Safiatuddin dari Aceh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Frly52 (bicara | kontrib)
ejaan
 
(16 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Officeholder
|honorific-prefix = Sultanah
|name = Sultanah Safiatuddin
|honorific-suffix =
|image = Sultanah Safiatuddin.jpg
|imagesize =
|smallimage =
|caption = Potret Sultanah Safiatuddin
|order = [[Daftar penguasa Aceh|Sultanah Aceh]]
|office =
|term_start = [[1641]]
|term_end = [[1675]]
|vicepresident =
|viceprimeminister =
|deputy =
|lieutenant =
|monarch = [[Kesultanan Aceh]]
|president =
|primeminister =
|taoiseach =
|chancellor =
|governor =
Baris 25 ⟶ 23:
|succeeding =<!-- Diisi apabila baru terpilih dan belum menjabat. Apabila sudah menjabat, isi di bagian predecessor. -->
|predecessor = [[Sultan Iskandar Tsani]]
|successor = [[Sultana Naqiatuddin dari Aceh]]
|constituency =
|majority =
|birth_date = [[1612]]
|birth_place =
|death_date = [[23 Oktober 1675]]
|death_place =
|restingplace =
|restingplacecoordinates =
|birthname = Putri Sri Alam
|nationality =[[Kesultanan Aceh]]
|party =
|otherparty = <!--For additional political affiliations -->
Baris 42 ⟶ 40:
|relations =
|children =
|parents = [[Sultan Iskandar Muda]]
|residence =
|alma_mater =
Baris 50 ⟶ 48:
|signature =
|website =
|facebook =
|facebookpage =
}}
'''Sultanah Safiatuddin''' bergelar ''Paduka Sri Sultanah Ratu Safiatuddin Tajul-’Alam Safiatuddin Syah Johan Berdaulat Zillu’llahi fi’l-’Alam binti al-Marhum [[Iskandar Muda dari Aceh|Sri Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam Syah]]''. Anak tertua dari [[Sultan Iskandar Muda]] dan dilahirkan pada tahun [[1612]]<ref name="kabari">[http://www.kabarinews.com/article.cfm?articleID=31184 ''Perempuan-perempuan Aceh Tempo Dulu yang Perkasa.''] [http://www.kabarinews.com/ Kabari, 19 Maret 2008.]</ref> dengan nama '''Putri Sri Alam'''. ''Safiatud-dinSafiatuddin Tajul-’Alam'' memiliki arti “''kemurnian iman, mahkota dunia''.” Ia memerintah antara tahun [[1641]]-[[1675]]. Diceritakan bahwa ia gemar mengarang sajak dan cerita serta membantu berdirinya perpustakaan di negerinya.<ref name="kalyana">[{{Cite web |url=http://www.kalyanamitra.or.id/kalyanamedia/2/1/kronik2.htm |title=Kronik Perempuan-perempuan Pejuang Aceh di Kalyanamedia] |access-date=2007-05-31 |archive-date=2007-07-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20070717222120/http://www.kalyanamitra.or.id/kalyanamedia/2/1/kronik2.htm |dead-url=yes }}</ref> Menurut sejarawan Sher Banu A.L. Khan, kajian dan literatur Islam berkembang pesat pada masa Sultanah Safiatuddin sehingga dapat dianggap sebagai "zaman keemasan Islam dan Melayu di Aceh yang tak tertandingi hingga kini".{{sfn|Khan|2017|p=191}} Selain itu, menurut ''[[BustanBustanus us-Salatin]]'', ekonomi dan perdagangan Aceh menggeliat pada masa Safiatuddin.{{sfn|Khan|2017|p=233}} Safiatuddin meninggal pada tanggal [[23 Oktober]] [[1675]].<ref name="kabari"/>
 
== Riwayat ==
=== Sebelum menjadi sultanah ===
Sebelum ia menjadi sultanasultanah, [[Kesultanan Aceh|Aceh]] dipimpin oleh suaminya, yaitu [[Sultan Iskandar Tsani]] ([[{{reign|1637]]-[[|1641]]}}). Setelah Iskandar Tsani wafat amatlahsangat sulit untuk mencari pengganti laki-laki yang masih berhubungan keluarga dekat. Terjadi kericuhan dalam mencari penggantinya. Kaum Ulama dan Wujudiah tidak menyetujui jika perempuan menjadi raja dengan alasan-alasan tertentu. Kemudian seorang Ulama Besar, [[Nurudin Ar Raniri|Nuruddin ar-Raniri]], menengahi kericuhan itu dengan menolak argumen-argumen kaum Ulama, sehingga Sultana Safiatuddin diangkat menjadi sultanasultanah.<ref name="kalyana"/>
 
=== Masa pemerintahan ===
Sultanah Safiatuddin memerintah selama 35 tahun, dan membentuk barisan perempuan pengawal istana yang turut berperang dalam [[Perang Malaka]] tahun [[1639]]. Ia juga meneruskan tradisi pemberian tanah kepada pahlawan-pahlawan perang sebagai hadiah dari kerajaan.
 
==== Ekonomi ====
Menurut ''[[BustanBustanus us-Salatin]]'', ekonomi dan perdagangan Aceh pada masa Sultanah Safiatuddin mengalami perkembangan pesat. Sumber tersebut menjelaskan bahwa pelabuhan Aceh selalu sibuk dengan datangnya berbagai kapal pedagang asing. Selain itu, ''BustanBustanus Salatin'' menyebutkan bahwa pada masa Safiatuddin, harga makanan murah dan Kerajaanrakyat Aceh menikmati kesejahteraansejahtera.
''BustanBustanus Salatin'' juga menjelaskan bahwa emas dalam jumlah yang besar telah ditemukan pada masa Safiatuddin, sehingga meningkatkan pendapatan negara.{{sfn|Khan|2017|p=233-234}}
 
Perdagangan gajah di Aceh juga menggeliat pada masa Sultanah Safiatuddin. Antara tahun 1628 hingga 1635, terdapat sekitar 62 gajah yang diekspor dari AacehAceh ke [[Benggala]] dan [[Masulipatnam]]. Pada tahun 1641, jumlah gajah yang diekspor dari Aceh ke Masulipatnam, Benggala, [[Orissa]], dan [[Koromandel]] tercatat sebanyak 32 ekor. Pada tahun 1644, [[Shah Shuja (Pangeran Mughal)|Shah Shuja]] (putra [[Maharaja Mughal]] [[Shah Jahan]]) mengirim utusan ke Aceh untuk membeli 125 ekor gajah. Walaupun jumlah gajah yang dijual ke India setiap tahunnya berubah-ubah antara 2 hingga 32 ekor pada periode 1641 hingga 1662, pada tahun 1663 jumlahnya mencapai 43 ekor. Safiatuddin sendiri sangat melindungi komoditas gajah Aceh dan berhasil melindungi perdagangan gajah Aceh dari permintaan konsesi [[VOC]].{{sfn|Khan|2017|p=229}}
 
==== Hubungan luar negeri ====
Sejarah pemerintahan SultanaSultanah Safiatuddin dapat dibaca dari catatan para musafir [[Portugis]], [[Prancis]], [[Inggris]] dan [[Belanda]]. Ia menjalankan pemerintahan dengan bijak, cakap dan cerdas. Pada pemerintahannya hukum, adat dan sastra berkembang baik.<ref name="kalyana"/> Ia memerintah pada masa-masa yang paling sulit karena [[Malaka]] diperebutkan antara [[VOC]] dengan [[Portugis]]. Ia dihormati oleh rakyatnya dan disegani [[Belanda]], [[Portugis]], [[Inggris]], [[India]] dan [[Dunia Arab|Arab]].<ref name="kabari"/>
 
==== Penasihat negara ====
Pada masa pemerintahannya yang terdapat dua orang ulama penasehat negara (mufti) yaitu, [[Nuruddin ar-Raniri]] dan [[Abdurrauf Singkil]] yang bergelar ''Teungku Syiah Kuala''. Atas permintaan Ratu, Nuruddin menulis buku berjudul ''Hidayatul Imam'' yang ditujukan bagi kepentingan rakyat umum, dan atas permintaan Ratu pula, [[Abdurrauf Singkil]] menulis buku berjudul ''Mir'at al-Thullab fî Tasyil Mawa'iz al-Badî'rifat al-Ahkâm al-Syar'iyyah li Malik al-Wahhab'', untuk menjadi pedoman bagi para qadhi dalam menjalankan tugasnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa ratu Safiatuddin bukan saja mengutamakan kesejahteraan negerinya tetapi juga berusaha menjalankan pemerintahannya sesuai dengan hukum Islam.<ref>[http://www.acehforum.or.id/posisi-perempuan-dalam-t12981.html Posisi Perempuan Dalam Politik Melayu Aceh.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081217111143/http://www.acehforum.or.id/posisi-perempuan-dalam-t12981.html |date=2008-12-17 }} (A. Hasjmi. ''59 Tahun Atjeh Merdeka'', h. 110)</ref>
 
==== Sastra dan budaya ====
Kajian dan literatur Islam mengalami perkembangan pesat pada masa Sultanah Safiatuddin. Terdapat berbagai karya sastra penting yang ditulis pada masa kekuasaannya. [[SyekhSyekhul al-Islam]] Aceh [[Nuruddin ar-Raniri]] menulis setidaknya tujuh buku mengenai agama, sejarah, literatur, dan hukum, seperti ''[[Shiratul Mustaqim]]'' (Jalan Lurus), ''[[Syaiful-Qutub]]'' (Obat untuk Hati), dan ''[[BustanulBustanus Salathin fi Dzikrilawwalin wal-Akhirin]]'' (Kebun Sultan mengenai Biografi Tokoh Masa Lalu dan Depan). Safiatuddin juga menugaskan [[Abdurrauf as-Singkili|Abdul Rauf al-Singkel]] untuk menulis sebuah buku mengenai [[fikih]], yang kini dikenal dengan sebutan ''[[Mir’at al Tullab]]''. Buku yang diselesaikan pada tahun 1663 ini merupakan buku pertama mengenai hukum agama ynagyang ditulis dalam [[bahasa Melayu]]. Dengan perkembangan berbagai karya ini, sejarawan Sher Banu A.L. Khan berkomentar bahwa masa Sultanah Safiatuddin dapat dianggap sebagai "zaman keemasan Islam dan Melayu di Aceh yang tak tertandingi hingga kini".{{sfn|Khan|2017|p=191}}
 
== Lihat pula ==
* [[Putra Dewa]]
* [[Ahmad Syamsuddin al-Banjari]]
* [[Kesultanan Aceh]]
 
== Catatan kaki ==
Baris 85 ⟶ 86:
== Pranala luar ==
 
* {{id}}[http://www.serambinews.com/old/index.php?aksi=bacaopini&opinid=64 M. Adli Abdullah. '''''Ada Apa Ratu Safiatuddin.''''']{{Pranala mati|date=Juli 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} Serambi Indonesia, [[28 Agustus]] [[2004]].
* {{id}}[http://modusaceh-news.com/html/print/1421/VI/tarikh-nanggroe/sultanah-tajul-alam-safiatuddin-syah.html '''''Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah''''']{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} Modus Aceh, [[2 April]] [[2009]].
 
{{kotak mulai}}
{{kotak suksesi|jabatan=[[Sultan Aceh|SultanSultanah]] [[Kesultanan Aceh|Aceh]]|tahun=[[1641]]—[[1675]]1641—1675|pendahulu=[[Sultan Iskandar Tsani]]|pengganti=[[Sultana Naqiatuddin|Sultanah Naqiatuddin]]}}
{{kotak selesai}}
 
 
{{Sultan-bio-stub}}
{{lifetime|1612|1675|}}
<!--anda dapat berkontribusi di wikipedia dalam menambahkan templat ini pada halaman tokoh muslim yang belum terhimpun di dalam --Kategori:Semua artikel biografi tokoh muslim -- Lihat Templat:Lifetime-Tokoh-Mus
lim -->
{{Lifetime-Tokoh-Muslim
|sort = {{PAGENAME}}Safiatuddin dari Aceh
|hari_lahir =
|tgl_lahir_h =
Baris 122 ⟶ 121:
[[Kategori:Sultanah Aceh|Safiatuddin]]
[[Kategori:Sultan Iskandar Muda]]
[[Kategori:Wanita Indonesia abad ke-17]]
[[Kategori:Wanita pemimpin]]