Besilam, Padang Tualang, Langkat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Aldo samulo (bicara | kontrib) Menolak perubahan terakhir (oleh 114.79.0.11) dan mengembalikan revisi 4058252 oleh Wagino 20100516 |
k ~cite |
||
(23 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 7:
|kecamatan =Padang Tualang
|kode pos =20852
|luas =... km
|penduduk =... jiwa
|kepadatan =... jiwa/km
}}
'''Besilam''' adalah salah satu [[desa]] yang berada di wilayah Kecamatan [[Padang Tualang, Langkat|Padang Tualang]], Kabupaten [[Kabupaten Langkat|Langkat]], Provinsi [[Sumatera Utara]], [[Indonesia]]. Jarak Desa Besilam dari Kota [[Kota Medan|Medan]] sekitar 65 kilometer.
== Etimologi ==
Secara etimologis, "besilam" berarti pintu kesejahteraan. Kampung ini pertama sekali dibangun oleh Almarhum Tuan Guru Syekh [[Abdul Wahab Rokan]] atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tuan Guru Babussalam. Ia adalah seorang Ulama dan pemimpin Tarekat Naqsabandiyah. Di desa ini terdapat makam Syekh [[Abdul Wahab Rokan]] yang dikenal juga dengan Syekh Besilam yang merupakan murid dari Syekh Sulaiman Zuhdi di Jabal Qubais Mekkah.▼
Tampak sekilas, desa Besilam mirip dengan sebuah pesantren yang terpencil, teduh, asri dan damai. terlihat ada
▲Secara etimologis, "besilam" berarti pintu kesejahteraan. Kampung ini pertama sekali dibangun oleh Almarhum Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tuan Guru Babussalam. Ia adalah seorang Ulama dan pemimpin Tarekat Naqsabandiyah. Di desa ini terdapat makam Syekh Abdul Wahab Rokan yang dikenal juga dengan Syekh Besilam yang merupakan murid dari Syekh Sulaiman Zuhdi di Jabal Qubais Mekkah.
▲Tampak sekilas, desa Besilam mirip dengan sebuah pesantren yang terpencil, teduh, asri dan damai. terlihat ada Mesjid utama dan sebuah bangunan berkubah lengkung disebelah masjid, sebuah bagunan utama dari kayu hitam yang besar dengan gaya rumah panggung serta beberapa bangunan tambahan lainnya. Selain terdapat makam beliau, dikampung ini juga merupakan pusat penyebaran Tharikat Naqsybandiah Babussalam yang sekarang dipimpin oleh tuan Guru Syekh H. Hasyim Al-Syarwani atau lebih dikenal Tuan Guru Hasyim.
Nama lengkap Syeikh Abdul Wahhab bin `Abdul Manaf bin Muhammad Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tembusai. Lahir 19 Rabiulakhir 1230 H/28 September 1811 M). Wafat di Babussalam, Langkat, pada hari Jum'at, 21 Jamadilawal 1345 H/27 Desember 1926 M.
Baris 22:
Ayahnya bernama Abdul Manaf bin Muhammad Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tambusei, seorang ulama besar yang 'abid dan cukup terkemuka pada saat itu, sedangkan ibunya bernama Arbaiyah binti Datuk Dagi bin Tengku Perdana Menteri bin Sultan Ibrahim yang memiliki pertalian darah dengan Sultan Langkat. Syekh Abdul Wahab meninggal pada usia 115 tahun pada 21 Jumadil Awal 1345 H atau 27 Desember 1926 M.
Salah satu kekhasan Syekh [[Abdul Wahab Rokan]] dibanding dengan sufi-sufi lainnya adalah bahwa ia telah meninggalkan lokasi perkampungan bagi anak cucu dan murid-muridnya. Daerah yang bernama "Babussalam" atau "Besilam" ini dibangun pada 12 Syawal 1300 H (1883 M) yang merupakan wakaf muridnya sendiri Sultan Musa al-Muazzamsyah, Raja Langkat pada masa itu. Disinilah ia menetap, mengajarkan Tarekat Naqsyabandiyah sampai akhir hayatnya.
Di sela-sela kesibukannya sebagai pimpinan Tarekat Naqsyabandiyah, Syekh [[Abdul Wahab Rokan]] masih menyempatkan diri untuk menuliskan pemikiran sufistiknya, baik dalam bentuk khutbah-khutbah, wasiat, maupun syair-syair yang ditulis dalam aksara Arab Melayu. Tercatat ada dua belas khutbah yang ia tulis dan masih terus diajarkan pada jamaah di Babussalam. Sebagian khutbah-khutbah tersebut, enam buah diantaranya diberi judul dengan nama-nama bulan dalam tahun Hijriyah yakni Khutbah Muharram, Khutbah Rajab, Khutbah Sya'ban, Khutbah Ramadhan, Khutbah Syawal dan Khutbah Dzulqa'dah. Dua khutbah lain tentang dua hari raya yakni Khutbah Idul Fitri dan Khutbah Idul Adha. Sedangkan empat khutbah lagi masing-masing berjudul Khutbah Kelebihan Jum'at, Khutbah Nabi Sulaiman, Khutbah Ular Hitam dan Khutbah Dosa Sosial.
Karya tulis Syekh [[Abdul Wahab Rokan]] dalam bentuk syair, terbagi pada tiga bagian yakni Munajat, Syair Burung Garuda dan Syair Sindiran. Syair Munajat yang berisi pujian dan doa kepada Allah, sampai hari ini masih terus dilantunkan di Madrasah Besar Babussalam oleh setiap muazzin sebelum azan dikumandangkan.
Walaupun Tuan Syekh [[Abdul Wahab Rokan]] bukanlah sosok yang terkenal dalam pergerakan melawan imperialisme Belanda,
Sebagai seorang yang sangat dipuja pengikutnya, Tuan Syekh [[Abdul Wahab Rokan]] cukup dikeramatkan oleh penduduk setempat. Sejumlah cerita keramat tentang
Sesudah
Pada saat acara inilah datang ribuan murid dan peziarah dari seluruh pelosok Asia dan Indonesia ke Besilam.
{{Padang Tualang, Langkat}}
{{Authority control}}
|