit-rakit ke hulu
::Apa guna sombong dan takabur<br>
:Berenang-renang ke tepian
::Rusak hati badan binasa<br>
:Bersakit-sakit dahulu
:Bersenang-senang kemudian
 
=== Pantun Perpisahan ===
4.
Pantun jenis ini mengungkapkan rasa kehilangan si penutur pantun akibat ditinggalkan orang yang disayanginya. Bisa juga pantunnya berisi tentang harapan agar si penutur dan si pendengar bisa bertemu kembali.
:Pucuk pauh delima batu
:Anak sembilang di tapak tangan
:Biar jauh di negeri satu
:Hilang di mata di hati jangan
 
=== Pantun Teka-teki ===
:::Anak ayam turun sepuluh<br>
Pantun teka-teki, sesuai namanya, memberikan teka-teki bagi si pendengar untuk diselesaikan. Petunjuk yang diberikan dalam pantun teka-teki sering kali terkesan tidak harfiah.
:::Mati seekor tinggal sembilan<br>
:Tugal padi jangan bertangguh
:::Bangun pagi sembahyang subuh<br>
:Kunyit kebun siapa galinya?
:::Minta ampun kepada Tuhan<br>
:Kalau tuan cerdik sungguh
:Langit tergantung mana talinya?
 
== Referensi ==
5.
{{reflist}}
 
== Lihat juga ==
::::Asam kandis asam gelugur<br>
* [[Pantun Bima]]
::::Ketiga asam si riang-riang<br>
* [[Karmina]]
::::Menangis mayat dipintu kubur<br>
* [[Seloka]]
::::Teringat badan tidak sembahyang<br>
* [[Gurindam]]
 
== Pranala luar ==
====[[Pantun Budi]]====
{{Wiktionary}}
1.
* {{en}} [https://www.youtube.com/watch?v=eEIyJFX3m8k&ab_channel=UNESCO Pantun] - UNESCO: Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity - 2020
 
{{Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia di Indonesia}}
Bunga cina diatas batu<br>
{{Authority control}}
Daunnya lepas kedalam ruang<br>
Adat dunia memang begitu<br>
Sebabnya emas budi terbuang<br>
 
2.
 
:Diantara padi dengan selasih<br>
:Yang mana satu tuan luruhkan<br>
:Diantara budi dengan kasih<br>
:Yang mana satu tuan turutkan<br>
 
3.
 
::Apa guna berkain batik<br>
::Kalau tidak dengan sujinya<br>
::Apa guna beristeri cantik<br>
::Kalau tidak dengan budinya<br>
 
4.
 
:::Sarat perahu muat pinang<br>
:::Singgah berlabuh di Kuala Daik<br>
:::Jahat berlaku lagi dikenang<br>
:::Inikan pula budi yang baik<br>
 
5.
 
::::Anak angsa mati lemas<br>
::::Mati lemas di air masin<br>
::::Hilang bahasa karena emas<br>
::::Hilang budi karena miskin<br>
 
====[[Pantun Jenaka]]====
1.
 
Dimana kuang hendak bertelur<br>
Diatas lata dirongga batu<br>
Dimana tuan hendak tidur<br>
Diatas dada dirongga susu<br>
 
2.
 
:Elok berjalan kota tua<br>
:Kiri kanan berbatang sepat<br>
:Elok berbini orang tua<br>
:Perut kenyang ajaran dapat<br>
 
3.
 
::Sakit kaki ditikam jeruju<br>
::Jeruju ada didalam paya<br>
::Sakit hati memandang susu<br>
::Susu ada dalam kebaya<br>
 
4.
 
:::Naik kebukit membeli lada<br>
:::Lada sebiji dibelah tujuh<br>
:::Apanya sakit berbini janda<br>
:::Anak tiri boleh disuruh<br>
 
5.
 
::::Orang Sasak pergi ke Bali<br>
::::Membawa pelita semuanya<br>
::::Berbisik pekak dengan tuli<br>
::::Tertawa si buta melihatnya<br>
 
6.
Ada apa diseberang itu<br>
Mentimun busuk dimakan kalong<br>
Ada apa diseberang itu<br>
Bujang bungkuk gadis belong<br>
 
====[[Pantun Kepahlawanan]]====
1.
 
Adakah perisai bertali rambut<br>
Rambut dipintal akan cemara<br>
Adakah misai tahu takut<br>
Kamipun muda lagi perkasa<br>
 
2.
 
:Hang Jebat Hang Kesturi<br>
:Budak-budak raja Melaka<br>
:Jika hendak jangan dicuri<br>
:Mari kita bertentang mata<br>
 
3.
 
::Kalau orang menjaring ungka<br>
::Rebung seiris akan pengukusnya<br>
::Kalau arang tercorong kemuka<br>
::Ujung keris akan penghapusnya<br>
 
4.
 
:::Redup bintang haripun subuh<br>
:::Subuh tiba bintang tak nampak<br>
:::Hidup pantang mencari musuh<br>
:::Musuh tiba pantang ditolak<br>
 
5.
 
::::Esa elang kedua belalang<br>
::::Takkan kayu berbatang jerami<br>
::::Esa hilang dua terbilang<br>
::::Takkan Melayu hilang dibumi<br>
 
====[[Pantun Kias]]====
1.
 
Ayam sabung jangan dipaut<br>
Jika ditambat kalah laganya<br>
Asam digunung ikan dilaut<br>
Dalam belanga bertemu juga<br>
 
2.
 
:Berburu kepadang datar<br>
:Dapatkan rusa belang kaki<br>
:Berguru kepalang ajar<br>
:Bagaikan bunga kembang tak jadi<br>
 
3.
 
::Anak Madras menggetah punai<br>
::Punai terbang mengirap bulu<br>
::Berapa deras arus sungai<br>
::Ditolak pasang balik kehulu<br>
 
4.
 
:::Kayu tempinis dari kuala<br>
:::Dibawa orang pergi Melaka<br>
:::Berapa manis bernama nira<br>
:::Simpan lama menjadi cuka<br>
 
5.
 
::::Disangka nenas ditengah padang<br>
::::Rupanya urat jawi-jawi<br>
::::Disangka panas hingga petang<br>
::::Kiranya hujan tengah hari<br>
 
====[[Pantun Nasihat]]====
1.
 
Kayu cendana diatas batu<br>
Sudah diikat dibawa pulang<br>
Adat dunia memang begitu<br>
Benda yang buruk memang terbuang<br>
 
2.
 
:Kemuning ditengah balai<br>
:Bertumbuh terus semakin tinggi<br>
:Berunding dengan orang tak pandai<br>
:Bagaikan alu pencungkil duri<br>
 
3.
 
::Parang ditetak kebatang sena<br>
::Belah buluh taruhlah temu<br>
::Barang dikerja takkan sempurna<br>
::Bila tak penuh menaruh ilmu<br>
 
4.
 
:::Padang temu padang baiduri<br>
:::Tempat raja membangun kota<br>
:::Bijak bertemu dengan jauhari<br>
:::Bagaikan cincin dengan permata<br>
 
5.
 
::::Ngun Syah Betara Sakti<br>
::::Panahnya bernama Nila Gandi<br>
::::Bilanya emas banyak dipeti<br>
::::Sembarang kerja boleh menjadi<br>
 
====[[Pantun Percintaan]]====
1.
 
Coba-coba menanam mumbang<br>
Moga-moga tumbuh kelapa<br>
Coba-coba bertanam sayang<br>
Moga-moga menjadi cinta<br>
 
2.
 
:Limau purut lebat dipangkal<br>
:Sayang selasih condong uratnya<br>
:Angin ribut dapat ditangkal<br>
:Hati yang kasih apa obatnya<br>
 
3.
 
::Ikan belanak hilir berenang<br>
::Burung dara membuat sarang<br>
::Makan tak enak tidur tak tenang<br>
::Hanya teringat dinda seorang<br>
 
4.
 
:::Anak kera diatas bukit<br>
:::Dipanah oleh Indera Sakti<br>
:::Dipandang muka senyum sedikit<br>
:::Karena sama menaruh hati<br>
 
5.
 
::::Ikan sepat dimasak berlada<br>
::::Kutunggu di gulai anak seberang<br>
::::Jika tak dapat dimasa muda<br>
::::Kutunggu sampai beranak seorang<br>
 
====[[Pantun Peribahasa]]====
1.
 
Berakit-rakit kehulu<br>
Berenang-renang ke tepian<br>
Bersakit-sakit dahulu<br>
Bersenang-senang kemudian<br>
 
2.
 
:Kehulu memotong pagar<br>
:Jangan terpotong batang durian<br>
:Cari guru tempat belajar<br>
:Jangan jadi sesal kemudian<br>
 
3.
 
::Kerat kerat kayu diladang<br>
::Hendak dibuat hulu cangkul<br>
::Berapa berat mata memandang<br>
::Barat lagi bahu memikul<br>
 
4.
 
:::Harapkan untung menggamit<br>
:::Kain dibadan didedahkan<br>
:::Harapkan guruh dilangit<br>
:::Air tempayan dicurahkan<br>
 
5.
 
::::Pohon pepaya didalam semak<br>
::::Pohon manggis sebasar lengan<br>
::::Kawan tertawa memang banyak<br>
::::Kawan menangis diharap jangan<br>
 
====[[Pantun Perpisahan]]====
1.
 
Pucuk pauh delima batu<br>
Anak sembilang ditapak tangan<br>
Biar jauh dinegeri satu<br>
Hilang dimata dihati jangan<br>
 
2.
 
:Bagaimana tidak dikenang<br>
:Pucuknya pauh selasih Jambi<br>
:Bagaimana tidak terkenang<br>
:Dagang yang jauh kekasih hati<br>
 
3.
 
::Duhai selasih janganlah tinggi<br>
::Kalaupun tinggi berdaun jangan<br>
::Duhai kekasih janganlah pergi<br>
::Kalaupun pergi bertahun jangan<br>
 
4.
 
:::Batang selasih mainan budak<br>
:::Berdaun sehelai dimakan kuda<br>
:::Bercerai kasih bertalak tidak<br>
:::Seribu tahun kembali juga<br>
 
5.
 
::::Bunga Cina bunga karangan<br>
::::Tanamlah rapat tepi perigi<br>
::::Adik dimana abang gerangan<br>
::::Bilalah dapat bertemu lagi<br>
 
====[[Pantun Teka-teki]]====
1.
 
Kalau tuan bawa keladi<br>
Bawakan juga si pucuk rebung<br>
Kalau tuan bijak bestari<br>
Binatang apa tanduk dihidung ?<br>
 
2.
 
:Beras ladang sulung tahun<br>
:Malam malam memasak nasi<br>
:Dalam batang ada daun<br>
:Dalam daun ada isi<br>
 
3.
 
::Terendak bentan lalu dibeli<br>
::Untuk pakaian saya turun kesawah<br>
::Kalaulah tuan bijak bestari<br>
::Apa binatang kepala dibawah ?<br>
 
4.
 
:::Kalau tuan muda teruna<br>
:::Pakai seluar dengan gayanya<br>
:::Kalau tuan bijak laksana<br>
:::Biji diluar apa buahnya<br>
 
5.
 
::::Tugal padi jangan bertangguh<br>
::::Kunyit kebun siapa galinya<br>
::::Kalau tuan cerdik sungguh<br>
::::Langit tergantung mana talinya ?<br>
 
 
==Lihat juga==
*[[Sastra Melayu]]
*[[Sastra Indonesia]]
*[[pantun Sunda]]
 
 
[[Kategori:Seni]]
[[Kategori:Sastra]]
[[Kategori:Mahakarya Warisan Budaya Lisan dan Takbenda Manusia]]
[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]