Pertempuran Banjarmasin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
add details and references
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(13 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox military conflict|conflict=Pertempuran Banjarmasin|combatant2={{flagcountry|Empire of Japan}}|casualties2=9 tewas atau mati karena sakit <br> 80% (sekitar 800 prajurit) terserang Malaria|casualties1=TidakPara diketahui <br> Pasukanpasukan desersi, dievakuasi ke Jawa, atau menyerah|strength2=Sekitar 1,000<ref name="Nortier 1982, pp. 81">Nortier (1982), pp. 81</ref>|strength1=Sekitar 500<ref name="De Jong 1984, pp. 834">De Jong (1984), pp. 834</ref>|commander2={{flagicon|Empire of Japan|naval}} Kyōhei Yamamoto<br>{{flagicon|Empire of Japan|naval}} Yoshibumi Okamoto|commander1={{flagicon|Netherlands}} Henry Halkema|combatant1={{flag|Netherlands}}|image=File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_eerste_vliegtuig_is_geland_op_Oelin_(27_km_van_Bandjermasin)_Borneo_TMnr_10014089.jpg|result=Kemenangan Jepang|place=[[Banjarmasin]], Pulau [[Kalimantan]] bagian Selatan|date=31 Januari–10 Februari 1942|partof=[[Perang Dunia II]], [[Perang Pasifik]]|caption=Penerbangan pertama dari Royal Netherlands East Indies Airways ([[KNILM]]) mendarat di Lapangan Terbang Oelin, Banjarmasin, 1935.|image_size=310|{{Kotak kampanye medan perang Hindia Belanda}}}}
 
'''Pertempuran Banjarmasin''' (31 Januari - 10 Februari 1942) merupakan bagian dari serangan Jepang untuk merebut Hindia Belanda. Jepang melakukan serangan menjepit dari laut dan darat untuk menangkap lapangan terbang strategis di Banjarmasin (ejaan lama: Bandjarmasin atau Bandjermasin) sebegai persiapan untuk menangkap Pulau Jawa.
 
== Latar Belakangbelakang ==
Sebelum 1941, Banjarmasin adalah pusat administrasi untuk Kalimantan Timur dan Tenggara, dan tempat domisili gubernur Kalimantan.<ref>Nortier (1982), pp. 73</ref> Lapangan Terbang Oelin (Ulin) yang berada 25 kilometer di luar kota hanya berjarak 420 kilometer dari Surabaya. Faktor ini menjadikan kota ini target utama dalam rencana Jepang untuk menghancurkan kekuatan udara Sekutu di Jawa sebelum ofensif mereka.<ref>Remmelink (2018), pp. 25</ref> Belanda mendirikan lapangan terbang lain di Kotawaringin, 350 kilometer ke barat.{{Kotak kampanye medan perang Hindia Belanda}}
 
== Susunan Pasukanpasukan ==
 
=== Jepang ===
 
==== Pasukan Daratdarat ====
 
* Unit Darat (Komandan: Kolonel Kyōhei Yamamoto): <ref>Remmelink (2018), pp. 256</ref>
** Resimen Infanteri Ke-146 (minus Batalyon Ke-1 and Ke-2)
** Satu baterai artileri
Baris 18:
** Unit medis
** Satu kompi transportasi
* Unit Laut (Komandan: Kapten Yoshibumi Okamoto): <ref>Nortier (1982), pp. 79</ref>
** Satu kompi infanteri
** Satu peleton zeni
Baris 26:
=== Belanda ===
 
==== Pasukan Daratdarat ====
 
* Kotawaringin (Komandan: Letnan G.T.C. Schoenmaker):<ref>Nortier (1982), pp. 76</ref><ref>Koninklijke Nederlands Indische Leger (1948), pp. 516</ref>
** Sepuluh brigade (Satu brigade: ca. 15-18 pasukan)
** Dua senapan mesin Lewis untuk pertahanan Anti-pesawat
 
* Dajoe (Dayu) (Komandan: Cadangan Letnan Satu W.M.J. van der Poel):
** Satu brigade
** 25 polisi lapangan wamil
 
* Tanahgrogot (Komandan: Letnan W. Michielsen):
** 60 tentara
 
* Amoentai (Amuntai) dan Barabai:
** Tiga brigade Landwacht masing-masing, dipersenjatai dengan senapan berburu
 
* Kandangan (Komandan: Cadangan 1. Letnan D.E.P. Scholte):
** Tiga brigade Landwacht
** 25 wajib militer
 
* Oelin (Komandan: Kapten F. Bolderhey):
** Sembilan brigade (sekitar 150 infanteri reguler dan wajib militer)
** Dua senapan mesin 7,7 &nbsp;mm
** Beberapa senjata Lewis
 
* Banjarmasin (Komandan: Kapten J.H. van Epen):
** Satu perusahaan Stadswacht
Baris 57 ⟶ 51:
 
== Rencana Belanda ==
Tugas utama Pasukan Belanda di Banjarmasin adalah untuk mempertahankan Landasan udara (Lanud) Oelin dan Kotawaringin. Meskipun tugas ini sangat penting, pasukan yang ada datang dari berbagai kelompok yang tidak memiliki perlengkapan yang memadai; beberapa unit tidak diberi seragam sampai Januari 1942. Banyak brigade ''Stadswacht'' dan ''Landwacht'' hanya baru dibentuk pada tahun 1941 dan tidak dilatih untuk menangani senjata atau bermanuver dalam pertempuran. <ref name="Nortier 1982, pp. 75">Nortier (1982), pp. 75</ref>
 
Sesuai dengan rencana pertahanan Belanda, semua prajurit yang ditempatkan diluar Jawa harus melakukan perang gerilya setelah menyelesaikan misi utama mereka.<ref>Nortier (1982), pp. 74</ref> Staf komando dan gubernur akan pindah ke Moearatewe (Muaratewe), di Barito Utara, sementara staf administrasi akan tetap di Banjarmasin, berharap untuk tetap berkerja secara normal setelah pendudukan Jepang.<ref> name="Nortier (1982), pp. 75<"/ref> Tiga gudang penyimpanan didirikan di sepanjang rute menuju Moearatewe selama periode gerilya.<ref name="De Jong 1984, pp. 834">De Jong (1984), pp. 834</ref>
 
== Rencana Jepang ==
[[FileBerkas:Japanese_attack_on_Borneo,_1941-1942.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:Japanese_attack_on_Borneo,_1941-1942.jpg|al=|kiri|jmpl|330x330px340x340px|Rute serangan Jepang dike Kalimantan dari 1941-1942, termasuk ke Banjarmasin.]]
Mempertimbangkan bahwa Jepang tidak memiliki informasi terkini mengenai kondisi lapangan terbang di Banjarmasin, dan lamanya waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan lanud untuk operasi setelah direbut, Angkatan Laut membatalkan keterlibatannya dalam serangan ini.<ref>Remmelink (2018), pp. 207</ref> Alih-alih, Angkatan Darat ditugaskan untuk melakukan serangan dua-cabang ke Banjarmasin dari laut dan darat, dengan serangan dari darat menjadi cabang utama.
 
Unit Darat dibawah Kolonel Yamamoto akan meninggalkan Balikpapan pada malam 30 Januari dan mendarat di Tanahgrogot saat fajar keesokan harinya. Unit ini kemudian akan melintasi hutan dan pegunungan ke selatan, dengan unsur garda depannya bertugas sebagai pemblokir upaya penyergapan Belanda. Setelah keluar dari hutan, Unit Darat akan dengan cepat maju ke kota untuk mendahului upaya Belanda untuk meledakkan jembatan selama pergerakan mundur mereka. Karena sebagian besar persediaan akan direbut selama pergerakan ke Banjarmasin, pasukan Yamamoto hanya membawa jatah sembilan hari bersama mereka.<ref>Remmelink (2015), pp. 392</ref>
 
Sementara itu, Kapten Okamoto dan Unit Laut akan berangkat beberapa hari sebelum Yamamoto. Menggunakan perahu pendaratan, unit ini hanya akan bergerak di malam hari. Pada siang hari mereka akan bergerak ke hulu dekat muara sungai dan bersembunyi di bawah hutan untuk menghindari pesawat pengintai Sekutu. Untuk mengamankan perjalanan melalui selat di barat Pulau Laoet (Laut), Okamoto berencana untuk melakukan serangan malam di Kotabaroe (Kotabaru) untuk mengumpulkan persediaan dan intelijen. Setelah mendarat di Banjarmasin, Unit Laut akan menyerang dan merebut lanud Oelin. Berlawanan dengan Unit Darat, pasukan Okamoto perlu mendapatkan persediaan seiring perjalanan mereka.<ref name="Remmelink 2015, pp. 393">Remmelink (2015), pp. 393</ref>
 
== Pertempuran ==
 
=== Serangan Pendahuluanpendahuluan ===
Setelah jatuhnya Tarakan, Jepang mulai melancarkan serangan udara harian ke Banjarmasin. Pesawat tempur Jepang pertama melakukan serangan pemberondongan di lanud Oelin pada 20 Januari, tetapi hanya menyebabkan beberapa kerusakan. Di serangan udara tanggal 21 Januari, 4 [[Mitsubishi A6M Zero|Mitsubishi Zero]] dan satu pengintai [[:en:Mitsubishi_KiMitsubishi Ki-15|Ki-15 Babs]] dari Tainan Air Wing menghancurkan satu PBY Catalina dari Grup Penerbangan ke-16 (GVT.16) milik [[:en:Netherlands_Naval_Aviation_ServiceNetherlands Naval Aviation Service|MLD]] (''Marineluchtvaartdienst;'' Layanan Penerbangan Angkatan Laut) yang mendarat di Delta Barito.<ref name="Nortier 1982, pp. 80">Nortier (1982), pp. 80</ref><ref>Womack (2006), pp. 87</ref> Kerugian besar akhirnya datang saat serangan pada 27 Januari, ketika delapan pembom [[:en:Martin_BMartin B-10|Glenn Martin]] sedang transit di Oelin dalam perjalanan mereka ke Lanud Samarinda II. Saat pesawat tempur Jepang datang, senapan mesin Lewis yang ditempatkan sebagai pertahanan anti-pesawat tidak berguna sama sekali. Dengan menghancurkan enam pembom hancur dan merusak dua lainnya, pesawat-pesawat Jepang telah memberikan pukulan telak bagi moral pasukan Belanda.<ref>Koninklijke Nederlands Indische Leger (1948), pp. 517</ref>[[Berkas:Detail_of_the_advance_of_the_Land_Drive_and_Sea_Drive_Unit_to_Banjarmasin,_1942.png|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:Detail_of_the_advance_of_the_Land_Drive_and_Sea_Drive_Unit_to_Banjarmasin,_1942.png|al=|jmpl|350x350px|Serangan Unit Darat dan Laut, 31 Januari-10 Februari 1942. Unit Darat ditandai di peta dengan panah tunggal; Unit Laut ditunjukkan oleh panah ganda.]]
 
=== Unit Darat ===
Garda depan dari Unit Yamamoto meninggalkan Balikpapan pada pagi hari tanggal 31 Januari dan mendarat di Teluk Adang pada pukul 20:00 pada hari yang sama.<ref> name="Remmelink (2015), pp. 393<"/ref> Setelah diberitahu tentang pendaratan, Letnan Michielsen yang memimpin pertahanan di Tanahgrogot mundur dengan 60 tentaranya setelah menghancurkan kota. Namun, keluarga prajurit pribumi dilarang dievakuasi, sementara keluarga prajurit Eropa dapat mengungsi dengansecara syarat mereka sendiriterpisah. Michielsen telah mendirikan sebuah kamp dengan persediaan makanan di 20 &nbsp;km sebelah timur Tanahgrogot untuk menampung para pengungsi, yang sekarangsaat itu telah bergabung dengan barisan tentaratentaranya yang mundur. Namun, banyak prajurit,serdadu yang sepidesersi di sepanjang jalan atau kembali ke keluarga mereka, meninggalkandan akhirnya menyisakan Michielsen dengan lima tentaraprajurit - dua di antaranya sakit - ketika ia sampai di Tandjoeng.<ref> name="Nortier (1982), pp. 80<"/ref>[[File:Detail_of_the_advance_of_the_Land_Drive_and_Sea_Drive_Unit_to_Banjarmasin,_1942.png|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:Detail_of_the_advance_of_the_Land_Drive_and_Sea_Drive_Unit_to_Banjarmasin,_1942.png|al=|jmpl|350x350px|Serangan Unit Darat dan Laut, 31 Januari-10 Februari 1942. Unit Darat ditandai di peta dengan panah tunggal; Unit Laut ditunjukkan oleh panah ganda.]]Pada 1 Februari pukul 10:30, penjaga di muka merebut Tanahgrogot. Pada 2 Februari, sisa Unit Yamamoto meninggalkan Balikpapan dan mendarat di Tanahgrogot pada tanggal 3. Ketika mereka bergerak ke selatan menuju Banjarmasin, Land Drive Unit harus berhadapan dengan kurangnya jalan yang memadai, yang menyebabkan kendaraan bermotor dan 600 sepeda mereka tidak berguna. Mereka memanjat gunung yang curam dan menyeberangi jembatan kayu sementara di atas ngarai yang dalam, sembari menangkis serangan dari nyamuk, lintah dan serangga lainnya.<ref>Remmelink (2015), pp. 393</ref> Dalam kondisi ini, Yamamoto mencapai Moeara Oeja (Muara Uya) pada 4 Februari. Di bawah perintah Halkema, brigade Landwacht di Tandjoeng (Tanjung), Amoentai dan Barabai menghanguskan kota dan mundur tanpa perlawanan.<ref>Koninklijke Nederlands Indisch Leger (1948), pp. 518</ref>
 
Pada 1 Februari pukul 10:30, garda depan Unit Darat merebut Tanahgrogot. Keesokan harinya, sisa dari pasukan Yamamoto meninggalkan Balikpapan dan mendarat di Tanahgrogot pada tanggal 3. Selama pergerakan ke selatan menuju Banjarmasin, Yamamoto dan pasukannya harus berhadapan dengan kondisi jalan yang tidak memadai, yang menyebabkan semua kendaraan bermotor dan 600 sepeda yang sudah dibawa tidak berguna. Mereka akhirnya harus memanjat gunung yang curam dan menyeberangi jembatan kayu pengganti di atas ngarai yang dalam, sembari menangkis serangan dari nyamuk, lintah dan serangga lainnya.<ref name="Remmelink 2015, pp. 393"/> Dalam kondisi ini, Unit Darat mencapai Moeara Oeja (Muara Uya) pada 4 Februari. Di waktu yang sama, Halkema memerintahkan brigade-brigade Landwacht di Tandjoeng (Tanjung), Amoentai dan Barabai membumihanguskan kota dan mundur tanpa perlawanan.<ref name="Koninklijke Nederlands Indisch Leger 1948 pp. 518">Koninklijke Nederlands Indisch Leger (1948), pp. 518</ref>
Perintah ini membawa Halkema berbenturan dengan gubernur Kalimantan Belanda, Bauke Jan Haga. Gubernur Haga menganggap kehancuran itu prematur, karena akan mengganggu kehidupan ekonomi di kota-kota di sepanjang Hoeloe Soengei (Hulu Sungei / Sungai), yang mengacu pada garis kota dan desa yang terletak di sebelah timur Sungai Barito. Sebagai protes, Gubernur Haga mengirim keluhan resmi kepada komandan pasukan Belanda, Heinrich ter Poorten, meminta Halkema diganti. Dalam perjanjian, ter Poorten mengirim Mayor A. Doup untuk menggantikannya.<ref>Nortier (1982), pp. 77</ref>
 
Perintah ini membawamenciptakan Halkemaperselisihan berbenturanantara denganHalkema dan gubernur Kalimantan Belanda, Bauke Jan Haga. Gubernur Haga menganggap kehancuranlaju itupembumihangusan prematurdilakukan terlalu dini, karenadan akan mengganggu kehidupan ekonomi di kota-kota didan sepanjangdesa-desa Hoeloeyang Soengeiberada (Huludi Sungeisisi /timur Sungai), yangBarito mengacu(juga padadisebut garisHoeloe kotaSoengei dan desa yang terletak di sebelah timur(Hulu Sungei/Sungai Barito)). Sebagai protesbentuk protesnya, Gubernur Haga mengirim keluhan resmi kepada komandan pasukan Belanda, Heinrich ter Poorten, dan meminta Halkema diganti. DalamSetelah perjanjianmenyetujui permintaan Haga, ter Poorten mengirim Mayor A. Doup untuk menggantikannya.<ref>Nortier (1982), pp. 77</ref>
Di Dajoe, pasukan Letnan van der Poel menghancurkan lapangan terbang kecil di kota sebelum mundur ke utara ke Boentok (Buntok) dan kehilangan komunikasi dengan staf komando. Ketika penduduk setempat secara keliru melaporkan bahwa pasukan Jepang bergerak maju ke kota itu, banyak prajurit dan polisi lapangan van der Poel yang sepi meninggalkan dia dengan lima orang. Pada 7 Februari, Halkema memperkuat pasukan di Kandangan dengan dua brigade dari Oelin (dipersenjatai dengan senapan mesin Madsen) di bawah komando 1st. Lt. W.K. Remmert. Remmert harus menunda kemajuan Yamamoto di sepanjang Jalan Kandangan-Martapoera, sebelum bergabung kembali dengan brigade wajib militer di Lapangan Terbang Oelin. Pada 11:30, pasukan Remmert tiba di Kandangan dan mulai mengambil posisi di utara kota, sebelum membantu Scholte dalam upaya pembongkaran. Kedua kelompok kemudian mundur ke posisi defensif di Martapoera untuk melindungi Lapangan Terbang Oelin.<ref>Nortier (1982), pp. 81</ref>
 
Di Dajoe, pasukan Letnan van der Poel menghancurkan lapangan terbanglanud kecil di kota itu sebelum mundurkehilangan kekomunikasi utaradengan staf komando saat mereka bergerak mundur ke kota Boentok (Buntok) dan kehilangan komunikasi dengandi staf komandoutara. Ketika penduduk setempat melaporkan secara keliru melaporkan bahwa pasukan Jepang bergerak maju ke kota ituBoentok, banyak prajurit dan polisi lapangan van der Poel yangsegera sepimelarikan diri, meninggalkanmeninggalkannya diahanya dengan lima orangserdadu. Pada 7 Februari, Halkema memperkuat pasukan di Kandangan dengan dua brigade dari Oelin (dipersenjatai dengan satu [[:en:Madsen machine gun|senapan mesin Madsen]]) di bawah komando 1st.Letnan Lt.Satu W.K. Remmert. Remmert harus menundamemblokir kemajuangerak maju Yamamoto di sepanjang Jalan Kandangan-Martapoera, sebelum bergabung kembali dengan satu brigade wajib militerwamil di Lapangan TerbangLanud Oelin. PadaSaat pukul 11:30, pasukan Remmert tiba di Kandangan dan mulai mengambil posisi di utara kota, sebelum membantu Scholte dalam upayatugas pembongkaranpembumihangusan. Kedua kelompokpasukan ini kemudian mundur ke posisi defensif di Martapoera untuk melindungi Lapangan TerbangLanud Oelin.<ref name="Nortier 1982, pp. 81">Nortier (1982), pp. 81</ref>
Pada malam 8 Februari, laporan Belanda dari Rantau menyatakan bahwa salah satu kapal mereka berlayar di sepanjang sungai menuju Banjarmasin dengan lampu mati. Tidak termasuk kemungkinan bahwa mungkin ada pasukan Jepang di atas kapal, Halkema memerintahkan Kapten van Epen untuk mengirim tiga brigade (satu wajib militer dan dua Stadswacht, diperkuat dengan senapan mesin dan seorang Madsen) pada tongkang uap dari Oelin ke Negara untuk mencegah Jepang dari menyerang Banjarmasin melalui Sungai Barito, sebelum kembali lagi ke Oelin. Pada pukul 22:00, Halkema memerintahkan penghancuran Banjarmasin dan Pelaihari. Ketika kehancuran, dan dengan itu, vandalisme mulai terjadi, Gubernur Haga disarankan untuk meninggalkan kota, tetapi dia bersikeras bahwa dia tidak akan melakukannya sampai 23:30. Setelah itu, Gubernur Haga pergi ke Moearatewe,<ref>De Jong (1984), pp. 836</ref> sebelum bergerak lebih jauh ke utara ke Poeroektjaoe (Puruk Cahu).<ref>Nortier (1982), pp. 81</ref>
 
PadaDi malam 8 Februari, laporan Belanda dari Rantau menyatakanmenginformasikan bahwa salah satu kapal mereka berlayar di sepanjang sungai menuju Banjarmasin dengan lampu mati. TidakSambil termasukmempertimbangkan kemungkinan bahwa mungkin ada pasukan Jepang ada di atas kapal itu, Halkema memerintahkan Kapten van Epen untuk mengirim tiga brigade (satu wajib militerwamil dan dua Stadswacht, diperkuat dengan senapansatu mesin[[:en:Madsen danmachine seoranggun|senapan mesin Madsen]]) padalewat tongkang uap dari Oelin ke Negara untuk mencegahmemukul mundur pasukan Jepang dariyang menyerang Banjarmasin melalui Sungai Barito, sebelum kembalimundur lagi ke Oelin. Pada pukuljam 22:00, Halkema juga memerintahkan penghancuranpembumihangusan Banjarmasin dan Pelaihari. KetikaSaat kehancuran,kedua dan dengan itu,kota vandalismeini mulai terjaditerbakar, Gubernur Haga telah disarankan untuk meninggalkan kotaBanjarmasin, tetapi dia bersikeras bahwauntuk diatetap tidakberada akandi melakukannyakota sampai pukul 23:30. SetelahKetika ituwaktu menunjukkan pukul 23:30, Gubernur Haga pergipertama mundur ke Moearatewe,<ref>De Jong (1984), pp. 836</ref> sebelumlalu bergerak lebih jauh ke utaralagi ke Poeroektjaoe (Puruk Cahu).<ref name="Nortier 1982, pp. 81">Nortier (1982), pp. 81</ref>
Dua hari sebelumnya, ter Poorten telah menugaskan Doup sebagai letnan-kolonel dan mengangkatnya sebagai penerus Halkema, mengutip status kesehatan yang terakhir (rematik) dan ketidakseimbangan mental. Doup meninggalkan Surabaya pada 8 Februari, tetapi ketika pesawatnya mencapai pantai Kalimantan pada pukul 01:00, ia melihat api besar di mulut Sungai Barito, tempat Banjarmasin akan berada. Karena operator radio gagal melakukan kontak dengan tanah, pilot, Letnan Onyx menolak untuk mendarat. Akhirnya Onyx menerbangkan Doup ke Samarinda II Airfield; kegagalan untuk melakukan kontak disebabkan oleh rusaknya stasiun radio di Oelin Airfield. Doup akhirnya kembali ke Jawa dan bertindak sebagai Inspektur Infanteri. Setelah mengirimkan perintah penghancuran, Halkema dan beberapa petugas staf pergi ke Lapangan Terbang Oelin untuk menyerahkan perintah kepada penggantinya. Di lapangan terbang, ia melihat pesawat yang berputar di atas lapangan terbang beberapa kali sebelum pergi tanpa melakukan pendaratan.<ref>Nortier (1982), pp. 82</ref>
[[File:Dutch_Troops_undergoing_inspection_in_Tanahgrogot,_sometime_in_the_1940s.png|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:Dutch_Troops_undergoing_inspection_in_Tanahgrogot,_sometime_in_the_1940s.png|al=|kiri|jmpl|310x310px|Pasukan Belanda menjalani pemeriksaan di Tanahgrogot, sekitar tahun 1940-an]]
Ketika Halkema pergi ke Oelin, sebagian stafnya mulai naik ke kapal Irene dan Otto. Kedua kapal diarahkan ke uap menuju Schans van Tuyl (persimpangan Martapoera (Martapura) dan Sungai Barito), di mana mereka akan menunggu instruksi lebih lanjut di sana. Sementara itu, pertanda bencana Banjarmasin memerintahkan kapal uap untuk menuju ke Takisoeng (Takisung), sebuah kota pantai di selatan Banjarmasin, di mana kapal itu akan tersedia untuk pembuangan Halkema.<ref>Nortier (1982), pp. 82</ref> Dari Schans van Tuyl, Irene dan Otto akhirnya menuju ke Jawa, membawa pengungsi Belanda dari Banjarmasin dan bagian dari staf Halkema bersama mereka.<ref>De Jong (1984), pp. 834</ref>
 
Dua hari sebelumnya, ter Poorten telah menugaskanmengangkat Doup sebagaimenjadi letnan-kolonel dan mengangkatnyamenunjuknya sebagai peneruskomandan Halkema,baru mengutippasukan statusBelanda kesehatandi yangBanjarmasin. terakhirter Poorten menganggap status kesehatan (rematikreumatik) dan ketidakseimbangan mental Halkema membuatnya tidak layak lagi untuk memimpin. Doup meninggalkan Surabaya pada 8 Februari, tetapi ketika pesawatnya mencapai pantai Kalimantan pada pukul 01:00 pagi, ia melihat api besar di mulut Sungai Barito, tempat Banjarmasin akanseharusnya berada. Karena operator radio gagaltidak melakukanbisa kontakmenghubungi denganlanud tanahOelin, pilot, Letnan Onyx menolak untuk mendarat. Akhirnya Onyx menerbangkan Doup ke Lanud Samarinda II Airfield;( kegagalan untuk melakukan kontakkomunikasi disebabkan oleh rusaknyakarena stasiun radio di Oelin Airfieldsudah dihancurkan). Doup akhirnya terbang kembali ke Jawa dan bertindakmenjabat sebagai Inspektur Infanteri. Setelah mengirimkan perintah penghancuranpembumihangusan, Halkema dan beberapa petugasdari stafstafnya pergi ke Lapangan TerbangLanud Oelin untuk menyerahkanmenyerahtugaskan perintahkomando kepada penggantinya. Di lapangan terbang, ia melihat pesawatsatu yangpesawat berputar di atas lapangan terbanglanud beberapa kali sebelumnamun pergi tanpaakhirnya melakukantidak pendaratanmendarat.<ref name="Nortier 1982, pp. 82">Nortier (1982), pp. 82</ref>
Setelah melihat pesawat Doup pergi, Halkema melaju ke arah Takisoeng, di mana ia tiba di mulut Sungai Barito pada 9 Februari.<ref>Nortier (1982), pp. 82</ref> Pada malam hari, sebuah kapal Borsumij (Borneo Sumatra Maatschappij; Perusahaan Borneo Sumatera) muncul bersama staf lainnya yang tidak berangkat ke Irene dan Otto. Setelah naik Halkema, kapal kemudian menerima telegram dari Bandung, memerintahkan mereka untuk pergi ke barat ke Kotawaringin dan menunggu instruksi lebih lanjut di sana.<ref>Nortier (1982), pp. 83</ref>
[[FileBerkas:Dutch_Troops_undergoing_inspection_in_Tanahgrogot,_sometime_in_the_1940s.png|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:Dutch_Troops_undergoing_inspection_in_Tanahgrogot,_sometime_in_the_1940s.png|al=|kiri|jmpl|310x310px|Pasukan Belanda menjalani pemeriksaaninspeksi di Tanahgrogot, sekitar tahun 1940-an]]
Ketika Halkema pergi ke Oelin, sebagian dari stafnya mulai naik ke kapal ''Irene'' dan ''Otto''. Kedua kapal ini diarahkan ke uap menuju Schans van Tuyl (persimpangan Martapoera (Martapura) dan Sungai Barito), di mana mereka akan menunggu instruksi lebih lanjut di sana. Sementara itu, pertanda bencanasyahbandar Banjarmasin memerintahkan satu kapal uap untuk menuju ke kota pantai Takisoeng (Takisung), sebuah kota pantai di selatan Banjarmasin, di mana kapal itu akan tersediadigunakan untuk pembuanganoleh Halkema.<ref> name="Nortier (1982), pp. 82<"/ref> Dari Schans van Tuyl, ''Irene'' dan ''Otto'' akhirnya menuju ke Jawa, sambil membawa pengungsi Belanda dari Banjarmasin dan bagiansebagian dari staf Halkema bersama mereka.<ref name="De Jong 1984, pp. 834">De Jong (1984), pp. 834</ref>
 
Setelah melihat pesawat Doup pergi, Halkema mengemudi ke arah Takisoeng dan tiba di mulut Sungai Barito pada 9 Februari.<ref name="Nortier 1982, pp. 82"/> Pada malam hari, sebuah kapal milik [[Borsumij]] (''Borneo Sumatra Maatschappij''; Perusahaan Borneo Sumatera) muncul bersama staf Halkema yang tidak naik ke kapal ''Irene'' dan ''Otto''. Setelah Halkema naik, kapal itu kemudian menerima telegram dari Bandung yang memerintahkannya untuk pergi ke Kotawaringin dan menunggu instruksi lebih lanjut di sana.<ref name="Nortier 1982, pp. 83">Nortier (1982), pp. 83</ref> Kapal Borsumij berangkat pada pukul 19:00; Pasukan Belanda di atas kapal yang berhasil mengungsi ke Kotawaringin pada saat itu hanya berjumlah 75 tentara.<ref name="De Jong 1984, pp. 835">De Jong (1984), pp. 835</ref> Setelah berlabuh di Kotawaringin pada tanggal 11, Halkema dan personel non-esensial lainnya diterbangkan dengan pesawat ke Jawa pada hari berikutnya, sedangkan pasukan infanteri di bawah Kapten W.C.A. van Beek tinggal untuk memperkuat pasukan di lanud.<ref name="Koninklijke Nederlands Indisch Leger 1948 pp. 518"/>
Kapal Borsumij dikukus pada pukul 19:00; Pasukan Belanda di atas kapal yang berhasil mengungsi ke Kotawaringin pada saat itu hanya berjumlah 75 tentara.<ref>De Jong (1984), pp. 835</ref> Setelah berlabuh di Kotawaringin pada tanggal 11, Halkema dan personel non-esensial lainnya diterbangkan dengan pesawat ke Jawa pada tanggal 12 Februari, sedangkan pasukan infanteri di bawah Kapten W.C.A. van Beek memperkuat pasukan di lapangan terbang.<ref>Koninklijke Nederlands Indisch Leger (1948), pp. 518</ref> Kembali di Lapangan Terbang Oelin, Kapten Bolderhey menunggu hingga 9 Februari untuk penerbangan Doup tiba, tidak menyadari bahwa itu sudah dilakukan sehari sebelumnya. Menjelang malam pada tanggal 9, ia memutuskan untuk meninggalkan lapangan terbang dan menuju utara ke Koeala Kapoeas (Kuala Kapuas). Sikap bermusuhan dari penduduk setempat, bersama dengan desersi membuat gerilyawan berjuang keluar dari pilihan. Dengan lebih sedikit pilihan, Bolderhey memutuskan untuk melakukan upaya untuk mencapai Jawa.<ref>Nortier (1982), pp. 84</ref> Pada 11 Februari, ia dan pasukannya pergi dengan perahu kecil sepanjang 17 meter, bersama 180 warga sipil Belanda lainnya (termasuk 20 wanita). Setelah berlayar di laut lepas selama enam hari, Bolderhey mendarat di Madura.<ref>De Jong (1984), pp. 835</ref>
 
Kapal Borsumij dikukus pada pukul 19:00; Pasukan Belanda di atas kapal yang berhasil mengungsi ke Kotawaringin pada saatSementara itu hanya berjumlah 75 tentara.<ref>De Jong (1984), pp. 835</ref> Setelah berlabuh di Kotawaringin pada tanggal 11, Halkema dan personel non-esensial lainnya diterbangkan dengan pesawat ke Jawa pada tanggal 12 Februari, sedangkan pasukan infanteri di bawah Kapten W.C.A. van Beek memperkuat pasukan di lapangan terbang.<ref>Koninklijke Nederlands Indisch Leger (1948), pp. 518</ref> Kembali di Lapangan TerbangLanud Oelin, Kapten Bolderhey menunggu hingga 9 Februari untuk penerbangan Doup tiba, namun ia tidak menyadari bahwa ituDoup sudah dilakukandatang dan pergi sehari sebelumnya. Menjelang malam pada tanggal 9, ia memutuskan untuk meninggalkan lapangan terbangOelin dan menuju utara ke Koeala Kapoeas (Kuala Kapuas). SikapPerilaku bermusuhan dari penduduk setempat, bersama dengandan desersi membuat gerilyawanperang berjuanggerilya keluartidak dari pilihanmemungkinkan. Dengan lebih sedikit pilihan baginya, Bolderhey memutuskan untuk melakukanberlayar upaya untuk mencapaike Jawa.<ref>Nortier (1982), pp. 84</ref> Pada 11 Februari, ia dan pasukannya pergi dengan perahu kecil sepanjang 17 meter, bersama 180 warga sipil Belanda lainnya (termasuk 20 wanita). Setelah berlayar di laut lepas selama enam hari, Bolderhey akhirnya mendarat di Madura.<ref> name="De Jong (1984), pp. 835<"/ref>
Unit Yamamoto, begitu keluar dari hutan, mencoba mengejar pasukan Belanda yang mundur, tetapi gerak maju telah menyebarkan kekuatan. Namun, sebuah perusahaan maju yang dipimpin oleh Kapten Kataoka telah bersaing dengan perusahaan insinyur untuk menjadi yang pertama mengusir Belanda. Ketika Land Drive Unit maju, mereka memperoleh sepeda, kendaraan, dan persediaan dari banyak populasi lokal yang mendukung. Pada pukul 09:00 tanggal 10 Februari, Kataoka, bersama perusahaan insinyur, merebut Lapangan Terbang Oelin tanpa perlawanan.<ref>Remmelink (2015), pp. 394</ref> Menjelang malam, Unit telah menduduki Banjarmasin.<ref>Remmelink (2018), pp. 257</ref>
 
UnitBegitu Yamamoto, begitumereka keluar dari hutan, mencobaYamamoto berusaha mengejar pasukan Belanda yang mundur, tetapi gerakUnit majuDaratnya telahsudah menyebarkantercerai kekuatanberai selama perjalanan di hutan. NamunMeskipun demikian, sebuah perusahaankompi garda majudepan yang dipimpin oleh Kapten Kataoka telah bersaing dengan perusahaankompi insinyurzeni untuk menjadi yang pertama mengusirberhasil mengalahkan pasukan Belanda. Ketika LandSeiring Drivemajunya Unit majuDarat, mereka memperolehmendapatkan sepeda, kendaraan, dan persediaan dari banyak populasi lokal yang mendukung. Pada pukul 09:00 tanggal 10 Februari, pasukan Kataoka, bersamadan perusahaankompi insinyur,zeni merebut Lapangan Terbang Oelin tanpa perlawanan.<ref name="Remmelink 2015, pp. 394">Remmelink (2015), pp. 394</ref> Menjelang malam, Unit Darat telah menduduki Banjarmasin.<ref name="Remmelink 2018, pp. 257">Remmelink (2018), pp. 257</ref>
== Notes ==
 
<references />
=== Unit Laut ===
Unit Laut Kapten Okamoto meninggalkan Balikpapan pada malam hari tanggal 30 Januari dengan empat perahu pendaratan besar, dua perahu pendaratan kecil dan mulai menyusuri sepanjang pantai ke selatan.<ref name="Nortier 1982, pp. 83"/> Sesuai dengan rencana, Unit Laut memusatkan bergerak disepanjang mulut sungai pada malam hari, dengan seorang perwira angkatan laut sebagai pilotnya. Pada siang hari, perahu-perahu pendaratan mereka bersembunyi di bawah hutan bakau untuk menghindari deteksi. Setelah melalui Teluk Apar Besar, Teluk Pamukan dan Teluk Klumpang, Okamoto merebut Kotabaroe lewat serangan malam yang tidak menemui perlawanan; pasukannya mendapatkan banyak persediaan dari serangan ini.<ref name="Remmelink 2018, pp. 257"/> Di tanggal 8 Februari, Unit Laut mendarat 80&nbsp;km dari Banjarmasin dan bergerak maju tanpa halangan menuju Lanud Oelin. Karena Unit Darat sudah mencerai-beraikan pasukan Halkema, pasukan Okamoto mencapai Oelin dengan cepat pada 10 Februari.<ref name="Remmelink 2015, pp. 393"/><ref name="Nortier 1982, pp. 83"/>
 
== Pasca Pertempuran ==
[[Berkas:B.J._Haga.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:B.J._Haga.jpg|jmpl|314x314px|Gubernur Bauke Jan Haga]]
Pada akhir pertempuran, Unit Darat telah maju sepanjang 400&nbsp;km ke selatan dari Teluk Adang ke Banjarmasin, 100&nbsp;km di antaranya melalui hutan. Bahan materi untuk keperluan Armada Udara ke-11 tiba di Oelin melalui kapal penangkap ikan pada tanggal 20 Februari. Lima hari kemudian, elemen Armada Udara ke-23 mendarat di Lanud Oelin, dan segera menggunakannya sebagai basis untuk serangan ke Bali.<ref name="Remmelink 2018, pp. 257"/>
 
=== Korban ===
9 tentara Jepang tewas baik dalam pertempuran atau karena sakit. 80% (sekitar 800) dari pasukan Unit Darat terserang malaria.<ref name="Remmelink 2015, pp. 394"/> Korban di pihak Belanda tidak diketahui, namun pertempuran ini telah dicirikan secara khusus lewat tingkat desersi yang tinggi di antara pasukan pribumi.<ref name="Nortier 1982, pp. 81">Nortier (1982), pp. 81</ref>
 
=== Penyerahan Diri Pasca-Kapitulasi ===
Setelah kapitulasi Belanda di Jawa pada tanggal 8 Maret, pasukan yang bertahan di Kalimantan juga mulai menyerah. Grup Letnan Michielsen menyerahkan diri kepada pasukan Jepang di Tandjoeng setelah pengumuman kapitulasi. Setelah bertahan di Poeroektjaoe selama beberapa waktu, grup van der Poel menyerah kepada tentara Jepang di Banjarmasin pada 14 Maret. Pihak Jepang kemudian mengutus dia dan Kapten van der Epen yang telah tiba di Banjarmasin pada waktu yang sama, untuk membimbing pasukan Jepang yang akan menjemput Gubernur Haga di Poeroektjaoe.<ref name="Nortier 1982, pp. 81">Nortier (1982), pp. 81</ref> Gubernur Haga akhirnya ditawan hanya tiga hari kemudian. Pada tanggal 14 Desember 1943, ia meninggal di penjara setelah disiksa karena berkonspirasi untuk mengembalikan pemerintahan Belanda ke Banjarmasin melalui pemberontakan bersenjata, yang dikenal sebagai "Komplotan Haga".<ref>Post, et al. (2010), pp. 496</ref>
 
=== Lanud Kotawaringin ===
Pasukan Belanda yang berada di Lanud Kotawaringin diperkuat dengan batalyon Punjab Ke-2/15 di bawah Letnan Kolonel M.C. Lane yang telah mundur dari Miri & Kuching. Pada 24 Februari, sebuah kapal yang membawa persediaan tiba untuk menyediakan stok makanan tambahan bagi para pasukan. Pihak Jepang tidak tiba di Kotawaringin dan menangkap para pasukan Belanda dan Inggris sampai akhir Maret-awal April.<ref>Nortier (1982), pp. 85</ref>
 
=== Pembebasan ===
Banjarmasin berada di bawah pendudukan Jepang hingga September 1945, ketika kota itu dibebaskan oleh pasukan Australia dari [[:en:2/31st Battalion (Australia)|Batalion Ke-2/31]], [[:en:7th Division (Australia)|Divisi Ke-7]].
 
== NotesCatatan ==
<references responsive="" />
 
== Referensi ==
 
* De Jong, Loe. (1984). ''Het Koninkrijk der Nederlanden in de Tweede Wereldoorlog: Deel 11a – Nederlands-Indië I''. Leiden: Martinus Nijhoff. [[International Standard Book Number|ISBN]] [[Istimewa:Sumber_bukuSumber buku/9789024780440|9789024780440]]
* Koninklijke Nederlands Indisch Leger (1948). De in Zuid Borneo in 1942 Gevoerde Actie. ''Militaire Spectator'', 117-9. Diambil dari https://www.militairespectator.nl/sites/default/files/bestanden/uitgaven/1918/1948/1948-0516-01-0146.PDF
* Nortier, J.J (1980). De bezetting van Bandjermasin in februari 1942. ''Militaire Spectator'', 151-2. Diambil dari https://www.kvbk.nl/sites/default/files/bestanden/uitgaven/1982/1982-0073-01-0022.PDF
Baris 105 ⟶ 119:
* Remmelink, W. (Trans.). (2018). ''The Operations of the Navy in the Dutch East Indies and the Bay of Bengal.'' Leiden: Leiden University Press. [[International Standard Book Number|ISBN]] [[Istimewa:Sumber buku/978+90+8728+280+6|978 90 8728 280 6]]
* Womack, Tom. (2006). ''Dutch Naval Air Force Against Japan: The Defense of the Netherlands East Indies, 1941-1942''. Jefferson: McFarland & Company. {{ISBN|978-0786423651}}
 
[[Kategori:Pertempuran]]