Senen, Jakarta Pusat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
|||
(5 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{
{{Kecamatan
|nama = Senen
Baris 29:
Kecamatan Senen terdiri dari enam [[kelurahan]], yakni;
# [[Senen, Senen, Jakarta Pusat]] dengan kode pos 10410
# [[Kwitang, Senen, Jakarta Pusat]] dengan kode pos 10420
# [[Kenari, Senen, Jakarta Pusat]] dengan kode pos 10430
# [[Paseban, Senen, Jakarta Pusat]] dengan kode pos 10440
# [[Kramat, Senen, Jakarta Pusat]] dengan kode pos 10450
# [[Bungur, Senen, Jakarta Pusat]] dengan kode pos 10460
== Pusat perdagangan ibu kota ==
Pada awal abad ke-20, Senen telah menjadi jantung ibu kota dengan denyut perdagangan yang tak pernah berhenti. Beberapa toko besar dan terkenal, banyak berdiri di sepanjang Jalan Kramat Bunder, Jalan Kramat Raya, Jalan Kwitang, dan Jalan Senen Raya. "Apotik Rathkamp" yang setelah kemerdekaan menjadi [[Kimia Farma]], berdiri di seberang Segi Tiga Senen. Di Gang Kenanga terdapat toko sepeda "Tjong & Co". Di Jalan Kramat Bunder terdapat rumah makan terkenal "Padangsche Buffet".<ref>Alwi Shahab, Kramat-Pasar Senen 1935, Republika, 9 Oktober 2007</ref> Di Jalan Kwitang terdapat toko buku Gunung Agung. Serta dua bioskop terkenal, Rex Theater (kini Bioskop Grand) dan Rivoli Theater di Jalan Kramat Raya. Di Pasar Senen terdapat toko Djohan
Pada periode 1960-1970, beberapa toko di atas telah lenyap atau berubah kepemilikan. Pada masa kepemimpinan [[Ali Sadikin]], pemerintah melakukan revitalisasi kawasan Senen, dengan membangun Pusat Perdagangan Senen atau yang lebih dikenal dengan Proyek Senen<ref>{{Cite web |url=http://www.arsitekturindis.com/?p=257 |title=Salinan arsip |access-date=2009-05-01 |archive-date=2011-07-07 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110707164143/http://www.arsitekturindis.com/?p=257 |dead-url=yes }}</ref> Pembangunan Proyek Senen diikuti dengan pasar inpres dan Terminal Senen. Melengkapi Proyek Senen, pada tahun 1990 dibangun pula super blok modern, Atrium Senen. Atrium Senen diisi sejumlah ''tenant'' internasional, seperti Yaohan dan Mark & Spencer, yang pada akhirnya menarik diri karena krisis ekonomi.
Selain proyek Senen dan Atrium Senen, Senen makin dipadati oleh pedagang informal atau biasa disebut dengan pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan disepanjang jalan Kramat dan Kwitang. Jika di sisi Jalan Kramat dipenuhi oleh [[Pedagang Minangkabau|pedagang-pedagang Minangkabau]] yang menjual aneka penganan, maka Jalan Kwitang merupakan bursa buku terbesar di Jakarta.
== Demografi ==
Pada tahun [[2021]], penduduk kecamatan Senen sebanyak 129.303 jiwa, dengan kepadatan 29.320 jiwa/km².<ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021|website=www.dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=9 Januari 2022|format=Visual}}</ref> Berdasarkan data [[Kementerian Dalam Negeri]] tahun [[2021]] mencatat bahwa mayoritas penduduk kecamatan ini memeluk agama [[Islam]]. Adapun persentasi penduduk menurut agama yang dianut ialah [[Islam]] sebanyak 81,05%, kemudian [[Kekristenan|Kristen]] sebanyak 16,26%,
== Seniman Senen ==
Pada akhir dekade 1930-an, kawasan Senen mulai didatangi oleh anak-anak muda dari seantero Nusantara. Kebanyakan di antara mereka adalah mahasiswa, aktivis, dan pejuang bawah tanah. Di samping itu terdapat pula para pemain sandiwara, pemain musik, pembuat puisi, dan penulis cerita, yang kemudian hari lebih dikenal dengan sebutan "Seniman Senen". Di antara para seniman itu adalah [[Chairil Anwar]]. Dia kerap mondar-mandir, mencari inspirasi dan menulis sajak di pinggiran Stasiun Senen.<ref>Aulia A. Muhammad, Bayang baur sejarah: sketsa hidup penulis-penulis besar dunia, Chairil Anwar: Potret Lusuh Seorang Sastrawan, 2003</ref> [[Djamaluddin Malik]] juga merupakan seniman Indonesia yang tumbuh dan besar di kawasan Senen. Di antara para seniman Senen, Djamaluddin dikenal sebagai seorang yang dermawan. Dia menjadi bos atau raja seniman Senen.<ref>Republika.co.id http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/khazanah/08/09/21/7629-h-djamaluddin-malik-tokoh-sineas-dari-nahdlatul-ulama</ref> Selain nama-nama di atas, para seniman Senen yang kelak menjadi orang-orang sukses antara lain [[Usmar Ismail]], [[Misbach Yusa Biran]], [[Delsy Syamsumar]], [[Sobron Aidit]], [[Soekarno M. Noer]], [[Wim Umboh]], dan [[Wolly Sutinah]].
Dipilihnya Pasar Senen menjadi tempat berkumpulnya para seniman, dikarenakan dekatnya kawasan tersebut dengan [[Gedung Kesenian Jakarta]] dan studio film Golden Arrow. Dan dari sini juga, orang bisa mencapai segala penjuru Jakarta dengan biaya amat murah. Pada era 1950-an, tempat kumpul paling ternama adalah kedai Masakan Padang "Ismail Merapi". Di tempat ini, tak hanya para seniman saja yang berkumpul, tetapi juga para pencatut, preman, dan gelandangan.
Pada tahun 1968, gubernur Jakarta [[Ali Sadikin]] meresmikan [[Taman Ismail Marzuki]] dan kemudian mendirikan [[Institut Kesenian Jakarta]]. Selain sebagai objek wisata, tempat ini juga diperuntukkan bagi para seniman yang hendak mengembangkan bakat dan kemampuannya. Sejak saat itu, maka mereduplah nama besar Seniman Senen. Kini Cikini dengan Taman Ismail Marzuki-nya, telah menggantikan Planet Senen sebagai tempat pembiakan para seniman muda.
Baris 125:
* {{id}} [https://pusat.jakarta.go.id/ Situs Resmi Pemerintahan Kota Jakarta Pusat]
* {{id}} [https://jakpuskota.bps.go.id BPS Kota Jakarta Pusat]
* {{id}} [http://www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/mpublik/ Prodeskel Binapemdes Kemendagri] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220401173302/http://www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/mpublik/ |date=2022-04-01 }}
{{Senen, Jakarta Pusat}}
Baris 131:
{{Batavia}}
{{Authority control}}
|