Indonesia Raya (politik): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dimas Pnt (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k Mengembalikan suntingan oleh 203.78.114.205 (bicara) ke revisi terakhir oleh 182.3.100.46
Tag: Pengembalian SWViewer [1.6]
 
(37 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Greater Indonesia Locator.svg|ka|jmpl|300px|Peta Indonesia Raya, termasuk [[Indonesia]], [[Malaysia]], [[Singapura]], [[Brunei]], dan [[Timor Leste]].]]
'''Indonesia Raya''' atau '''Melayu Raya''' adalah konsep politik yang bertujuan untuk mempersatukan ras[[bangsa Indonesia]] atau [[bangsa Melayu]] yang terpisah dalam wilayah koloni [[Britania Raya]] di [[Semenanjung Malaya]] dan [[Borneo Utara]] (wilayah yang kini membentuk negara [[Malaysia]], [[Singapura]], dan [[Brunei]]), dengan Maritim [[HindiaAsia BelandaTenggara]] (kini [[Indonesia]]) yang diduduki oleh [[Jepang]], serta bekas wilayah koloni [[Portugis]] di [[Timor Leste]] menjadi suatu bangsa besar dan berdaulat.<ref name="McIntyre">{{cite journal |last=McIntyre |first=Angus |authorlink= |coauthors= |year=1973 |month= |title=The 'Greater Indonesia' Idea of Nationalism in Malaysia and Indonesia. |journal=Modern Asian Studies |volume=7 |issue=1 |pages=75–83 |id= |url= |accessdate= 2008-02-16 |doi=10.1017/S0026749X0000439X}}</ref> Melayu Raya diajukan oleh para pelajar dan alumni Universitas Pendidikan Sultan Idris, [[Malaya Britania]], pada tahun 1920-an, dan kemudian gagasan yang sama yang disebut Indonesia Raya diajukan oleh para tokoh politik Indonesia dari Sumatra dan Jawa, seperti [[Muhammad Yamin]] dan [[Sukarno]] pada tahun 1950-an<ref>https://lamongankab.go.id/beranda/bakesbang/post/7173</ref name="McIntyre" />
 
Melayu Raya diajukan oleh para pelajar dan alumni Universitas Pendidikan Sultan Idris, [[Malaya Britania]], pada tahun 1920-an, dan kemudian gagasan yang sama yang disebut Indonesia Raya diajukan oleh para tokoh [[politik Indonesia]] dari [[Sumatra]] dan [[Jawa]], seperti [[Muhammad Natsir]] dan [[Sukarno]] pada tanggal 28 September 1950.<ref name="McIntyre" /> Meski sekilas tampak menggambarkan hal yang sama, nyatanya konsep Melayu Raya dan Indonesia Raya memiliki perbedaan, khususnya pada istilah 'Melayu' yang digunakan secara berbeda di [[Hindia Belanda]] dan [[Malaya Britania]].<ref>{{Cite book|last=Milner|first=Anthony|date=2011-03-25|url=https://books.google.co.id/books?id=sACaolB0FpkC&pg=PT146&dq=melayu+raya&hl=su&sa=X&ved=2ahUKEwiop5zim-LtAhX16nMBHWdAAgUQ6AEwBXoECAYQAg#v=onepage&q=melayu%20raya&f=false|title=The Malays|publisher=John Wiley & Sons|isbn=978-1-4443-9166-4|language=en}}</ref><ref>https://www.freedomsiana.id/7-kabinet-indonesia-pada-masa-demokrasi-liberal/</ref>
== Pertumbuhan gagasan di era kolonial ==
Gagasan Melayu Raya ini diajukan oleh seorang guru sejarah dari Universitas Pendidikan Sultan Idris, Abdul Hadi Hassan, Malaya Britania.{{Citation needed|date=october 2011}} Selain karena persamaan suku bangsa, bahasa, agama, dan budaya kebanyakan rakyatnya sebagai bangsa serumpun dan serantau di [[Nusantara]], gagasan ini didasari kesadaran sejarah bahwa wilayah Malaya Britania, Borneo Utara, dan Hindia Belanda dulu pernah dipersatukan dalam sebuah kerajaan superior, seperti [[Sriwijaya]], [[Majapahit]], [[Kesultanan Malaka]], dan [[Kesultanan Johor-Riau]], yang akhirnya dipisahkan oleh kolonialisme Inggris dan Belanda.
 
Nama ''Melayu Raya'' umumnya digunakan oleh orang [[Masyarakat Melayu di Malaysia|Melayu Malaysia]], sedangkan [[orang Indonesia]] menyebutnya ''Indonesia Raya''. Meskipun demikian, orang Malaysia keturunan Indonesia yang terpengaruh pemikiran Indonesia, seperti [[Ibrahim Yaakob]], memilih menyebut konsep ini sebagai Indonesia Raya atau menggunakan kedua nama secara bergantian. Ia juga pernah menyatakan bahwa tujuan dari Melayu Raya adalah Indonesia Raya.<ref>{{Cite book|last=Cheah|first=Boon Kheng|last2=Kheng|first2=Cheah Boon|date=2003|url=https://books.google.co.id/books?id=73yaJ_1YpKoC&pg=PA11&dq=melayu+raya&hl=su&sa=X&ved=2ahUKEwiop5zim-LtAhX16nMBHWdAAgUQ6AEwAXoECAEQAg#v=onepage&q=melayu%20raya&f=false|title=Red Star Over Malaya: Resistance and Social Conflict During and After the Japanese Occupation of Malaya, 1941-1946|publisher=NUS Press|isbn=978-9971-69-274-2|language=en}}</ref>
Pada akhir dekade 1920-an gagasan membentuk negara kebangsaan yang merdeka dan berdaulat tumbuh di antara rakyat koloni Hindia Belanda. Sementara di Semenanjung Malaya gagasan untuk membentuk Melayu Raya diajukan, di Hindia Belanda tokoh pemuda pergerakan nasional lebih memusatkan perhatian pada gagasan untuk menyusun negara kebangsaan Indonesia sebagai pewaris Hindia Belanda jika kelak menjadi negara merdeka. Pada tahun 1928 dicetuskanlah [[Sumpah Pemuda]] yang bertujuan mempersatukan bangsa Indonesia dalam satu tanah air, satu bangsa, dan menjunjung bahasa persatuan.<ref>[http://sumpahpemuda.org/ Sumpah Pemuda]</ref>
 
== Pertumbuhan gagasan dipada era kolonial ==
Gagasan Melayu Raya ini diajukan oleh seorang guru sejarah dari Universitas Pendidikan Sultan Idris, Abdul Hadi Hassan, Malaya Britania.{{Citation needed|date=october 2011}} Selain karena persamaan suku bangsa, bahasa, agama, [[Adat]] dan [[budaya]] kebanyakan rakyatnya sebagai bangsa serumpun dan serantau di [[Nusantara]], gagasan ini didasari kesadaran sejarah bahwa wilayah Malaya Britania, Borneo Utara, dan Hindia Belanda dulu pernah dipersatukan dalam sebuah kerajaan superior, seperti [[Sriwijaya]], [[Majapahit]], [[Kesultanan Malaka]], dan [[Kesultanan Johor-Riau]], yang akhirnya dipisahkan oleh kolonialisme Inggris dan Belanda.
 
Pada akhir dekade 1920-an gagasan membentuk negara kebangsaan yang merdeka dan berdaulat tumbuh di antara rakyat koloni Hindia Belanda. Sementara di Semenanjung Malaya gagasan untuk membentuk Melayu Raya diajukan, di Hindia Belanda tokoh pemuda pergerakan nasional lebih memusatkan perhatian pada gagasan untuk menyusun negara kebangsaan Indonesia sebagai pewaris Hindia Belanda jika kelak menjadi negara merdeka. Pada tahun 1928 dicetuskanlah [[Sumpah Pemuda]] yang bertujuan mempersatukan bangsa Indonesia dalam satu tanah air, satu bangsa, dan menjunjung bahasa persatuan.<ref>[{{Cite web |url=http://sumpahpemuda.org/ |title=Sumpah Pemuda] |access-date=2011-10-03 |archive-date=2018-11-18 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181118081645/http://sumpahpemuda.org/ |dead-url=yes }}</ref>
 
Kelompok nasionalis Melayu; [[Kesatuan Melayu Muda]], yang didirikan oleh [[Ibrahim Yaakob]] pada tahun 1938, adalah salah satu organisasi yang secara tegas menganut gagasan ini sebagai cita-cita perjuangannya.<ref>Page 208-209 ''Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah Sejarah Tingkatan 2.'' Zainal Abidin bin Abdul Wahid; Khoo, Kay Kim; Muhd Yusof bin Ibrahim; Singh, D.S. Ranjit (1994). [[Dewan Bahasa dan Pustaka]]. ISBN 983-62-1009-1</ref>
Baris 13 ⟶ 17:
Pada saat [[Perang Dunia II]] para pendukung gagasan Indonesia Raya atau Melayu Raya bekerja sama dengan kekuatan tentara [[Pendudukan Jepang di Indonesia|pendudukan Jepang]] untuk melawan Inggris dan Belanda.<ref name="Graham">{{cite paper
| first = Brown
| last = Graham
| title = The Formation and Management of Political Identities: Indonesia and Malaysia Compared
| publisher = Centre for Research on Inequality, Human Security
Baris 20 ⟶ 24:
| url = http://www.crise.ox.ac.uk/pubs/workingpaper10.pdf
| format =
| accessdate = }}</ref>
| = http://www.crise.ox.ac.uk/pubs/workingpaper10.pdf
}} {{Cite web |url=http://www.crise.ox.ac.uk/pubs/workingpaper10.pdf |title=Salinan arsip |access-date=2011-10-02 |archive-date=2012-02-10 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120210163849/http://www.crise.ox.ac.uk/pubs/workingpaper10.pdf |dead-url=yes }}</ref>
Sikap bekerja sama ini didasari dengan harapan bahwa Jepang akan mempersatukan Hindia Belanda, Malaya dan Borneo dan kemudian memberikan kemerdekaan.<ref name="Graham" /> Dipahami bahwa dengan bersatunya wilayah koloni Eropa ini dalam suatu wilayah pendudukan Jepang, maka pembentukan sebuah kesatuan negara Indonesia Raya atau Melayu Raya dimungkinkan.<ref name="Graham" /> Pada bulan Juli 1945 dibentuk KRIS (Kesatuan Rakyat Indonesia Semenanjung), yang kelak diubah menjadi "Kekuatan Rakyat Indonesia Istimewa" di bawah pimpinan [[Ibrahim Yaakob|Datuk Ibrahim Yaakob]] dan Dr. Burhanuddin Al-Hemy dengan tujuan mencapai kemerdekaan dari Britania Raya, dan persatuan dengan Indonesia. Rencana ini sudah dirundingkan dengan [[Soekarno|Sukarno]] dan [[Mohammad Hatta|Hatta]].<ref name="Reinventing Indonesia">[http://books.google.co.id/books?id=Hqf1kaxuL3MC&pg=PA72&lpg=PA72&dq=Sukarno+cita-cita+Indonesia+Raya&source=bl&ots=WAQpzYUb35&sig=7b1WEfACi0_fC4CZo37lES4jPFI&hl=id&ei=SNaJTqyjL6W4iQfJtaHGAQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=6&ved=0CDkQ6AEwBQ#v=onepage&q&f=false Reinventing Indonesia: menemukan kembali masa depan bangsa]</ref>
 
Baris 33 ⟶ 39:
== Konfrontasi dan Indonesia Raya ==
[[Berkas:Indonesian Archipelago and Students.JPG|jmpl|ka|300px|Peta kepulauan [[Nusantara]] berlapis emas di Ruang Kemerdekaan [[Monas]], Jakarta. Jika diperhatikan dengan saksama peta ini memasukkan wilayah Kalimantan Utara (Sabah, Serawak dan Brunei) serta Timor Timur ke dalam wilayah Indonesia Raya yang dicita-citakan Sukarno.]]
Pada akhir dasawarsa 1950-an, [[Soekarno|Sukarno]] secara tegas menolak pembentukan negara Malaysia oleh Britania Raya yang mencakup [[Semenanjung Malaya]] dan [[Borneo Utara]]. Sikap politik ini mengarah kepada [[Konfrontasi Indonesia-Malaysia]] pada awal dasawarsa 1960-an berupa peperangan skala kecil yang tidak diumumkan secara resmi. Sukarno menuding bahwa negara Malaysia adalah negara boneka bentukan Inggris yang ingin membentuk kolonialisme dan imperialisme baru di Asia Tenggara dan mengepung Indonesia. Akan tetapi analisis lain menduga bahwa peperangan ini sesungguhnya merupakan ambisi Sukarno yang hendak mempersatukan Semenanjung Malaya dan seluruh pulau [[Kalimantan]] ke dalam wilayah Indonesia untuk menggenapi wilayah kebangsaan yang lebih luas yaitu "Indonesia Raya". Selain Indonesia, Filifina juga menolak berdirinya Negara Federasi Malaysia<ref name='all'>https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/19/193635679/konfrontasi-indonesia-malaysia-penyebab-perkembangan-dan-akhirnya?page=all</ref>.
 
Menjelang akhir 1965, kekuasaan Sukarno runtuh dan Jendral [[Suharto]] mengambil alih kekuasaan di Indonesia setelah berlangsungnya [[G30S/PKI]]. Karena konflik domestik ini, keinginan Indonesia untuk meneruskan perang dengan Malaysia menjadi berkurang dan peperangan pun mereda. Pada 28 Mei 1966 di sebuah konferensi di [[Bangkok]], Pemerintah [[Malaysia]] dan pemerintah [[Indonesia]] mengumumkan penyelesaian konflik. Kekerasan berakhir bulan Juni, dan perjanjian perdamaian ditandatangani pada 11 Agustus dan diresmikan dua hari kemudian. Dengan perjanjian damai ini maka Indonesia dan Malaysia resmi menjadi dua entitas negara bangsa yang terpisah dengan saling mengakui keberadaan dan kedaulatan masing-masing.
Baris 39 ⟶ 45:
Setelah perjanjian perdamaian dengan Malaysia, Indonesia disibukkan dengan masalah dalam negerinya yakni berusaha membangun ekonomi sambil menjaga persatuan negara yang sangat majemuk, akibatnya pada era pemerintahan Suharto untuk menjamin stabilitas dan demi persatuan maka kebebasan dan demokrasi dikorbankan. Indonesia pada tahun 1975 sempat menguasai bekas koloni [[Portugal]] [[Timor Timur]] hingga akhirnya merdeka tahun 2002 sebagai [[Timor Leste]], dan kemudian didera berbagai masalah seperti krisis ekonomi, separatisme di [[Aceh]] dan [[Papua]], hingga masalah [[terorisme]]. Indonesia akhirnya lebih tertarik dan memusatkan perhatiannya untuk "menjadi Indonesia" dengan membangun karakter bangsa dan berupaya mendefinisikan dirinya sebagai negara-bangsa yang majemuk ber-[[Bhinneka Tunggal Ika]] berdasarkan [[Pancasila]] dan bersatu dengan wilayah membentang dari Sabang sampai Merauke.<ref>[http://www.setneg.go.id/index.php?Itemid=222&id=2800&option=com_content&task=view Sekretariat Negara]</ref> Sebagai negara terbesar di [[Asia Tenggara]], Indonesia cenderung cukup puas menyalurkan hasrat, kekuatan, dan ambisi politik regionalnya dalam bentuk sikap kepemimpinan di antara negara [[ASEAN]].
 
Sementara Malaysia tengah bergulat dalam upaya pembentukan negaranya dan menghadapi masalah dalam hubungan antar-ras, terutama antara mayoritas etnis Melayu dengan minoritas [[Tionghoa|etnis Tionghoa]] dan [[Suku Tamil|Tamil Hindu]] hingga sekarang.<ref>[{{Cite web |url=http://www.time.com/time/world/article/0,8599,1687973,00.html |title=Time: Facing Malaysia's Racial Issues ] |access-date=2011-10-04 |archive-date=2013-08-24 |archive-url=https://web.archive.org/web/20130824182049/http://www.time.com/time/world/article/0,8599,1687973,00.html |dead-url=yes }}</ref> Masalah hubungan antar-ras inilah yang telah mengakibatkan berpisahnya Malaysia dengan [[Singapura]] pada dasawarsa 1960-an. Sementara [[Brunei]] tidak menghendaki bergabung dengan Malaysia dan memilih di bawah kekuasaan Britania Raya hingga tahun 1984. Dengan masing-masing pihak sibuk dalam urusannya sendiri, maka gagasan pembentukan kesatuan politik raya yang mempersatukan bangsa Melayu serumpun dan serantau dalam satu negara besar yaitu Melayu Raya atau Indonesia Raya punahlah sudah.
 
Pada tanggal 28 September 1966, Indonesia kembali menjadi anggota PBB yang diikuti dengan semakin eratnya hubungan Indonesia dengan Malaysia<ref name='all'/>.
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Lihat jugapula ==
* [[Mafilindo]], gagasan persatuan politik lain yang juga mencakup Filipina
* [[Indonesia Raya]], lagu kebangsaan Republik Indonesia