Sejarah Cilacap: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Thesillent (bicara | kontrib) Perbaikan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k ~cite |
||
(12 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Sejarah Cilacap'''
Cilacap merupakan salah satu kabupaten di [[Jawa Tengah]] yang berbatasan langsung dengan Provinsi [[Jawa Barat]] dan di bagian selatannya berbatasan dengan [[Samudera Hindia]]. Karena berbatasan langsung antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, Cilacap
== Toponomi ==
Cilacap
Akhir abad ke XIV kedatangan rombongan [[Raden Bei Tjakrawedana]] (anak [[Tumenggung Tjakrawedana I]], bupati Kasepuhan [[Banyumas]]) yang diutus membuka hutan untuk dijadikan pemukiman ke daerah selatan.<ref>Benarkah Cilacap Dari Bahasa Sunda, Ini Asal Usul Penamaan Kota Ngapak Itu]</ref>
Baris 14:
.[https://arsip-indonesia.org/nl/zoeken?mivast=50000&mizig=64&miadt=50007&miaet=14&micode=1.0-PDSGI-K.B&minr=1060427&milang=nl&misort=tah%7Casc&miview=ldt]</ref>
Di
==
Sejarah [[kabupaten
Handaunan (sekarang Donan) sebagai cikal-bakal Kabupaten Cilacap sudah dikenal di masa [[Kerajaan Mataram Kuno]] sebagaimana didasarkan pada [[Prasasti Salingsingan]] bertuliskan 2 Mei [[880]] Masehi. Prasasti ini menyebut Raja Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala yang bertahta sekitar tahun ([[856]]—[[882]]. M), dan nama Handaunan.<ref>Casparis, J.G. de. Prasasti Indonesis I-Inscripties Uit de Cuilenders-Tijd. Bandung.</ref>▼
*Wilayah [[Ki Gede Ayah]] dan [[Ki Ageng Donan]] dibawah kekuasaan Kemaharajaan Majapahit.▼
Terdapat pula beberapa nama desa di Cilacap pada prasasti peninggalan Mataram kuno. Ke 5 prasasti ini menceritakan adanya nama-nama desa atau wilayah yang terletak di daerah sepanjang aliran [[sungai Serayu]], di daerah [[Kabupaten Purbalingga|Purbalingga]], [[Kabupaten Banjarnegara|Banjarnegara]], [[Kabupaten Wonosobo|Wonosobo]], [[Kabupaten Banyumas|Banyumas]], dan [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]].<ref>MM. Sukarto K. Atmodjo. 1990. Menelusuri Sejarah Cikal Bakal Hari Jadi Cilacap Berdasarkan Data Prasasti Kuno.</ref><ref>Museum Nasional Jakarta. Koleksi Prasasti Museum Nasional Jilid I.</ref>▼
*Wilayah [[Kerajaan Nusakambangan]] ([[
*Wilayah [[Kerajaan Pajajaran]].▼
Menurut Husein Djayadiningrat, [[kerajaan Pajajaran]] runtuh pada [[1579]] masehi setelah diserang oleh [[kerajaan Banten|Banten]] dan [[kerajaan Cirebon|Cirebon]], oleh karenanya bagian timur Pajajaran diserahkan kepada Cirebon. Sehingga seluruh wilayah cikal-bakal [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]] di sebelah timur dibawah kekuasaan [[Kesultanan Pajang|Pajang]] (sebagai kelanjutan dari Kesultanan Demak) dan sebelah barat diserahkan kepada Cirebon (vasal Demak).▼
===Prasasti Salingsingan===▼
Pada [[1587]] Masehi, [[Kesultanan Pajang|Pajang]] diganti oleh [[Kerajaan Mataram|Mataram]] (Islam) yang didirikan oleh [[Panembahan Senopati]] pada ([[1587]]-[[1755]]), maka daerah cikal bakal Kabupaten Cilacap yang semula dibawah kekuasaan Kesultanan Pajang diserahkan kepada Kesultanan Mataram (pajang runtuh digantikan oleh Mataram). Pada tahun [[1595]] Kerajaan Mataram Islam mengadakan ekspansi ke [[Kerajaan Galuh|Galuh]] (vasal Cirebon).▼
[[Prasasti Salingsingan]] yang berangka tahun [[880]] Masehi, menceritakan dana kebaktian milik Sri Maharaja Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala kepada Bathara di Salingsingan tentang sebuah dharma atau bangunan suci (sekarang [[Candi Wulan]], [[Candi Asu]], dan [[Candi Pendem]]) yang terletak di dekat bertemunya [[sungai Pabelan]] dan [[sungai Tlising]] di lereng [[Gunung Merapi]].▼
Menurut catatan harian Kompeni [[Belanda]] di Benteng [[Batavia]], tanggal 21 Februari [[1682]], diterima surat yang berisi terjemahan perjalanan darat dari [[Citarum]], sebelah utara [[Karawang]] ke [[Bagelen]]. Nama-nama yang dilalui dalam daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap adalah [[Dayeuhluhur]] dan [[Limbangan]].
Nama desa atau wilayah di daerah Kabupaten Cilacap yang disebut, antara lain: desa ''Gulung'' (sekarang bernama Grumbul Mengulung, terletak dipinggir kali Kembang kuning, sebuah dusun di wilayah Kecamatan Kawunganten, Kab. Cilacap), desa ''Jati'' (sekarang berada di wilayah Kecamatan Binangun, Kab. Cilacap), desa ''Sunda'' (sekarang bernama Surusunda, sebuah desa di Kecamatan Karangpucung, Kab. Cilacap), desa ''Manghujung'' (sekarang bernama Ujung Manik, sebuah desa di Kecamatan Kawunganten, Kab. Cilacap), dan desa ''Handaunan'' (sekarang Donan, sebuah kelurahan di kecamatan Cilacap Tengah, Kota Cilacap).▼
Kabupaten Cilacap[https://cilacapkab.go.id/v3/sejarah-cilacap/]</ref>
==
▲Handaunan (sekarang: ''Donan'') sebagai cikal-bakal
▲Terdapat pula beberapa nama desa di Cilacap pada prasasti peninggalan Mataram kuno. Ke 5 prasasti ini menceritakan adanya nama-nama desa atau wilayah yang terletak di daerah sepanjang aliran [[sungai Serayu]], di daerah [[
[[Prasasti Er Hangat]] yang berangka tahun [[885]] Masehi, menyebut Maharaja Dyah Tagwas Sri Jayakirttiwardhana yang berkuasa tahun [[885]] Masehi, mendatangi desa Kapung, dan sang raja singgah di desa Er Hangat atau desa [[Kali Anget]], yang sekarang terletak di wilayah [[Kabupaten Wonosobo|Wonosobo]].▼
▲[[Prasasti Salingsingan]] yang berangka tahun [[880]]
Dalam prasasti ini dikatakan pula bahwa desa Nusa dipimpin oleh seorang Rama (kepala daerah) disebut Pu Sakti, dan kepala daerah di Limo Manis (sekarang: Kec. Jeruklegi) menerima pasak-pasak atau pemberian, pisungsung, berupa emas seberat 4 ma. Juga dikatakan, bahwa nama Desa Dalyatan(sekarang: Kec. Kawunganten, Kecamatan di Kab. Cilacap), desa Limo Manis (sekarang: Kec. Jeruklegi di Kab. Cilacap), desa ''Kayu Hurang'', desa ''Nusa'' merupakan ''wanwatpi siring'' atau desa perbatasan, yang berstatus desa yang bebas pajak atau desa Salud Mangli. Prasasti ini ditemukan di [[kabupaten Banjarnegara|Banjarnegara]].▼
▲
▲[[Prasasti Er Hangat]] yang berangka tahun [[885]]
[[Prasasti Panunggalan]] yang berangka [[896]] Masehi, menceritakan beberapa saksi di upacara tertentu, salah satunya seorang Rakupang yang menjabat sebagai Manghingtu (petugas keagamaan) dari desa Danu (sekarang: Kelurahan Donan, di Kecamatan Cilacap Tengah, Kota Cilacap).▼
▲Dalam prasasti ini dikatakan pula bahwa desa Nusa dipimpin oleh seorang Rama (kepala daerah) disebut Pu Sakti, dan kepala daerah di Limo Manis
▲[[Prasasti Panunggalan]] yang berangka [[896]]
[[Prasasti Pabuharan]] yang berangka [[900]] Masehi, menyebut nama-nama desa yang berada di daerah perbatasan yang termasuk desa Sima (desa bebas pajak), seperti desa ''Hasinan'' (sekarang bernama Pengasinan, sebuah dusun di desa Kedungwringin, Kecamatan Patikraja, Kab. Banyumas), desa ''Pabuharan'' (sekarang bernama Pabuwaran, kelurahan di Kecamatan Purwokerto Utara, Kota Purwokerto), desa Pasir yang merupakan batas sebelah Timur (sekarang Pasir Lor, Pasir Wetan, Pasir Kulon, sebuah desa di Kecamatan Karanglewas, Kab. Banyumas dan Pasir Kidul, sebuah kelurahan di Kecamatan Purwokerto Barat, Kota Purwokerto), desa ''Ngasinan'' (sekarang bernama Ngasin, sebuah dusun di desa Karangkandri, [[Kecamatan Kesugihan]], Kab. Cilacap).▼
Desa di Cilacap yang disebut, antara lain: desa '''Air Bulang''' (sekarang: ''Bolang'', sebuah desa di [[Dayeuhluhur, Cilacap|kecamatan Dayeuhluhur]], kab. Cilacap), desa '''Maddhyapura''' (sekarang: ''Madura'', sebuah desa di [[Wanareja, Cilacap|kecamatan Wanareja]], kab. Cilacap), desa '''Panunggalan''' (sebuah desa di kecamatan Cahyana, kab. Purbalingga), serta beberapa nama desa yang lokasinya belum jelas seperti desa '''''Bhratma''''', '''''Tegangrat''''', '''''Air Pelung''''', '''''Rayun Haruan''''', '''''Tiwuran''''', '''''Pring Sungudan''''', dan '''''Jamwi'''''. Prasasti ini ditemukan di desa Panunggalan, kecamatan Cahyana, [[kabupaten Purbalingga]].
Istilah Pasir juga berkaitan dengan [[Babad Pasir Luhur]], yang mengacu pada nama desa Pasir yang sudah dikenal sejak tahun [[900]]-an. Prasasti ini ditemukan di aliran [[sungai Serayu]], antara [[Kabupaten Banyumas|Banyumas]] dan [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]].▼
▲[[Prasasti Pabuharan]] yang berangka [[900]]
▲Istilah Pasir juga berkaitan dengan [[Babad Pasir Luhur]], yang mengacu pada nama desa Pasir yang sudah dikenal sejak tahun [[900]]-an (era [[kerajaan Mataram Kuno|Mataram Kuno]]). Prasasti ini ditemukan di aliran [[
[[Prasasti Luitan]] yang berangka [[901]] Masehi, berisi tentang pengaduan penduduk Desa Luitan atau wilayah Kapung kepada Rakyan Mapati I Hino Pu Daksa Sri Bahubaajrapratipaksasaya, sehubungan dengan tanah yang diukur oleh pemungut pajak yang sebenarnya sempit tetapi dikatakan seluas datu tampah, dan ketika diukur ulang ternyata sempit. Akibat dari laporan yang tidak sesuai fakta itulah, menyebabkan penduduk desa Luitan tidak mampu mengisi uddhara (sejenis pajak/PBB). Prasasti ini ditemukan pada [[1977]] di dekat Punden Lingga (oleh warga sekitar disebut Punden Mbok Ageng Lingga) desa Pesanggrahan, Kecamatan Kesugihan, [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]].▼
▲[[Prasasti Luitan]] yang berangka [[901]]
===Naskah===
Dalam [[Naskah Bujangga Manik]] tahun [[1500]] Masehi, tidak terdapat nama Chelachap atau Cilacap, sedangkan Donan Kalicung disebut (sekarang: Donan) <ref>Noorduyn. J. 1983. Bhujangga Manik‟s Journeys Through Java : Topogropical data From an Old Sundanese Source. Dalam BKI deel 138 4e, S-Gravenhage Martinus Nihoff.</ref>▼
▲Dalam [[Naskah Bujangga Manik]] tahun [[1500]] Masehi, tidak terdapat nama '''Chelachap''' atau '''Cilacap''', sedangkan Donan Kalicung disebut (sekarang: ''Donan'') <ref>Noorduyn. J. 1983. Bhujangga Manik‟s Journeys Through Java : Topogropical data From an Old Sundanese Source. Dalam BKI deel 138 4e, S-Gravenhage Martinus Nihoff.</ref>
Nama '''''Chelachap''''' (sekarang: ''Cilacap'') baru disebut dalam Buku '''The History of Java''' (volume I) karya [[Thomas Stamford Raffles]], terbitan tahun [[1817]] (Peta Raffles dibuat pada zaman pemerintahan [[Inggris]] di [[pulau Jawa|Jawa]] pada [[1817]] masehi), yang kemudian diterbitkan kembali oleh penerbit [[Kuala Lumpur]] (Oxford University Press) pada [[1978]].<ref>The History of Java. Kuala Lumpur: Oxford University Press. 1978.</ref><ref>Wibowo, M. Unggul. 2001. Nusakambangan: Dari Pulau Boei Menuju Pulau Wisata. Jogjakarta: Mitra Gama Widya.</ref> Berikut adalah petikan aslinya:
{{cquote2|''To the easward of these districts, and crossing the island from north to south, is the province of Cheribon, divided into the principal, districts. To the South is the island of NOESA KAMBANGAN which from the harbour of Chelachap.''}}
Dengan demikian, nama Handaunan,
==Surakarta==
▲Sejarah [[kabupaten Cilacap|Cilacap]] diawali sejak zaman [[Kerajaan Mataram Kuno]] hingga [[Kerajaan Surakarta]]. Pada akhir zaman [[Kemaharajaan Majapahit]] ([[1294]]-[[1478]]) daerah cikal-bakal [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]] terbagi dalam wilayah-wilayah sebagai berikut:<ref>Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010)</ref><ref>Soedarmadji, Hari Jadi Kabupaten Cilacap Alternatif Dari Alternatif (Cilacap: Setda Kabupaten Cilacap, 1990)</ref><ref>Soedarto, dkk, Buku Sejarah Cilacap (Cilacap: Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Cilacap, 1975)</ref><ref>Sejarah Kabupaten Cilacap[https://cilacapkab.go.id/v3/sejarah-cilacap/]</ref>
▲*[[Ki Gede Ayah]] dan [[Ki Ageng Donan]] dibawah kekuasaan Kemaharajaan Majapahit.
▲*[[Kerajaan Nusakambangan]] ([[Kerajaan Nusa Tembini]]) dan [[Kadipaten Pasir Luhur]].
▲*[[Kerajaan Pajajaran]].
▲Menurut Husein Djayadiningrat, [[kerajaan Pajajaran]] runtuh pada [[1579]] masehi setelah diserang oleh [[kerajaan Banten|Banten]] dan [[kerajaan Cirebon|Cirebon]], oleh karenanya bagian timur Pajajaran diserahkan kepada Cirebon. Sehingga seluruh wilayah cikal-bakal [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]] di sebelah timur dibawah kekuasaan [[Kesultanan Pajang|Pajang]] (sebagai kelanjutan dari Kesultanan Demak) dan sebelah barat diserahkan kepada Cirebon (vasal Demak).
▲Pada [[1587]] Masehi, [[Kesultanan Pajang|Pajang]] diganti oleh [[Kerajaan Mataram|Mataram]] (Islam) yang didirikan oleh [[Panembahan Senopati]] pada ([[1587]]-[[1755]]), maka daerah cikal bakal Kabupaten Cilacap yang semula dibawah kekuasaan Kesultanan Pajang diserahkan kepada Kesultanan Mataram (pajang runtuh digantikan oleh Mataram). Pada tahun [[1595]] Kerajaan Mataram Islam mengadakan ekspansi ke [[Kerajaan Galuh|Galuh]] (vasal Cirebon).
▲Menurut catatan harian Kompeni [[Belanda]] di Benteng [[Batavia]], tanggal 21 Februari [[1682]], diterima surat yang berisi terjemahan perjalanan darat dari [[Citarum]], sebelah utara [[Karawang]] ke [[Bagelen]]. Nama-nama yang dilalui dalam daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap adalah [[Dayeuhluhur]] dan [[Limbangan]]. {{Artikel|Akulturasi Budaya Jawa dan Sunda}}
Pada tanggal 5 Oktober [[1705]], melalui perjanjian [[Kartasura]] VOC berhasil mengambil-alih beberapa wilayah Kesultanan Mataram yang ketika itu merupakan bagian dari daerah cikal-bakal Cilacap. Perjanjian antara [[VOC]] dan Kesultanan Mataram tersebut dikatakan bahwa batas timur wilayah VOC berpindah dari Ci Pamanukan ([[Karawang]]) ke sungai Losari: (sekarang ''Cisanggarung'') di utara dan sungai Donan (Cilacap) di selatan.
Pengambil-alihan beberapa wilayah Kesultanan Mataram oleh VOC tertuang dalam (Pasal II Perjanjian 5 Oktober [[1705]]), yang berbunyi bahwa jurisdiksi dan pemilikan tanah di sebelah barat gunung-gunung dan sungai-sungai diserahkan kepada [[VOC]] dimulai dari muara Sungai Donan di Laut Selatan, sepanjang sungai tersebut ke arah barat sampai Passorouan (pasuruan), awal dari danau dalam ([[Segara Anakan]]), ke arah utara sepanjang tepi timur dan utara dari danau sampai muara Sungai Tsiborom (sekarang ''Ciberem''), sepanjang tepi timur dan utara dari rawa yang tak dapat dilalui sampai Tsisatia (sekarang ''Cisatya'') sekitar negeri Madura, ke arah utara sebelah timur melalui pegunungan Dailoer (Dayeuhluhur) sampai gunung Sumana setelah [[Subang]], sebelah tenggara [[Gunung Bongkok]], ke arah utara sampai di Sungai Lassarij ([[Sungai Losari]]). Kesultanan Mataram runtuh pada [[1755]] masehi, digantikan oleh [[Kesunanan Surakarta Hadiningrat]] dan [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]].
==Lihat pula==
|