Kerusuhan Situbondo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rudiwaka (bicara | kontrib)
+{{Bencana di Indonesia tahun 1990an}}
k Membatalkan 1 suntingan oleh 2001:448A:1123:1D40:5944:35C5:8553:2208 (bicara) ke revisi terakhir oleh Natsuikomin (TW)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(4 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Multiple issues|{{Tambah catatan kaki}}{{Sumber blog}}|collapsed=y}}
Pada tanggal [[10 Oktober]] [[1996]], terjadi kerusuhan anti-Kristen dan anti-orang keturunan [[Tionghoa]] di [[Kabupaten Situbondo]], [[Jawa Timur]]. Peristiwa itu mulai karena massa tidak puas dengan hukuman penjara lima tahun untuk terdakwa Saleh, (yang beragama Islam) yaitu tuntutan maksimal yang dapat dijatuhkan atas kasus penghinaan terhadap agama Islam. Oleh karena ketidakpuasan tersebut serta kesalahpahamannya bahwa Saleh disembunyikan di dalam gereja, massa mulai merusak dan membakar gereja-gereja di [[Kabupaten Situbondo]]. Pada akhirnya, 24 gereja di lima kecamatan dibakar atau dirusak, serta beberapa sekolah [[Kristen]] dan [[Katolik]], satu panti asuhan [[Kristen]], dan toko-toko yang milik orang keturunan [[Tionghoa]]. Dalam kerusuhan tersebut, lima orang keluarga pendeta Ischak Christian tewas terpanggang api di dalam komplek Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) yang terletak di Jl. Basuki Rachmat Situbondo. Diduga peristiwa ini direkayasa untuk mendiskreditkan [[Nahdlatul Ulama]] dan pemimpinnya pada saat itu, [[Abdurrahman Wahid]].<ref>[http://www.fica.org/persecution/bp/B/Bab3-1.html Usaha Mendiskreditkan NU dan PPP ]</ref>
 
Pada tanggal [[10 Oktober]] [[1996]], terjadi '''kerusuhan anti-Kristen dan anti-orang keturunan [[Tionghoa]] di [[Kabupaten Situbondo]], [[Jawa Timur]]'''. Peristiwa itu mulai karena massa tidak puas dengan hukuman penjara lima tahun untuk terdakwa Saleh, (yang beragama Islam) yaitu tuntutan maksimal yang dapat dijatuhkan atas kasus penghinaan terhadap agama Islam. Oleh karena ketidakpuasan tersebut serta kesalahpahamannya bahwa Saleh disembunyikan di dalam gereja, massa mulai merusak dan membakar gereja-gereja di [[Kabupaten Situbondo]]. Pada akhirnya, 24 gereja di lima kecamatan dibakar atau dirusak, serta beberapa sekolah [[Kristen]] dan [[Katolik]], satu panti asuhan [[Kristen]], dan toko-toko yang milik orang keturunan [[Tionghoa]]. Dalam kerusuhan tersebut, lima orang keluarga pendeta Ischak Christian tewas terpanggang api di dalam komplek Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) yang terletak di Jl. Basuki Rachmat Situbondo. Diduga peristiwa ini direkayasa untuk mendiskreditkan [[Nahdlatul Ulama]] dan pemimpinnya pada saat itu, [[Abdurrahman Wahid]].<ref>[http://www.fica.org/persecution/bp/B/Bab3-1.html Usaha Mendiskreditkan NU dan PPP ]</ref>
 
== Kronologi ==