Assaat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎cleanup: - honorifics, non-notable subjects; fixed infobox;
(124 revisi perantara oleh 63 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox PresidentOfficeholder
| name = {{PAGENAME}}
| honorific-prefix = Mr.
| image = Assaat, Mr. Gelar Datuk Mudo, Kami Perkenalkan (1954) p76.jpg
| name=Assaat
| imagesize = 200px
| honorific-suffix = Datuk Mudo
| imagecaption = Assaat, PYO.jpg1954
| office = [[Presiden Republik Indonesia|Presiden Negara Republik Indonesia]]<br/><small>''presiden sementara'' (penjabat)</small>
| order =
| term_start=[[27 Desember]] [[1949]]
| term_start = 27 Desember 1949
| term_end=[[15 Agustus]] [[1950]]
| term_end = 15 Agustus 1950
| vicepresident=
| succeeding =
| predecessor=[[Soekarno]]
| president =
| successor=[[Soekarno]]
| primeminister = [[Soesanto Tirtoprodjo]] (Pjs.) <br/>[[Abdul Halim|Abdoel Halim]]
| birth_date={{birth date|1904|9|18}}
| predecessor = [[Soekarno]]
| birth_place=Dusun Pincuran Landai,kanagarian Kubang Putih, Banuhampu, [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]]
| successor = [[Soekarno]]
| death_date={{death date and age|1976|6|16|1904|9|18}}
| office2 = Menteri Dalam Negeri Indonesia
| death_place=
| order2 = Ke-9
| party=
| primeminister2 = [[Mohammad Natsir]]
| spouse=[[Roesiah]]
| term_start2 = 6 September 1950
| religion=[[Islam]]
| term_end2 = 27 April 1951
| signature=
| succeeding2 =
| president2 = [[Soekarno]]
| predecessor2 = [[Susanto Tirtoprodjo]]
| successor2 = [[Iskak Tjokroadisurjo]]
| office1 = Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat
| order1 = Ke-4
| term_start1 = 28 Februari 1947
| term_end1 = 27 Desember 1949
| predecessor1 = [[Soepeno]]
| successor1 = ''Jabatan Dihapuskan''
| birth_date = {{birth date|1904|9|18}}
| birth_place = Dusun Pincuran Landai, [[Kubang Putiah, Banuhampu, Agam|Kubang Putiah]], [[Banuhampu, Agam|Banuhampu]], [[Kabupaten Agam|Agam]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1976|6|16|1904|9|18}}
| death_place = [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], Indonesia
| nationality = <!-- Hanya untuk warga negara asing -->
| party =
| spouse = Roesiah
| relations =
| children = <!-- Kolom ini diisi hanya jumlah anak; hanya nama anak yang secara independen sudah terkenal atau telah memiliki artikelnya di Wikipedia; bila ada rujukan/referensi, uraikan dan tulis pada artikel -->4
| alma_mater = [[Universitas Leiden]]
| occupation =
| profession =
| religion = <!-- Kosongkan bagian ini; kolom terkait Suku, Agama dan Ras telah dinonaktifkan -->
| signature =
| website =
| footnotes =
}}
 
'''[[Meester in de Rechten|Mr.]] Assaat''' gelar '''Datuk Mudo''' ({{lahirmati|Dusun Pincuran Landai, [[Kubang Putiah, Banuhampu, Agam|Kubang Putiah]], [[Banuhampu, Agam|Banuhampu]], [[Kabupaten Agam|Agam]], [[Sumatera Barat]]|18|9|1904|[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]|16|6|1976}}) adalah seorang politisi dan pejuang kemerdekaan Indonesia.<ref name="Kompas">[http://properti.kompas.com/index.php/read/2009/09/01/01032786/mr..assaat.diusulkan.jadi.pahlawan.nasional "Mr. Assaat Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20161126010552/http://properti.kompas.com/index.php/read/2009/09/01/01032786/mr..assaat.diusulkan.jadi.pahlawan.nasional |date=2016-11-26 }} ''[[Kompas.com]]'', 1-9-2009. Diakses 23-5-2014.</ref> Ia merupakan pemangku jabatan [[Daftar Presiden Republik Indonesia|Presiden Republik Indonesia]] pada masa pemerintahan [[Republik Indonesia]] di [[Yogyakarta]]. Ia juga pernah menjabat sebagai [[Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia|Menteri Dalam Negeri Indonesia]].<ref name="tokohindonesia">''Tokohindonesia.com''. [http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/3954-pejabat-presiden-ri-(ris) "Pejabat Presiden RI (RIS)"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160527081421/http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/3954-pejabat-presiden-ri-(ris) |date=2016-05-27 }}. Diakses 23-5-2014.</ref>
'''Mr. Assaat''' ({{lahirmati||18|9|1904||16|6|1976}}) adalah tokoh pejuang Indonesia, pemangku jabatan [[Presiden]] Republik [[Indonesia]] pada masa pemerintahan [[Republik Indonesia]] di [[Yogyakarta]] yang merupakan bagian dari [[Republik Indonesia Serikat]] (RIS).
 
== Kehidupan ==
Mr. Assaat dilahirkan di Dusun Pincuran Landai, kenagarian Kubang Putih, Banuhampu, menikah dengan Roesiah, wanita Sungai Pua di ''Rumah Gadang Kapalo Koto'', yang telah meninggalkan beliau pada [[12 Juni]] [[1949]], dengan dua orang putera dan seorang puteri.
 
[[Berkas:Assaat PYO.jpg|200px|jmpl|Assaat]]
Sekitar tahun 1946-1949, di Jalan Malioboro, Yogyakarta, sering terlihat seorang berbadan kurus semampai berpakaian sederhana sesuai dengan irama revolusi. Terkadang ia berjalan kaki, kalau tidak bersepeda menelusuri Malioboro menuju ke kantor KNIP tempatnya bertugas. Orang ini tidak lain adalah Mr. Assaat, yang selalu menunjukkan sikap sederhana berwajah cerah di balik kulitnya yang kehitam-hitaman. Walaupun usianya saat itu baru 40 tahun, terlihat rambutnya mulai memutih. Kepalanya tidak pernah lepas dari [[peci]] beludru hitam.
 
=== Pendidikan dan praktik advokat ===
Mungkin generasi muda sekarang kurang atau sedikit sekali mengenal perjuangan Mr. Assaat sebagai salah seorang patriot demokrat yang tidak kecil andilnya bagi menegakkan serta mempertahankan Republik Indonesia. Assaat adalah seorang yang setia memikul tanggung jawab, baik selama revolusi berlangsung hingga pada tahap akhir penyelesaian revolusi. Pada masa-masa kritis itu, Assaat tetap memperlihatkan dedikasi yang luar biasa.
Assaat belajar di Perguruan Adabiah dan [[MULO]] [[Padang]],<ref name="Kompas"/> selanjutnya ke ''[[School tot Opleiding van Inlandsche Artsen]]'' (STOVIA) [[Jakarta]]. Merasa tidak cocok menjadi seorang [[dokter]], dia keluar dari STOVIA dan melanjutkan ke [[AMS]] ([[SMU]] sekarang). Dari AMS, Assaat melanjutkan pendidikannya ke ''[[Rechtshoogeschool te Batavia]]'' (Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta.
 
Ketika menjadi mahasiswa [[RHS]], ia memulai berkecimpung dalam gerakan kebangsaan, dalam gerakan pemuda dan politik. Saat itu Assaat giat dalam organisasi pemuda ''[[Jong Sumatranen Bond]]''. Karier politiknya makin menanjak dan berhasil menjadi Pengurus Besar Perhimpunan Pemuda Indonesia. Ketika Perhimpunan Pemuda Indonesia mempersatukan diri dalam Indonesia Muda ia terpilih menjadi Bendahara Komisaris Besar Indonesia Muda.
Ia tetap berdiri pada posnya di KNIP, tanpa mengenal pamrih dan patah semangat. Sejak ia terpilih menjadi ketua KNIP, jabatan ini tidak pernah terlepas dari tangannya. Sampai kepadanya diserahkan tugas sebagai Penjabat Presiden RI di kota perjuangan di Yogyakarta.
 
Dalam kedudukannya sebagai mahasiswa, Assaat masuk ke kancah politik dengan bergabung dalam Partai Indonesia atau Partindo. Dalam partai ini, Assaat bergabung dengan pemimpin Partindo, seperti [[Adenan Kapau Gani]], [[Adam Malik]], [[Amir Sjarifoeddin]] dan beberapa tokoh lainnya. Kegiatannya di bidang politik pergerakan kebangsaan, diketahui oleh pengajar dan pihak [[Belanda]], sehingga dia tidak diluluskan walau sudah beberapa kali mengikuti ujian akhir. Tersinggung atas perlakuan itu, dia memutuskan meninggalkan Indonesia pergi ke Belanda. Di [[Universitas Leiden]] Belanda dia memperoleh gelar ''[[Meester in de Rechten]]'' (''Mr.'') atau [[Sarjana Hukum]].<ref>{{Cite book|date=1954|url=|title=Kami perkenalkan|publisher=Kementerian Penerangan Republik Indonesia|language=Bahasa Indonesia|url-status=live}}</ref>
Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan, [[Komite Nasional Indonesia Pusat]] (KNIP) dan Badan Pekerjanya selama revolusi sedang berkobar telah dua kali mengadakah hijrah. Pertama di [[Jakarta]], dengan tempat bersidang di bekas Gedung Komedi (kini [[Gedung Kesenian]]) di [[Pasar Baru Jakarta|Pasar Baru]] dan di gedung [[Palang Merah Indonesia]] di Jl. Kramat Raya. Karena perjuangan bertambah hangat, demi kelanjutan Revolusi Indonesia, sekitar tahun [[1945]] KNIP dipindahkan ke Yogyakarta.
Kemudian pada tahun itu juga KNIP dan Badan Pekerja, pindah ke [[Purworejo]], [[Jawa Tengah]]. Ketika situasi Purworejo dianggap kurang aman untuk kedua kalinya KNIP hijrah ke Yogyakarta. Pada saat inilah Mr. Assaat sebagai anggota sekretariatnya. Tidak lama berselang dia ditunjuk menjadi ketua KNIP beserta Badan Pekerjanya.
 
Sebagai seorang non-kooperator terhadap penjajah Belanda, sekembalinya ke tanah air pada tahun 1939 Assaat berpraktik sebagai [[advokat]] hingga masuknya [[Jepang]] pada tahun 1942. Di [[Sejarah Indonesia (1942-1945)|zaman Jepang]] ia diangkat sebagai [[Camat]] [[Gambir]], kemudian [[Wedana]] [[Mangga Besar]] di Jakarta.
== Diasingkan ==
 
=== KNIP dan RIS ===
Api revolusi mempertahankan proklamasi [[17 Agustus]] [[1945]] terus menggelora. Belanda dengan kekuatan militernya melancarkan apa yang mereka namakan [[Agresi Militer II]]. Mr. Assaat ditangkap Belanda bersama [[Soekarno|Bung Karno]] dan [[Mohammad Hatta|Bung Hatta]] serta pemimpin Republik lainnya, kemudian di asingkan di [[Manumbing]] di [[Pulau Bangka]].
[[Berkas:Assaat Pimpin Sidang BP-KNIP, 1947.jpg|jmpl|Mr. Assaat ketika menjadi pimpinan sidang BP-KNIP di Malang, 1947. Kelak ia diangkat menjadi Ketua BP-KNIP pada 1948.]]
 
[[Komite Nasional Indonesia Pusat]] (KNIP) dan Badan Pekerjanya (BP-KNIP) pada masa revolusi dua kali mengadakah hijrah karena situasi dianggap terlalu riskan, dan agar Revolusi Indonesia tetap berjalan. Berkedudukan awal di Jakarta, dengan tempat bersidang di bekas Gedung Komedi (kini [[Gedung Kesenian Jakarta]]) di [[Pasar Baru]] dan di gedung [[Palang Merah Indonesia]] di Jl. Kramat Raya. Sekitar tahun 1945 KNIP dipindahkan ke [[Yogyakarta]]. Kemudian pada tahun itu pula, pindah ke [[Purworejo]], [[Jawa Tengah]]. Sampai saat situasi Purworejo dianggap kurang aman untuk kedua kalinya KNIP hijrah ke Yogyakarta.
Rambutnya bertambah putih, karena uban makin melebat sejak diasingkan di Manumbing dan Mr. Assaat mulai memelihara jenggot. Assaat bukan ahli pidato, dia tidak suka banyak bicara, tetapi segala pekerjaan bagi kepentingan perjuangan semua dapat diselesaikannya dengan baik, semua rahasia negara dipegang teguh, itulah sebabnya dia disenangi dan disegani oleh kawan dan lawan politiknya.
 
Badan Pekerja KNIP (BP-KNIP) dibentuk tanggal 16 Oktober 1945 yang diketuai oleh [[Sutan Sjahrir]] dan penulis oleh [[Soepeno]] dan beranggotakan 28 orang. Pada tanggal 14 November 1945, Sutan Syahrir diangkat menjadi [[Perdana Menteri Indonesia]], sehingga BP-KNIP diketuai oleh Soepeno dan penulis [[Abdul Halim]].<ref>Pada kartu anggauta BP-KNIP milik Soegondo Djojopoespito ditemukan, bahwa yang menanda-tangani adalah Soepeno (ketoea) dan A.Halim (penoelis) tertanggal ''Djakarta 25-11-1945'', Museum Sumpah Pemuda Jakarta</ref> Kemudian pada tanggal 28 Januari 1948, Soepeno diangkat menjadi Menteri Pembangunan dan Pemuda pada [[Kabinet Hatta I]], sehingga ketua adalah Mr. Assaat Datuk Mudo, dan penulis tetap dr. Abdul Halim.
Ketika menjadi Penjabat Presiden, pers memberitakan tentang pribadinya, antara lain beliau tidak mau dipanggil ''Paduka Yang Mulia'', cukup dengan panggilan ''Saudara Acting Presiden''. Panggilan demikian memang agak canggung di zaman itu. Akhirnya Assaat bilang, panggil saja saya ''"Bung Presiden"''. Di sinilah letak kesederhanaan Assaat sebagai seorang pemimpin.
 
Sehingga tahun 1948-1949 ([[Desember]]) ia menjadi Ketua BP-KNIP (Badan Pekerja [[Komite Nasional Indonesia Pusat]]). Ia terpilih menjadi Ketua KNIP terakhir hingga KNIP dibubarkan, kemudian ia ditugasi sebagai Penjabat Presiden RI di kota perjuangan di Yogyakarta.
Hal itu tergambar pula dengan ketaatannya melaksanakan perintah agama, yang tak pernah meninggalkan [[shalat]] lima waktu. Dan dia termasuk seorang pemimpin yang sangat menghargai waktu, sama halnya dengan Bung Hatta.
 
=== Pengasingan ===
== Latar belakang Mr. Assaat ==
Assaat belajar di sekolah agama ''"Adabiah"'' dan [[MULO]] [[Padang]], selanjutnya ke [[School tot Opleiding van Inlandsche Artsen]] [[Jakarta]]. Karena jiwanya tidak terpanggil menjadi seorang dokter, ditinggalkannya STOVIA dan melanjutkan ke [[AMS]] ([[SMU]] sekarang). Dari AMS, Assaat melajutkan studinya ke ''Rechts Hoge School'' (Sekolah Hakim Tinggi) juga di Jakarta.
 
Pengasingan Assaat merupakan salah satu bentuk perlakuan [[Agresi Militer II]] oleh Belanda. Pada 22 Desember 1948, Assaat dijadikan tawanan pemerintah Belanda dengan dibawa keluar Ibukota bersama tokoh-tokoh lain seperti [[Sukarno]], [[Hatta]], [[Sutan Sjahrir]], [[Agus Salim|Haji Agus Salim]], [[Abdoel Gaffar Pringgodigdo|Mr. Gafar Pringgodigdo]], dan Komodor [[Soerjadi Soerjadarma|Suryadi Suryadarma]]. Assaat bersama dengan Hatta, Gafar, dan Suryadarma diasingkan di Manumbng, Pulau Bangka.<ref>{{Cite news|last=Handayani|first=Maulida Sri|title=Mr. Assaat: Presiden yang Tak Dihitung oleh Negara|url=https://tirto.id/mr-assaat-presiden-yang-tak-dihitung-oleh-negara-cLQy|work=[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|access-date=2022-08-24|archive-date=2022-08-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20220824050613/https://tirto.id/mr-assaat-presiden-yang-tak-dihitung-oleh-negara-cLQy|dead-url=no}}</ref>
Ketika menjadi mahasiswa RHS inilah, beliau memulai berkecimpung dalam gerakan kebangsaan, ialah gerakan pemuda dan politik. Masa saat itu Assaat giat dalam organisasi pemuda ''"Jong Sumatranen Bond"''. Karir politiknya makin menanjak lalu berhasil menduduki kursi anggota Pengurus Besar dari ''"Perhimpunan Pemuda Indonesia"''. Ketika Perhimpunan Pemuda Indonesia mempersatukan diri dalam ''"Indonesia Muda"'', ia terpilih mejadi Bendahara Komisaris Besar ''" Indonesia Muda"''.
 
=== Pelaksana Tugas Presiden Republik Indonesia ===
Dalam kedudukannya sebagai mahasiswa, Assaat memasuki pula gerakan politik ''"Partai Indonesia"'' disingkat ''Partindo''. Dalam partai ini, Assaat bergabung dengan pemimpin Partindo seperti: [[Adnan Kapau Gani]], [[Adam Malik]], [[Amir Sjarifoeddin]] dll.
[[Berkas:Assaat as Acting President in Sumedang, 1950.jpg|jmpl|Mr. Assaat, Pemangku Jabatan Presiden Republik Indonesia disalami oleh warga seusai [[salat Jumat]] di Masjid [[Sumedang]] dalam kunjungan kerja di Jawa Barat bulan Mei 1950.]]
 
Setelah perjanjian [[Konferensi Meja Bundar]] (KMB) 27 Desember 1949, Assaat diamanatkan menjadi ''Acting'' (Pelaksana Tugas) Presiden Republik Indonesia di Yogyakarta hingga 15 Agustus 1950.<ref name="Kompas"/> Dengan terbentuknya RIS (Republik Indonesia Serikat), jabatannya sebagai Penjabat Presiden RI pada Agustus 1950 selesai, demikian juga jabatannya selaku ketua [[Komite Nasional Indonesia Pusat|KNIP]] dan Badan Pekerjanya. Sebab pada bulan Agustus 1950, negara-negara bagian RIS melebur diri dalam Negara Kesatuan RI.<ref name="Kompas"/> Saat menjadi ''Acting'' Presiden RI, Assaat menandatangani statuta pendirian [[Universitas Gadjah Mada]] di Yogyakarta.<ref name="Tempo">[https://koran.tempo.co/read/opini/230468/presiden-bukan-pahlawan-bukan? "Presiden Bukan, Pahlawan Bukan"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20201110174107/https://koran.tempo.co/read/opini/230468/presiden-bukan-pahlawan-bukan |date=2020-11-10 }} ''[[Tempo.co]]'', 21-3-2011. Diakses 10-11-2020.</ref>
Kegiatannya di bidang politik pergerakan kebangsaan, akhirnya tercium oleh profesornya dan pihak Belanda, sehingga dia tidak diluluskan walaupun setelah beberapa kali mengikuti ujian akhir. Tersinggung atas perlakuan demikian, gelora pemudanya makin bergejolak, dia putuskan meninggalkan Indonesia pergi ke Belanda. Di Belanda dia memperoleh gelar ''"Meester in de Rechten"'' (''Mr'') atau Sarjana Hukum.
 
Setelah pindah ke Jakarta, Assaat menjadi anggota parlemen ([[DPR RI|DPR-RI]]), hingga duduk dalam [[Kabinet Natsir]] menjadi Menteri Dalam Negeri September 1950 sampai Maret 1951. Setelah Kabinet Natsir bubar, ia kembali menjadi anggota Parlemen.
== Praktik Advokat ==
Sebagai seorang non-kooperator terhadap penjajahan Belanda, sekembalinya ke tanah air di tahun [[1939]] Mr. Assaat berpraktik sebagai [[advokat]] hingga masuknya [[Jepang]] di tahun [[1942]. Di zaman Jepang beliau diangkat sebagai [[Camat]] [[Gambir]], kemudian [[Wedana]] [[Mangga Besar]] di Jakarta.
 
Pada tahun 1955 ia menjabat sebagai formatur [[Kabinet]] bersama [[Soekiman Wirjosandjojo]] dan [[Wilopo]] untuk mencalonkan Bung Hatta sebagai [[Perdana Menteri]]. Karena waktu itu terjadi ketidak puasan daerah terhadap [[beleid]] (kebijakan) pemerintahan Pusat. Daerah-daerah mendukung [[Bung Hatta]], tetapi upaya tiga formatur tersebut menemui kegagalan, karena secara formal, ditolak oleh Parlemen.
Dalam sejarah perjuangannya ikut menegakkan Republik Proklamasi, beberapa catatan mengenai Assaat ialah: tahun [[1946]]-[[1949]] ([[Desember]]) menjadi Ketua BP-KNIP (Badan Pekerja [[Komite Nasional Indonesia Pusat]]). Desember 1949 hingga Agustus 1950 menjadi Acting Presiden Republik Indonesia di Yogyakarta. Dengan terbentuknya RIS (Republik Indonesia Serikat), jabatannya sebagai Penjabat Presiden pada Agustus 1950 selesai, demikian juga jabatannya selaku ketua KNIP dan Badan Pekerjanya. Sebab pada bulan [[Agustus 1950]] negara-negara bagian RIS melebur diri dalam Negara Kesatuan RI.
 
=== Pertentangan dengan Pemerintah Pusat ===
Selama memangku jabatan, Assaat menandatangani statuta pendirian [[Universitas Gadjah Mada]] di Yogyakarta. ''"Menghilangkan Assaat dari realitas sejarah kepresidenan Republik Indonesia sama saja dengan tidak mengakui Universitas Gadjah Mada sebagai universitas negeri pertama yang didirikan oleh Republik Indonesia,"'' ujar Bambang Purwanto dalam pidato pengukuhan sebagai guru besar [[UGM]] [[September]] [[2004]].
 
Ketika Presiden Soekarno menjalankan [[Demokrasi Terpimpin]], Assaat menentangnya. Secara pribadi Bung Karno tetap dihormatinya, yang ditentangnya adalah politik Bung Karno yang seolah-olah condong ke sayap kiri [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI).
Setelah pindah ke Jakarta, Mr. Assaat menjadi anggota parlemen ([[DPR]]-RI), sampai ia duduk dalam [[Kabinet Natsir]] jadi Menteri Dalam Negeri [[September 1950]] sampai [[Maret 1951]]. Kabinet Natsir bubar, kembali jadi anggota Parlemen, semenjak itulah Assaat kurang terdengar namanya dalam bidang politik.
 
Assaat merasa terancam, karena Demokrasi Terpimpin adalah kediktatoran terselubung, ia selalu diawasi oleh intel serta PKI. Dengan berpura-pura "akan berbelanja" ia bersama keluarganya melarikan diri dengan berturut-turut naik becak dari Jl. Teuku Umar ke Jl. Sabang, dari sana dilanjutkan menuju Stasiun [[Tanah Abang]].
Pada tahun [[1955]] namanya muncul lagi di permukaan, sebagai formatur [[Kabinet]] bersama Dr. [[Soekiman Wirjosandjojo]] dan Mr. [[Wilopo]] untuk mencalonkan [[Bung Hatta]] sebagai [[Perdana Menteri]]. Karena waktu itu terhembus angin politik begitu kencang, daerah-daerah kurang puas dengan beleid (kebijakan) pemerintahan Pusat. Daerah-daerah menyokong [[Bung Hatta]], tetapi upaya tiga formatur tersebut menemui kegagalan, karena formal politis waktu itu, Parlemen menolaknya.
 
Assaat beserta keluarga berhasil menyeberang ke [[Sumatra]]. Berdiam beberapa hari di [[Kota Palembang|Palembang]]. Ketika itu di [[Sumatera Selatan]] sudah terbentuk Dewan Garuda yang dipimpin oleh [[Barlian|Letkol Barlian]]. Di [[Sumatera Barat]] [[Ahmad Husein|Letkol Ahmad Husein]] membentuk ''[[Dewan Banteng]]''. [[Maludin Simbolon|Kolonel Maludin Simbolon]] mendirikan [[Dewan Gajah]] di [[Sumatera Utara]], sementara [[Ventje Sumual|Kolonel Ventje Sumual]] membangun Dewan Manguni ([[Burung hantu]]) di [[Sulawesi]].
== Menentang Komunis ==
Ketika [[Demokrasi Terpimpin]] dicetuskan Soekarno, Assaat sebagai demokrat dan orang Islam menentangnya. Secara pribadi Bung Karno tetap dihormatinya, tetapi yang ditentangnya politik Bung Karno yang seolah-olah memberi angin pada [[Partai Komunis Indonesia]].
 
Dewan-dewan tersebut bersatu menentang Sukarno yang dipengaruhi oleh PKI. Terbentuklah [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI). Assaat yang ketika itu baru tiba di Sumatera Barat bergabung dengan PRRI. Kemudian berkeliaran di hutan-hutan [[Sumatra]], setelah Pemerintah Pusat menggempur kekuatan PRRI.
Mr. Assaat saat itu merasakan jiwanya terancam, karena Demokrasi Terpimpin adalah tak lain dari diktator terselubung, ia selalu diintip oleh intel serta orang-orang PKI. Kemudian dengan cara menyamar sebagai orang "akan berbelanja" bersama dengan keluarganya naik becak dari Jl. Teuku Umar ke Jl. Sabang, dari sana dilanjutkan dengan naik becak menuju Stasion [[Tanah Abang]].
 
== Wafat ==
Mr. Assaat beserta keluarga berhasil menyeberang ke [[Sumatera]]. Dia berdiam beberapa hari di Palembang. Ketika itu Sumatra Selatan sudah dibentuk ''"Dewan Gajah"'' yang dipimpin oleh [[Letkol Barlian]]. Di [[Sumatra Barat]] [[Letkol Ahmad Husein]] membentuk ''"Dewan Banteng"''. [[Kol. Simbolon]] mendirikan ''"Dewan Gajah"'' di [[Sumatera Utara]], sementara [[Kol. Sumual]] membangun ''"Dewan Manguni"'' di [[Sulawesi]].
 
Ketika berada di hutan-hutan [[Sumatera Barat]] dan [[Sumatera Utara]], Assaat sudah merasa dirinya sering terserang sakit. Ia ditangkap, dalam keadaan fisik lemah dan dipenjara pada masa Demokrasi Terpimpin selama 4 tahun (1962-1966). Ia baru keluar dari tahanan di Jakarta, setelah munculnya [[Orde Baru]].
Akhirnya dewan-dewan tersebut bersatu menentang Sukarno yang telah diselimuti oleh PKI. Terbentuklah [[PRRI]] ([[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]]). Assaat yang ketika itu sudah tiba di [[Sumatera Barat]] bergabung dengan [[PRRI]]. Kemudian berkeliaran di hutan-hutan [[Sumatera]], setelah Pemerintah Pusat menggempur kekuatan [[PRRI]].
 
Pada tanggal [[16 Juni]] 1976, Assaat meninggal di rumahnya yang sederhana di Warung Jati, [[Jakarta Selatan]] pada usia 72 tahun. Assaat gelar Datuk Mudo diantar oleh teman-teman seperjuangannya, sahabat, dan semua keluarganya, dia dihormati oleh negara dengan kebesaran militer.
== Upacara Kebesaran ==
Ketika berada di hutan-hutan [[Sumatera Barat]] dan [[Sumatera Utara]], Mr. Assaat sudah merasa dirinya sering terserang sakit. Akhirnya dia ditangkap, dalam keadaan fisik lemah dan menjalani ''"hidup"'' di dalam penjara ''"Demokrasi Terpimpin"'' selama 4 tahun dari tahun [[1962]]-[[1966]]. Ia baru keluar dari tahanan di [[Jakarta]], setelah munculnya [[Orde Baru]].
 
== Kehidupan pribadi ==
Pada tanggal [[16 Juni]] [[1976]], Mr. Assaat meninggal dirumahnya yang sederhana di Warung Jati [[Jakarta Selatan]]. Mr. Assaat gelar ''Datuk Mudo'' diantar oleh teman-teman seperjuangannya, sahabat, handai tolan dan semua keluarganya, dia dihormati oleh negara dengan kebesaran militer.
Assaat menikah dengan Roesiah dari [[Sungai Pua, Agam|Sungai Puar]], Agam di Rumah Gadang Kapalo Koto pada 12 Juni 1949.<ref>{{Cite web|last=Maharani|date=2022-10-29|title=Siapa Assaat?|url=https://cekricek.id/assaat/|website=Cekricek|language=id|access-date=2022-10-31|archive-date=2022-10-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20221029061926/https://cekricek.id/assaat/|dead-url=no}}</ref> Dari pernikahan ini ia dikaruniai dua orang putra dan seorang putri. Mereka yakni Ras Soelaiman, Aminullah, Lucy Sakura, dan Iqbal.<ref>{{Cite news|title=Ketika Assaat Menjabat Presiden Sembilan Bulan|url=https://daerah.sindonews.com/berita/954407/29/ketika-assaat-menjabat-presiden-sembilan-bulan|work=[[Sindonews.com]]|language=id-ID|access-date=2022-10-31|archive-date=2022-10-31|archive-url=https://web.archive.org/web/20221031115726/https://daerah.sindonews.com/berita/954407/29/ketika-assaat-menjabat-presiden-sembilan-bulan|dead-url=no}}</ref>
 
== Referensi ==
 
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
* Artikel [http://www.cimbuak.net/content/view/204/106/ Mr. Assaat] di situs Cimbuak
 
* {{id}} [http://news.detik.com/read/2006/08/16/110833/657203/10/jadikan-sjafruddin-dan-mr-assaat-sebagai-mantan-presiden "Jadikan Sjafruddin dan Mr Assaat Sebagai Mantan Presiden"] ''[[Detik.com]]'', 16-8-2006. Diakses 23-5-2014.
{{DEFAULTSORT:Assaat, Datuk Mudo}}
* {{id}} [http://www.dpr.go.id/id/berita/lain-lain/2013/okt/10/6871/missing-link-dalam-sejarah-bangsa-tidak-boleh-terjadi "Missing Link dalam Sejarah Bangsa Tidak Boleh Terjadi"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140523230722/http://www.dpr.go.id/id/berita/lain-lain/2013/okt/10/6871/missing-link-dalam-sejarah-bangsa-tidak-boleh-terjadi |date=2014-05-23 }} ''Situs Resmi [[DPR-RI]]'', 9-10-2013. Diakses 23-5-2014.
* {{id}} [http://www.antaranews.com/berita/153099/dua-tokoh-sumbar-disebut-pernah-jabat-presiden-ri "Dua Tokoh Sumbar Disebut Pernah Jabat Presiden RI"] ''[[Antara]]'', 2-9-2009. Diakses 23-5-2014.
* {{id}} [http://www.cimbuak.net/tokoh-minang/53-tokoh-minangkabau/204-tokoh-minang "Mr. Assaat"]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} ''Cimbuak'', 12-12-2013. Diakses 23-5-2014.
* {{id}} [http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=5167&type=9#.U391m9J_tDQ "Sjafruddin dan Mr Assaat, Yang Terlupakan Dalam Sejarah"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140523230728/http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=5167&type=9#.U391m9J_tDQ |date=2014-05-23 }} ''The Global Review'', 22-06-2011. Diakses 23-5-2014.
* {{id}} [http://newsaddictionary.wordpress.com/2011/06/10/assaat-realitas-presiden-ketiga-indonesia/ "Assaat Realitas Presiden Ketiga Indonesia"] ''Newsaddictionary'', 8-6-2011. Diakses 23-5-2014.
 
{{Presiden Indonesia}}
 
{{lifetime|1904|1976|Assaat}}
 
[[Kategori:Politikus Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Sumatera Barat]]
[[Kategori:Cerdik Pandai Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh dari Agam]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Arab-Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Presiden Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
 
[[Kategori:Menteri Dalam Negeri Indonesia]]
[[en:Assaat]]
[[Kategori:Alumni Universitas Leiden]]