Ngabekten: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fachrian Muzaqi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Rey161203 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 3:
|[[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat]]
|[[Keraton Surakarta Hadiningrat]]
}}|coordinates=|country=Indonesia|years_active=|last=|prev=|next=|participants=Kerabat dan Abdi Dalem Keraton|attendance=|capacity=|area=|budget=|activity=|leader_name=|patron=|filing=|people=|sponsor=<!-- | or sponsors = -->|current=|footnotes=|native_name=꧋ꦔꦧꦺꦏ꧀ꦠꦺꦤ꧀꧋ꦔꦧꦼꦏ꧀ꦠꦺꦤ꧀|native_name_lang=jv}}
 
'''Ngabekten''' ([[Aksara Jawa|Hanacaraka]]: ꧋ꦔꦧꦺꦏ꧀ꦠꦺꦤ꧀꧋ꦔꦧꦼꦏ꧀ꦠꦺꦤ꧀) adalah salah satu tradisi yang dilakukan di wilayah trah [[Mataram Islam]], seperti [[Surakarta]] dan [[Yogyakarta]] dalam rangka memperingati hari raya [[Idul Fitri]]. Ngabekten dilakukan sebagai wujud permohonan maaf dan penghormatan kepada orang tua maupun figur yang dituakan, dalam hal ini adalah Sultan atau Susuhunan.
 
== Asal usul ==
Baris 25:
 
=== Adat dan Tata Cara ===
Selama prosesi ngabekten, biasanya dilakukan dengan sungkem sambil
mencium kaki Susuhunan (Surakarta) atau mencium lutut Sultan/Susuhunan (Yogyakarta). Urutannya dimulai dari peserta dengan status sosial paling tinggi, hingga yang rendah. Sedangkan khusus untuk Adipati atau abdi dalem dan kerabat yang usianya lebih tua dari raja, biasanya hanya melakukan ''sembah karna'' dengan mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan telinga.<ref>[https://kalimahsawa.id/ngabekten-artikulasi-harmoni-islam-dan-jawa/ Ngabekten: Artikulasi Harmoni Islam dan Jawa]</ref>
 
Dalam prosesi ngabekten diatur pula ''ageman'' (busana) yang digunakan oleh Sultan, Adipati, dan peserta ngabekten. Pada masa lalu, para pangeran dan abdi dalem tingkat tinggi memakai pakaian ''keprabon'' atau kebesaran, misalnya untuk pria mengenakan kain kampuh, bercelana panjang putih, berkuluk biru, tidak berbaju dan tidak bersandal. Busana untuk abdidalem bupati hanya kuluknya yang putih, sedangkan untuk wanita mengenakan kampuh, tidak berbaju dan tidak bersandal.<ref name=dpad/>