Putri Gading: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rizkydns (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
AnnafCategorizing (bicara | kontrib)
k Menambah Kategori:Tokoh Indonesia menggunakan HotCat
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
Putri Gading merupakan anak dari [[Mbah Gede Gading]] yang menurut cerita masyarkat Desa Gading, Kecamatan [[Balerejo]] [[Kabupaten Madiun]] dahulu uniknya di Desa [[Gading]] terdapat dua kepala Desa yang masih memiliki hubungan kerabat namun tidak akur antara [[Mbah Gede Gading]] dengan [[Mbah Gede Banyak Pancang]]. [[Mbah Gede Gading]] merupakan saudara tua dari [[Mbah Gede Banyak Pancang]].
 
[[Mbah Gede Gading]] memiliki anak [['''Putri Gading]]'''. Sedangkan yang ke dua adalah [[Mbah Gede Banyak Pancang]] yang memiliki putra bernama [[Raden Jaka Menak Satreyan]].
 
[['''Putri Gading]]''' adalah seorang yang cantik dan [[Raden Jaka Menak Satreyan]] sangat bernafsu ingin memperistri [['''Putri Gading]]''', yang masih sepupu kandungnya, namun di tentang oleh ke dua belah pihak keluarga, sehingga sangat sulit untuk mendekati [['''Putri Gading]]'''.
 
Namun dengan segalam macam tipu daya, seperti iming-iming burung, yang kerap membuatnya tersesat di dalam rumahnya [['''Putri Gading]]''' dia berhasil mengatur pertemuan rahasia, sampai akhirnya [[Raden Jaka Menak Satreyan]] tertangkap basah oleh [[Mbah Gede Gading]] dan di bunuh oleh nya.
 
[['''Putri Gading]]''' menikam dirinya sendiri pada mayat [[Raden Jaka Menak Satreyan]] dan mengikutinya sampai mati sebagai bentuk ''[[bela suduk sliro]]''. Betapapun tegangnya kemarahan ke dua belah pihak keluarga itu karena cerita ini, mereka akhirnya mencapai kesepakatan damai, kemudian jasad [[Raden Jaka Menak Satreyan]] dan [['''Putri Gading]]''' di tempatkan di makam yang dikasih ''pancang bambu'' untuk menjebak burung yang ditancapkan di dekat makam [[Raden Jaka Menak Satreyan]] dan makam [['''Putri Gading]]'''. Lama kelamaan ''pancang bambu'' tersebut justru hidup menjadi ''[[bambu ampel]]'' hingga saat ini.
 
Ketika ke dua Kepala Desa itu mengundurkan diri, makam selalu di bersihkan oleh penduduk Desa Gading dan di jadikan [[punden]] setiap tahun di peringati ''[[wilujengan bersih dusun]]''.
Baris 14:
 
1. Knebel, J, Oudheidkundige reis 1906: Residentie Madioen / Or. 26.819
 
[[Kategori:Tokoh Indonesia]]