Teori kesantunan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Blackman Jr. (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Dazzlingwater (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 1 pranala ditambahkan.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala
 
(8 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Orphan|date=Februari 2023}}
'''Teori kesantunan''' dikemukakan oleh Penelope Brown dan Stephen C. Levinson. Kesantunan berbahasa digunakan untuk menghindari tindak tutur yang mengancam muka atau ''face threatening act'' (FTA). Teori kesantunan meliputi muka positif, muka negatif, tindak tutur yang mengancam muka atau ''face threatening act'' (FTA), strategi melakukan FTA, dan faktor yang mempengaruhi penggunaan strategi.
 
'''Teori kesantunan''' dikemukakan oleh [[Penelope Brown]] dan [[Stephen C. Levinson]]. [[Kesantunan berbahasa]] digunakan untuk menghindari tindak tutur yang mengancam muka atau ''face threatening act'' (FTA). Teori kesantunan meliputi muka positif, muka negatif, tindak tutur yang mengancam muka atau ''face threatening act'' (FTA), strategi melakukan FTA, dan faktor yang mempengaruhi penggunaan strategi.
 
Dari berbagai penelitian mengenai kesopanan, teori kesopanan yang dikemukakan oleh Brown & Levinson begitu berpengaruh.<ref>{{Cite book|last=Watts|first=Richard J.|date=2005|title=Politeness in Language: Studies in Its History, Theory and Practice.|publisher=Walter de Gruyter|isbn=978-3-11-019981-9|url-status=live}}</ref> Walaupun teori yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson dianggap dapat diterapkan secara universal, tetapi teori ini banyak mendapat kritik dari berbagai aspek salah satunya perbedaan budaya dan cara menginterpretasikan dan mengkonseptualisasikan kesopanan.
 
== Muka Positif dan Muka Negatif ==
"muka" dalam teori kesantunan bermakna nonliteral. Muka yang dimaksud dalam teori kesantunan seperti halnya dalam ungkapan "mukaku jatuh", "mau ditaruh mana mukaku", dan sebagainya. Brown dan Levinson membedakan muka menjadi muka positif dan muka negatif. <ref>{{Cite book|last=Henningsen|first=Mary L. M.|date=2017|title=Politeness Theory|url=https://archive.org/details/sageencyclopedia0004unse_j3r3|isbn=9781483381435|url-status=live}}</ref>
 
Muka positif berarti apapaun yang diinginkan suatu individu dapat dipenuhi oleh individu lainnya. Muka negatif berarti suatu individu bebas melakukan suatu hal dan bebas terhadap paksaan.
 
Sepuluh tahun kemudian, Brown mencirikan muka positif sebagai keinginan untuk disukai, dikagumi, diratifikasi, atau hal-hal yang berhubungan secara positif. Dengan begitu, jika mengabaikan seseorang maka muka positif akan terancam. Kemudian, ia mencirikan muka negatif dengan tidak memaksakan orang lain. <ref>Coates, Jennifer. 1998. Language and Gender: A Reader. Wiley-Blackwell. {{ISBN|978-0-631-19595-5}}</ref> Muka positif mengacu pada harga diri seseorang, sedangkan muka negatif mengacu pada kebebasan seseorang untuk bertindak. <ref name="Foley">Foley, William. 1997. Anthropological Linguistics: An introduction. Blackwell. {{ISBN|978-0-631-15122-7}}</ref> <ref name=":5">{{Cite journal|last=Ifert Johnson|first=Danette|last2=Roloff|first2=Michael E.|last3=Riffee|first3=Melissa A.|date=Summer 2004|title=Politeness theory and refusals of requests: Face threat as a function of expressed obstacles|journal=Communication Studies|volume=55|issue=2|pages=227–238|doi=10.1080/10510970409388616}}</ref> Kedua aspek muka ini merupakan keinginan dasar dalam setiap interaksi sosial. Dalam setiap interaksi sosial, diperlukan kerjasama partisipan (penutur dan mitra tutur) untuk menjaga muka masing-masing. <ref name="Foley" /> Penutur dan mitra tutur dapat menggunakan kesantunan positif dan kesantunan negatif, yang disesuaikan dengan kebutuhan wajah positif dan negatif masing-masing orang. <ref name=":1">{{Cite book|last=Eckert|first=Penelope|last2=McConnell-Ginet|first2=Sally|year=2013|title=Language and Gender|url=https://archive.org/details/languagegender00unse|location=New York|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-1-107-02905-7}}</ref>
 
== Tindak Tuturtutur yang Mengancammengancam Mukamuka atau ''Face-threatening Acts (FTA)'' ==
Menurut Brown dan Levinson, muka positif dan negatif ada dalam [[Budaya|kebudayaan]] manusia secara menyeluruh Tindak tutur yang mengancam muka adalah tindak tutur yang memiliki kemungkinan merusak muka penutur atau mitra tutur yang bertentangan dengan keinginan orang lain. [[Tindak tutur yang mengancam muka|Tindak tutur yang mengancam muka atau face threatening acts]] dapat bersifat [[Linguistik|verbal]] (menggunakan kata/bahasa), [[Paralinguistik|paraverbal]] (disampaikan dalam ciri-ciri tuturan seperti [[Nada (linguistik)|nada]], infleksi), atau [[Komunikasi nonverbal|non-verbal]] ([[ekspresi wajah]]). Dalam interaksi sosial, tindakan yang mengancam muka terkadang tidak dapat dihindari. Setidaknya terdapat satu dari tindakan mengancam muka yang berkaitan dengan [[tuturan]]. Hal tersebut juga mungkin terjadi adanya beberapa tindak tutur mengancam muka dalam sebuah tuturan. <ref name="BandL">Brown, Penelope and Stephen C. Levinson. 1987. Politeness: Some universals in language usage. Cambridge: Cambridge University Press. {{ISBN|978-0-521-31355-1}}</ref>
 
=== Tindak tutur yang mengancam muka negatif ===
Baris 18 ⟶ 20:
=== Tindak tutur yang mengancam muka positif ===
Muka positif terancam ketika penutur atau mitra tutur tidak peduli dengan perasaan, keinginan, atau apa yang diinginkan lawan bicaranya.<ref name="BandL">Brown, Penelope and Stephen C. Levinson. 1987. Politeness: Some universals in language usage. Cambridge: Cambridge University Press. {{ISBN|978-0-521-31355-1}}[[ISBN (identifier)|ISBN]]&nbsp;[[Special:BookSources/978-0-521-31355-1|978-0-521-31355-1]]</ref> Tindakan yang mengancam muka positif juga dapat menyebabkan kerugian pada penutur dan mitra tutur.
 
==Referensi==
{{Reflist}}
 
[[Kategori:Pragmatik]]
[[Kategori:Linguistik]]