Dimasukkannya [[Pembangkitan terdistribusi|pembangkit terdistribusi]] energi terbarukan (DG) dan [[Infrastruktur pengukuran lanjutan|infrastruktur pencatat tingkat lanjut]] (smart meter) dalam jaringan listrik modern telah memperkenalkan banyak struktur tarif alternatif. <ref>{{Cite journal|last=Zheng|first=Junjie|last2=Lai|first2=Chun Sing|last3=Yuan|first3=Haoliang|last4=Dong|first4=Zhao Yang|last5=Meng|first5=Ke|last6=Lai|first6=Loi Lei|date=July 2020|title=Electricity plan recommender system with electrical instruction-based recovery|url=http://bura.brunel.ac.uk/handle/2438/20879|journal=Energy|volume=203|pages=117775|doi=10.1016/j.energy.2020.117775}}</ref> Ada beberapa metode utilitas modern menyusun tarif tingkat rumah tangga:
* '''Sederhana (atau tetap)''' – tarif di mana pelanggan membayar tarif tetap per kWh
* '''Berjenjang (atau bertahap)''' – perubahan tarif dengan jumlah penggunaan (beberapa naik untuk mendorong penghematan energi, yang lain turun untuk mendorong penggunaan dan keuntungan penyedia listrik)
* '''Time of use (TOU)''' – tarif berbeda tergantung waktu
* '''Tingkat permintaan''' – berdasarkan permintaan[[beban listrik puncak untuk listrik]] yang digunakan konsumen
* '''Berjenjang dalam TOU''' – tarif berbeda tergantung pada seberapa banyak yang mereka gunakan pada waktu tertentu dalam sehari
* '''Tarif musiman''' – dikenakan biaya untuk mereka yang tidak menggunakan fasilitas mereka sepanjang tahun (misalnya rumah singgah)
* '''Tarif akhir pekan/hari libur''' – tarif umumnya berbeda dari pada waktu normal. di antara beberapa struktur tarif rumah tangga yang ditawarkan oleh utilitas modern.
Tarif sederhana membebankan sejumlah uang per [[Kilowatt jam|kilowatt hour]] (misal Rp/kWh) yang dikonsumsi. Tarif berjenjang adalah salah satu program tarif tingkat rumah tangga yang lebih umum. Tarif berjenjang membebankan tarif yang lebih tinggi saat penggunaan pelanggan meningkat. TOU dan tingkat permintaan disusun untuk membantu mempertahankan dan mengendalikan permintaanbeban puncak utilitas.dari [[sistem tenaga listrik]].<ref>{{Cite web|last=Torriti|first=Jacopo|title=Appraising the Economics of Smart Meters|url=https://www.routledge.com/Appraising-the-Economics-of-Smart-Meters-Costs-and-Benefits/Torriti/p/book/9780367203368}}</ref> Konsep intinya adalah untuk mencegah pelanggan mengonsumsi daya listrik pada waktu [[beban puncak]] dengan membebankan lebih banyak uang kepada mereka untuk menggunakan daya pada masa beban puncak itu. Secara historis, tarif pada malam hari sangat minim karena puncaknya terjadi pada siang hari ketika semua sektor menggunakan listrik. Permintaan yang meningkat membutuhkan pembangkitan energi tambahan, yang secara tradisional disediakan oleh [[pembangkit "masalistrik pemikul beban puncak"]] yang biasanya berbahan bakar fosil dan kurang efisien yang membutuhkan biaya lebih besar untuk menghasilkan listrik daripada pembangkit "listrik pemikul beban dasar". <ref>{{Cite web|last=Fetchen|first=Stephanie|date=12 September 2019|title=Growing Renewable Generation Causing Changes In Generation Charges|url=http://rateacuity.com/growing-renewable-generation-causing-changes-in-generation-charges/|website=RateAcuity|access-date=15 October 2019}}</ref> Namun, karena saat ini terjadi penetrasi yang lebih besar dari sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya, berada di jaringan dengan biaya lebih rendah, pembangkitan listrik puncak di saat siang hari dialihkan saat [[PLTS]] menghasilkan energi paling banyak.
Sebuah studi Oktober 2018 oleh pemasok energi Inggris, Octopus Energy, menunjukkan manfaat tarif waktu penggunaan (TOU) khususnya, dengan pelanggan pada model harga Agile didapati telah menggeser konsumsi listrik dari periode puncak sebesar 28%, membantu konsumen menghemat £188 per tahun dibandingkan dengan tarif variabel standar. <ref>{{Cite web|date=31 October 2018|title=Smart time-of-use tariff shows "significant impact" on energy consumption behaviour|url=https://www.sms-plc.com/insights/blogs-news/smart-time-of-use-tariff-shows-significant-impact-on-energy-consumption-behaviour/|website=SMS plc|access-date=20 September 2021}}</ref>
''[[Net metering]]'' adalah mekanisme penagihan lain yang mendukung pengembangan pembangkit listrik terbarukan, khususnya [[tenaga surya]]. Mekanisme ini memberi kredit kepada pemilik sistem energi surya untuk listrik yang ditambahkan sistem mereka ke jaringan. Pelanggan tingkat rumah tangga dengan sistem [[fotovoltaik]] (PV) atap biasanya akan menghasilkan lebih banyak listrik daripada yang dikonsumsi rumah mereka pada siang hari, jadi pengukuran ''net metering'' sangat menguntungkan. Selama ini di mana pembangkitan lebih besar dari konsumsi, meteran listrik rumah akan berjalan mundur untuk memberikan kredit pada tagihan listrik pemilik rumah. <ref>{{Cite web|title=Net Metering {{!}} SEIA|url=https://www.seia.org/initiatives/net-metering|website=SEIA|language=en|access-date=3 May 2018}}</ref> Nilai [[Tenaga surya|listrik tenaga surya]] lebih kecil dari tarif eceran, jadi pelanggan ''net metering'' sebenarnya disubsidi oleh semua pelanggan utilitas listrik lainnya. <ref>Rethinking The rationale for Net Metering: Quantifying subsidy from non-solar to solar customers. Alexander, Brown, and Faruqui. http://ipu.msu.edu/wp-content/uploads/2017/09/Rethinking-Rationale-for-Net-Metering-2016.pdf</ref>
== Perbandingan harga berdasarkan sumber listrik ==
Campuran sumber pembangkit dari utilitas tertentu akan memiliki pengaruh besar pada harga listriknya. Utilitas listrik yang memiliki persentase pembangkit listrik tenaga air yang tinggi akan cenderung memiliki harga yang lebih rendah, sedangkan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara yang lebih tua dalam jumlah besar akan memiliki harga listrik yang lebih tinggi. Baru-baru ini LCOE teknologi fotovoltaik surya <ref>{{Cite journal|last=Branker|first=K.|last2=Pathak|first2=M.J.M.|last3=Pearce|first3=J.M.|year=2011|title=A review of solar photovoltaic levelized cost of electricity|url=https://digitalcommons.mtu.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1028&context=materials_fp|journal=Renewable and Sustainable Energy Reviews|volume=15|issue=9|pages=4470–4482|doi=10.1016/j.rser.2011.07.104}}</ref> telah turun secara substansial. <ref>{{Cite journal|last=Lai|first=Chun Sing|last2=McCulloch|first2=Malcolm D.|year=2017|title=Levelized cost of electricity for solar photovoltaic and electrical energy storage|url=http://bura.brunel.ac.uk/handle/2438/22670|journal=Applied Energy|volume=190|pages=191–203|doi=10.1016/j.apenergy.2016.12.153}}</ref> <ref>{{Cite journal|last=Kang|first=Moon Hee|last2=Rohatgi|first2=Ajeet|year=2016|title=Quantitative analysis of the levelized cost of electricity of commercial scale photovoltaics systems in the US|journal=Solar Energy Materials and Solar Cells|volume=154|pages=71–77|doi=10.1016/j.solmat.2016.04.046}}</ref> Di Amerika Serikat, 70% pembangkit listrik tenaga batu bara saat ini beroperasi dengan biaya lebih tinggi daripada teknologi energi baru terbarukan (tidak termasuk air) dan pada tahun 2030 semuanya akan tidak ''economical''. <ref name=":4">{{Cite web|date=30 November 2018|title=42% of global coal power plants run at a loss, finds world-first study|url=https://www.carbontracker.org/42-of-global-coal-power-plants-run-at-a-loss-finds-world-first-study/|website=Carbon Tracker Initiative|language=en-US|access-date=14 March 2019}}</ref> Di seluruh dunia, 42% pembangkit listrik tenaga batu bara beroperasi dengan kerugian pada tahun 2019. <ref name=":4" />
== Lihat pula ==
*
* [[Meteran listrik]]
* [[Tarif dasar listrik di Indonesia]]
== Referensi ==
{{reflist|2}}
[[Kategori:Harga|listrik]]
[[Kategori:Ekonomika kelistrikan]]
|